Anda di halaman 1dari 35

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jagung adalah salah satu tanaman pangan penghasil karbohidrat yang

terpenting di dunia, selain gandum dan padi. Bagi penduduk Amerika Tengah

dan Selatan, bulir jagung adalah pangan pokok, sebagaimana bagi sebagian

penduduk Afrika dan beberapa daerah di Indonesia. Pada masa kini, jagung

juga sudah menjadi komponen penting pakan ternak. Penggunaan lainnya

adalah sebagai sumber minyak pangan dan bahan dasar tepung maizena.

Berbagai produk turunan hasil jagung menjadi bahan baku berbagai produk

industri farmasi, kosmetika, dan kimia (Adisarwanto, 2002).

Menurut BPS 2019, data produksi jagung pada tahun 2018, adalah

2030.055.623 ton. Di Provinsi Riau pemanfaatan lahan masih banyak

menghadapi kendala yaitu dari sifat tanah itu sendiri. Masalah utama pada

lahan pertanian adalah kesuburan tanah, sehingga sangat mempengaruhi

pertumbuhan tanaman. Pada umumnya tanah diRiau tanah masam yang

miskin akan unsur hara. Masalah ini diatasi dengan cara memberikan

perlakuan khusus terhadap tanah agar menjadi lebih subur dan dapat

menyediakan unsur hara yang sangat dibutuhkan oleh tanaman. Dimana salah

satu cara yang dapat dilakukan yaitu dengan cara pemupukan.

Bawang Merah (Allium cepa var ascalonicum (L) Back) merupakan

sejenis tanaman yang menjadi bumbu berbagai masakan di dunia. Berasal dari

Iran, Pakistan, dan pegunungan-pegunungan di sebelah utaranya, kemudian

dibudidayakan di daerah dingin, sub-tropis maupun tropis (Kusuma, 2015).


2

Data Badan Pusat Statistik (BPS), terbaru saai ini seluruh indonesia

produksi bawang merah sebanyak 1 580 247 ton. Peningkatan produksi

bawang merah nasional dapat dilakukan melalui penambahan luas panen dan

peningkatan produksi (BPS, 2020).

Sistem pertanian yang mengembangkan teknik pengendalian hama yang

berbasis lingkungan, refugia diharapkan dapat menjaga kelestarian

agroekosistem di lapangan, dengan merunut pada prinsip Pengendalian Hama

Terpadu (PHT). PHT menitikberatkan pemanfaatan berbagai teknik

pengendalian yang dikombinasikan dalam satu kesatuan program, sehingga

dicapai keuntungan ekonomi yang maksimal dan memberikan dampak yang

aman bagi lingkungan hidup. Secara prinsip, berbagai cara pengendalian

diterapkan harus secara teknis efektif dan dapat diterapkan secara ekonomi

menguntungkan, secara ekologi aman dan secara sosial budaya dapat diterima

(Prabaningrum, 2015).

Aplikasi pestisida merupakan cara pengendalian hama yang banyak

dilakukan oleh petani. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk memaksimalkan

produksi padi. Secara intensif aplikasi pestisida dapat mendukung

produktivitas padi sawah, namun disisi lain dapat merusak keseimbangan

alami ekosistem di lahan pertanian. Terganggunya rantai makanan alami

dapat meningkatkan populasi hama akibat resistensi dan berkurangnya

populasi musuh alami yang mampu mengendalikan populasi hama (Muhibah

dan Leksono, 2015 dalam Apriliyanto dan Sarno, 2018).

penggunaan pestisida kimia sintetis untuk mengendalikan hama

mempunyai dampak negatif terhadap komponen ekosistem lainnya seperti

terbunuhnya musuh alami, resurgensi dan resistensi hama serta pencemaran


3

lingkungan karena residu yang ditinggalkan (Kishi et al., 1995). Keamanan

Pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan

dari kemungkinancemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat

mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia serta tidak

bertentangan dengan agama,keyakinan, dan budaya masyarakat sehingga

aman untuk dikonsumsi. Sedangkan Mutu Pangan adalah nilai yang

ditentukan atas dasar kriteria keamanan dan kandungan gizi Pangan. Produk

Rekayasa Genetik atau organisme hasil modifikasi yang selanjutnya disebut

PRG adalah organisme hidup, bagian-bagiannya, dan/atau hasilolahannya

yang mempunyai susunan genetik baru dari penerapanbioteknologi

modern.Sumber Daya Genetik yang selanjutnya disingkat SDG adalah

genetik yang berasal dari tumbuhan,dan mikroorganisme yang mengandung

unit fungsionalpembawa sifat keturunan dan yang mempunyai nilai nyata atau

potensial. Penggunaan pestisida sintetik oleh sebagian besar petani Indonesia

cenderung pada satu jenis tertentu saja dan takaran dosisnya berlebih,

sehingga selain berdampak pencemaran lingkungan juga berakibat terjadinya

kekebalan dari hama atau penyakit tanaman yang ada. Penyemprotan

pestisida sintetik juga menyebabkan matinya musuh alami hama maupun

mikrobia antagonis sehingga akan mempermudah terjadinya ledakan hama

ataupun penyakit tertentu dan juga dipercepat oleh pemusnahan musuh alami

oleh insektisida yang sebelumnya manahan spesies-spesies pada tingkat

terkendali. Petani selama ini tergantung pada penggunaan pestisida kimia

untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman. Selain yang harganya

mahal, pestisida kimia juga banyak memiliki dampak buruk bagi lingkungan

dan kesehatan manusia.


4

pengelolaan pertanian dengan setiap keputusan dan tindakan yang diambil

selalu bertujuan meminimalisasi serangan OPT, sekaligus mengurangi bahaya

yang ditimbulkannya terhadap manusia, tanaman, dan lingkungan. Sistem

PHT memanfaatkan semua teknik dan metode yang cocok (termasuk biologi,

genetis, mekanis, fisik, dan kimia) dengan cara seharmoni mungkin, guna

mempertahankan populasi hama berada dalam suatu tingkat di bawah tingkat

yang merugikan secara ekonomis. Implementasi PHT di Indonesia secara

nasional di mulai sejak di keluarkannya Inpres No. 6 tahun 1986, kemudian di

ikuti dengan Undang-undang No. 12 tahun 1992 (Anonim, 2002).

B. Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum ini agar lebih memahami tentang pengaruh

pertumbuhan gulma, hama, dan penyakit menggunakan pupuk kompos,

pupuk urea berserta pupuk npk 16:16:16 dalam tanaman jagung manis (Zea

mays l.) dan bawang merah (Allium cepa var ascalonicum L.)

C. Manfaat Praktikum

1. Sebagai salah satu persayatan untuk memperoleh nilai mata kuliah sistem

pertanian berkelanjutan.

2. Hasil praktikum ini juga dapat bermanfaat bagi pengembangan dan ilmu

pengetahuan sehingga dapat memperkaya di bidang budidaya pertanian.

3. Memberikan informasi kepada petani dan masyarakat mengenai dosis

pemupukan pupuk Taspu dan pupuk NPK 16:16:16 yang terbaik terhadap

pertumbuhan dan hasil tumpangsari.


5

II. TINJAUAN PUSTAKA

Jagung manis (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan

pengahasil karbohidrat yang terpenting di dunia, selain gandum dan juga padi.

Untuk hal ini di beberapa negara seperti di wilayah Amerika Tengah dan Selatan,

bulir jagung menjadi makanan pokok. Dan begitu juga dibeberapa wilayah Afrika

dan Indonesia sendiri. Didalam seratus gram jagung manis terdapat kandungan

energi sebanyak 96 kalori, protein 3,5 g, lemah 1,0 g, karbohidrat 22,8 g, kalsium

3,0 mg, fosfor 111,0 mg, besi 0,7 mg, vitamin A 400 SI, vit amin B 0,15 mg, dan

air 72,7 g (Suparman, 2010).

Tanaman jagung dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom/Kerajaan:

Plantae/ Plants; Sub kingdom/Sub kerajaan: Tracheobionta/ Vascular Plants;

Super division/Super divisi: Spermatophyta/ Seed Plants; Division/Divisi:

Magnoliophyta/ Flowering Plants; Classis/Kelas: Liliopsida/ Monocotyledons;

Sub classis/Sub Kelas: Commelinidae; Ordo/Bangsa: Cyperales; Familia/Suku:

Poaceae (Gramineae)/ Grass Family; Genus/Marga: Zea L./ Corn; Species

(Jenis/ spesies): Zea mays L. Saccharata; Binomial Name/Nama Latin: Zea mays

L.

Klasifikasi Jagung Manis Bagian tongkol dan biji. Bagian ini merupakan

bagian buah jagung. Bagian ini adalah bagian utama pada jagung, dimana bagian

inilah hasil utama yang dipetik. Seperti yang kita kenal, bahwa morfologi jagung

pada bagian tongkol ini diselimuti oleh dinding pericarp. Pericarp ini menempel

dengan biji sehingga dapat melindungi biji jagung dengan baik. Dalam biji

jagung, ada bagian luar atau pericarp, bagian dalam atau endosperm, serta bagian

lembaga atau embrio. Fungsi pericarp adalah menjaga embrio agar selalu cukup
6

air, kemudian bagian endosperm ini berfungsi sebagai cadangan makanan pada

jagung. Dimana ada kandungan pati sebanyak 90 % dan 10% kandungan zat yang

lainnya (minyak, protein, dan mineral). Sedangkan bagian embrio sendiri

merupakan inti dari tanaman jagung ini. Dimana embrio ini akan menjadi cikal

bakal terbentuknya biji yang bisa ditanam lagi untuk menjadi tanaman jagung

baru (Widyastuti, 2002).

Bagian bunga. Jagung juga mempunyai bagian bunga. Bunga yang

memang berfungsi sebagai mahkota dari tumbuhan. Walaupun bagian bunga pada

jagung tidak berwarna-warni atau semenarik bunga-bunga yang ada di kebun

(seperti Bungan mawar atau bunga melati), tetapi keberadaan bunga jagung ini

menjadi salah satu bagian yang penting. Bagian morfologi jagung ini menjadi

bagian yang penting, karena bunga inilah yang menjadi alat untuk penyerbukan

jagung. Ada dua jenis bunga, yaitu bunga jantan dan bunga betina. Keduanya akan

mengalami penyerbukan, hasilnya adalah berupa pati yang kemudian berkumpul

menjadi tongkol jagung.

Bagian batang dan daun. Batang menjadi bagian morfologi jagung yang

berfungsi untuk menopang tubuh tanaman jagung. Bentuk dari batang tanaman

jagung adalah tipis, berbuku-buku, beruas, dan bercabang-cabang. Ada 3 bagian

yang ada pada batang, yakni bagian epidermis atau bagian kulit luar, bagian

jaringan pembuluh dan bagian pusat batang. Kemudian pada bagian daun jagung

terdiri dari bagian helai daun, pelepah daun, serta bagian ligula. Daun jagung ini

akan tumbuh di setiap ruas yang ada pada batang jagung.

Sistem perakaran. Karena tanaman jagung merupakan tanaman dikotil,

maka akarnya pun dalam bentuk akar serabut. Dimana pada akar serabut jagung

sendiri ada 3 bagian, yaitu akar adventif, akar penyangga dan akar seminal. Ketiga
7

bagian akar tersebut memiliki fungsi sendiri-sendiri. Bagian akar pertama yakni

akar penyangga, yang berfungsi untuk membuat tanaman jagung tetap tegak dan

juga untuk menyerap air dan zat hara. Kemudian pada akar adventif berfungsi

untuk mengambil zat hara dan air dari dalam tanah. Sedangkan untuk akar seminal

berfungsi untuk mengembangkan embrio. Morfologi jagung tersebut adalah

bagian-bagian detail pada tanaman jagung yang bisa kita pelajari. Sehingga kita

menjadi lebih jelas tentang bagian-bagiaan jagung beserta fungsi dari setiap

komponen yang ada pada jagung. Selain itu kita juga perlu mengenal klasifikasi

dari tanaman jagung yang bermanfaat untuk memperlajari asal-usul serta berbagai

jenis tanaman lain yang memiliki ciri khas yang sama.

