Anda di halaman 1dari 23

KARYA TULIS ILMIAH

“ MENINGKATKAN PEMAHAMAN DAN KEMAMPUAN


BERPIKIR TINGGI SISWA SEKOLAH DASAR TERHADAP TEKS
BACAAN MELALUI KEGIATAN MEMBACA DI ERA ABAD 21 ”

Oleh

APRILIANI MUHARRAMAH
1847241029
28 C

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2020
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan Rahmat dan hidayat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis
ilmiah yang berjudul “Meningkatkan Pemahaman dan Kemampuan Berpikir Tinggi
Siswa Sekolah Dasar terhadap Teks Bacaan Melalui Kegiatan Membaca di Era Abad
21”.

Dan tak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu Rahmawati
Patta, S.Si, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Karya Tulis Ilmiah yang telah
memberikan arahan dan bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis
ilmiah ini. Penulis telah menyusun karya tulis ini dengan semaksimal mungkin.Penulis
berharap semoga informasi yang terdapat dalam karya tulis ilmiah ini dapat berguna
bagi para pembaca pada umumnya dan bagi penulis sendiri pada khususnya.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih terdapat banyak kekurangan.Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca guna membantu untuk memperbaiki karya tulis ilmiah ini.

Wajo, 8 Desember 2020

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ..............................................................................................i

KATA PENGANTAR...................................................................................................ii

DAFTAR ISI..................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1

1.1 Latar Belakang...............................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................
1.3 Tujuan.............................................................................................................
1.4 Manfaat...........................................................................................................

BAB II KAJIAN TEORI..............................................................................................

2.1 Pemahaman Teks Bacaan...............................................................................


2.2 Kemampuan Berpikir Tinggi..........................................................................
2.3 Kegiatan Membaca.........................................................................................
2.3.1 Pengertian Membaca...............................................................................
2.3.2 Tujuan Membaca.....................................................................................
2.4 Pembelajaran Abad 21....................................................................................

BAB III PEMBAHASAN.............................................................................................

3.1 Cara Meningkatkan Pemahaman dan Kemampuan Berpikir Tinggi Siswa


Sekolah Dasar Terhadap Teks Bacaan Melalui Kegiatan Membaca.............

BAB IV PENUTUP.......................................................................................................

4.1 Kesimpulan......................................................................................................

4.2 Saran................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Saat ini manusia hidup di era abad 21 yang ditandai dengan adanya
perkembangan pengetahuan dan teknologi yang semakin berkembang pesat.
Perkembangan yang pesat di abad 21 ini membawa keuntungan dan kemudahan
dalam kehidupan manusia. Namun di satu sisi, perkembangan yang terjadi juga
menuntut manusia untuk memiliki beberapa kemampuan agar mampumengimbangi
arus zaman modern ini. Menurut Trilling dan Hood (1999) menjelaskan bahwa
kemampuan yang semestinya dimiliki oleh sumber daya manusia di abad
pengetahuan ini adalah kemampuan bekerja sama, kemampuan berpikir tingkat
tinggi, kreatif, terampil, mampu memahami berbagai budaya dan mempunyai
kemampuanberkomunikasisertamampubelajarsepanjanghayat(lifelonglearning)
(Annuuru, Johan, & Ali, 2017). Dari pernyataan tersebut, dapat diketahui bahwa
pemahaman dan kemampuan berpikir tinggi termasuk kedalam kemampuan yang
dibutuhkan di abad sekarang ini. Tentu peningkatan pemahaman dan kemampuan
berpikir tinggi dapat terbentuk dengan adanya ranahpendidikan.

Pemahaman dan kemampuan berpikir tinggi merupakan satu kesatuan yang


tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain. Dalam dunia pendidikan,
pemahaman dalam pembelajaran menjadi pokok utama yang diharapkan dapat
terbentuk dalam diri siswa. Pemahaman dapat diartikan sebagai kemampuan
memahami dan mengerti sesuatu. Seorang peserta didik dikatakan memahami
sesuatuapabilaiadapatmemberikanpenjelasanataumemberiuraianyanglebihrinci
tentang suatu hal dengan menggunakan bahasa sendiri. Dengan tingkat pemahaman
yang baik maka kemampuan berpikir tinggi juga akan dapat terbentuk.

Berpikir tinggi sendiri dapat diartikan sebagai suatu kemampuan berpikir


dimana peserta didik mampu menganalisis dan mengevaluasi suatu hal yang sedang
dipelajari. Berpikir tinggi atau berpikir tingkat tinggi merupakan berpikir yang
melatih kemampuan kognitif peserta didik pada tingkatan yang lebih tinggi, yaitu
peserta didik mampu menggabungkan fakta dan ide dalam proses menganalisis,
mengevaluasi sampai pada tahap membuat berupa memberikan penilaian terhadap
suatu fakta yang dipelajari (Annuuru, Johan, & Ali, 2017)

Dalam ranah pendidikan di sekolah dasar, siswa dapat dikatakan memiliki


tingkatpemahamandankemampuanberpikirtinggiapabilasiswamampumenjawab
pertanyaan yang diberikan, mengkomunikasikan pemahamannya dan mampu
memberikantanggapan.Namun,tingkatpemahamandan kemampuanberpikirtinggi
peserta didik sekolah dasar masih tergolong rendah (Firdaus. 2020. “Tingkat
Pemahaman dan Kemampuan Berpikir Tinggi Siswa”.Tingkat pemahaman dan
kemampuan berpikir tinggi siswa sekolah dasar tergolong masih rendah. Ha lini
dibuktikan dalam proses pembelajaran, masih terdapat peserta didik yang masih
kurang mampu memahami materi yang diajarkan sehingga mereka kurang mampu
untuk menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru, siswa masih kurang mampu
mengkomunikasikan pemahamannya dan memberikan tanggapan atau respon dari
pertanyaan yang diberikan. 11 November 2020. SDN 156Paria).

