Anda di halaman 1dari 13

SATUAN ACARA PENYULUHAN

INFEKSI PUERPERIUM ( INFEKSI PADA IBU NIFAS)

OLEH :
RIZKY ALANDA (133110260)

KELAS II.B

DOSEN PEMBIMBING :
Ns.Hj.Elvia Metti M.Kep Sp.Mat

POLTEKKES KEMENKES PADANG


D-III KEPERAWATAN
2014/2015
SATUAN ACARA PENYULUHAN

INFEKSI PUERPERIUM ( INFEKSI PADA IBU NIFAS)

MATA AJAR : MATERNITAS


POKOK BAHASAN : INFEKSI PUERPERIUM ( INFEKSI PADA IBU NIFAS)
WAKTU : 30 MENIT
HARI / TANGGAL :
TEMPAT :
PELAKSANA : MAHASISWA
SASARAN : IBU NIFAS

A. TUJUAN UMUM
Tujuan umum dari penyuluhan ini adalah setelah dilakukan pendidikan kesehatan
tentang infeksi nifas diharapkan ibu nifas mengerti tentang infeksi yang terjadi pada saat
nifas.

B. TUJUAN KHUSUS

Setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang infeksi nifas diharapkan:

a. Ibu mengetahui pengertian infeksi nifas


b. Ibu memahami penyebab dan cara terjadinya infeksi nifas
c. Ibu memahami faktor predisposisi infeksi nifas
d. Ibu memahami gambaran klinis infeksi nifas
e. Ibu memahami pencegahan infeksi nifas

C. SASARAN
Sasaran pada promosi kesehatan ditujukan kepada masyarakat khususnya para ibu
nifas.
D. PROSES PENYULUHAN

Tahap Waktu Kegiatan Respon Metode

Orientasi 5 menit -    Memberi salam -   Menjawab salam Ceramah


dan berkenalan

-    Menjelaskan
-   Bersedia mengikuti
kontrak waktu
kegiatan
-    Menjelaskan
-   Mendengarkan dan
Tujuan Pengajaran
memperhatikan

Kerja 20 -    Menjelaskan -    Mendengarkan dan


menit pengertian infeksi memperhatikan informasi
nifas yang dijelaskan

-    Menjelaskan
penyebab dari infeksi
nifas

-    Menjelaskan
tanda dan gejala dari
infeksi nifas

-    Menjelaskan
Faktor Predisposisi
Infeksi Nifas

- Menjelaskan
Gambaran Klinis
Infeksi Nifas

-    Menjelaskan cara
pencegahan dan
pengobatan dari
infeksi nifas

Terminasi 5 menit -    Memberikan -    Mengajukan pertanyaan Ceramah dan


kesempatan untuk tanya jawab
bertanya
-    Memperhatikan
-    Menjawab
pertanyaan -    Mendengarkan
penjelasan
-    Menyimpulkan
materi yang telah
disampaikan
-    Menjawab salam
-    Memberi salam
penutup

E. METODE
1. Ceramah
2. Diskusi

F. MEDIA
1. Leaflet
2. Power Point
3. Infocus

G. MATERI

(Terlampir)

MATERI SATUAN ACARA PENYULUHAN


INFEKSI PUERPERIUM ( INFEKSI PADA IBU NIFAS)

A. PENGERTIAN
Nifas atau puerperium adalah periode waktu atau masa dimana organ-organ
reproduksi kembali kepada keadaan tidak hamil. Masa ini membutuhkan waktu sekitar enam
minggu (Fairer, Helen, 2001:225)
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama
kira-kira enam minggu (Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Ne'bnatal, 2001:122)
Masa nifas atau masa puerperium mulai setelah partus selesai dan berakhir setelah
kira-kira enam minggu (Wiknjosastro, Hanifa, 1999: 237)
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai
sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil, lama masa nifas ini yaitu 6-8 minggu
(Mochtar, Rustam, 1998:115)
Infeksi nifas adalah infeksi pada dan melalui traktus genetalis setelah persalinan.
Suhu 38 °C atau lebih yang terjadi antara hari ke 2-10 postpartum dan diukur peroral
sedikitnya empat kali sehari

B.       PENYEBAB DAN CARA TERJADINYA INFEKSI NIFAS

1.      Penyebab infeksi nifas

Bermacam-macam jalan kuman masuk ke dalam alat kandungan seperti


eksogen (kuman datang dari luar), autogen (kuman masuk dari tempat lain dalam
tubuh) dan endogen (dari jalan lahir sendiri). Penyebab yang terbanyak dan lebih
dari 50% adalah streptococcus anaerob yang sebenarnya tidak patogen sebagai
penghuni normal jalan lahir. Kuman-kuman yang sering menyebabkan infeksi
antara lain adalah :

a.       Streptococcus haemoliticus anaerobic.


Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat.
Infeksi ini biasanya eksogen (ditularkan dari penderita lain, alat-
alat yang tidak suci hama, tangan penolong, infeksi tenggorokan
orang lain).

b.      Staphylococcus aureus

Masuknya secara eksogen, infeksinya sedang, banyak


ditemukan sebagai penyebab infeksi di rumah sakit dan dalam
tenggorokan orang-orang yang nampaknya sehat. Kuman ini
biasanya menyebabkan infeksi terbatas, walaupun kadang-kadang
menjadi sebab infeksi umum.

c.       Escherichia Coli

Sering berasal dari kandung kemih dan rektum,


menyebabkan infeksi terbatas pada perineum, vulva, dan
endometriurn. Kuman ini merupakan sebab penting dari infeksi
traktus urinarius

d.      Clostridium Welchii

Kuman ini bersifat anaerob, jarang ditemukan akan tetapi


sangat berbahaya. Infeksi ini lebih sering terjadi pada abortus
kriminalis dan partus yang ditolong oleh dukun dari luar rumah
sakit.

2.      Cara terjadinya infeksi nifas

Infeksi dapat terjadi sebagai berikut:

a. Tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung tangan pada


pemeriksaan dalam atau operasi membawa bakteri yang sudah ada
dalam vagina ke dalam uterus. Kemungkinan lain ialah bahwa sarung
tangan atau alat-alat yang dimasukkan ke dalam jalan lahir tidak
sepenuhnya bebas dari kuman-kuman.
b. Droplet infection. Sarung tangan atau alat-alat terkena kontaminasi
bakteri yang berasal dari hidung atau tenggorokan dokter atau petugas
kesehatan lainnya. Oleh karena itu, hidung dan mulut petugas yang
bekerja di kamar bersalin harus ditutup dengan masker dan penderita
infeksi saluran pernafasan dilarang memasuki kamar bersalin.
c.  Dalam rumah sakit terlalu banyak kuman-kuman patogen, berasal dari
penderita-penderita dengan berbagai jenis infeksi. Kuman-kuman ini
bisa dibawa oleh aliran udara kemana-mana termasuk kain-kain, alat-
alat yang suci hama, dan yang digunakan untuk merawat wanita dalam
persalinan atau pada waktu nifas.
d.  Koitus pada akhir kehamilan tidak merupakan sebab infeksi penting,
kecuali apabila mengakibatkan pecahnya ketuban.

C.      FAKTOR PREDISPOSISI INFEKSI NIFAS

1. Semua keadaan yang menurunkan daya tahan penderita seperti perdarahan banyak,
diabetes, preeklamsi, malnutrisi, anemia. Kelelahan juga infeksi lain yaitu
pneumonia, penyakit jantung dan sebagainya.
2. Proses persalinan bermasalah seperti partus lama/macet terutama dengan ketuban
pecah lama, korioamnionitis, persalinan traumatik, kurang baiknya proses
pencegahan infeksi dan manipulasi yang berlebihan.
3. Tindakan obstetrik operatif baik pervaginam maupun perabdominam.
4. Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban dan bekuan darah dalam rongga rahim.
5. Episiotomi atau laserasi.

D.      GAMBARAN KLINIS INFEKSI NIFAS


1.      Infeksi pada perineum, vulva, vagina dan serviks

Gejalanya berupa rasa nyeri serta panas pada tempat infeksi dan kadang-
kadang perih bila kencing. Bila getah radang bisa keluar, biasanya keadaannya
tidak berat, suhu sekitar 38°C dan nadi di bawah 100 per menit. Bila luka
terinfeksi tertutup oleh jahitan dan getah radang tidak dapat keluar, demam bisa
naik sampai 39 - 40°C dengan kadang-kadang disertai menggigil.

2.      Endometritis

Kadang-kadang lokia tertahan oleh darah, sisa-sisa plasenta dan selaput


ketuban. Keadaan ini dinamakan lokiametra dan dapat menyebabkan kenaikan
suhu. Uterus pada endometritis agak membesar, serta nyeri pada perabaan dan
lembek.

Pada endometritis yang tidak meluas, penderita merasa kurang sehat dan
nyeri perut pada hari-hari pertama. Mulai hari ke-3 suhu meningkat, nadi menjadi
cepat, akan tetapi dalam beberapa hari suhu dan nadi menurun dan dalam kurang
lebih satu minggu keadaan sudah normal kembali.