Persyaratan tumbuh jagung Tanaman jagung memiliki beberapa syarat

tumbuh, diantaranya faktor iklim dan tanah. Adapun faktor iklim yang sesuai

untuk pertumbuhan tanaman jagung adalah sebagai berikut : (1.)Suhu. Suhu yang

sesuai untuk tanaman jagung antara 21°C – 30°C dengan suhu optimum antara

23°C – 27°C, Untuk daerah-daerah di Indonesia, persyaratan suhu tidak menjadi

persoalan. Di Jawa Timur yang banyak membudidayakan tanaman jagung,

mempunyai suhu antara 25°C – 27°C. Daerah ini sangat cocok untuk pertanaman

jagung sehingga menjadi daerah jagung penting di Indonesia (Hardjowigeno. S.

2003).

Pada waktu perkecambahan biji, suhu optimal berkisar 30°C – 32°C; suhu

di bawah 12,8°C akan mengganggu perkecambahan sehingga dapat menurunkan

hasil. Pada suhu 40°C – 44°C lembaga (embrio) jagung dapat rusak.

Sejarah tanaman bawang merah (Allium cepa var ascalonicum L.) diduga

berasl dari Asia Tengah, terutama Palestina dan India, tetapi sebagian lagi

memperkirakan asalnya dari Asia Tenggara dan Mediteranian. Pendapat lain


8

menyatakan bawang merah berasal dari Iran dan pegunungan sebelah Utara

Pakistan, namun ada juga yang menyebutkan bahwa tanaman ini berasal dari Asia

Barat, yang kemudian berkembang ke Mesir dan Turki (Sumarni et al. 2012).

Kandungan gizi dan manfaat bawang merah mengandung protein 1,5 g,

lemak 0,3 g, kalsium 36 mg, fosfor 40 mg vitamin C 2 g, kalori 39 kkal, dan air

88 g serta bahan yang dapat dimakan sebanyak 90%. tanaman ini juga berkhasiat

sebagai obat tradisional, misalnya obat demam, masuk angin, diabetes melitus,

disentri dan akibat gigitan serangga (Suparman, 2010).

Menurut Suriani (2011), klasifikasi bawang merah adalah sebagai

berikut, Kingdom: Plantae; Divisi: Spermatophyta; Kelas: Monocotyledoneae;

Ordo: Liliales; Famili: Liliaceae; Genus: Allium, Spesies: Allium ascalonicum L.

Morfologi bawang merah bagian tanaman bawang merah dibedakan atas

akar, batang, daun, bunga, buah dan biji. Akar tanaman bawang merah terdiri atas

akar pokok (primary root) yang berfungsi sebagai tempat tumbuh akar adventif

(adventitious root) dan bulu akar yang berfungsi untuk menopang berdirinya

tanaman serta menyerap air dan zat-zat hara dari dalam tanah. Akar dapat tumbuh

hingga kedalaman 30 cm, berwarna putih, dan jika diremas berbau menyengat

seperti bau bawang merah (Lakitan, B. 2010).

Syarat tumbuh tanaman bawang merah tanaman bawang merah lebih

senang tumbuh di daerah beriklim kering. Tanaman bawang merah peka terhadap

curah hujan dan intensitas hujan yang tinggi, serta cuaca berkabut. Tanaman ini

membutuhkan penyinaran cahaya matahari yang maksimal (minimal 70%

penyinaran), suhu udara 25-32°C, dan kelembaban nisbi 50-70% (Suparman,

2010).
9

Gulma merupakan tumbuhan yang kehadirannya tidak dikehendaki oleh

manusia. Keberadaan gulma menyebabkan terjadinya persaingan antara tanaman

utama dengan gulma. Gulma yang tumbuh menyertai tanaman budidaya dapat

menurunkan hasil baik kualitas maupun kuantitasnya (Widaryanto, 2010). Gulma

mempunyai kemampuan bersaing yang kuat dalam memperebutkan CO2, air,

cahaya matahari dan nutrisi. Pertumbuhan gulma dapat memperlambat

pertumbuhan tanaman. Gulma dalam ekosistem pertanian terbagi atas penggangu

dan non pengganggu. Refugia merupakan area tumbuhan gulma yang tidak

mengganggu karena perannya sebagai mikrohabitat yang menyediakan tempat

berlindung secara spasial dan/atau temporal bagi musuh alami hama, seperti

predator dan parasitoid, serta mendukung komponen interaksi biotik pada

ekosistem, seperti polinator atau serangga penyerbuk (Keppel et al., 2012).

Tanaman refugia mempunyai potensi menyokong mekanisme sistem yang

meliputi perbaikan ketersediaan makanan alternatif seperti nektar, serbuk sari, dan

embun madu; menyediakan tempat berlindung atau iklim mikro yang digunakan

serangga predator untuk bertahan melalui pergantian musim atau berlindung dari

faktorfaktor ekstremitas lingkungan atau pestisida; dan menyediakan habitat untuk

inang atau mangsa alternatif (Landis et al.,2000).

