LITERATURE REVIEW
NIM. 18.03.058
MAKASSAR 2021
KARYA TULIS ILMIAH
LITERATURE REVIEW
NIM. 18.03.058
MAKASSAR 2021
ii
KARYA TULIS ILMIAH
iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI
iv
SURAT PERNYATAAN KARYA TULIS ILMIAH
v
ABSTRAK
vi
ABSTRACT
Background: Electronic Medical Records functions to provide support on medical decision making,
include medical law, discipline, ethics, and as an evidence of medical authentic document in
medicolegal. Objective: To describe the development and roles of electronic medical record in
medicolegal in Indonesia. Method: Literature review. Result: In Indonesia, electronic medical record
development as a medical evidence started in 2008. In this period, Indonesian government established
two regulations on electronic medical record, namely regulations of Indonesian ministry of health
number 269 regarding medical record, and policy number 11 regarding information and electronic
transaction. However, these two regulations were not mutually compatible. The role of electronic of
medical record in Indonesia are a medical evidence in medicolegal cases, medical law, and medical
profession. It has an ability to provide data backup to trace medical cases, where its utilization should
be with conventional medical record. Conclusion: Medical record can be a medical evidence in a
medicolegal case according to policy of information and electronic transaction, and Indonesian health
ministry regulation number 269. Medical record play role in medicolegal cases. Suggestion: Indonesia
government should strengthen the harmonization of Indonesian health ministry regulation number 269
and policy on information and electronic transaction. Further research is needed to support this study
on electronic medical record as a medical evidence in medicolegal cases.
vii
KATA PENGANTAR
Ta’ala, karena hanya dengan izin dan kuasa-Nya penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Literature Review : Rekam Medis Elektronik
ditinjau dari Aspek Hukum di Indonesia”. Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini
diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program studi D-3
Ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis ucapkan kepada keluarga
tercinta khususnya Ibunda Hj. Sitti Radhiah Syam S.H dan Ayahanda Ir. H. Ilyas,
M.Si yang telah menjadi orangtua yang terhebat, kasih sayangnya yang tulus dan
sabar memberikan dorongan, dukungan, serta doa yang tidak pernah putus sehingga
penulis dapat menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga penulis
dapat membahagiakan Ibunda dan Ayahanda, serta menjadi orang yang berguna
kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu sehingga penyusunan Karya Tulis
Ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik. Tanpa dukungan dan partisipasi mereka,
viii
1. H. Sumardin Makka, SKM., M.Kes selaku Ketua Yayasan Perawat Sulawesi
Selatan.
2. Dr. Ns. Makkasau Plasay, M.Kes., M.EDM selaku Ketua STIKes Panakkukang
Makassar juga sebagai pembimbing I dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini
yang dengan sabar membimbing penulis sehingga penyusunan Karya Tulis Ilmiah
3. Syamsuddin, A.Md.PK., SKM., M.Kes selaku Ketua Program Studi D-3 Rekam
5. Martina, SKM., M.Sc, selaku penguji dalam Karya Tulis Ilmiah ini yang dengan
6. Seluruh staf dan dosen Prodi D-3 Rekam Medis dan Informasi Kesehatan yang
telah memberikan ilmu serta motivasinya kepada penulis selama melalui proses
ix
8. Ummu Kaltsum Ilyas adekku satusatunya yang terus memberi semangat dan
mendoakan sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.
9. Terima kasih buat Putri Dian Purnama, Sri Nurwanti dan Magfirah Febyanti atas
10. Kepada Mulkia, Nir, Fadia, Nisa, Bujank Legend boys, dan teman-teman RMIK A
2018 yang namanya tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas
Panakkukang Makassar.
Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
kesempurnaan penulisan ini dan penulisan selanjutnya di masa yang akan datang.
