PROFESI PENDIDIKAN
1. Auliya (2010125220014)
2. Novi Aryani (2010125220028)
3. Khadijah (2010125320001)
4. Janah (2010125320004)
5. Ainun Azzahra (2010125320017)
6. Fitriani (2010125320018)
2021
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah Swt karena dengan limpahan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas. Selain itu, penyusunan makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan mengenai “Tantangan Profesional Guru”. Dan kami
berterima kasih kepada bapak/ibu selaku dosen mata kuliah Profesi Pendidikan yang telah
membimbing kami agar dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna bagi pembacanya dalam rangka menambah
wawasan dan pengetahuan serta menjadi bekal dasar bagi siswa-siswi sekolah dasar. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan jauh
dari nilai kesempurnaan, untuk itu kami menerima kritik dan saran agar penyusunan makalah
selanjutnya menjadi lebih baik. Mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat berguna bagi siapapun yang membacanya.
Sebelumnya kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata dan penulisan yang
kurang berkenan.
Kelompok 5
ii
Daftar isi..............................................................................................................................ii
iii
Tugas Pembagian Makalah
1. Novi Aryani (2010125220028) › Pengertian Profesionalisme Guru
2. Khadijah (2010125320001) › Peran Guru Profesionalisme dalam Proses Belajar
Mengajar
3. Fitriani (2010125320018) › Faktor – factor Yang Mempengaruhi Guru Profesional
4. Janah (2010125320004) › Syarat – Syarat Menjadi Guru Profesional
5. Auliya (2010125220014) › Upaya – Upaya Untuk Meningkatkan Profesionalisme Guru
6. Ainun Azzahra (2010125320017) › Tantangan Profesionalisme Guru
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Guru memegang peranan yang sangat penting dan strategis dalam upaya
membentuk watak bangsa dan mengembangkan potensi siswa dalam kerangka
pembangunan pendidikan di Indonesia. Tampaknya kehadiran guru hingga saat ini
bahkan sampai akhir hayat nanti tidak akan pernah dapat digantikan oleh yang lain,
terlebih pada masyarakat Indonesia yang multikultural dan multibudaya, kehadiran
teknologi tidak dapat menggantikan tugas-tugas guru yang cukup kompleks dan
unik.
Oleh sebab itu, diperlukan guru yang memiliki kemampuan yang maksimal
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dan diharapkan secara
berkesinambungan mereka dapat meningkatkan kompetensinya, baik kompetensi
pedagogik, kepribadian, sosial, maupun profesional. Profesional artinya
dilaksanakan secara sungguh-sungguh dan didukung oleh para petugas secara
profesional. Petugas yang profesional adalah petugas yang memiliki keahlian,
tanggung jawab, dan rasa kesejawatan yang didukung oleh etika profesi yanng kuat.
Untuk menguji kompetensi tersebut, pemerintah menerapkan sertifikasi bagi guru
khususnya guru dalam jabatan. Penilaian sertifikasi dilakukan secara portofolio.
1
B. Rumusan Masalah
Untuk memudahkan penulis dalam menyusun makalah ini, maka penulis
merumuskan beberapa permasalahan. Adapun rumusan masalahnya sebagai
berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan profesionalisme guru
2. Bagaimana peran guru profesional dalam proses pembelajaran
3. Apa saja faktor- faktor yang mempengaruhi profesionalisme guru
4. Apa saja syarat-syarat menjadi guru profesionalisme
5. Bagaimana upaya-upaya untuk meningkatkan profesionalisme guru
6. Apa saja tantangan profesionalisme guru
b. Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat berguna untuk menambah wawasan bagi kami
dan bagi pembaca pada umumnya tentang Tantangan Profesionalisme Guru.
Memberikan pengetahuan tentang peran guru profesionalisme dalam proses
pembelajaran.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
B. Peran Guru Profesional dalam Proses Pembelajaran
Dalam pendidikan, Guru adalah seorang pendidik, pembimbing, pelatih dan
pimpinan yang dapat menciptakan iklim belajar yang menarik, memberi rasa
aman, nyaman dan kondusif didalam kelas. Guru memiliki andil yang sangat
besar terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah dan membantu
perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidup yang optimal.
Peran guru profesional ditengah-tengah peserta didik, guru dapat mencairkan
suasana kebekuan, kejenuhan dan kekakuan belajar yang terasa berat diterima
oleh peserta didik. Kondisi seperti ini tentunya memerlukan keterampilan
seorang guru dan tidak semua guru dapat melakukannya dengan baik . Karena
itulah , maka keberadaan guru profesional sangat diperlukan untuk tercapainya
tujuan pembelajaran.
