Jurnal Pancasila Antara Cita Hukum Dan Nilai Praksis
Jurnal Pancasila Antara Cita Hukum Dan Nilai Praksis
ABSTRACT
Pancasila in giving meaning often changes according to time and space. For those
reasons, the Pancasila as part of the School of Philosophy of Law is not to be in a vacuum.
He unearthed by our Founding Fathers thought that looking for the basic values for the
creation of the State of Indonesia from sediment values of the nation. The magical
religious values and solidarity expressed by the Bung Karno as mutual assistance has
undergone a shift in meaning according to time and space. The Clash that has occurred
creating adaptive values as a form of dialogue processes between the value.
diyakini sebagai hal yang benar tanpa Pancasila sebagai seumber dari segala
mempertanyakan hakikat segala sesuatu, ia sumber hukum hanya dapat diberlakukan
dianggap benar karena ia diterima sebagai pada negara yang berfilsafat Pancasila yang
yang benar (Kaelan 2010:117). Dalam tentunya hanya Indonesia. Mazhab Filsafat
konteks filsafat hukum akankah juga hukum Pancasila dengan demikian tidak
melihatnya sebagai sebuah kebenaran tanpa dapat memberikan warna bagi masyarakat
mempertanyakan nilai kebenaran tersebut. hukum Internasional mengingat sifatnya
Kedua, bahwa Pancasila diletakkan yang hanya hanya berlaku pada
sebagai sumber dari segala sumber hukum, lingkungannya yaitu Indonesia. jika dilihat
maka setiap aturan hukum yang memiliki dari Mazhab Hukum Sosialis, Mazhab
posisi di bawah Pancasila sebagai Hukum alam, Mazhab Hukum Faminisme,
grundnorm harus mendasarkan rasio Mazhab Hukum Islam, dan sebagainya yang
logisnya pada Pancasila dan tidak boleh berlaku tanpa melihat batas-batas budaya
bertentangan dengannya. Dalam konteks dan religi.
penerapan nilai-nilai filsafat hukum
Pancasila pada setiap aturan hukum dan DILEMATIK FILSAFAT HUKUM
perundangan di Indonesia, segenap aturan PANCASILA
hukum Indonesia berinteraksi dengan isme-
isme yang berlaku pada masyarakat Hukum hingga kini belum
Internasional. Interaksi tersebut juga menemukan pengertian yang tunggal, setiap
bermakna terjadinya proses interaksi antara orang dapat memberikan warna, pengertian,
Filsafat Hukum Pancasila dengan Filsafat dan pemaknaan atas arti hukum. Perbedaan
Hukum lainnya, yaitu filsafat hukum cara pandang terhadap hukum melahirkan
Sosialisme, filsafat hukum alam, filsafat beragam mazhab atau aliran dalam hukum,
hukum murni. Dimanakah letak filsafat dimana masing-masing mazhab berusaha
hukum alam dalam inetraksi tersebut. untuk meberikan tafsiran-tafsiran
Ketiga, bahwa Filsafat Hukum terhadapnya. Mazhab filsafat hukum
Pancasila digali dari nilai-nilai luhur Bangsa Pancasila juga berupaya untuk memberikan
Indonesia yang telah ada sejak ribuan tahun pemaknaan-pemaknaan atas arti hukum.
yang lalu. Filsafat hukum Pancasila dengan Disinilah dimulai sebuah ontologi atas
demikian lahir dari perasaan dan hukum dengan sudut pandang Pancasila.
pengetahuan Bangsa Indonesia atas diri dan Pancasila mengandung lima sila
lingkungannya. Dengan demikian akankah sebagai landasan falsafah bangsa Indonesia.
dapat dinyatakan bahwa Filsafat Hukum Pancasila terdiri atas lima nilai, yaitu: nilai
3
ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai lain terdorong oleh jiwa yang duduk sama
persatuan, nilai permusyawaratan, dan nilai rendah dan berdiri sama tinggi
keadilan sosial. Nilai-nilai Pancasila itu (Koentjaraningrat 2000:62). Hukum yang
menjadi ruh dari hukum yang akan terbentuk tentunya mencerminkan nilai-nilai
dibentuk, sehingga hukum yang berlaku gotong-royong yang telah dianut selama
memuat kesadaran akan bertuhan, berabad-abad ini.