Akhir kata penulis menghaturkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak
yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan proposal karya Tulis Ilmiah ini,
semoga dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun pembaca. Semoga semua
bantuan, bimbingan dan dorongan yang telah diberikan bernilai ibadah dan diberikan
x
DAFTAR ISI
xi
B. Sumber Data .................................................................................. 21
C. Kata Kunci ..................................................................................... 21
D. Database Pencarian ........................................................................ 21
E. Strategi Pencarian .......................................................................... 22
F. Kriteria Inklusi dan Eksklusi ......................................................... 22
G. Sintesis Hasil Literature ................................................................ 23
H. Ekstraksi Data................................................................................ 25
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 26
A. Hasil ............................................................................................... 26
B. Pembahasan ................................................................................... 29
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 40
A. Kesimpulan .................................................................................... 40
B. Saran .............................................................................................. 40
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xii
DAFTAR TABEL
hal
xiii
DAFTAR GAMBAR
hal
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
tenaga medis dan memiliki peran penting dalam keamanan dan pelayanan medis
terhadap pasien (Amir, 2019). Penggunaan rekam medis elektronik saat ini lebih
tetapi dalam prakteknya di lapangan sudah ada beberapa rumah sakit yang
Diantara rumah sakit yang telah menerapkan RME di Indonesia yaitu Rumah
1
2
kondisi geografisnya sama dengan Indonesia, belum ada contoh kasus yang terjadi
rekam medis elektronik. Tetapi, negara maju seperti NewYork telah menggunakan
pengadilan.
elektronik diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269 Tahun 2008
Nomor 749a Tahun 1989 menyatakan “Rekam Medis harus dibuat secara tertulis,
lengkap dan jelas atau secara elektronik.” Sejalan dengan Undang-Undang No. 19
Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik pasal 5 ayat (1) yaitu
alat bukti di persidangan adalah salah satu manfaat dari rekam medis. Hal ini
sesuai dengan 7 aspek rekam medis, salah satunya adalah aspek legal dimana isi
rekam medis menyangkut masalah adanya jaminan kepastian hukum atas dasar
keadilan, seperti bukti hukum yang sah ketika terjadi malpraktek atau sengketa
medis.
3
elektronik sebagai salah satu alat bukti. Ada ahli yang mengatakan penggunaan
rekam medis elektronik sebagai alat bukti tertulis tidak sah karena tidak
medis elektronik bukan berbentuk surat/tulisan asli, begitu pula dengan unsur
identitas nama, waktu dan tanda tangan (termasuk paraf untuk pembetulan)
Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, dan Permenkes No. 269 Tahun 2008
disiplin kedokteran dan kedokteran gigi dan penegakan etika kedokteran dan etika
kedokteran gigi (Berutu et al., 2020). Di samping itu, Undang-Undang ITE Pasal
dan/atau hasil cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah sedangkan rekam
Dari uraian diatas, penulis tertarik membuat Karya Tulis Ilmiah dengan
judul “Literature Review Rekam Medis Elektronik ditinjau dari Aspek Hukum”
B. Rumusan Masalah
Tabel 1
Metode penelitian PICO
KRITERIA URAIAN
Jurnal mengenai rekam medis elektronik berdasarkan
P(Population) aspek hukum dan penggunaannya sebagai alat bukti
hukum
I(Intervention) Tidak ada intervensi
C (Comparison) Tidak ada faktor pembanding
rekam medis elektronik sebagai alat bukti di
O (Outcome)
persidangan di Indonesia
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
persidangan di Indonesia.
5
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Makassar. Khususnya bagi program studi D-3 Rekam Medis dan Informasi
Kesehatan.
2. Manfaat praktis
hukum.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Rekam Medis
adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien,
kepada pasien.
masa lalu dan saat ini yang ditulis oleh profesional ahli kesehatan yang
Rekam Medis & Informasi Kesehatan, kegunaan rekam medis dapat dilihat
6
7
a. Aspek administrasi
kesehatan.
b. Aspek medis
c. Aspek hukum
dalam rangka usaha menegakkan hukum serta penyediaan bahan bukti untuk
menegakkan keadilan.
d. Aspek keuangan
dipertanggungjawabkan.
8
e. Aspek penelitian
pemakai.
f. Aspek pendidikan
g. Aspek dokumentasi
yang tersimpan dalam bentuk elektronik yang isinya meliputi data pribadi, data
demografis, data sosial, data klinis/medis dan berbagai kejadian klinis dari
awal proses pelayanan sampai akhir dari berbagai sumber data (multimedia)
termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto
atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode akses, simbol atau perforasi yang
memiliki makna atau arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu
memahaminya.
diterapkan terkait dengan isi, akurasi, format, relevansi dan kemudahan dalam
a. Isi
lebih lengkap terutama data sosial dan lebih sistematis. Petugas apotek juga
terpakai.