Di lingkungan sekolah terutama ranah sekolah dasar, berbagai kegiatan


pembelajaran dilakukan guna menambah pengetahuan, pemahaman dan kemampuan
berpikir tinggi siswa, salah satunya yaitu dengan melalui kegiatan membaca.
Membaca merupakan suatu proses membangun pemahaman dari teks yang tertulis.
Selama membaca, peserta didik dapat mengolah, menganalisis dan mengidentifikasi
informasi atau argumen yang dibacanya. Dari teks yang dibaca tersebut tentu
berguna untuk menambah pemahaman dan kemampuan berpikirnya. Terlebih lagi
kegiatan membaca merupakan kegiatan pembelajaran yang mendominasi proses
pembelajaran.

Namun tingkat pemahaman peserta didik melalui kegiatan membaca masih


tergolong rendah. Terbukti dalam berita OkeNews.com terbitan 2016 yang
menuliskan bahwa banyak anak lancar membaca, namun kurang memahami makna
teks yang dibaca. Hal tersebut dibuktikan dari 15.941 siswa di tujuh provinsi yang
disampel, pemahaman membaca mereka rata-rata masih di bawah 80 persen. Jika
kemampuan peserta didik dalam memahami bacaan kurang, maka tentu tingkat
pemahaman dan kemampuan berpikir tinggi pada peserta didik juga akan rendah.

Salah satu faktor yang menyebabkan hal tersebut, yaitu karena metode
pengajaran guru dalam proses pembelajaran yang terlalu monoton. Dari hal tersebut
dapat diketahui bahwa, guru turut berpartisipasi dalam membantu meningkatkan
pemahaman dan kemampuan berpikir tinggi peserta didik selama kegiatan membaca
( A.Maftuhatus Masruro, 2016: 16). Namun, terdapat faktor yang dapat menentukan
keberhasilan untuk meningkatkan pemahaman peserta didik melalui kegiatan
membaca yaitu kemampuan dari seorang guru dan langkah-langkah yang
digunakannya selama proses kegiatan membaca yang dilakukan oleh peserta didik
(B.Maftuhatus Masruro, 2016: 1). Oleh karena itu, guru harus mampu menciptakan
suasana belajar yang efektif serta memberikan bimbingan selama proses kegiatan
membaca agar melalui kegiatan membaca tersebut dapat meningkatkan pemahaman
terhadap teks yang dibaca dan kemampuan berpikir tinggi peserta didik, sehingga
perlu dilakukan penelitian dengan judul “ Meningkatkan Pemahaman dan
Kemampuan Berpikir Tinggi Siswa Sekolah Dasar Terhadap Teks Bacaan Melalui
Kegiatan Membaca di Era Abad 21 ”

1.2 RumusanMasalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang dikemukakan, maka dapat


dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut :

“Bagaimana cara meningkatkan pemahaman dan kemampuan berpikir tinggi siswa


terhadap teks bacaan melalui kegiatan membaca ?”

1.3 Tujuan

Untuk memaparkan cara meningkatkan pemahaman dan kemampuan


berpikir tinggi siswa terhadap teks bacaan melalui kegiatan membaca.

1.4 Manfaat

Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut :

1.4.1 Bagi PesertaDidik

Untuk memudahkan peserta didik dalam memahami materi yang


dibacanya sehingga dapat meningkatkan pemahaman dan kemampuan
berpikir tinggi peserta didik.
1.4.2 Bagi Guru

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi dan


dapat dijadikan sebagai pedoman dalam melaksanakan pembelajaran di
sekolah.
1.4.3 Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan, pengalaman serta melatih skill peneliti


dalam melakukan penelitian.
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Pemahaman Teks Bacaan


