Anda di halaman 1dari 4

TUGAS INDIVIDU DALAM KELOMPOK

“KRISIS AIR, PICU KONFLIK EKOLOGI DAN SOSIAL MASYARAKAT”

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah

“EKOLOGI ADMINISTRASI NEGARA”

DOSEN PENGAMPUH : Dr. ANDI CUDAI NUR, M.Si

Disusun Oleh :

KELOMPOK 2

 EKA RISNAWATI 1965141015


 SESCA AYU MEYLIA SB 1965142046
 ANDI RADIA NUR AMALIA 1965141021
 YUSNI 1965141037
 MUHAMMAD ARIFIN 1965140019
 MUH. TAUFIK FAJAR 1965142004
 NURLIA 1965142012

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA (C)

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2021
KASUS EKOLOGI

“KRISIS AIR, PICU KONFLIK EKOLOGI DAN SOSIAL MASYARAKAT”

Salah satu konflik ekologi yang dapat mengancam keberlangsungan kehidupan


ekosistem terjadi pada sumber mata air Umbul Gemulo di Kota Batu, Jawa Timur. Konflik
krisis mata air menjadi masalah yang serius dihadapi oleh masyarakat Kota Batu, Jawa
Timur. Bagaimana tidak, rencana pembangunan hotel di atas sumber mata air dikhawatirkan
dapat menimbulkan kerusakan serta pencemaran lingkungan secara luas. Sehingga hal ini
menjadi penyebab aksi penolakan warga yang berujung pada gugatan hukum di pengadilan
antara warga dengan pemilik hotel tersebut.

Adanya rencana pembangunan Hotel The Rayja tingkat 4 yang berjarak 150 meter
dari sumber mata air Umbul Gemulo yang dapat mengganggu kelestarian mata air
mengakibatkan adanya konflik yang terjadi, karena warga yang memprotes kepada
pemerintah setempat terkait kebijakan yang kurang tepat dan izin yang keliru.

Sumber mata air Umbul Gemulo di Kota Batu, Jawa Timur yang semakin berkurang
karena dimanfaatkan untuk minum, irigasi, pengairan lahan pertanian dan peternakan warga.
Selain itu, pemanfaatan sumber mata air tersebut juga dilakukan oleh banyak industri untuk
mengelola serta membuang limbah dengan mudahnya. Pihak industri yang mengeksploitasi
melalui kebutuhan lahan yang lebih luas dengan begitu membutuhkan debit air yang
semakin banyak pula. Hal ini memicu adanya ketidakadilan terhadap masyarakat oleh
pemerintah terkait dengan keberlangsungan sumber mata air Umbul Gemulo di Kota Batu,
Jawa Timur, ini pastinya akan merugikan rakyat karena krisis air yang terjadi. Dan karena
hal tersebut bahkan ada masyarakat yang bertengkar. Karena sebanyak 461 mata air yang
ada di seluruh Jawa Timur, yang ada tersisa hanya tinggal 46 mata air. Ini menjadi persoalan
yang perlu ditanggulangi sebab menjadi ancaman yang serius bagi keberlangsungan
ekosistem akibat hilangnya sumber mata air.

Oleh karena itu, kolaborasi kerja sama dibutuhkan oleh pemerintah bersama
masyarakat untuk segera menyikapi persoalan krisis mata air ini, pemecahan masalah atau
solusi terkait kasus ekologi ini adalah :
1. Pemerintah mengeluarkan kebijakan berupa peraturan yang mengatur untuk melindungi
serta menjaga lingkungan dari upaya eksploitasi yang merusak. Penetapan hukum yang
tegas terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh sektor swasta (terutama industr) maupun
masyarakat sekitar. Beberapa pabrik masih “nakal” dalam hal membuang limbah. Alih-
alih mengolah atau menetralkan limbah terlebih dahulu, pihak pengelola justru langsung
membuangnya ke sungai. Pemerintah seharusnya lebih tegas dalam menindak
pelanggaran tersebut. Tidak hanya pada sektor swasta, tetapi juga pada masyakarat
sekitar yang kerap membuang limbah rumah tangga secara sembarangan.