b. Akurasi
pemeriksaan pada pasien menjadi lebih akurat atau sesuai dengan riwayat
kesehatan sebelumnya karena data pasien tercatat dengan baik serta tidak
pasien. Salah satu responden menilai bahwa rekam medis elektronik belum
diragukan legalitasnya.
c. Format
d. Relevansi
pelaporan di apotek.
e. Kemudahan
baik dan tidak mudah hilang, namun karena merupakan sistem baru dan
lama.
b. manfaat operasional, ada empat faktor operasional yang akan dirasakan jika
sakit. Jika ada lebih dari satu unit yang membutuhkan rekam medis dalam
waktu yang bersamaan, maka tentu itu akan menjadi masalah. Namun
yang lampau;
masing adalah:
tindakan medis
b. Apa (What) keluhan pasien, Kapan (When) itu mulai dirasakan, Mengapa
(Why) atau sebab terjadinya dan Bagaimana (How) tindakan medis yang
diterima pasien
c. Hasil atau dampak (Outcome) dari tindakan medis dan pengobatan yang
Data yang mengandung ketiga unsur diatas harus tidak boleh salah,
akurat dan tidak boleh tertinggal, karena data tersebut berdampak fatal bagi
Medis, sebagai pengganti dari Peraturan Menteri kesehatan Nomor 749a Tahun
1989 menyatakan “Rekam Medis harus dibuat secara tertulis, lengkap dan jelas
14
atau secara elektronik.” Hal ini berarti tenaga kesehatan diwajibkan untuk
(Sudjana, 2017). Dalam hal ini, pelaku usaha yang menawarkan produk
melalui sistem kesehatan adalah institusi kesehatan atau rumah sakit dan
produk yang ditawarkan dalam sistem elektronik yaitu pelayanan rekam medis
pribadi”. Artinya data pribadi pasien dalam rekam medis elektronik harus
dari kehilangan, penyalahgunaan, akses dan pengungkapan yang tidak sah serta
penggunaan rekam medis elektronik. Hal ini merupakan tanggung jawab dari
data pribadi pasien. Menurut Huffman (1994: 562) tenaga rekam medis harus
d. Prosedur pemulihan, sejauh mana data akan hilang dari suatu sistem,
medis elektronik. Kontrol harus ada terhadap akses ke input dan output sistem
untuk memastikan bahwa privasi pasien tidak dilanggar dan bahwa data dijaga
komputer
b. gunakan kata sandi rahasia dan unik, sidik jari atau cetakan suara untuk
sangat sensitif yang tidak dapat dipahami oleh mereka yang tidak
Pasal 31 ayat (1) menyatakan “Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau
Sistem Elektronik tertentu milik Orang lain”. Dalam buku Tindak Pidana
Informasi & Transaksi Elektronik yang ditulis oleh Adami Chazawi, dkk
Memberi arti sengaja dalam Pasal 31 ayat (1), Si pembuat mengetahui tentang
dokumen elektronik milik orang lain. Milik orang lain inilah yang menyertai
dalam komputer dan/atau sistem elektronik tertentu milik orang lain, ini juga
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (1) atau ayat (2) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau denda paling banyak
Alat bukti dan barang bukti adalah dua hal yang berbeda. Alat bukti
dapat berupa keterangan saksi, ahli, surat maupun tulisan, petunjuk atau
keterangan pihak dan data atau informasi yang dapat dilihat, dibaca atau didengar.
Sementara barang bukti adalah barang yang dapat digunakan untuk melakukan,
membantu tindakan pelanggaran etika. Jadi, barang bukti dapat dikategorikan jadi
alat bukti sedangkan alat bukti belum tentu dapat menjadi barang bukti.
Eddy O.S. Hiariej (2012: 4) dalam bukunya yang berjudul Teori dan
mengenai pembuktian yang meliputi alat bukti, barang bukti, cara mengumpulkan
sumpah. Sedangkan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana Pasal 184
ayat (1) disebutkan bahwa alat bukti yang sah yaitu: keterangan saksi, keterangan
sebagai berikut:
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 1 dan angka 4 serta Pasal 5 ayat
merupakan alat bukti hukum yang sah. Kemudian pada ayat (2) Informasi
dimaksud pada ayat (1) merupakan perluasan dari alat bukti yang sah sesuai
dan/atau Dokumen Elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku
untuk:
1. Surat yang menurut Undang-Undang harus dibuat dalam bentuk tertulis; dan
bentuk akta notaril atau akta yang dibuat oleh pejabat pembuat akta.
Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik Pasal 5 ayat (1)
hasil cetaknya merupakan alat bukti yang sah, artinya masalah legalitas data-data
dimensi legalitas semata. Masalah alat bukti elektronik lebih jauh masuk ke
tegas menyebutkan nilai pembuktian alat bukti berupa data elektronik seperti apa,
akan tetapi konsensus para pakar hukum menetapkannya sebagai alat bukti yang
dipersamakan dengan alat bukti surat selain akta, yaitu bernilai pembuktian bebas.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
B. Sumber Data
literature yang diperoleh melalui internet berupa hasil penelitian dari jurnal
nasional. Jurnal yang digunakan adalah jurnal yang terakreditasi dan terindeks
sehingga semua jurnal yang jadi objek penelitian menggunakan metode peer
review.
C. Kata Kunci
2. Alat Bukti
D. Database Pencarian
21
22
E. Strategi Pencarian
kata kunci pada database. Untuk Google Scholar, penulis memasukkan kata kunci
Alat bukti Rekam Medis Elektronik sedangkan untuk Garuda Jurnal penulis
Tabel 2
Strategi Pencarian Literature Review
Kriteria inklusi pada literature ini yaitu artikel yang digunakan dari tahun
2016-2021, artikel dapat diakses full text dan tidak berupa abstrak saja, dan aspek
hukum rekam medis elektronik sebagai alat bukti sedangkan aspek rekam medis
lainnya seperti aspek administrasi, aspek medis, aspek keuangan, aspek penelitian,
aspek pendidikan dan aspek dokumentasi diekslusikan dalam penelitian ini (tabel
3).
Tabel 3
Kriteria Inklusi dan Eksklusi
INKLUSI EKSKLUSI
Artikel tahun 2016-2021 Artikel <2016
scholar dan 46 jurnal di Garuda. Setelah di skrining, didapatkan 172 jurnal dari
google scholar dan 38 jurnal dari garuda sehingga total keseluruhan ada 210
jurnal yang didapatkan. 190 jurnal dikeluarkan karena tidak sesuai judul yang
Court
Services
Potential to be Abused
Hospital
H. Ekstraksi Data
A. Hasil
1. Perkembangan Penggunaan Rekam Medis Elektronik sebagai Alat Bukti di
Indonesia
alat bukti di Indonesia yaitu terdapat pada jurnal (Wahjuni & Sari, 2016),
(Cahyani & Astutik, 2019), (Maskun, dkk, 2021), dan (Hapsari & Subiyantoro,
2019).
dan Transaksi Elektronik Pasal 5 ayat (1) dan (2) bahwa dokumen elektronik
merupakan alat bukti hukum yang sah dan dokumen elektronik merupakan
rekam medis meliputi dokter, tenaga kesehatan tertentu maupun rumah sakit
Transaksi Elektronik. Selain itu diperlukan regulasi khusus terkait EMR itu
sendiri yang merupakan amanat dari Permenkes tentang Rekam Medis yang
Indonesia
28
terdapat pada jurnal (Wahjuni & Sari, 2016), (Hapsari & Subiyantoro, 2019).
secara bertanggungjawab merupakan alat bukti yang sah dan menjadi alat
pidana.
besar, hemat kertas, kerahasiaan terjamin dan memiliki tingkat keamanan yang
lebih tinggi.
mengikat melainkan memiliki alat bukti mandiri nilai, yaitu pembuktian yang
sengketa medis di rumah sakit tidak dapat dijadikan sebagai alat bukti dalam
elektronik sendiri belum memiliki dasar hukum yang jelas sehingga rumah
sebagai suatu kejahatan yang dilakukan oleh tenaga medis di rumah sakit.
