Di Susun Oleh :
Kelompok IV
Jihan Afstria Rinanda (4193210001)
Junaldo Andreas Pardede (4193210002)
Rabiatul Adawiyah (4192510002)
Nurul Hidayah (4192510007)
Ruth Yohana Saragih (4192510010)
Rezwan Mulya Sipahutar (4192510008)
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGENTAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur pada Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
untuk dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Tanpa adanya berkat dan rahmat Allah SWT tidak mungkin rasanya dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Terlebih penulis ingin mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang
mendukung dan membantu penulis untuk menyelesaikan makalah yang berjudul
“ Papan partikel dengan sekam padi dan polystyrene”
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, maka dari itu penulis sangat mengharapkan partisipasi pembaca untuk
memberikan masukan baik berupa kritikan maupun saran untuk membuat makalah
ini menjadi lebih baik dari segi isi baik segi yang lainnya. Penulis mohon maaf
bila ada hal yang kurang berkenan dalam penulisan makalah ini. Akhir kata,
penulis ucapkan terima kasih dan selamat membaca.
Penulis
DAFTAR ISI
i
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Publikasi hasil studi monitoring sampah menyebutkan bahwa Indonesia
memproduksi 1,65 juta ton plastik pertahun dan sebagian besar berakhir di ling- kungan.
Dari penelitian tersebut ditemukan bahwa sampah styrofoam lebih domi- nan dari jenis
sampah plastik lain (Republika, 2019). Styrofoam umumnya digunakan untuk
pengemasan makanan. Maraknya pengemasan makanan dengan styrofoam inilah yang
menyebabkan sampah styrofoam semakin meningkat karena penggunaannya yang praktis
dan mudah ditemukan. Oleh sebab itu, pemanfaatan kembali sampah styrofoam perlu
dikembangkan agar sampah styrofoam tidak ber- kontribusi besar dalam produksi
sampah yang dapat mencemari lingkungan.
Pencemaran lingkungan juga dapat disebabkan oleh sekam padi. Peningkatan
produksi komoditas padi di setiap tahun secara langsung meningkatkan jumlah sekam
padi. Badan Pusat Statistik (BPS) menyampaikan bahwa total potensi produksi padi di
Sumatera Utara pada tahun 2020 diperkirakan mencapai 2,076 juta ton Gabah Kering
Giling (GKG). Daerah Kabupaten Labuhan Batu Selatan, Kabupaten Dairi dan
Kabupaten Nias Barat menjadi daerah dengan kenaikan produksi padi yang relatif besar.
Kadar sekam padi adalah sekitar 20-30% dari proses penggilingan padi. Selama ini,
petani hanya membiarkan limbah sekam padi yang mereka hasilkan. Terkadang limbah
sekam padi dibakar sehingga me- nyebabkan polusi udara (Syaiful, Dinata and
Hidayattullah, 2018).
Pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh sampah styrofoam dan limbah sekam
padi tersebut seharusnya mampu diatasi seiring dengan semakin berkem- bangnya ilmu
pengetahuan seperti sekarang. Oleh sebab itu, peneliti sebagai pen- gusul dari bidang
ilmu kimia dan fisika akan memanfaatkan sampah styrofoam dan limbah sekam padi
menjadi bahan pembuat papan partikel. Sampah styrofoam nantinya akan diolah
sehingga menghasilkan serbuk plastik polystyrene murni yang dapat dijadikan perekat,
begitu juga dengan sekam padi yang akan diolah hingga dihasilkan serbuk sekam padi
yang dapat dijadikan pengisi papan partikel. Kemudian, serbuk plastik polystyrene dan
sekam padi tadi akan dicetak dan dikempa dengan mesin heat press pada tekanan dan
waktu tertentu. Setelah itu, dilakukan uji sifat fisis papan partikel untuk mengetahui
kerapatan, kadar air dan pengembangan tebal papan partikel. Bidang ilmu pengetahuan
kimia dan fisika berperan dalam setiap proses pembuatan papan partikel yang akan
peneliti lakukan. Pemanfaatan ilmu pengetahuan dari kedua bidang ini diharapkan dapat
mengatasi permasalahan pencemaran lingkungan akibat sampah styrofoam dan limbah
sekam padi. Selain itu, dari penelitian ini juga diharapkan dapat dihasilkan temuan
berupa papan partikel dengan kualitas yang tidak jauh berbeda dari papan partikel
berbahan kayu dengan harga yang lebih murah serta memiliki sifat ramah lingkungan.