Hama tanaman adalah semua binatang (termasuk serangga, tungau, babi,

tikus, kalong, tupai, ketam, siput, burung, dll) yang dalam aktivitas hidupnya

selalu merusak tanaman atau merusak hasilnya, dan menurunkan kualitas maupun

kuantitasnya, sehingga menimbulkan kerusakan ekonomis bagi manusia. Hama

yang paling dominan dan secara luas menimbulkan kerusakan ekonomis adalah

dari golongan serangga. Serangga bersifat kosmopolitan dan paling banyak

jenisnya. Kehidupan hama sangat dipengaruhi oleh berbagai factor; diantaranya


10

adalah faktor dalam seperti siklus hidup, keperidian, kesuburan, dan faktor luar

faktor fisik, faktor makanan dan faktor hayati. Faktor-faktor yang mempengaruhi

kehidupan serangga (serangga hama) tersebut sangat penting untuk diketahui,

sehingga dapat dilakukan manipulasi terhadap faktor-faktor tersebut untuk tujuan

pengendaliannya. setiap tindakan manusia untuk mambatasi atau mengurangi

perkembangan serangga hama agar jangan sampai menyebar ketempat lain dan

menekan dan menekan populasi serangga hama tersebut agar tetap berada pada

tingkat yang tidak merugikan secara ekonomi. Pengendalian hama dalam sistem

pertanian konvensianal diantaranya dengan aplikasi pestisida yang tidak

bijaksana telah menimbulkan berbagai dampak negatif terhadap lingkungan

biotik dan abiotik. Dampak negatif tersebut adalah terjadinya resourgensi,

resistensi, meledaknya populasi hama sekunder, matinya musuh alami dan

memcemari lingkungan melalui residu yang ditinggalkannya serta menyebabkan

keracunan pada manusia (Oka, 1995). Untuk menekan dampak negatif tersebut,

maka pengendalian hama tanaman dilakukan melalui penerapan PHT yaitu

dengan memadukan beberapa komponen pengendalian yang kompatibel agar

populasi hama dapat ditekan sampai batas dibawah ambang ekonomi. Komponen

PHT tersebut diantaranya adalah :, Pengendalian seraca kultur teknis,

Pengendalian secara fisik dan mekanik, Pengendalian secara hayati/biologi,

pengendalian secara kimia dan Pengendalian dengan undang-undang atau

peraturan erangkap, sanitasi, pengaturan pola tanam, pengaturan waktu tanam,

pengunaan mulsa, dan varietas tahan.

Penyakit hanya dapat terjadi jika ketiga faktor yaitu patogen, inang dan

lingkungan mendukung, inang dalam rentam, pathogen bersifat virulen (daya

infeksi tinggi) dan jumlah cukup, serta lingkungan mendukung. Lingkungan


11

berupa komponen lingkungan fisik (suhu, kelembahan cahaya) maupun biotik

(musuh alami, organisme kompetitor). Dari kosep tersebut jelas sekali bahwa

perubahan salah satu komponen akan berpengaruh terhadap intensitas penyakit

yang muncul. Pengendalian penyakit dengan fungisida dan bakterisida sintetis

oleh para petani kentang selama ini tidak efektif dalam mengendalikan penyakit

yang disebabkan oleh kapang patogen, banyak masalah yang merugikan bagi

kehidupan manusia secara langsung atau tidak langsung diantaranya menimbulkan

residu yang melekat pada hasil tanaman yang akan mengganggu kesehatan

konsumen, pencemaran lingkungan serta membunuh organisme lainnya yang

bukan sasaran. Penggunaan agen hayati berbahan baku biofungisida sehingga

menjadi alternatif yang tepat untuk mengendalikan mikroba patogen penyebab

penyakit pada tanaman budidaya (Arwiyanto,2003). Penggunaan pestisida dan

pupuk sintetik diyakini petani mampu memberi respons dan meningkatkan

produksi tanaman secara nyata, namun juga berdampak negatif terhadap

pencemaran lingkungan (Nasahi 2010).


12

III. BAHAN DAN METODE

A. Tempat dan Waktu

Praktikum dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian

Universitas Islam Riau, Jalan Kaharuddin Nasution No. 113, Kelurahan

Air Dingin, Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru. Praktikum ini

dilaksanakan selama 3 bulan di mulai dari bulan Mei sampai bulan Juli

2021 .

B. Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Benih

Jagung Manis dan Benih Bawang Merah, Pupuk Kompos ,Pupuk NPK

Mutiara 16: 16: 16.

Sedangkan alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah

traktor, cangkul, meteran, gembor, garu, kamera dan alat tulis.

C. Pelaksanaan Praktikum

1. Persiapan Lahan

Persiapan lahan praktikum berupa pembersihan dan penggemburan

areal lahan yang akan digunakan untuk penanaman dari jagung manis

dan bawang merah, sampah-sampah dan gundukan kayu. Persiapan lahan

dilakukan seminggu sebelum tanam.

2. Pengolahan lahan

Pengolahan lahan dilakukan dua kali, pengolahan dengan

menggunakan traktor dan cangkul dan dilakukan penggemburan tanah

dengan menggunakan cangkul.


13

3.Pembuatan bedengan Plot

Plot dibuat dengan ukuran 1 x 4 m, jarak antara plot sebesar 50 cm

dan tinggi plot 30 cm. Pembuatan plot dilakukan dengan menggunakan

cangkul dan tali raffia untuk mempermudah pembuatan plot.

4. Penanaman

1. Jagung manis

Setelah dilakukan pembuatan bedengan benih jagung manis siap

untuk di tanaman, benih ditanaman dengan cara ditunggalkan sedalam 2

cm dengan jarak tanam 70 x 30 cm dan setiap lubang diisi 1 buah benih

jagung manis, kemudian lubang ditutup dengan tanah gembur. Penanaman

dilakukan pada sore hari.

2. Bawang merah

Penanaman bawang merah setelah penaman jagung manis kurang

lebih 3 minggu kemudian bawang ditanam keplot yang telah disediakan.

Dengan kriteria tumbuh sehat dan bibit memiliki pertumbuhann tanaman

bawang merah dengan jarak tanam 30 cm dilakukan diantara jarak

tanaman jagung manis pada jarak yang lebih luas.

5. Pemberian Perlakuan

Pemberian perlakuan dilakukan setelah pemberian label

terhadap banyaknya maupun pupuk kompos terlebih dahulu. Setelah

penaman jagung manis 1 minggu di berikan pupuk urea

Setalah 3 minggu penanaman jagung manis diberikan pupuk NPK

16:16:16 sesuai dengan perlakuan yang diberikan yaitu,. pemberian

perlakuan dilakukan ketika sudah ditanaman .