B. Pembahasan
1. Perkembangan Penggunaan Rekam Medis Elektronik sebagai Alat Bukti di
Indonesia
yang tersimpan dalam bentuk elektronik yang isinya meliputi data pribadi, data
demografis, data sosial, data klinis/medis dan berbagai kejadian klinis dari
awal proses pelayanan sampai akhir dari berbagai sumber data (multimedia)
rekam medis elektronik tidak berbeda dengan rekam medis tertulis. Rekam
medis elektronik dapat digunakan sebagai alat bukti hukum yang mengacu
pada UU ITE No. 11 Tahun 2008. Hal ini berarti rekam medis mengalami
Undang ITE, memungkinkan RME dapat dijadikan sebagai alat bukti sesuai
Menurut (Hapsari & Subiyantoro, 2019) ada empat prinsip dasar yang
harus dipenuhi oleh rekam medis elektronik agar dapat diterima sebagai alat
memperkuat legal standing dari EMR. Legal standing itu sendiri adalah
keadaaan dimana seseorang atau pihak yang ditentukan memenuhi syarat dan
Hal ini sesuai dengan fungsi dari rekam medis bahwa rekam medis
Rekam Medis.
peraturan yang terkait dengan rekam medis elektronik. Di tahun 2004 telah ada
rekam medis terlebih dahulu sudah ada pada tahun 1989 dalam Permenkes No.
749a, namun belum diatur mengenai rekam medis elektronik. Tetapi kemudian
tahun 2008 terbit Permenkes No. 269 mengenai Rekam Medis sebagai
perubahan atas Permenkes No. 749a Tahun 1989, dimana isinya telah mengatur
saja.
medis elektronik. Pada Tahun 2016 terjadi perubahan atas Undang-Undang No.
pada 4 jurnal yang diteliti yaitu pada penelitian yang dilakukan oleh (Wahjuni
& Sari, 2016), (Cahyani & Astutik, 2019), (Maskun, dkk, 2021), dan (Hapsari
& Subiyantoro, 2019) yaitu perkembangan rekam medis elektronik saat ini
situasi dan kondisi yang terjadi. Kondisi yang terjadi saat ini adalah manusia
memasuki era digitalisasi serta peradaban yang maju. Bukti peradaban yang
kenapa dan bagaimana yang terjadi atas suatu tindakan yang dilakukan pada
berkembang namun belum ada satu aturan khusus mengenai tata cara
dengan peraturan yang lain. Seperti pada Permenkes 269 Tahun 2008 dengan
pada tahun yang sama tetapi karena tidak adanya koordinasi dengan baik,
elektronik, lalu terbit UU ITE yang tidak dijelaskan dengan rinci mengenai
Indonesia
Indonesia.
dan menjadi alat pembelaan hukum dan pembenaran (justification) bagi profesi
maupun pidana.
tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik Pasal 5 ayat (1) dan (2)
bahwa dokumen elektronik merupakan alat bukti hukum yang sah dan
medis elektronik dapat dijadikan sebagai alat bukti di pengadilan. Hanya saja
penegakan hukum sebagai bukti. Sebagai alat bukti, rekam medis elektronik
memiliki kekuatan pembuktian yang bebas yaitu ditentukan oleh hal lain.
keyakinan hakim. Keyakinan hakim adalah prasyarat yang harus ada bagi
berdasarkan fakta atau keadaan objektif yang terjadi pada suatu kasus namun
keadaan objektif yang ada. Selain keyakinan hakim, RME yang tidak dicetak
tetapi dibacakan di pengadilan dan dijelaskan oleh seorang ahli, dapat dijadikan
alat bukti tetapi bukan termasuk alat bukti surat melainkan sebagai keterangan
ahli.
keputusan, ruangan rekam medis yang dibutuhkan tidak terlalu besar, sumber
terjamin serta memiliki tingkat keamanan yang tinggi karena dapat dilakukan
back up.
mencari data dan riwayat pasien sehingga menghemat waktu, lebih efektif, data
2009) yang menyatakan bahwa manfaat yang diperoleh dari penerapan RME di
rumah sakit tidak dapat dijadikan sebagai alat bukti dalam penyelesaian
sendiri belum memiliki dasar hukum yang jelas sehingga rumah sakit yang
bersamaan dengan rekam medis konvensional dengan alasan tanda tangan yang
diperlukan ialah asli, bukan tanda tangan elektronik. Bahkan jika diketik pada
si penanda tangan. Karena kecanggihan teknologi saat ini membuat scan atau
tanda tangan elektronik tersebut bisa saja disalahgunakan. Pemilik tanda tangan
tanda tangan elektronik memiliki kekuatan hukum dan akibat hukum yang sah
Elektronik yang terkait. Pada ayat (2) menyebutkan bahwa ketentuan lebih
lanjut tentang Tanda Tangan Elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengenai tanda tangan elektronik dalam Pasal 59 sampai Pasal 64. Hanya saja
38
potensi penyalahgunaan tanda tangan elektronik tetap ada. Walaupun telah ada
pemilik tanda tangan. Hal tersebut terjadi karena berkembang pula teknologi
tersebut.