2
Penelitian pembuatan papan partikel dengan pengisi sekam padi ini sudah pernah
dilakukan sebelumnya, diantaranya Umi (2011) melakukan penelitian pembuatan papan
partikel dari sekam padi dan plastik HDPE. Fauziah dkk (2014) melakukan penelitian
pembuatan papan partikel dari sekam padi, UF, parafin dan katalis. Nurjannah dkk
(2015) melakukan penelitian pembuatan papan partikel dari sekam padi dan plastik
PP. Hal yang membedakan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dengan
penelitian yang akan peneliti lakukan adalah sum- ber perekat yang digunakan. Peneliti
akan menggunakan polimer jenis polystyrene yang diperoleh dari sampah styrofoam
wadah makanan sebagai perekat. Metode yang peneliti gunakan untuk pengolahan
sampah polystyrene juga berbeda dari metode pengolahan plastik pada umumnya.
Metode yang peneliti gunakan adalah rekristalisasi. Sunit Suhendra, Peneliti Pusat
Penelitian Kimia LIPI, menyatakan metode ini memiliki beberapa keunggulan,
diantaranya ialah menghasilkan plastik daur ulang berupa serbuk, minim kerusakan
struktur, kemurnian produk daur ulang tinggi serta sterilisasi dapat dilakukan secara in-
situ dalam rangkaian proses daur ulang. Dengan demikian, pembuatan papan partikel
yang memanfaatkan sampah styrofoam dan limbah sekam padi menggunakan metode
rekristalisasi akan menghasilkan kualitas yang jauh lebih baik dibandingkan dengan
pembuatanpapan partikel pada penelitian lain dengan metode selain rekristalisasi.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana perbandingan polystyrene dengan sekam padi yang tepat untuk
menghasilkan papan partikel yang sifat fisisnya sesuai persyaratan SNI?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui perbandingan polystyrene
dengan sekam padi yang tepat untuk menghasilkan papan partikel yang sifat fisisnya
sesuai persyaratan SNI.
1.4 Manfaat penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu sebagai berikut.
1) Mengurangi pencemaran lingkungan akibat sampah styrofoam dan limbah sekam padi
dengan cara menjadikannya sebagai bahan pembuat papan partikel.
2) Menjaga kelestarian hutan akibat penebangan pohon yang dimana kayunya digunakan
untuk pembuatan papan partikel, karena dalam penelitian ini peran kayu dapat
digantikan oleh sekam padi.
3) Meningkatkan nilai guna dan nilai ekonomi dari sampah styrofoam dan limbah sekam
padi.
4) Menghasilkan papan partikel dengan harga yang lebih murah dan ramah lingkungan
yang mana kualitasnya tidak berbeda jauh dengan papan partikel berbahan kayu.
3
Oleh karena itu, memanfaatkan styrofoam sebagai perekat, misalnya dalam pem- buatan
papan partikel, akan mendukung gerakan ramah lingkungan karena dapat mengurangi
pencemaran lingkungan (Somadona, Sribudiani and Elsa, 2020)
2.2 Rekristalisasi
Pada dasarnya, peristiwa rekristalisasi berhubungan dengan reaksi pengenda- pan.
Endapan merupakan zat yang memisah dari satu fase padat dan keluar ke dalam
larutannya. Endapan terbentuk jika larutan bersifat terlalu jenuh dengan zat yang
bersangkutan. Kelarutan suatu endapan merupakan konsentrasi dari larutan jenuhnya.
Kelarutan bergantung dari suhu, tekanan, konsentrasi bahan lain yang terkandung dalam
larutan dan komposisi pelarutnya (Williamson, 1999).
Pada penelitian ini, ada 4 tahapan rekristalisasi yang dilakukan untuk mengolah
sampah styrofoam (polystyrene), yaitu: 1) Pemotongan styrofoam, 2) Pelarutan
styrofoam, 3) Pengendapan pada antipelarut, 4) Penyaringan hingga diperoleh ser- buk
polystyrene murni. Tak hanya polystyrene, plastik jenis lain seperti polyeth- ylene,
polypropylene, polyvinyl chloride dan polystyrene juga dapat diolah dengan metode
rekristalisasi ini (Suhendra et al., 2020).