14

6. Pemeliharaan

a) Penyiraman

Penyiraman dilakukan 2 kali yaitu pada pagi hari dan sore hari,

penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor. Kegiatan

penyiraman dilakukan mulai awal tanam hingga tanaman siap dipanen.

Pada kondisi hujan penyiraman ditiadakan jika kondisi tanah masih basah.

Tujuan dari penyiraman agar terpenuhuinya kebutuhan air pada tanaman

dan menjaga kelembapan pada tanah.

b) Penyiangan dan Pembumbunan

Penyingan dilakukan apabila disekitar tanaman terdapat gulma.

Penyiangan dilakukan bersamaan dengan pembumbunan agar tanaman

tidak rebah dan perakaran dapat berkembang dengan baik. dilakukan

sesuai keadaan lahan mulai dari saat penanaman tanaman hingga

pemanenan.

c) Pembumbunan

Pembubunan dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada umur 21 HST

dan 45 HST dengan cara menimbun bagian akar tanaman ada disekitar

tanaman.

d) Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit dilahan dilakukan secara

preventif, dimana yang muncul dipermukaan ditanah ditimbun kembali,

rusak atau terserang hama. Penyemprotan fungisida diberikan Dithane-M-

45 untuk mencegah serangan jamur dengan dosis 2 g/l air dengan interval

2 minggu sekali. Penyemprotan dilakukan saat tanaman berumur 2 MST

dan dihentikan 2 minggu sebelum panen.


15

e) Panen

Pemanen jagung baru bisa dilakukan ketika tanaman telah berumur

75 hst. Ciri jagung siap panen bisa dilihat pada rambut jangung telah

berubah warna dari hijau ke coklat atau hitam. Pemanenan dilakukan

dengan cara mematahkan langsung jagung dari batangnya dan

Bawang merah dipanen apabila terlihat tanda-tanda leher batang

lunak, tanaman rebah, dan daun menguning atau kering. Pemanenan

dilakukan dengan cara mencabut seluruh bagian tanaman dengan hati-hati

agar tidak ada umbi yang tertinggal didalam tanah. Pemanenan dilakukan

pada pagi hari karena tanah masih dalam keadaan lembab sehingga

mempermudah dalam pencabutan.

D. Parameter Pengamatan

a. Jagung Manis

1. Persentase Tumbuh Tanaman (%)

Pengamatan persentase tumbuh tanaman dilakukan dengan cara

menghitung jumlah tanaman yang tumbuh pada umur 7 hst. Data hasil

pengamatan ditampilkan dalam bentuk tabel.

2. Umur Muncul berbunga (HST)

Pengamatan terhadap umur berbunga dilakukan dengan

menghitung hari berapa tanaman telah mulai mengeluarkan bunga.

Pengamatan dilakukan jika 50% dari jumlah populasi per plot telah

mengeluar kan bunga. Data dari hasil pengamatan dianalisa secara

statistic dan disajikan dalam bentuk tabel.

3. Umur panen

Pengamatan pada umur panen dilakukan mulai dari penanaman,


16

hingga masa tanaman ini dipanen dalam satuan hst. Data dari hasil

pengamatan dianalisa secara statistic dan disajikan dalam bentuk tabel.

4. Panjang Tongkol jagung (cm)

Pengamatan panjang Tongkol jagung ini dilakukan pada akhir

praktikum, dimana tonkol yang diukur panjangnya hanyalah tongkol.

Pengamatan panjang Tongkol jagung ini dilakukan dengan

menggukan penggaris ataupun meteran. Data hasil pengamatan

dilakukan dalam bentuk tabel.

5. Berat tongkol jagung (g)

Berat tongkol jagung pertanaman merupakan pengukuran

pada massa segar buah, dihitung dengan cara menimbang tanaman

yang menggunakan timbangan analitik. Data hasil pengamatan

dilakukan dalam bentuk tabel.

6. Jumlah biji jagung

Pengamatan jumlah biji jagung dilakukan setelah panen dengan

cara menghitung biji yang terdapat pada setiap tongkol jagung. Data

akhir yang diperoleh dianalisis secara statistik dan ditampilkan dalam

bentuk tabel.

b. Tanaman bawang Merah

1. Persentase Tumbuh Tanaman bawang merah (%)

Pengamatan persentase tumbuh tanaman kemudaia dilakukan

dengan cara menghitung jumlah tanaman yang tumbuh pada umur

7 hst. Data hasil pengamatan ditampilkan dalam bentuk tabel.

2. Jumlah umbi perumpun (siung)

Pengamatan jumlah siung perumpun dilakukan setelah panen


17

dengan cara menghitung siung yang terdapat pada setiap rumpun.

Data akhir yang diperoleh dianalisis secara statistik dan

ditampilkan dalam bentuk tabel.

3. Berat umbi basah per rumpun (g)

Berat umbi basah diamati dengan cara menimbang umbi yang

terdapat pada setiap rumpun menggunakan timbangan analitik

setelah panen. Penimbangan dilakukan setelah umbi dipanen dan

dilakukan pembersihan dari tanah yang melekat pada bagian umbi.

Data akhir yang diperoleh dianalisis secara statistik dan

ditampilkan dalam bentuk tabel.

4. Berat umbi kering (g)

Pengamatan dilakukan setelah bawang merah dipanen dengan

cara menimbang umbi yang telah dibersihkan dari tanah dan

dikering anginkan selama 1 minggu. Kemudian data yang

diperoleh dari hasil pengamatan dianalisis secara statistik dan

disajikan dalam bentuk tabel.

5. Berat umbi Kering/ plot

Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung berat umbi

Kering/plot. Data akhir yang diperoleh dianalisis secara statistik

dan ditampilkan dalam bentuk tabel

c. Gulma

1. Jenis gulma

Pengamatan jenis gulma dilakukan dengan di plot

praktikum yang di tumbuhi gulma yang terdapat di plot tersebut.

Data akan ditampilkan dalam bentuk tabel.