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemahaman berarti proses, cara,
perbuatan memahami atau memahamkan. Menurut Sumarmo (dalam Muhsin,
Johar & Nurlaelah, 2013:15) menyatakan bahwa pemahaman merupakan
terjemahan dari understanding, diartikan sebagai penyerapan arti suatu materi
yang dipelajari.Untuk memahami suatu objek secara mendalam seseorang harus
mengetahui: (1) objek itu sendiri; (2) relasinya dengan objek lain yang sejenis;
(3) relasinya dengan objek lain yang tidak/sejenis; (4) relasi-dual dengan objek
lainnya yang sejenis dan (5) relasinya dengan objek dalam teori lainnya.
Menurut Nana Sudjana (dalam Widia Lestari, 2018: 8), pemahaman
adalah hasil belajar, misalnya peserta didik dapat menjelaskan dengan susunan
kalimatnya sendiri atas apa yang dibacanya atau didengarnya, memberi contoh
lain dari yang telah dicontohkan guru dan menggunakan petunjuk penerapan
pada kasus lain. Selain itu,menurut Benjamin S. Bloom (dalam Widia Lestari,
2018: 8) mengatakan bahwa pemahaman (Comprehension) adalah kemampuan
seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui
dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengerti tentang sesuatu dan
dapat melihatnya dari berbagai segi.
Pemahaman teks bacaan biasa juga disebut dengan pemahaman bacaan
(Reading Comprehension). Pemahaman bacaan merupakan kemampuan
mengolah teks, memahami maksud dari teks dan memadukan dengan apa yang
pembaca ketahui (Wikipedia, 2018. Alamat Website :
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pemahaman_bacaan#:~:text=Pemahaman
%20bacaan%20 ).
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan pemahaman teks
bacaan dapat diartikan sebagai kemampuan memahami dan mengerti mengenai
isi, ide, atau argumen dari teks bacaan.

2.2 Kemampuan Berpikir Tinggi


Berpikir tingkat tinggi atau berpikir tingkat tinggi merupakan berpikir
yang melatih kemampuan kognitif peserta didik pada tingkatan yang lebih tinggi,
yaitu peserta didik mampu menggabungkan fakta dan ide dalam proses
menganalisis, mengevaluasi sampai pada tahap membuat berupa memberikan
penilaian terhadap suatu fakta yang dipelajari atau bisa mencipta dari sesuatu
yang telah dipelajari secara kreatif (Annuuru, Johan, &Ali , 2017).
Sedangkan menurut Ernawati (dalam Anugrah Aningsih, 2018: 5)
menyatakan bahwa berpikir tingkat tinggi merupakan cara berpikir yang tidak
lagi hanya menghafal secara verbalistik namun juga memakai hakikat dari yang
terkandung diantaranya, untuk mampu memakai makna yang dibutuhkan cara
berpikir yang terintegralistik dengan analisis, sistesis, mengasosiasi, hingga
menarik kesimpulan menuju penciptaan ide-ide kreatif dan produktif.
Menurut Woolfolk (dalam Sucipto, 2017: 64) menyatakan peserta didik
yang memiliki keterampilan berfikir tinggi mampu membedakan antara fakta dan
opini, mengidentifikasi informasi yang relevan, memecahkan masalah, dan
mampu menyimpulkan informasi yang telah dianalisisnya.
Berdasarkan taksonomi Bloom, keterampilan berpikir tinggi atau berpikir
tingkat tinggi adalah kegiatan berpikir yang melibatkan level kognitif hirarki
tinggi. Secara hirarki taksonomi Bloom terdiri dari enam level, yaitu pengetahuan
(knowledge), pemahaman (comprehension), pengaplikasian (application),
analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation). Menurut
Anderson & Krathwohl (dalam Sucipto, 2017: 64-65) mengembangkan
taksonomi Bloom menjadi mengingat (remember), memahami (understand),
mengaplikasikan (apply), menganalisis (analyze), mengevaluasi (evaluate) dan
menciptakan (create). Dalam perkembangannya remembering, understanding,
applying dikategorikan dalam recalling dan processing, sedangkan analysing dan
evaluating dikategorikan dalam critical thinking dan yang terakhir creating
dikategorikan dalam creative thinking.
Dalam ranah sekolah dasar, siswa dikatakan memiliki kemampuan
berpikir tinggi apabila siswa mampu menjawab pertanyaan yang diberikan,
mengkomunikasikan pemahamannya dan mampu memberikantanggapan (Materi
umum & Materi Pokok Bimbingan Teknis Implementasi Kurikulum 2013 Untuk
Sekolah Dasar Tahun 2017, 2017: 8).
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa berpikir tinggi atau
berpikir tingkat tinggi merupakan kemampuan berpikir yang tidak hanya sekedar
mengingat dan memahami tetapi mampu menganalisis, mengevaluasi,
mengindetifikasi, menyimpulkan dan mengkomunikasikan informasi yang telah
dianalisis.

2.3 Kegiatan Membaca


2.3.1 Pengertian Membaca
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, membaca berarti melihat serta
memahami isi dariapa yang tertulis. Menurut Bond dan Wagner (dalam
Benekdiktus, 2017: 22) membaca merupakan suatuproses menangkap atau
memperoleh konsep-konsep yang dimaksud olehpengarangnya, dan
merefleksikan atau bertindak sebagai mana yangdimaksud dari konsep-konsep
itu.
Menurut Tarigan (dalam Sarkiyah, 2013:139) menyatakan bahwa
membaca merupakan proses menafsirkan makna bahasa tulis secara tepat.
Pengenalan makna kata sesuai dengan konteksnya merupakan prasyarat yang di
perlukan untuk memahami pesan yang terdapat pada bahan bacaan.Sedangkan
menurut Gibbon (dalam Brata, dan Ade Asih Susiari Tantri, 2016)
mendefinisikan membaca sebagai proses memperoleh makna dari cetakan.
Kegiatan membaca bukan sekadar aktivitas yang bersifat pasif dan reseptfi saja,
melainkan menghendaki pembaca untuk aktif berpikir.
Dari pengertian membaca di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca
merupakan suatu kegiatan atau proses memahami dan menafsirkan untuk
memperoleh informasi dan makna dari teks bacaan.