2. Pemerintah bersama masyarakat saling mengimbau untuk melestarikan lingkungan


dengan segenap kemampuan, seperti tidak membuang sampah ataupun limbah industri di
aliran air. Sehingga air pada sumber mata air tersebut tidak tercemar dan tetap dapat
digunakan sebagai kebutuhan sumber air bersih.

3. Pemerintah berkewajiban membangun fasilitas penyedia air bersih yang layak sehingga
seluruh kebutuhan masyarakat terpenuhi. Sebagai contoh menyediakan teknologi
penyulingan air dengan memanfaatkan air-air marginal seperti air payau. Kemudian
masyarakat pun harus membantu pemerintah untuk menyelesaikan pembangunan fasilitas
penyedia air bersih tersebut agar rampung dengan cepat serta merawat fasilitas tersebut
agar dapat bertahan lama.

4. Pemerintah mengimbau kepada masyarakat untuk melaksanakan kegiatan reboisasi


dengan penanaman pohon karena pohon dapat membantu tanah untuk melakukan
penyerapan air, sehingga dapat menyimpan persediaan air bersih.

5. Masyarakat setempat membuat tempat penampungan air hujan. Sebab dengan adanya
penampungan air hujan, maka air hujan dapat dimanfaatkan untuk memenuhi beberapa
kebutuhan akan air bersih seperti mencuci dan berwudhu.

6. Teknologi dalam penyediaan sanitasi dan air bersih perlu dikembangkan. Mengingat
kepadatan penduduk di Jawa, teknologi level standar tidak bisa betul-betul bekerja efektif
pada pengairan. Kurangnya ruang dan jarak sumber air yang dekat juga menjadi alasan
lainnya. Dalam penyediaan air, melakukan penyebaran sumber daya teknologi ke daerah-
daerah lebih efektif daripada pemusatan di satu sektor. Bagaimanapun, sumber air yang
tersedia tidak terletak pada satu titik saja.

7. Diperlukan pengkajian terhadap PDAM, baik dari segi tugas, proses kerja, maupun
tanggung jawab kelembagaan. Pemerintah harus menetapkan standar minimal kinerja
untuk PDAM, melakukan pemantauan rutin, penegakan, dan memberikan insentif sebagai
apresiasi pekerjaan.

8. Sosialisasi intensif kepada masyarakat pun mengambil peran yang sangat penting.
Pemerintah harus memberikan imbauan terkait beberapa hal penting kepada masyarakat.
Salah satunya adalah penghapusan BAB (buang air besar) di ruang terbuka, terutama
sumber-sumber air semisal sungai dan danau. Selain itu, limbah rumah tangga juga perlu
diolah dengan tidak mencampur atau membuang limbah cair bersama benda-benda padat
dan cemaran berbahaya. Upaya membenahi kesadaran akan lingkungan ini bisa dikatakan
lebih besar pengaruhnya daripada tindakan memperbaiki.

9. Menanamkan gagasan pentingnya air bersih sejak dini. Poin ini juga merupakan tindakan
penyuluhan, hanya saja lebih menjurus kepada anak-anak yang berusia lebih muda. Hal
tersebut dapat dilakukan dengan menggaet sekolah-sekolah untuk terus mengingatkan
para siswa. Tema-tema kesehatan, lingkungan, dan peduli sosial diangkat menjadi salah
satu materi pembelajaran. Dengan terlibatnya para generasi muda, kita bisa lebih
antisipatif terhadap masalah air bersih di masa depan.

10. Melakukan pertolongan alternatif dengan sedekah air bersih. Dibandingkan dengan
kelompok berfinansial cukup, mereka yang kekurangan cenderung terbebani biaya besar
untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Jika kekeringan melanda, sumber-sumber air
dengan jarak dan biaya terjangkau akan menipis. Akhirnya, masyarakat terpaksa
mengeluarkan dana lebih, atau bahkan mengonsumsi air yang kualitasnya lebih buruk.
Karena itulah, bantuan air bersih dari sesama merupakan pertolongan yang mulia.

Anda mungkin juga menyukai