18

2. Jumlah gulma

Pengamatan jumlah gulma dilakukan dengan cara

menghitung gulma yang ada di plot masing-masing dan hasil nya

kemudian dicatat. Data akan ditampilkan dalan bentuk tabel.

d. Hama

1. Nama hama

Pengamatan tentang nama hama dilakukan dengan

memeriksa setiap tanaman yang terkenak hama tersebut dan cari

tau hama yang menempel di tanaman jagung dan bawang.

2. Statusnya hama

Pengamatan statusnya hama dilakukan pemeriksaan pada tanaman

jagung dan bawang, dan lihat tipe perusak tanaman atau tidak

hama tersebut.

e. Penyakit

1. Nama penyakit

Pengamatan penyakit dilakukan pengecekan pada setiap

tanaman yang sudah mulai layu, tidak berkembang dengan baik

warna daun tidak berbintik dan lain-lainya.

2. Statusnya penyakit

Pengamatan statusnya penyakit dilakukan pengambilan

sampel pada tanaman yang terserang penyakit kemudian sampel

yang terserang penyakit dilakukan penyemporan atau dicabut dan

dibuang jauh dari tanaman yang lainya agar tidak menular.


19

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Tanaman Jagung Manis

1. Persentasi tumbuh tanaman (%)

Persentasi tumbuh tanaman 100%, hal ini menunjukkan bahwa

proses pertumbuhan tunas tanaman jagung berjalan dengan baik dan

tidak mendapat halangan apapun baik dari segi pertumbuhan maupun

perkembangan dari tunas tanaman. Karena dari segi penanaman tidak

terlalu dalam sehingga memudahlan kecambah menembus tanah.

Menurut Risdi Hamida (2017) menyatakan bahwa kedalaman

tanam optimum dalam penelitiannya ialah kedalaman 5 cm yang

berpengaruh pada persentasi Umur Muncul berbunga, Umur panen,

Panjang Tongkol jagung, Berat tongkol jagung, dan Jumlah biji

jagungn manis.

B. Tanaman Bawang Merah

1. Persentasi tumbuh tanaman (%)

Persentasi tumbuh tanaman 25%, hal ini menunjukkan bahwa

proses pertumbuhan tunas tanaman bawang merah kurang berjalan

dengan baik adanya halangan membuat tanaman bawang merah

pertumbuhan tunasnya menjadinkurang baik akibat curah hujan yang

tinggi membuat plot yang berisi tanaman bawang tergenang membuat

masa proses pertumbuhan menjadi tidak stabil ada juga sebagian

tanaman busuk akibat cuarah hujan yang tinggi. Maka dari itu

perkembangan tunas pada bawang merah menjadi lambat.


20

C. Gulma

1. Jenis gulma

Gulma utama pada tanaman kedelai teki-tekian (Cyperus rotundus


L.)

Cyperus rotundus termasuk gulma golongan teki yang


keberadaannya sangat tidak diinginkan oleh petani karena bersifat
dan termasuk jenis gulma C. rotundus merupakan gulma yang
tergolong sangat ganas dan mengancam keberhasilan tanaman
budidaya karena kemampuannya yang sangat kuat dalam
berkompetisi dengan tanaman budidaya.
Klasifikasi gulma teki Cyperus rotundus sebagai berikut :

Kingdom : Plantae, Division: Magnoliophyta, Class

:Liliopsida,Ordo: Poales, Family : Cyperaceae, Genus

:Cyperus Species: C. rotundus (Pranasari et al, 2012).

Gejala serangan Tingkat persaingan gulma dengan kedelai


tergantung pada jenis, populasi, ke- lindungan, daya jelajah akar,
dan saat terjadinya persaingan. Tingkat persaingan semakin tinggi
bila ketersediaan air, hara, dan cahaya dalam jumlah terbatas dan
dibutuhkan dalam waktu yang bersamaan. Kemampuan gulma
dalam menurun- kan hasil tanaman erat kaitannya dengan
kemampuan gulma dalam memanfaat- kan/menyerap hara, air, dan
cahaya. menyebabkan penurunan hasil lebih besar. Periode kritis
kedelai terhadap gangguan gulma adalah pada periode awal
pertumbuhan selama seperempat hingga sepertiga dari umur
tanaman. Gangguan gulma pada awal pertumbuhan tanaman akan
menurunkan hasil, dan gangguan yang terjadi menjelang panen
akan menurunkan kualitas hasil (Mustika tani, 2010).
Pengendalian gulma adalah suatu cara untuk menekan populasi
gulma sampai jumlah tertentu sehingga tidak menimbulkan
kerugian terhadap tanaman. Pengen- dalian gulma akan efektif bila
dilakukan pada awal periode kritis tanaman, sedangkan gulma yang
21

tumbuh setelah periode kritis dikendalikan sekedarnya saja karena


tidak menyebabkan merugikan yang berarti. Pengendalian gulma
dapat dilakukan secara preventif, eradikatif, dan secara langsung.
Pengendalian gulma secara preventif dilakukan dengan cara
mencegah per- kembangbiakan dan penyebaran gulma, baik
melalui biji maupun organ vegetatif. Pengendalian gulma secara
eradikatif dilakukan dengan cara memusnahkan gulma sebelum
berbunga dan berbiji sehingga gulma tidak tumbuh lagi. Cara ini
efektif untuk area sempit dan datar, tetapi sangat mahal untuk area
luas serta, dan kurang baik untuk tanah yang miring. Pengendalian
gulma secara langsung, dilakukan dengan cara kultur teknis,
mekanis, biologi, dan kimiawi (Rizkitavani dan Purwani, 2013) .
Pengendalian Secara Kultur Teknis Pengendalian secara kultur
teknis dapat dilakukan dengan memperbaiki teknik budidaya
tanaman, antara lain dengan : Penyiapan lahan yang baik,
Menggunakan benih bebas dari biji gulma, Mengatur jarak tanam,
sehingga memacu pertumbuhan tanaman agar dapat menekan
pertumbuhan gulma, Menggunakan mulsa untuk menghambat
pertumbuhan/mematikan gulma, Rotasi tanaman, karena dominasi
gulma pada setiap jenis tanaman berbeda, Penggenangan untuk
gulma darat Pengendalian secara mekanis lebih banyak dilakukan
dibanding cara lain, yaitu dengan cara merusak gulma secara
mekanik, sehingga gulma tersebut per- tumbuhannya terhambat
atau mati. Pengendalian cara ini dapat dilakukan dengan
pengolahan tanah, mencabut gulma, membakar gulma, atau meng-
gunakan alat mekanik.
Pengendalian Secara Biologi populasi gulma dikendalikan