2.3.2 Tujuan Membaca


Kegiatan membaca dilakukan tentu memiliki beberapa tujuan. Menurut
White (dalam Ade Asih Susiari Tantri, 2016) menyatakan tujuan membaca secara
umum. Tujuan membaca secara umum adalah untuk memperoleh informasi yang
tersaji dalam wacana tulis.Implisit dalam tujuan membaca adalah memeroleh
pemahaman terhadap sesuatu yang dibaca. Dengan memahami sesuatu yang
dibaca tersebut, pembaca berarti memeroleh informasi dari teks yang dibaca
tersebut. White menyebutkan pula tiga tujuan membaca yaitu :
a. Pertama, orang membaca materi referensial yang berupa fakta yang ada di
lingkungannya. Tujuan membaca ini semata-mata untuk menambah
wawasan atau pengetahuan yang bersifat faktual.
b. Kedua, orang membaca materi yang isinya lebih bersifat intelektual
daripada faktual sebagai upaya mengembangkan keterampilan-keterampilan
intelektual. Dalam hal ini, tujuan membacanya adalah untuk meningkatkan
daya intelektual.
c. Ketiga, orang membaca materi emosional untuk mendapatkan kesenangan.
Dalam hal ini, tujuan membacanya adalah untuk mendapatkan kesenangan
atau mendapat hiburan.
Sedangkan, menurut Handry Guntur Tarigan (dalam Benekdiktus, 2017:
30) tujuan membacaadalah memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta,
memperoleh ide-ide utama, mengetahui, urutan atau susunan organisasi cerita,
membaca untuk menyimpulkan, menglompokkan atau mengklasifikasi, menilai
dan mengevaluasi, serta membandingkan.
Dari penjelasan ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari
membaca yaitu untuk memperoleh informasi, ide, dan pemahaman terhadap
sesuatu yang dibaca guna menambah wawasan dan meningkatkan daya
intelektual, serta untuk mendapatkan kesenangan atau hiburan dari teks bacaan
yang dibaca.

2.4 Pembelajaran Abad 21


Pembelajaran abad 21 dituntut berbasis teknologi untuk menyeimbangkan
tuntutan zaman era milenia dengan tujuan, nantinya peserta didik terbiasa dengan
kecakapan hidup abad 21. Abad 21 disebut juga masa pengetahuan (knowledge
age), pembelajaran didefinisikan sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru
untuk mengembangkan kreativitas berfikir yang dapat meningkatkan kemampuan
siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya untuk
meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran (Aida Nur Fahmi,
2017).
Menurut Greenstein (2012) menyatakan bahwa siswa yang hidup pada
abad 21 harus menguasai keilmuan, berketerampilan metakognitif, mampu
berpikir kritis dan kreatif, serta bisa berkomunikasi atau berkolaborasi yang
efektif, keadaan ini menggambarkan adanya kesenjangan antara harapan dan
kenyataan (Sugiyarti, Arif, & Mursalin, 2018:440). Oleh karena itu, pemerintah
merancang pembelajaran abad 21 melalui kurikulum 2013 yang berbasis pada
siswa dan guru sebagai pendidik di sekolah-sekolah harus mampu menerapkan
pembelajaran abad 21.
Menurut Prihadi (2017) di sekolah formal, pembelajaran sudah dituntut
untuk menerapkan kemampuan 4C (Critical Thinking, Communication,
Collaboration , Creativity), ini dapat terwujud cepat tidak hanya tuntutan pada
kinerja guru dalam mengubah metode mengajar, tetapi juga peran dan tanggung
jawab pendidik non formal dalam membiasakan anak-anak menerapkan 4C
dalam keseharian (Sugiyarti, Arif, & Mursalin, 2018:440). Oleh karena itu,
keterampilan 4C wajib dikuasai dan dimiliki oleh peserta didik sebagai bekal
menghadapi tantangan abad 21.
Menurut Anies Baswedan (dalam Sugiyarti, Arif, & Mursalin, 2018:440)
bahwa 4C terdiri atas :
1. Critical thinking (berpikir kritis) yaitu kemampuan siswa dalam berpikir
kritis berupa bernalar, mengungkapkan, menganalisis dan menyelesaikan
masalah. Di era reformasi critical thinking, juga digunakan untuk menangkal
dan memfilter paham radikal yang dianggap tidak masuk akal. Kemampuan
berpikir kritis biasanya diawali dengan kemampuan seseorang mengkritisi
berbagai fenomena yang terjadi di sekitarnya, kemudian menilai dari sudut
pandang yang digunakannya. Kemudian ia memposisikan dirinya, dari situasi
yang tidak tepat menjadi situasi yang berpihak padanya.
2. Communication (komunikasi) yaitu bentuk nyata keberhasilan pendidikan
dengan adanya komunikasi yang baik dari para pelaku pendidikan demi
peningkatan kualitas pendidikan.
3. Collaboration (kolaborasi) yaitu mampu bekerja sama, saling bersinergi
dengan berbagai pihak dan bertanggung jawab dengan diri sendiri,
masyarakat dan lingkungan. Dengan demikian ia akan senantiasa berguna
bagi lingkungannya.
4. Creativity (kreativitas) yaitu kemampuan untuk menghasilkan sesuatu yang
baru. Kreativitas peserta didik perlu diasah setiap hari agar menghasilkan
terobosan atau inovasi baru bagi dunia pendidikan. Kreatifitas membekali
seorang peserta didik yang memiliki daya saing dan memberikan sejumlah
peluang baginya untuk dapat memenuhi segala kebutuhan hidupnya.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran di
abad berbasis pada kemampuan atau keterampilan 4C (Critical Thinking,
Communication, Collaboration , Creativity). Oleh karena itu, guru memegang
peranan penting dalam menerapkan proses pembelajaran 4C tersebut agar dapat
mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif pada peserta didik, serta
agar peserta didik mampu berkomunikasi dan berkolaborasi ( bekerja sama )
secara efektif.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Cara Meningkatkan Pemahaman dan Kemampuan Berpikir Tinggi Siswa