pada 4 jurnal yang diteliti. Penelitian (Wahjuni & Sari, 2016) membahas terkait
peranan RME sebagai alat pembuktian hukum dan pembenaran bagi profesi
hakim atau dapat menjadi alat bukti keterangan ahli jika diterangkan oleh ahli
yang bersangkutan.
keunggulan yang dimiliki oleh RME sehingga dapat dijadikan sebagai alat
bukti karena data yang mudah di backup. Namun penelitian (Anggraeni &
Ikhsan, 2019) menyatakan peranan rekam medis elektronik sebagai alat bukti
konvensional.
39
pengadilan. Namun terdapat salah satu kasus yang terjadi di Negara maju
dan menolak mosi penilaian ringkasan Dr. Schmidt. Kasus ini menggambarkan
faktual dan representasi mereka dalam RME dan bagaimana kesimpulan yang
masuk akal dapat ditarik dari kesimpulan yang faktual yang mungkin
dispositif.
kasus sengketa medis. Saat ini, sistem elektronik yang digunakan di Indonesia
mengadopsi atau mengambil contoh dari luar negeri. Meskipun belum pernah
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Perkembangan rekam medis elektronik saat ini berpotensi untuk dijadikan
B. Saran
1. Pemerintah Indonesia perlu melakukan kesinambungan peraturan antara
medis elektronik.
2. Penelitian lebih lanjut mengenai peran rekam medis elektronik sebagai alat
40
DAFTAR PUSTAKA
Abduh, R. 2021. Kajian Hukum Rekam Medis Sebagai Alat Bukti Malapraktik
Medis. Delega Lata, Vol. 6 (1): 221–234.
Amir, N. 2019. Perlindungan Hukum Kerahasiaan Data Pasien Dalam Rekam Medik
Elektronik.
Anggraeni, Devina. Ikhsan, Muhammad. 2019. The Role of Electronic Medical
Records as Evidence in Medical Disputes in Hospitals. SOEPRA, Vol. 5 (2).
Asnawi, M. Natsir. 2013. Hukum Pembuktian Perkara Perdata di Indonesia.
Yogyakarta: UII Press.
Berutu, C. A. N., et al. 2020. Kekuatan Hukum Pembuktian Rekam Medis
Konvensional dan Elektronik Berdasrkan Hukum Positif Indonesia. Samudra
Keadilan, Vol. 15 (1): 305–317.
Budiyanti, R. T., et al. 2018. Rekam Medis Elektronik Berbasis Cloud dalam
Perspektif Etika dan Hukum di Indonesia. CDK-268, Vol. 45 (9): 695–698.
Cahyani, Prilian. Astutik. 2019. Criminal Liability fo Misuse of Electronic Medical
Records in Health Services. SOEPRA. Vol. 5 (2).
Chazawi, Adami., et al. 2015. Tindak Pidana Informasi & Transaksi Elektronik.
Malang: Media Nusa Creative.
Erawantini, Feby., et al. 2013. Rekam Medis Elektronik: Telaah Manfaat Dalam
Konteks Pelayanan Kesehatan Dasar. Fiki, Vol. 1 (1): 1-10.
Gunarti, Rina. Muchtar, Masrudi. 2019. Rekam Medis & Informasi Kesehatan
Tinjauan dari Perspektif Etika Profesi dan Pengaturan Hukumnya di
Indonesia. Yogyakarta: Thema Publishing.
Hapsari, Cinthia Mutiara. Subiyantoro Ary. 2019. Kajian Yuridis Pemakaian Rekam
Medis Elektronik di Rumah Sakit. Surya Medika, Vol. 14 (1).
Handiwidjojo, W. 2009. Rekam Medis Elektronik. Jurnal EKSIS, Vol. 02 (1): 36–41.
Hiariej, Eddy O.S. 2012. Teori Hukum & Pembuktian. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Huffman, Edna K. 1994. Health Information Maangement. Berwyn, Illinois:
Physicians Record Company.