menggunakan musuh alami berupa hama, penyakit atau jamur yang

dapat menekan atau mematikan gulma, tetapi tidak berdampak

pada tanaman budi daya. Cara ini belum banyak dilakukan di


22

Indonesia, karena terbatasnya musuh alami yang telah ditemukan

dan dianggap mudah serta

2. Jumlah gulma

Hasil pengamatan jumlah gulma pada tanaman jagung manis dan

bawang merah setelah dilakukan pengamatan menunjukkan bahwa

pemberian pupuk kompos, urea dan pupuk mutiara NPK 16:16:16

nyata terhadap jumlah gulma pada tanaman jagung manis dan bawang

merah. Rata-rata hasil pengamatan jumlah gulma pada tanaman jagung

manis dan bawang merah dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rata-rata pemberian pupuk kompos, urea dan pupuk mutiara

NPK 16:16:16 nyata terhadap jumlah gulma pada tanaman jagung

manis dan bawang merah (HST).

NO PENGAMATAN HST 21 HST 28

1 Kotak 1 52 20

2 Kotak 2 30 25

Jumlah Rata-Rata 82 45

Data pada tabel 1. menunjukkan adanya pemberian pupuk kompos,

urea dan pupuk mutiara NPK 16:16:16 nyata terhadap jumlah gulma pada

tanaman jagung manis dan bawang merah terjadinya persaingan pada

tanaman budidaya dengan gulma tersebut, maka dari itu saai di lakukan

penyiangan pada plot yang di penuhi dengan dengan gulma saat

membersihkan nya dilakukan pencabutan sampai ke akarnya dan berserta

umbinya agar tidak tumbuh lagi gulma dan tidak terjadi persaingan dengan

tanaman budidaya tersebut.


23

D. Hama

Hasil pengamatan pada tanaman budidaya jagung manis dan

bawang merah belum ada hama yang menyerang tanaman budidaya

tersebut.

E. Penyakit

Hasil pengamatan pada praktikum ini penyakit yang menyerang

tanaman budidaya hingga sampai sekarang belum ada penyakit yang

menyerang tanaman jagung manis dan bawang merah.


24

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari praktikum yang dilaksanakan saat ini dalam

pemberian pupuk kompos, urea, dan NPK mutiara 16:16:16 persentase

tumbuh tanaman jangung manis sangat baik pada pesentasi tanaman

bawang merah kurang bagitu baik sebab saat penanaman bawang merah

adanya curah hujan yang tinggi membuat terjadinya genangan pada plot

tersbut dan umbi pada bawang mati atau menjadi lambat masa

pertumbuhan.

Pada hasil pengamatan pada gulma adanya pertumbhan pada gulma

yang meningkat pada membuat persaingan antara tanaman budidaya

menjadi terganggu, untuk hama dan penyakit sampai sekarang dalam

pengamatan masih belum ada terserangnya tanaman budiaya jagung dan

bawang.

B. Saran

Dalam praktikum ini yang harus banyak di perhatikan dalam

pengolahan lahan yang baik agar gulma tidak tumbuh dan menganggu

pertumbuhan tanaman.
25

DAFTAR PUSTAKA

Agustina. 2018. Budidaya Tanaman Bawang Merah. http://repository.uin-


suska.ac.id/16540/7/7.%20BAB%20II_2018242PTN.pdf. Diakses pada
Tanggal 06 Juli 2021.
Anonim. 2019. Syarat Tumbuh Pada Tanaman Bawang Merah dan Morfologi
Tanaman Bawang Merah. https://e-litbang.kamparkab.go.id/wp-
ontent/uploads/2019/10/PENDAMPINGAN-KAWASAN-AGRIBISNIS-
HORTIKULTURA-DI-PROVINSI-RIAU.pdf. Diakses pada Tanggal 06
Juli 2021.
BPS. 2020. Data Pusat Statistik Tanaman Bawang Merah.
https://www.bps.go.id/subject/55/hortikultura.html. . Diakses pada
Tanggal 06 juli 2021.
Lakitan, B. 2010. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo. Persada.
Jakarta.
Lingga, P dan Marsono. 2011. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Ratmini. NPS. 2012. Karakteristik dan Pengelolaaan Lahan Gambut untuk
Pengembangan Pertanian. Jurnal Lahan Suboptimal, 1 (2). hal 197-206.
Sumarni, N., R. Rosliani, dan R. S. Basuki. 2012. Respon Pertumbuhan, Hasil
Umbi, dan Serapan Hara NPK Tanaman Bawang Merah terhadap Berbagai
Dosis Pemupukan NPK pada Tanah Alluvial. Balai Penelitian Tanaman
Sayuran. Bandung.

Adisarwanto, T. dan Y. E. Widyastuti. 2002. Meningkatkatkan Produksi jagung.


Penebar Swadaya . Jakarta. 86 hal

Effendi, F.B. 2006 Uji Beberapa Varietas Jagung (Zea Mays L) Hibrida pada
Tingkat Populasi Tanaman yang Berbeda. Skripsi. Program Studi
Agronomi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Farnham, D. E. 2001. Row Spacing, Plant Density, and Hybrid Effects on Corn
Grain Yield and Moisture. Agron J. 93 hal 1049-1053.

Hakim, N, dan Agustian 2004. Budidaya Tithonia dan Pemanfaatannya Sebagai


Unsur Hara Untuk Tanaman Holtikultura. Penelitian Hibah Bersaing XI/I
Peruruan Tinggi DP3N Ditjen Dikti Diknas. Unand. Padang. 65 halaman.