Sekolah Dasar Terhadap Teks Bacaan Melalui Kegiatan Membaca

Dalam ranah sekolah dasar, peserta didik dikatakan memiliki tingkat


pemahaman dan kemampuan berpikir tinggi apabila anak mampu menjawab
pertanyaan yang diberikan, mengkomunikasikan pemahamannya serta
memberikan tanggapan terhadap teks bacaan yang telah dibacanya. Oleh
karena itu, langkah pertama yang perlu dilakukan yaitu terlebih dahulu
seorang peserta didik harus memiliki pemahaman yang tinggi terhadap teks
bacaan sehingga kemampuan berpikir tinggi peserta didik juga akan
meningkat.

Tentu dalam meningkatkan pemahaman dan kemampuan berpikir


tinggi peserta didik terhadap teks bacaan dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Dalam lingkup pembelajaran di sekolah, guru menjadi salah satu faktor yang
berperan penting dalam meningkatkan pemahaman dan kemampuan berpikir
tinggi peserta didik terhadap teks bacaan. Menurut Maftuhatus Masruro
(2016: 1), salah satu faktor yang dapat menentukan keberhasilan untuk
meningkatkan pemahaman peserta didik melalui kegiatan membaca yaitu
kemampuan dari seorang guru dan langkah-langkah yang digunakannya
selama proses kegiatan membaca yang dilakukan oleh peserta didik. Oleh
karena itu, selama kegiatan membaca diperlukan adanya turun tangan
langsung atau bimbingan langsung oleh guru.

Cara yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan pemahaman


dan kemampuan berpikir tinggi peserta didik terhadap teks bacaan dimulai
dari kegiatan sebelum membaca, selama membaca dan setelah membaca
(Materi umum & Materi Pokok Bimbingan Teknis Implementasi Kurikulum
2013 Untuk Sekolah Dasar Tahun 2017, 2017: 9-10). Adapun cara yang
dapat dilakukan yaitu :
1. Sebelum Membaca
Sebelum membaca guru dapat memberikan pertanyaan-pertanyaan yang
mengarah ke dalam pembahasan teks bacaan, yang terdiri dari :
a. Membaca teks dan gambar yang terdapat pada sampul buku. Pertanyaan yang
dapat diajukan yaitu :
1) Apakah judul buku ini ?
2) Siapa yang ada di sampul buku ?
b. Membuat prediksi ( perkiraan ). Setelah melihat judul atau sampul dari
bacaan, peserta didik dapat diarahkan untuk membuat prediksi ( perkiraan )
mengenai isi bacaan yang akan dibaca. Guru dapat mengajukan beberapa
pertanyaan yang dapat mendorong peserta didik untuk membuat prediksi
seperti :
1) Apa yang dilakukan tokoh pada sampul buku ?Mengapa ?
2) Dari judul dan gambar sampul, bisakah kamu menebak cerita dalam buku
ini?
c. Mengaktifkan pengetahuan latar anak. Kegiatan ini dapat disamakan dengan
kegiatan apersepsi dalam proses pembelajaran untuk mengaitkan materi yang
akan dibaca.
d. Membuat inferensi atau kesimpulan.
2. Selama kegiatan membaca.
Adapun hal-hal yang dilakukan untuk meningkatkan pemahaman dan
kemampuan berpikir tinggi siswa terhadap teks bacaan selama kegiatan membaca
yaitu dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada peserta didik saat peserta
didik sedang membaca. Pertanyaan-pertanyaan khusus yang terkait dengan teks
bacaan dapat ditanyakan untuk :
a. Meningkatkan kemampuan peserta didik menggunakan elemen visual atau
gambar dan teks untuk memahami teks bacaan, misalnya :
1) Apa yang terjadi disini ?
2) Mengapa ia ada di sini ?
b. Untuk meningkatkan kemampuan menalar peserta didik dalam menganalisis
teks bacaan, seperti :
1) Menurutmu apa yang akan dilakukan oleh tokoh ?
2) Apa yang akan kamu lakukan apabila berada dalam situasi yang sama ?
3. Setelah Membaca
Untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap teks bacaan, setelah
kegiatan membaca terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan yakni :
a. Pemahaman teks bacaan
Pemahaman terhadap isi bacaan dapat dilakukan dengan cara
mendiskusikan teks bacaan yang telah dibaca bersama dengan peserta didik
dengan mengajukan pertanyaan 5W + 1H yaitu apa, siapa, dimana,
bagaimana dan mengapa. Selanjutnya guru dapat mendiskusikan tanggapan
peserta didik terhadap teks bacaan yang telah dibaca dengan mengajukan
beberapa pertanyaan seperti:
1) Apakah kamu menyukainya? Mengapa?
2) Bagian mana yang kamu sukai ?
b. Selanjutnya keterkaitan antara cerita atau teks bacaan yang telah dibaca
dengan pengalaman peserta didik. Guru dapat mengaitkan isi cerita atau teks
bacaan yang dibaca dengan pengalaman peserta didik dengan mengajukan
beberapa pertanyaan. Adapun pertanyaan yang dapat diajukan yaitu:
1) Pernahkah kamu mengalami masalah yang sama ?
2) Apa yang kamu lakukan apabilamengalami masalah yang sama ?
3) Apakah kamu tahu seseorang yang mengalami masalah yang sama
dengan yang dialami oleh tokoh cerita ?
4) Apa yang iya lakukan ?
c. Keterkaitan antara cerita dengan pengetahuan yang relevan. Dalam hal ini
guru dapat mengajukan beberapa pertanyaan yang dapat mendorong dan
meningkatkan pengetahuan peserta didik. Misalnya pada cerita “ Waktunya
Cepuk Terbang”, guru dapat mengajukan beberapa pertanyaan kepada peserta
didik, seperti :
1) Mengapa burung hantu terbang pada malam hari ?
2) Apa yang dimaksud dengan burung hantu ?
3) Ada beberapa jenis burung hantu di Indonesia ?