memuliakan manusia, mempersatukan Jika Pancasila menjadi sumber dari
beragam golongan, mengutamakan segala sumber hukum, maka Pancasila
musyawarah, dan adil. Jika kelima nilai ditempatkan sebagai landas etik dari hukum.
dasar pembentuk hukum disatukan, lalu Pancasila tergali dari beragam nilai budaya
apakah wujud dari hukum tersebut? bangsa dan kemudian menjadi bahan dasar
Kesemua nilai menyatu menjadi sebuah pembentuk hukum yang ideal. Filsafat
nilai utama yaitu gotong-royong. Hukum hukum Pancasila tentunya secara logis
yang tercipta akan diartikan sebagai hukum mengutamakan sifat komunal dibandingkan
gotong-royong, sebuah hukum yang sifat individual. Penciptaan hukum
membangun segenap komponen bangsa bertujuan untuk melindungi masyarakat luas
dalam sebuah kerjasama tradisional berupa dan bukan mengutamakan kepentingan
gotong-royong (Soekarno 2005:2-3). Jika individu. Jika kepentingan individu
pemaknaan atas mazhab filsafat hukum diutamakan maka nilai itu bertentangan
menjadi hukum gotong-royong, akankah dengan landasan etik hukum Pancasila yaitu
nilai-nilai itu masih ada dalam situasi zaman gotong-royong. Hukum yang tercipta
yang telah berubah? menjadi gugur, ketika ia bertentangan
Gotong-royong bermakna adanya dengan landas etik utamanya.
kebersamaan dan sikap saling tolong- Nilai-nilai komunal berupa
menolong diantara individu dalam kebersamaan yang kuat bermuara pada
masyarakatnya. Manusia memahami bahwa sebuah perasaan yang sama sederajat pada
dirinya tidak dapat hidup sendiri tanpa sesama. Konsep hidup ini dianut oleh
bantuan orang lain, manusia akan selalu masyarakat pedesaan yang merasa senasib,
hidup bersama dengan manusia yang lain. dan semua beban harus dibagi diantara
Ketika ia menyadari bahwa dirinya tidak anggota-anggota masyarakatnya. Nilai-nilai
dapat hidup sendiri dan bergantung pada komunal ini juga diikat oleh nilai religius,
orang lain, maka ia wajib menjalin dimana setiap orang merasa bahwa
hubungan baik dengan sesamanya. Dalam perbuatan yang ia lakukan tidak lepas dari
berbuat ia berbuat bersama dengan orang adanya kekuatan-kekuatan magis yang
4
mempengaruhinya. Dua sifat dasar manusia dimanakah letak hak individu juga
pedesaan tercermin dalam semangat gotong- penghormatan atas hak azasi manusia dalam
royong, dan inilah yang menjadi bahan sebuah negara bangsa yang religius dan
utama filsafat hukum Pancasila: religiusitas mengutamakan nilai kebersamaan ini?
dan kebersamaan. Nilai religiusitas Hak individu memperoleh tempatnya
(Ketuhanan) dan kebersamaan tampaknya dalam hukum Pancasila, hak individu tetap
memunculkan sebuah kemiripan ataupun dihormati dan tidak kehilangan tempatnya.
persamaan tertentu dengan mazhab hukum Jika Ketuhanan adalah basis utama dalam
Islam: Ketuhanan (habluminallah) dan membentuk Hukum Pancasila, maka secara
kemanusiaan dalam kebersamaan logis Tuhan menjadi tauladan masyarakat
(habluminallah). hukum Pancasila. Tuhan menerima amal
Jika Mazhab Hukum Pancasila kebajikan baik secara individu, maupun
memberikan arti bahwa hukum yang benar secara berkelompok (jamaah). Tuhan akan
adalah hukum yang memuat nilai-nilai memeriksa amal kebaikan setiap
religiusitas (Kartohadiprodjo 2010:248) dan makhlukNya secara adil. Maka nilai-nilai
nilai-nilai kebersamaan, lalu darimanakah individu memperoleh kekuatannya disini.