Guru yang profesional merupakan faktor penentu proses pembelajaran yang
bermutu. Untuk dapat menjadi profesional, mereka harus mampu menemukan
jati diri dan mengaktualkan diri. Pemberian prioritas yang sangat rendah pada
pembangunan pendidikan selama puluh tahun terakhir
telah berdampak buruk yang sangat luas bagi kehidupan berbangsa dan
bernegara.
Adanya keterpurukan dalam pendidikan saat ini, keberadaan guru
profesional menjadi sangat penting. Untuk itu guru diharapkan tidak hanya
sebatas menjalankan profesinya, tetapi guru harus memiliki keterpanggilan
untuk melaksanakan tugasnya dengan melakukan perbaikan kwalitas pelayanan
terhadap peserta didik baik dalam segi intelektual maupun kompetensi lainnya
yang akan menunjang perbaikan dalam pelaksanaan proses belajar mengajar
serta mampu mendatangkan prestasi belajar yang baik.
Sehubungan dengan hal tersebut, untuk mencapai keberhasilan proses belajar
mengajar, maka guru dituntut untuk kreatif, profesional dan
menyenangkan.Guru harus kreatif memilah dan memilih model pembelajaran
serta mengembangkan materi standar untuk membentuk kompetensi peserta
didik. Guru harus profesional dalam membentuk kompetensi peserta didik
sesuai dengan karakteristik individu masing-masing. Guru harus menyenangkan
tidak hanya pada peserta didik, tetapi juga pada dirinya, artinya belajar dalam
pembelajaran harus menjadi makanan pokok sehari-hari, harus dicintai agar
dapat membentuk dan membangkitkan rasa cinta dan nafsu belajar peserta
didik. Sifat kreatif, profesional dan menyenangkan sangat diperlukan seorang
guru sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, tehnologi dan seni,
kebutuhan masyarakat serta perkembangan pandangan dunia terhadap
pendidikan.
Pengembangan profesionalisme guru menjadi perhatian khusus bagi
pemerintah. Guru merupakan profesi penting dalam meningkatkan kwalitas
sumber daya manusia Indonesia. Tuntutan guru profesional pada masa kini
merupakan suatu keharusan karena figur guru sangat menentukan maju
mundurnya pendidikan.
Guru selalu tampil secara profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan. Melatih menilai dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru hendaknya memiliki
kehandalan yang tinggi sebagai sumber daya utama untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
4
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri serta menjadi warga negara yang
demokratis dan bertanggung jawab.
Peranan guru semakin penting dalam era global.Hanya melalui bimbingan
guru yang profesional, setiap siswa dapat menjadi sumber daya manusia yang
berkualitas, kompetetif dan produktif sebagai aset nasional dalam menghadapi
persaingan yang makin ketat dan berat sekarang dan dimasa datang.
Dalam melaksanakan tugas profesinya guru indonesia menyadari
sepenuhnya bahwa perlu ditetapkan Kode Etik Guru sebagai pedoman bersikap
dan berperilaku yang mengejewantah dalam bentuk nilai-nilai moral dan etika
dalam jabatan guru sebagai pendidik putera-puteri bangsa.
2. Pengalaman belajar
Dalam menghadapi anak didik tidaklah mudah untuk mengorganisir mereka,
dan hal tersebut banyak menjadi keluhan, serta banyak pula dijumpai guru
yang mengeluh karena sulit untuk menciptakan suasana kegiatan belajar
mengajar yang menyenangkan dan menggairahkan. Hal tersebut
dikarenakan guru kurang mampu untuk menguasai dan menyesuaikan diri
terhadap proses belajar mengajar yang berlangsung.
5
4. Berkepribadian
Secara bahasa kepribadian adalah keseluruhan sifat-sifat yang merupakan
watak seseorang. Dalam proses belajar mengajar kepribadian seorang guru
ikut serta menentukan watak kepada siswanya. Dalam proses belajar
mengajar kepribadian seorang guru sangat menentukan terhadap
pembentukan kepribadian siswa untuk menanamkan akhlak yang baik
sebagai umat manusia. Mendidik adalah prilaku yang universal artinya pada
dasarnya semua orang dapat melakukannya, orang tua mendidik anaknya,
pemimpin mendidik bawahannya, pelatih mendidik anak asuhnya dan sudah
barang tentu guru mendidik muridnya. Tetapi bagaimana cara mendidik
yang lebih efektif dibanding dengan cara mendidik yang biasa. Dihadapan
anak, guru dianggap sebagai orang yang mempunyai kelebihan dibanding
dengan orang–orang yanng dikenal oleh mereka. Oleh sebab itu guru harus
mampu bertindak sesuai dengan kedudukannya seperti yang dinyatakan oleh
Kent Wiliam yaitu:
Sebagai hakim
Sebagai wakil masyarakat
Sebagai narasumber
Sebagai wasit
Sebagai penolong siswa
Sebagai objek identifikasi
Sebagai pereda ketegangan atau kecemasan
Sebagai pengganti orang tua
Sebagai objek penumpahan masalah dan kekecewaan.