Metode rekristalisasi menghasilkan serbuk dan bukan pelet atau bentuk padatan
lainnya. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa endapan atau kristal plastik yang
diperoleh adalah bebas dari logam atau mineral lain yang mungkin dilibatkan dalam
metode pembuatan produknya. Metode ini dapat dilakukan pada suhu yang sesuai
dengan sifat kelarutan plastik yang dimaksud (Suhendra et al., 2020).
Dalam proses rekristalisasi ini, tidak ada shear dan stress seperti pada proses daur
ulang biasa sehingga memungkinkan terjadinya degradasi yang sangat ren- dah. Hal ini
mengakibatkan plastik kristal yang diperoleh dapat digunakan lagi dengan kualitas
sangat baik (Suhendra et al., 2020).
2.3 Sekam Padi
Dalam proses pengolahan padi menjadi beras, terdapat hasil samping berupa sekam
(bagian kulit luar) sebanyak 20-30%. Dalam sebuah penelitian dijelaskan bahwa sekam
padi merupakan bahan berlignoselulosa seperti biomassa lainnya, namun memiliki
kandungan silika yang tinggi. Kandungan kimia sekam padi terdiri atas 50% selulosa,
25-30% lignin dan 15-20% silika (Safitri, 2019).
Sekam padi merupakan limbah pertanian yang sebagian besar masih di- manfaatkan
sebagai bahan bakar konvensional. Pada sebagian besar masyarakat, limbah sekam padi
masih belum dimanfaatkan secara optimal. Limbah sekam padi berpotensi untuk diolah
kembali menjadi produk berguna, seperti menjadi bahan material, bahan pembuatan
papan partikel serta isolator panas (Ngafwan, 2017).
Limbah sekam padi dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuat papan partikel
dengan mencampurkan bahan pengikat tertentu. Sekam padi banyak mengandung
lignoselulosa sehingga menyebabkan timbulnya sifat kuat dan kaku. Sifat kuat dan
kaku dari sekam padi ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuat papan partikel
(Ngafwan, 2017). Pengolahan limbah sekam padi menjadi bahan pembuat papan partikel
perlu dikembangkan untuk mengurangi dampak buruk terhadap
5
lingkungan. Penggunaan limbah sekam padi diharapkan dapat menjadi bahan pengganti
kayu yang sampai sekarang masih mendominasi pembuatan papan partikel (Fauziah,
Wahyuni and Lapanporo, 2014).
2.4 Papan partikel
Papan partikel adalah papan tiruan yang dapat dibuat dari limbah potongan atau
limbah industri kehutanan, perkebunan dan pertanian yang direkat dengan bahan perekat
organik melalui proses penekanan. Potongan atau partikel limbah yang digunakan bisa
didapat dari bahan yang bermutu rendah (sisa bubutan, sisa kayu gergajian, cabang-
cabang kayu, potongan-potongan serat dan lainnya) yang mengandung lignin dan
sellulosa (Purwanto, 2016).
Papan partikel mempunyai beberapa kelebihan dibanding kayu asalnya, yaitu papan
partikel bersifat bebas dari mata kayu, pecah dan retak. Selain itu, ukuran dan kerapatan
papan partikel dapat disesuaikan dengan kebutuhan, mempunyai sifat isotropis serta
sifat dan kualitasnya dapat diatur (Maloney, 1993).
Keunggulan lain papan partikel adalah serat alam yang diperoleh dari limbah
lingkungan dapat dijadikan sebagai bahan baku utama pembuatannya dengan proses
yang relatif murah. Perkembangan papan partikel dengan memanfaatkan limbah serat
alam dapat digunakan sebagai bahan alternatif pembuatan perabotan rumah tangga
seperti lemari, meja, perabotan (furniture interior) dan lainnya(Fitra et al., 2019).
Kelemahan papan partikel adalah stabilitas dimensinya yang rendah. Pengem-
bangan tebal papan partikel sekitar 10% hingga 25% dari kondisi kering ke basah
melebihi pengembangan kayu utuhnya serta pengembangan liniernya sampai 0,35%.
Pengembangan panjang dan tebal pada papan partikel ini sangat besar pengaruhnya
terhadap pemakaian, terutama bila digunakan sebagai bahan bangunan (Haygreen and
Bowyer, 1996).