hukum Pancasila memperoleh daya Ketika Tuhan menerima kebajikan setiap
mengikatnya? Daya pengikat hukum anak cucu Adam, maka masyarakat Hukum
diperoleh dari sebuah kekuatan Negara Pancasila menilai setiap kebajikan dan juga
sebagai bentuk kesatuan individu-individu. amal bakti individu-individu. Hak individu
Dalam konteks masyarakat pedesaan, harus dihormati karena Tuhan menghormati
gotong-royong merupakan nilai utama setiap hak individu. Ketika hak individu
membangun diri mereka. Penguasa desa juga diakui dan dihormati, sedangkan hak
yaitu kepala desa memerintah mereka komunal juga menjadi landasan hukum
dengan nilai-nilai yang berlaku. Dalam Pancasila, lalu bagaimana hubungan antara
konteks bangsa, maka kekuasaan untuk hak individu dan hak komunal?
memaksa diserahkan kepada negara sebagai Pancasila sebagai pandangan hidup
sebuah kekuatan luhur yang bangsa Indonesia digali dari nilai-nilai
mempersonifikasi moral religius dan budaya bangsa Indonesia yang
kebersamaan. Negara bangsa dalam hal ini mengutamakan nilai kegotong-royongan.
sebagai kesatuan individu-individu Dalam keadaan ini, maka Pancasila
membangun bangsa menerapkan hukum merupakan sebuah ideologi bangsa. Dalam
dengan nilainya yang religius dan tataran ideologi maka kita menerima sebagai
mengutamakan nilai kebersamaan. Lalu sebuah hal yang bersifat benar apa adanya.
5
ide dan cita hukum Pancasila menghadapi manusia. Eropa mengalami kehancuran
sempitnya ruang gerak dinamika sosial ekonomi, karena terbukti hukum ekonomi
dalam persaingan merebut setiap ide-ide kapitalisme gagal membangun kesejahteraan
kemanusiaan itu sendiri. Manusia sebagai yang diharapkan.
unsur immateri-materi-psikologis menjadi Penjajahan pada hakikatnya
manusia materi semata, dan hukum merupakan perwujudan semangat materi
mendorong penciptaan kondisi-kondisi kebendaan untuk memperoleh kekuasaan
tersebut. Bahwa grundnorm Pancasila atas nilai-nilai materi kebendaan: tanah-
dijadikan sumber dari segala sumber hukum tanah jajahan dan penghisapan manusia atas
sesuai dengan ajaran stufentheorie hanya manusia. Pancasila dan penolakan atas
menjadi ide dan cita hukum ideal. Ia hanya penjajahan dengan menunjung tinggi
menjadi kristal indah milik para dewa yang kemerdekaan sebagai hak segala bangsa
sulit untuk diwujudkan dalam ruang-ruang menunjukkan adanya penolakan atas
sosial manusia Indonesia. kebendaan materi sebagai upaya
Ketika dorongan materi menemukan dehumanisasi. Kemerdekaan adalah hak
titik pemenuhan kepuasan optimum, maka manusia, dan kemanusiaan menolak
manusia memiliki sifat dasar untuk mencoba penjajahan. Ide dan cita hukum gotong-
kembali kepada nilai dasarnya. Begitu royong dicoba kembali untuk diaktualisasi
banyak desakan masyarakat kemudian diterapkan dalam hukum undang-undang.
menyadari bahwa diperlukan nilai-nilai Dalam konteks ini maka moral wajib
immateri pada sosok manusia dan hukum. mendapatkan posisi dalam hukum undang-
Hukum menjadi sebuah kekuatan yang tidak undang. Moral sebagai ide immateri
semata-mata berbahan baku materi manusia akan menentukan berjalannya
kebendaan semata, hukum juga akhirnya hukum sesuai dengan ide dan cita Hukum
disadari memerlukan nilai-nilai immateri Pancasila.