Indradi, Rano. 2017. Rekam Medis. Jakarta: Universitas Terbuka. Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata.
Maskun, et al. 2021. Harmonization Over The Regulations of Electronic Medical
Records and its Potential to be Abused. Medico-Legal Update, Vol. 21 (1):
1760-1765.
Octarina, N. F., et al. 2017. Tinjauan terhadap UU ITE untuk Penerapan Rekam
Medis Berbasis Online pada Penduduk Muslim di Indonesia.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 269 Tahun 2008 Tentang
Rekam Medis.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2019 Tentang
Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik. Jakarta: Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.
Samandari, Nabil Atta, et al. 2016. Kekuatan Pembuktian Rekam Medis
Konvensional Dan Elektronik. Magister Hukum Kesehatan Universitas
Katolik Soegijapranata Semarang. Vol. 2 (2): 154–164.
Sedana, Denira Palmanda, et al. 2018. Kedudukan Dan Kekuatan Surat Elektronik
Sebagai Alat Bukti Dalam Hukum Acara Perdata. Program Kekhususan
Peradilan Fakultas Hukum Universitas Udayana, Vol. 7: 1.
Sudjana. 2017. Aspek Hukum Rekam Medis atau Rekam Medis Elektronik Sebagai
Alat Bukti dalam Transaksi Terapeutik. Vol. 3 (2): 359–383.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Pidana. Jakarta: Presiden Republik Indonesia.
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik. Jakarta: Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2016 Tetang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik. Jakarta: Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia.
Wahjuni, Edi, et al. 2016. Aspek Hukum Rekam Medis Elektronik. Dinamika
Hukum, Vol. 17 (3): 314-319.
Wulandari, Dewi Retno. 2021. The Legal Position Of Electronic Medical Recording
As An Evidence at The Court. Ius Poenale, Vol. 2 (1): 31-44
https://www.academia.edu/35647955/Rekam_Medis_Elektronik
https://www.disputesoft.com/electronic-medical-records-and-litigation/
L
N
LAMPIRAN 1 Hasil Ekstraksi Data
1. Aspek Hukum Rekam desain penelitian Pelaksanaan rekam medis tidak jauh Rekam medis yang diselenggarakan secara
Medis Elektronik (Edi normative berbeda dengan rekam medis elektronik. bertanggungjawab merupakan alat bukti yang
Wahjuni dan Nuzulia Rekam medis elektronik sebagai dokumen sah dan menjadi alat pembelaan hukum dan
Kumala Sari) 2017 Vol. elektronik dapat digunakan sebagai alat pembenaran (justification) bagi profesi medis
17, No. 3 bukti hukum berdasarkan Undang-Undang dalam proses pembuktian di pengadilan atas
Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 kasus tuntutan hukum perdata maupun pidana.
tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik Pasal 5 ayat (1) dan (2) bahwa
dokumen elektronik merupakan alat bukti
hukum yang sah dan dokumen elektronik
merupakan perluasan dari alat bukti yang
sah.
2. The Legal Position of normatif dengan Sebagai alat bukti, rekam medis elektronik
Electronic Medical pendekatan tidak memiliki kekuatan pembuktian yang
Recording As an Evidence yuridis mengikat melainkan memiliki alat bukti
At the Court (Dewi Retno mandiri nilai, yaitu pembuktian yang
Wulandari) 2021 Vo. 2, No. ditentukan oleh keyakinan hakim tanpa
1 dibatasi oleh undang-undang.
Judul, Nama Peneliti Perkembangan Penggunaan Rekam
Peranan Rekam Medis Elektronik sebagai
(Author), Tahun, Vol Desain Penelitian Medis Elektronik sebagai Alat Bukti di
No. Alat Bukti di Persidangan di Indonesia
dan No Indonesia
dari pasangan suami istri Bapak Ir. H. Ilyas, M.Si dan Ibu Hj. Sitti
Penulis menempuh pendidikan TK Satu Atap SDN 213 Salo lulus tahun 2006, lalu
bersekolah dasar di SD Negeri 3 Pinrang lulus tahun 2012, SMP Negeri 1 Pinrang
lulus tahun 2015, SMA Negeri 1 Pinrang lulus tahun 2018, kemudian melanjutkan
Panakkukang Makassar Mulai tahun 2018 sampai dengan sekarang. Sampai dengan
penulisan KTI ini penulis masih terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi D3