Selain itu, dalam proses pembelajaran, penggunaan strategi SQ3R


juga dapat digunakan dan diterapkan oleh guru dalam meningkatkan
pemahaman dan kemampuan berpikir tinggi siswa terhadap teks bacaan.
Strategi penggunaan SQ3R dimulai dari tahap survey, question, read, recite
dan review. Penggunaan strategi SQ3R memiliki karakteristik dengan
adanya survey, yaitu untuk memperoleh gambaran umum bacaan dan
dilanjutkan dengan merumuskan pertanyaan (question) untuk menuntun
pembaca dalam memahami bacaan. Semakin spesifik pertanyaan akan
semakin baik. Tahap selanjutnya adalah membaca (read) untuk menemukan
jawaban dari rumusan pertanyaan yang telah diajukan. Untuk mengetahui
penguasaan terhadap isi bacaan, dilakukan kegiatan recite, yaitu
menceritakan kembali isi bacaan tanpa membuka bahan bacaan. Langkah
terakhiradalah meninjau kembali apa yang sudah dibaca (review) untuk lebih
meyakinkan lagi tentang pemahaman isi bacaan. Jika ternyata terdapat
konsep yang salah, maka pembaca harus memperbaikinya sesuai dengan isi
bacaan (Catur Agustina & Sri Hariani, n.d.).

Menurut Rahim (dalam Catur Agustina & Sri Hariani, n.d.)


mengemukakan ada tiga tahapan yang bisa dilakukan untuk meningkatkat
pemahaman dan kemampuan berpikir tinggi peserta didik terhadap teks
bacaan, yakni kegiatan prabaca, kegiatan saat baca dan kegiatan pascabaca.
Untuk mendorong siswa dapat memahami berbagai bahan bacaan, guru
seharusnya menggabungkan ketiga kegiatan tersebut dalam pembelajaran
membaca.

1. Kegiatan prabaca
Kegiatan ini dilaksanakan sebelum siswa melakukan kegiatan membaca.
Dalam kegiatan prabaca, guru mengarahkan perhatian pada pengaktifan skemata
siswa yang berhubungan dengan topik bacaan. Fokus kegiatan pembelajaran pada
tahap prabaca adalah untuk membangkitkan skemata siswa tentang topik bacaan
sehingga siswa dapat menggunakan pengetahuan dan pengalamannya. Hal yang
bisa dilakukan guru pada kegiatan prabaca yaitu membaca judul bacaan,
memperkenalkan para tokoh kemudian meminta siswa memprediksi kelanjutan
cerita atau menunjukkan gambar yang berkaitan dengan isi cerita dan bertanya
jawab dengan siswa seputar gambar tersebut.
2. Kegiatan saat baca
Kegiatan saat baca dilakukan dengan cara guru mendorong terjadinya
diskusi tentang materi bacaan. Hal ini dimaksudkan agar: (1) siswa dapat
memprediksi jawaban pertanyaan sesuai dengan tujuan membaca membaca dan
mengetes ketepatan prediksi mereka; (2) siswa menyusun pertanyaan untuk
mengetes informasi yang diperolehnya dan bekerja sama secara kelompok atau
individu dan (3) siswa membuat ringkasan bacaan.
3. Kegiatan pascabaca
Kegiatan ini dilakukan untuk membantu siswa memadukan informasi
baru yang dibacanya ke dalam skemata yang telah dimilikinya sehingga
diperoleh tingkat pemahaman dan kemampuan berpikir yang lebih tinggi.
Kegiatan pascabaca lebih lanjut bisa dikembangkan dengan cara sebagai berikut:
1) Siswa diberi kesempatan menemukan informasi lanjutan tentang topik;
2) Siswa diberi umpan balik dengan pertanyaan tentang isi bacaan;
3) Siswa diberi kesempatan mengorganisasikan materi yang akan
dipresentasikan dan,
4) Siswa diberi kesempatan mengerjakan tugas-tugas untuk meningkatkan
pemahaman isi bacaan.