(Faiz al Jawahir 2012). Ketika hukum hanya
memiliki ide materi, maka terjadi 2. Benturan Nilai Gotong-Royong
kehancuran nilai-nilai kemanusiaan, dan dengan Nilai Individualisme
manusia menyadari perlu mengembalikan Gotong-royong adalah ide
nilai kemanusiaan pada tempat yang kebersamaan, persatuan. Hukum Pancasila
semestinya. Disinilah Filsafat Hukum membangun manusia sebagai satu kesatuan,
Pancasila memperoleh momentumnya kebersamaan dan tentunya dalam perjalanan
kembali, ketika ide-ide materialisme membangun sebuah sistem hukum yang
menemukan kegagalan dalam membangun mendukung ide dan cita hukum tersebut
9
proses dialogis antar nilai individu dan nilai dipersatukan dengan ide gotong-royong
kegotong-royongan. dicoba secara aktual dalam penerapan setiap
Pembangunan manusia adalah aturan hukum di Indonesia. Penghormatan
pembangunan manusia sebagai mahluk terhadap hak azasi manusia telah tercermin
individu dan juga makhluk sosial. Tekanan dalam Pembukaan UUD Negara Republik
akan kedua hal bukanlah yang mudah. Indonesia 1945 alenia pertama.
Benturan nilai-nilai Pancasila yang Penghormatan hak azasi manusia juga
mengusung ide gotong-royong, keber- terdapat dalam Pasal Konstitusi dan
samaan, kekeluargaan, komunalisme dan ide Undang-undang, maka tentunya perlu pula
individualisme mandiri menciptakan sebuah ditanamkan nilai kebersamaan dan
proses-proses dialog dalam ruang filsafat kekeluargaan sebagai sebuah bangsa. Kita
hukum. Pembentukan hukum dalam ranah berbeda dalam persatuan, menyadari bahwa
cita dan ide Pancasila berupaya untuk kita memiliki hak individu yang dihormati,
mengadopsi dua sistem tata nilai dalam tetapi pada sisi lain kita juga menyadari
sebuah sistem hukum. Pada konstitusi bahwa kita bersatu sebagai bangsa
Indonesia sebagai grundnorm dari segenap Indonesia.
peraturan hukum Indonesia meletakkan
sebuah penghargaan atas hak azasi manusia. PENUTUP
Aktualisasi nilai Pancasila Pancasila disadari merupakan hasil
selayaknya mengadopsi setiap pembaruan- dari pemikiran para Bapak Bangsa untuk
pembaruan yang muncul dan mewarnainya. menggali dan merumuskan nilai-nilai
Sebagai landasan filosofis, Pancasila tertinggi bangsa Indonesia. Pancasila digali
bersikap terbuka dan pemaknaan nilai-nilai dari endapan-endapan filosofis bangsa,
Pancasila harus melihat keragaman dan untuk itu ia dibutuhkan sebagai kendali
bukan diinterpretasikan sesuai kehendak bertindak bagi segenap warga bangsa.
rezim-rezim yang berkuasa. Pancasila Indonesia sebagai Negara telah mampu
sebagai sebuah filsafat maka ia akan membuktikan Pancasila yang telah mampu
menerima pemaknaan-pemaknaan sesuai menjaga bangsanya dari perpecahan karena
dengan kondisi kultur masyarakat Indonesia nilai-nilai luhur yang ada padanya. Sebagai
yang beragam. Nilai-nilai Pancasila yang filsafat hukum, Pancasila menjadi landasan
digali oleh Bung Karno dari kebudayaan bagi terbentuknya aturan-aturan hukum
bangsa, tentunya dikembalikan lagi kepada yang ada di bawahnya. Masuknya ide
bangsa yang beragam budaya ini sebagai hukum yang materialistik serta individualis
pemilik ide Pancasila. Nilai-nilai keragaman turut pula mewarnai ide hukum Pancasila.
12
Koentjaraningrat, Kebudayaan,
Mentalitas, dan Pembangunan,
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2000.