Lokia pada endometritis, biasanya bertambah dan kadang-kadang berbau.


Hal ini tidak boleh dianggap infeksinya berat. Malahan infeksi berat kadang-
kadang disertai oleh lokia yang sedikit dan tidak berbau. c.

3.      Septicemia dan piemia

Kedua-duanya merupakan infeksi berat namun gejala-gejala septicemia


lebih mendadak dari piemia. Pada septicemia, dari permulaan penderita sudah
sakit dan lemah. Sampai tiga hari postpartum suhu meningkat dengan cepat,
biasanya disertai menggigil. Selanjutnya, suhu berkisar antara 39 - 40°C, keadaan
umum cepat memburuk, nadi menjadi cepat (140 - 160 kali/menit atau lebih).
Penderita meninggal dalam enam sampai tujuh hari postpartum. Jika ia hidup
terus, gejala-gejala menjadi seperti piemia.
Pada piemia, penderita tidak lama postpartum sudah merasa sakit, perut
nyeri, dan suhu agak meningkat. Akan tetapi gejala-gejala infeksi umum dengan
suhu tinggi serta menggigil terjadi setelah kuman-kuman dengan embolus
memasuki peredaran darah umum. Suatu ciri khusus pada piemia ialah berulang
ulang suhu meningkat dengan cepat disertai menggigil, kemudian diikuti oleh
turunnya suhu. Ini terjadi pada saat dilepaskannya embolus dari tromboflebitis
pelvika. Lambat laun timbul gejala abses pada paru-paru, pneumonia dan
pleuritis. Embolus dapat pula menyebabkan abses-abses di beberapa tempat lain.

4.      Peritonitis

Peritonitis nifas bisa terjadi karena meluasnya endometritis, tetapi dapat


juga ditemukan bersama-sama dengan salpingo-ooforitis dan sellulitis pelvika.
Selanjutnya, ada kemungkinan bahwa abses pada sellulitis pelvika mengeluarkan
nanahnya ke rongga peritoneum dan menyebabkan peritonitis.

Peritonitis, yang tidak menjadi peritonitis umum, terbatas pada daerah


pelvis. Gejala-gejalanya tidak seberapa berat seperti pada peritonitis umum.
Penderita demam, perut bawah nyeri, tetapi keadaan umum tetap baik. Pada
pelvioperitonitis bisa terdapat pertumbuhan abses. Nanah yang biasanya
terkumpul dalam kavum douglas harus dikeluarkan dengan kolpotomia posterior
untuk mencegah keluarnya melalui rektum atau kandung kencing.

Peritonitis umum disebabkan oleh kuman yang sangat patogen dan


merupakan penyakit berat. Suhu meningkat menjadi tinggi, nadi cepat dan kecil,
perut kembung dan nyeri, ada defense musculaire. Muka penderita, yang mula-
mula kemerah-merahan, menjadi pucat, mata cekung, kulit muka dingin; terdapat
apa yang dinamakan facies hippocratica. Mortalitas peritonitis umum tinggi.

5.      Sellulitis pelvika (Parametritis)

Sellulitis pelvika ringan dapat menyebabkan suhu yang meninggi dalam


nifas. Bila suhu tinggi menetap lebih dari satu minggu disertai dengan rasa nyeri
di kiri atau kanan dan nyeri pada pemeriksaan dalam, hal ini patut dicurigai
terhadap kemungkinan sellulitis pelvika.

Pada perkembangan peradangan lebih lanjut gejala-gejala sellulitis pelvika


menjadi lebih jelas. Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan padat dan nyeri
di sebelah uterus dan tahanan ini yang berhubungan erat dengan tulang panggul,
dapat meluas ke berbagai jurusan. Di tengah-tengah jaringan yang meradang itu
bisa tumbuh abses. Dalam hal ini, suhu yang mula-mula tinggi secara menetap
menjadi naik-turun disertai dengan menggigil. Penderita tampak sakit, nadi cepat,
dan perut nyeri. Dalam dua pentiga kasus tidak terjadi pembentukan abses, dan
suhu menurun dalam beberapa minggu. Tumor di sebelah uterus mengecil sedikit
demi sedikit, dan akhirnya terdapat parametrium yang kaku.

Jika terjadi abses, nanah harus dikeluarkan karena selalu ada bahaya
bahwa abses mencari jalan ke rongga perut yang menyebabkan peritonitis, ke
rektum, atau ke kandung kencing.

6.      Salpingitis dan ooforitis

Gejala salpingitis dan ooforitis tidak dapat dipisahkan dari pelvio


peritonitis.