Dengan tingkat pemahaman terhadap teks bacaan yang baik, maka


tentu kemampuan berpikir tinggi siswa juga akan meningkat sehingga
peserta didik mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah diberikan
yang berkaitan langsung dengan teks bacaan yang telah dibaca serta mampu
mengkomunikasikan pemahamannya.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dalam ranah sekolah dasar, untuk meningkatkan pemahaman dan
kemampuan berpikir tinggi siswa terhadap teks bacaan dipengaruhi oleh
beberapa faktor salah satunya yaitu melalui metode, cara ataupun strategi yang
dilakukan guru selama proses pembelajaran khususnya dalam kegiatan membaca.
Adapun cara yang dapat dilakukan guru dalam meningkatkan pemahaman dan
kemampuan berpikir tinggi siswa terhadap teks bacaan yaitu dengan memberikan
bimbingan serta arahan langsung kepada siswa dimulai dari sebelum peserta
didik membaca, saat peserta didik membaca sampai peserta didik selesai
membaca.
Terdapat tiga tahapan atau cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
pemahaman dan kemampuan berpikir tinggi peserta didik terhadap teks
bacaanyakni kegiatan prabaca, kegiatan saat baca dan kegiatan pascabaca.
Kegiatan prabaca untuk mengarahkan perhatian pada pengaktifan skemata siswa
yang berhubungan dengan topik bacaan. Kegiatan saat bacadilakukan dengan
cara guru mendorong terjadinya diskusi tentang materi bacaan dan kegiatan
pascabaca dilakukan untuk membantu siswa memadukan informasi baru yang
dibacanya dengan apa yang telah diketahui oleh siswa sehingga siswa dapat
memperoleh pemahaman dan kemampuan berpikir yang lebih tinggi.
Selain itu, guru dapat menggunakan metode SQ3R (survey, question,
read, recite dan review). Penggunaan SQ3R dilakukan untuk memperoleh
gambaran umum bacaan dan dilanjutkan dengan merumuskan pertanyaan untuk
menuntun pembaca (peserta didik) dalam memahami bacaan, untuk menemukan
jawaban dari rumusan pertanyaan yang telah diajukandanmeninjau kembali apa
yang sudah dibaca (review) untuk lebih meyakinkan lagi tentang pemahaman isi
bacaan. Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan pemahaman dan
kemampuan berpikir tinggi siswa terhadap teks bacaa, perlu adanya bimbingan
dan arahan langsung dari agar materi yang dibaca oleh peserta didik dapat
dipahami sehingga dapat meningkatkan kemampuan berpikir yang lebih tinggi.
4.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan penulis sebagai bahan
pertimbangan antara lain: bagi guru disarankan agar kegiatan pembelajaran
dapat terlaksana dengan baik, guru harus memiliki kemampuan dalam
penguasaan materi dan pengelolaan kelas serta harus mampu menggunakan
cara atau strategi pembelajaran yang tepat agar tujuan pembelajaran dapat
dicapai termasuk di dalamnya dalam meningkatkan pemahaman dan
kemampuan berpikir tinggi peserta didik terhadap bacaan. Sedangkan bagi
peneliti lain disarankan agar hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan
untuk penelitian sejenis selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Aningsih, Anugrah. 2018. Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Pada


Pendidikan Agama Islam Siswa Kelas X Smk Muhammadiyah 1 Purwokerto
Ditinjau Dari Prestasi Belajar. Skripsi. Fakultas Agama Islam, Universitas
Muhammadiyah Purwokerto. Banyumas.

AnnuuruT.A., R.C. Johan, danM. Ali. 2017. “Peningkatan Kemampuan


Berpikir Tingkat Tinggi Dalam Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Peserta
Didik Sekolah Dasar Melalui Model Pembelajaran Treffinger.”
Edutcehnologia.Volume (3) No. 2.

https://www.google.com/search?
q=PENINGKATAN+KEMAMPUAN+BERPIKIR+TINGKAT+TINGGI+D
ALAM+PELAJARAN+ILMU+PENGETAHUAN+ALAM+PESERTA+DI
DIK+SEKOLAH+DASAR+MELALUI+MODEL+PEMBELAJARAN+TRE
FFINGER&oq=PENINGKATAN+KEMAMPUAN+BERPIKIR+TINGKAT
+TINGGI+DALAM+PELAJARAN+ILMU+PENGETAHUAN+ALAM+PE
SERTA+DIDIK+SEKOLAH+DASAR+MELALUI+MODEL+PEMBELAJ
ARAN+TREFFINGER&aqs=chrome..69i57.1532j0j7&sourceid=chrome&ie
=UTF-8# (diakses pada hari Rabu, 4 November 2020 pukul 13:20 WITA)

Benediktus.2017. Upaya Guru Meningkatkan Minat Baca Pada Siswa Kelas


III A SD Negeri Kota Gede 1 Yogyakarta.Skripsi. Fakultas Ilmu Pendidikan.
Universitas Negeri Yogyakarta.Yogyakarta.