Kadar air
Pengembangan
tebal
Data-data yang didapatkan selanjutnya dibandingkan dengan standar nilai uji sifat
fisis papan partikel SNI. Berikut adalah tabel standar nilai uji sifat fisis papan partikel
sesuai SNI.
Tabel 3.4 Standar Nilai Uji Sifat Fisis Papan Partikel SNI 03-2105-2006
DAFTAR PUSTAKA
Fauziah, Wahyuni, D. dan Lapanporo, B. P. (2014) ‘Analisis Sifat Fisik dan Mekanik Papan
Partikel Berbahan Dasar Sekam Padi’, Positron, 4(2), pp. 60– 63. doi:
10.26418/positron.v4i2.8728.
Fitra, F., Nurdin, H., Hasanuddin dan Waskito. (2019) ‘Karakteristik Papan Partikel
Berbahan Baku Serat Pinang’, Ranah Research: Journal of Multidicsiplinary Research
and Development, 01(04), pp. 1029–1036.
Haygreen, J. dan Bowyer, J. (1996) Forest Products and Wood Science An Introduction. 3rd
Editio. Hoboken: Wiley-Blackwell.
Hendronursito, Y. (2015) ‘Uji Sifat Fisis Papan Partikel Akar Alang-Alang Sesuai Standar
SNI-03-2105-2006’, Jurnal Teknologi, 08(01), pp. 37–43.
Mahmudi, A. dan Londa, P. (2017) ‘Optimasi Penerapan Teknologi Ekstruksi pada
Prototipe Mesin Daur Ulang Limbah Styrofoam’, ROTASI, 19(02), pp. 92–96.
Maloney, T. (1993) Modern Particleboard and Dry-Process Fiberboard Manufacturing.
Updated Ed. London: Backbeat Books.
Ngafwan, N. (2017) ‘Pemanfaatan Limbah Sekam Padi Untuk Pembuatan Komposit Hambat
Panas Menggunakan Matrik Resin’, Media Mesin: Majalah Teknik Mesin, 7(1), pp. 17–
23. doi: 10.23917/mesin.v7i1.3079.
Purwanto, D. (2016) ‘Sifat Fisis dan Mekanis Papan Partikel dari Limbah Campuran Serutan
Rotan dan Sebuk Kayu’, Jurnal Riset Industri, 10(3), pp. 125–133.
Republika (2019) Dominasi Sampah Styrofoam di Laut Indonesia. URL:
https://nasional.republika.co.id/berita/q2ect5328/dominasi-sampah-stirofoam- di-laut-
indonesia (Diakses tanggal: 8 February 2021).
Safitri, D. I. (2019) ‘Pemanfaatan Sekam Padi Sebagai Adsorben Pada Air Laut Dan Zat
Warna’, Pharmacoscript, 1(2). doi:
10.36423/pharmacoscript.v1i2.146.
Somadona, S., Sribudiani, E. and Elsa, D. V (2020) ‘Karakteristik Blok Laminasi Kayu
Akasia (Acacia mangium) dan Meranti Merah (Shorea leprosula) Berdasarkan Susunan
Lamina dan Berat Labur Perekat Styrofoam’, Wahana Foresta: Jurnal Kehutanan,
15(02), pp. 53–64.
Suhendra, S., Septiyanti, M., Irawan, Y., Meliana, Y., Haryono., Triwulandari, Edan
Laksmono, J A. (2020) Metode Daur Ulang Plastik Medis dengan Rekristalisasi.
URL: http://lipi.go.id/publikasi/metode-daur-ulang-plastik- medis-dengan-
rekristalisasi/37670 (Diakses tanggal: 20 March 2021).
Syaiful, F. L., Dinata, U. G. S. and Hidayattullah, Y. (2018) ‘Pemberdayaan Masyarakat
Melalui Pemanfaatan Limbah Sekam Padi Sebagai Bahan Bakar Kompor Sekam Yang
Ramah Lingkungan Di Kinali, Pasaman Barat’, Buletin Ilmiah Nagari Membangun,
1(03), pp. 62–69. doi: 10.25077/bnm.1.03.62- 69.2018.
Williamson, K. L. (1999) Macroscale and Microscale Organic Experiments. 3rd Edition.
New York: Houghton Mifflin Company.
Wirahadi, M. (2016) ‘Elemen Interior Berbahan Baku Pengolahan Sampah
Styrofoam Dan Sampah Kulit Jeruk’, Jurnal Intra, 5(2), pp. 144–153.