7.      Mastitis

Mastitis adalah infeksi yang disebabkan adanya sumbatan pada duktus


(saluran susu) hingga puting susu pun mengalami sumbatan. Untuk menghambat
terjadinya mastitis ini dianjurkan untuk menggunakan bra atau pakaian dalam
yang memiliki penyangga yang baik pada bagian payudaranya.

Pengurutan payudara sebelum laktasi merupakan salah satu tindakan yang


sangat efektif untuk menghindari terjadinya sumbatan pada duktus. Usahakan
untuk selalu menyusui dengan posisi dan sikap yang benar. Kesalahan sikap saat
menyusui dapat menyebabkan terjadinya sumbatan duktus. Menggunakan
penyangga bantal saat menyusui cukup membantu menciptakan posisi menyusui
yang lebih baik.
Beberapa indikasi yang menunjukkan terjadinya mastitis:

a. Tiba-tiba muncul rasa gatal pada puting dan berkembang menjadi


adanya rasa nyeri saat bayi menyusui
b. Timbulnya rasa demam dan kemerahan disekitar area hisapan dapat
pula disebabkan mastitis. Sisi yang mengalami sumbatan duktus akan
menunjukkan warna kemerahan dibandingkan daerah lainnya
c. Ibu merasakan gejala menyerupai flu seperti demam, rasa dingin
sementara tubuh terasa pegal dan sakit.

Cara mengurangi efek mastitis:

a. Untuk memperpendek durasi mastitis, segeralah tidur bila menduga


adanya mastitis dan istirahatlah dengan benar.
b. Konsumsi echinacea dan vitamin C untuk meningkatkan sistem imun
dan membantu melawan infeksi.
c. Kompres daerah yang mengalami sumbatan duktus dengan air hangat.
d. Bantuan pancuran air hangat (shower hangat) untuk mandi, akan
sangat membantu mempercepat menghilangkan sumbatan.
e. Tetap berikan ASI kepada bayi, terutama gunakan payudara yang sakit
sesering dan selama mungkin sehingga sumbatan tersebut lama-
kelamaan akan menghilang. Lalu, lakukanlah pemijatan ringan saat
menyusui, ini juga akan sangat membantu.

E.       PENCEGAHAN INFEKSI NIFAS

1.      Masa kehamilan

a. Mengurangi atau mencegah faktor-faktor predisposisi seperti anemia,


malnutrisi dan kelemahan serta mengobati penyakit-penyakit yang diderita
ibu.
b. Pemeriksaan dalam jangan dilakukan kalau tidak ada indikasi yang perlu.
c.  Koitus pada hamil tua hendaknya dihindari atau dikurangi dan dilakukan hati-
hati karena dapat menyebabkan pecahnya ketuban. Kalau ini terjadi infeksi
akan mudah masuk dalam jalan lahir.

2.      Selama persalinan

a. Usaha-usaha pencegahan terdiri atas membatasi sebanyak mungkin masuknya


kuman-kuman dalam jalan lahir :
b. Hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah lama/menjaga supaya
persalinan tidak berlarut-larut.
c. Menyelesaikan persalinan dengan trauma sedikit mungkin.
d. Perlukaan-perlukaan jalan lahir karena tindakan baik pervaginam maupun
perabdominam dibersihkan, dijahit sebaik-baiknya dan menjaga sterilitas.
e. Mencegah terjadinya perdarahan banyak, bila terjadi darah yang hilang harus
segera diganti dengan tranfusi darah.
f. Semua petugas dalam kamar bersalin harus menutup hidung dan mulut dengan
masker; yang menderita infeksi pernafasan tidak diperbolehkan masuk ke
kamar bersalin.
g.  Alat-alat dan kain-kain yang dipakai dalam persalinan harus suci hama.
h. Hindari pemeriksaan dalam berulang-ulang, lakukan bila ada indikasi dengan
sterilisasi yang baik, apalagi bila ketuban telah pecah.

3.      Selama nifas

a. Luka-luka dirawat dengan baik jangan sampai kena infeksi, begitu pula alat-
alat dan pakaian serta kain yang berhubungan dengan alat kandungan harus
steril.
b.  Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya diisolasi dalam ruangan khusus,
tidak bercampur dengan ibu sehat.
c. Pengunjung-pengunjung dari luar hendaknya pada hari-hari pertama dibatasi
sedapat mungkin.
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, E. 2008. Asuhan  Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendekia.


Khaidir, M. 2009. Asuhan Keperawatan Dengan  Infeksi Nifas.

Mansjoer, A. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius

Saifuddin, A. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.


Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiro Harjo

Wikjosastro. 1999. Ilmu  Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Anda mungkin juga menyukai