Dewi, C.A.C., dan S. Hariani. (n.d). Penerapan Strategi SQ3R Untuk


Meningkatkan Keterampilan Membaca Pemahaman Di Sekolah Dasar.
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://media.neliti.com/media/publications/24
9629-penerapan-strategi-sq3r-untuk-meningkatk-
0025df37.pdf&ved=2ahUKEwi7-
Z6BqcDtAhUXU30KHaTQCI8QFjAAegQIBBAC&usg=AOvVaw1fUFGkG
HIe5lUxBs1Vf8Kx ( diakses pada hari Senin, 7 Desember 2020 pukul 19:00
WITA )
Fahmi, Aida Nur. 2017. Pembelajaran Abad 21 dan Pembelajaran Tematik
Integratif pada Sekolah Dasar. Diambil dari ( Sabtu, 28 November 2020)
http://aidanurf.blogs.uny.ac.id/wpcontent/uploads/sites/15442/2017/10/PEM
BELAJARAN-ABAD-21-DAN-PEMBELAJARAN-TEMATIK-
INTEGRATIF-PADA-SEKOLAH-DASAR.pdf

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2017.2017. Materi Umum


& Materi Pokok Bimbingan Teknis Implementasi Kurikulum 2013 Untuk
Sekolah Dasar Tahun 2017. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah. Jakarta.
Lestari, Widya. 2018. Pemahaman dan pengamalan Agama Islam Siswa SMP
Negeri 2 Tanjung Pura. Skripsi thesis, Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.

Masruro, M. 2016. Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman Mata


Pelajaran Bahasa Indonesia Dengan Menggunakan Strategi PQ4R (Preview,
Question, Read, Reflect, Recite, Review) Pada Siswa Kelas III MI Miftahul
Ulum Kunjorowesi Ngoro Mojokerto. Skripsi. Fakultas Tarbiyah Dan
Keguruan. Universitas Islam Negeri Sunan Ampelsurabaya. Surabaya.

Mursalin, L. Sugiyarti, dan A. Arif. 2018. Pembelajaran Abad 21 di SD.


http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/psdpd/article/view/10184/6600 ( diakses
pada hari Sabtu, 28 November 2020 pukul 19:00 WITA )
Nurlaelah, E., Muhsin dan R. Johar. 2013. Peningkatan Kemampuan
Pemahaman Dan Pemecahan Masalah Matematis Melalui Pembelajaran
Dengan Pendekatan Kontekstual. Jurnal Peluang. Volume (2), No. 1.
https://Www.Google.Com/Search?
Q=PENINGKATAN+KEMAMPUAN+PEMAHAMAN+DAN+PEMECAH
AN+MASALAH+MATEMATIS+MELALUI+PEMBELAJARAN+DENGA
N+PENDEKATAN+KONTEKSTUAL&Oq=PENINGKATAN+KEMAMP
UAN+PEMAHAMAN+DAN+PEMECAHAN+MASALAH+MATEMATIS
+MELALUI+PEMBELAJARAN+DENGAN+PENDEKATAN+KONTEKS
TUAL&Aqs=Chrome..69i57.1106j0j7&Sourceid=Chrome&Ie=UTF-8#
(Diakses Pada Hari Senin, 16 November 2020 Pukul 14:32 WITA )

Sarkiyah. 2013. Upaya Meningkatkan Keterampilan Membaca Permulaan


Melalui Media Kartu di Kelas 1 Madrasa Ibtidaiyah Alkhairaat Uemalingku
Kecamatan Ampana Kota. Jurnal Kreatif Tadulako Online. Volume (4), No.
4.https://media.neliti.com/media/publications/116535-IDupayameningkatkan-
keterampilan-membaca.pdf (diakses pada hari Sabtu, 28 November 2020
pukul 13:00 WITA).

Sucipto. 2017. Pengembangan Keterampilan Berpikir Tinggi Dengan


Menggunakan Strategi Metakognitif Model Pembelajaran Problem Based
Learning. Jurnal Pendidikan. Volume (2), No. 1.
https://journal.unesa.ac.id/index.php/jp/article/view/915(diakses pada hari
Jumat, 27 November 2020 pukul 23:24 WITA)

Tantri, A.A.S. 2016. Hubungan antara Kebiasaan Membaca dan Penguasaan


Kosakata dengan Kemampuan Membaca Pemahaman.Jurnal Ilmiah
Perpustakaan dan Informasi (Acarya Pustaka). Volume (2), No. 1.
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/AP/article/view/10096 ( diakses
pada hari Jumat, 27 November 2020 pukul 17:38 WITA )

Anda mungkin juga menyukai