Hakim, N, dan Agustian. 2003. Gulma Tithonia dan Pemanfaatanya Sebagai


Sumber Bahan Organik dan Unsur Hara Untuk Tanaman Holtikultura.
Laporan Penelitian TahinI Hibah Bersaing. Proyek Peningkatan
Penelitian Peguruan Tinggi DP3M Ditjen Dikti. Unand. Padang. 62
halaman.
26

LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal praktikum

No Kegiatan Bulan/Tahun 2021


Mei Juni Juli
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan Lahan
2 Pengolahan lahan
3 Pembrerian
perlakuan pupuk
kompos
4 Penanaman
Jagung manis
5 Pemberian
perlakuann pupuk
Urea
6 Parameter
pengamatan
7 Pemberian
perlakuan npk
mutiara 16:16:16
8 Penanaman
bawang merah
9 Pembuatan
Laporan
9 Pengumpulan
Laporan
27

Lampiran 2. Deskripsi Tanaman

a. Deskripsi tanaman jagung manis

Asal : East West Seed Thailand

Silsilah : G-126 (F) x G-133 (M)

Golongan varietas : hibrida silang tunggal

Bentuk tanaman : tegak

Tinggi tanaman : 220 – 250 cm

Kekuatan akar pada

tanaman dewasa : kuat

Ketahanan terhadap kerebahan : Tahan

Bentuk penampang batang : bulat

Diameter batang : 2,0 – 3,0 cm

Warna batang : hijau

Ruas pembuahan : 5 – 6 ruas

Bentuk daun : panjang agak tegak

Ukuran daun : panjang 85,0 – 95,0 cm, lebar 8,5–

10,0 cm

Tepi daun : rata

Bentuk ujung daun : lancip

Warna daun : hijau tua

Permukaan daun : berbulu

Bentuk malai (tassel) : tegak bersusun

Warna malai (anther) : putih bening

Warna rambut : hijau muda

Umur mulai keluar bunga betina : 55 – 60 hari setelah tanam


28

Umur panen : 82 – 84 hari setelah tanam

Bentuk tongkol : silindris

Ukuran tongkol : panjang 20 ,0 – 22,0 cm, diameter

5,3 – 5,5 cm

Berat per tongkol dengan kelobot : 467 – 495 g

Berat per tongkol tanpa kelobot : 300 – 325 g

Jumlah tongkol per tanaman : 1 – 2 tongkol

Tinggi tongkol dari

permukaan tanah : 80 – 115 cm

Warna kelobot : hijau

Baris biji : rapat

Warna biji : kuning

Tekstur biji : halus

Rasa biji : manis

Kadar gula : 13 – 15 obrix

Jumlah baris biji : 16 – 18 baris

Berat 1.000 biji : 175 – 200 g


29

b. Dekripsi tanaman bawang merah

Asal : Introduksi dari Thailand

Silsilah : Seleksi positif

Golongan varietas : Klon

Tinggi tanaman : 26.4 – 40.0 cm

Bentuk penampang daun : Silindris, tengah berongga

Ukuran daun : Panjang 27-32 cm, diameter 0.49-

0.54 cm

Warna daun : Hijau sedang

Jumlah daun per umbi : 3-8

Jumlah daun per rumpun : 15 – 45 helai

Bentuk karangan bunga :-

Warna bunga :-

Umur mulai berbunga :-

Umur panen (80% batang melemas) : 52 – 59 hari

Bentuk umbi : Bulat

Ukuran umbi : Tinggi 1,8- 3,9, diameter 1,7 – 3,2

Warna umbi : Merah muda

Bentuk biji :-

Warna biji :-

Berat 1.000 biji :-

Berat per umbi : 6.5– 13.68 g

Jumlah umbi per rumpun : 5-15

Berat umbi basah per rumpun : 32.5 – 68.4 gram

Jumlah anakan : 6 – 12
30

Lampiran 3. Layout Lapangan Praktikum

Keterangan :

: Jalan lahan

: Plot jagung manis dan bawang merah

: tempat plot saya


31

Lampiran 4. Dokumentasi Praktikum

1. Pembukaan lahan pakai mesin rumput 2. Menggemburkan lahan pakai traktor

3.

Pembuatan plot 4. Pengambilan pupuk kompos

5.benih

jagung manis 6. Penanaman jagung manis


32

7.

Pembutan plag nama 8. Muncur tunas jagung manis

9.

Pemupukan Urea 10. Pengamatan Gulma


33

11. penimbangan npk 16:161:16 12. Pemupukan npk 16:16:16 ke jagung

13.

pemotongan pucuk bawang 14. Dithane

15. pencampuran dithane dengan bawang 16. Penanaman bawang merah


34

17. muncul tunas bawang 18. Pembersihan gulma sampai umbi


gulma

Lampiran 5. Biodata Penulis

Penulis di lahirkan di Riau, 27 juni 1999.

Penulis merupakan anak ke dua dari orang tua

Bapak Niswan dan Ibu Sumiyati. Pendidikan

TK di mulai di TK CEMPAKA 2004

KebunTerantam, Kasikan, Kebupaten.

kampar, Kecamatan. Tapung hulu dan lulus

pada tahun 2006 Penulis meneruskan

pendidikan ke SD Negeri O13 KASIKAN

dan lulus pada tahun 2011. Penulis lalu melanjutkan pendidikan di SMP

LPM KASIKAN dan lulus pada tahun 2014. Penulis lalu melanjutkan

pendidikan di SMK NEGERI 1 TANDUN Kabupaten. Rokan hulu

mengambil Jurusan Teknik Sepeda Motor (TSM) dan lulus pada tahun

2017. Dan pada tahun 2018 Penulis melanjutkan perguruan Tinggi yang

berada di Pekanbaru. Penulis mengambil program pendidikan S1 di

Universitas Islam Riau kota Pekanbaru, mengambil prodi Pertanian jurusan

Agroteknologi hingga sekarang.


35

Anda mungkin juga menyukai