Guru sebagai pelaksana proses pendidikan, perlu memiliki keahlian dalam
melaksanakan tugasnya.Oleh karenanya keberhasilan proses belajar
mengajar sangat tergantung kepada bagaimana guru mengajar. Agar guru
dapat melaksanakan tugasnya dengan efektif dan efisien, maka guru perlu
memiliki kompetensi yang dapat menunjang tugasnya.
6
6. Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pengajaran
7. Mampu melaksanakan evaluasi belajar
8. Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik
- Kompetensi sosial
Kemampuan sosial tenaga kependidikan adalah salah satu daya atau
kemampuan tenaga kependidikan untuk memperiapkan peserta didik
menjadi anggota masyarakat yang baik serta kemapuan untuk mendidik,
membimbing masyarakat dalam menghadapi kehidupan yang akan
datang.Tenaga kependidikan harus mampu berkomunikasi dengan
masyarakat, mampu bergaul dan melayani masyarakat dengan baik,
mampu mendorong dan menunjang kreativitas masyarakat dan menjaga
emosi dan perilaku yang tidak baik.
7
b. Ikhlas,
c. Sabar,
d. Jujur,
e. Membekali diri dengan ilmu dan biasa mengkajinya,
f. Menguasai metode mengajar,
g. Mampu mengelola siswa,
h. Mengetahui kehidupan psikhis para siswa,
i. Tanggap terhadap berbagai kondisi dan perkembangan dunia yang
mempengaruhi jiwa, keyakinan dan pola berpikir generasi muda, dan Adil.
Dari uraian di atas, tampak jelas ada syarat-syarat yang harus dipenuhi bila
seseorang mau menjadi guru terutama dalam pendidikan formal. Dengan
melihat syarat-syarat itu bisa dipahami bahwa untuk menjadi guru itu tidak
mudah. Pekerjaan sebagai guru bukan lagi pekerjaan kelas pinggiran. Menjadi
guru itu adalah pekerjaan terhormat. Saat ini, guru adalah pekerja profesional
yang bisa disejajarkan dengan profesi-profesi lainnya seperti dokter, akuntan,
dan sebagainya. Syarat-syarat guru yang disebutkan oleh para ahli di atas bisa
dikelompokan sebagai berikut, yakni: persyaratan legalitas, jasmani
intelektualitas dan mental-spiritual. Syarat-syarat itu tampaknya disesuaikan
dengan tuntutan dan kebutuhan yang ada.
Dari sisi legal-formal, seorang calon guru itu harus sarjana (lulusan S1 atau
setara D IV). Saat ini dan seterusnya tidak akan ada lagi guru yang
berpendidikan di bawah S1 (diploma I, II dan III). Lulusan S1 atau D IV saat ini
merupakan standar kualifikasi minimal bagi seorang calon guru (Undang-
Undang Guru dan Dosen pasal 9).
Intelektualitas merupakan salah satu modal bagi guru untuk menunaikan
tugasnya. Hal ini mencerminkan sisi kompetensi seorang guru yakni
penguasaan seorang guru atas materi pelajaran, metodologi pengajaran dan
pemahamannya terhadap obyek pengabdian dan medan perjuangan. Penguasaan
atas materi pelajaran berarti seorang guru memahami betul ilmu pengetahuan
yang menjadi spesifikasinya dengan segala seluk beluknya. Penguasaan atas
metodologipengajaran berarti seorang guru menguasai dengan baik cara-cara
mengajarkan ilmu pengetahuan dan keterampilan kepada anak didiknya.
Penguasaan atas materi pelajaran dan metodologi pengajaran merupakan
kompetensi profesional guru (Undang-Undang Guru dan Dosen pasal 10).
Penguasaan atas obyek pengabdian berarti seorang guru memahami dengan baik
berbagai karakteristik anak didiknya, lingkungan sosialnya dan bagaimana cara
bersikap dan berkomunikasi kepadanya. Ini menyangkut kompetensi pedagogik
dan kompetensi sosial guru (Undang-Undang Guru dan Dosen pasal 10).
Persyaratan jasmani (sehat fisik dan tidak cacat) mutlak diperlukan bagi
seseorang guru (Undang-Undang Guru dan Dosen pasal 8). Bila fisiknya tidak
sehat dan cacat maka sudah pasti seorang guru tidak mungkin bisa menjalankan
tugasnya dengan baik. Seorang guru yang berpenyakit menular misalnya tentu
akan membahayakan anak didiknya, yang akhirnya mengakibatkan hasil kurang
baik bagi pendidikan anak didiknya. Seorang guru yang cacat salah satu
kakinya, tangannya, matanya misalnya tentu juga tidak diharapkan karena
dikhawatirkan akan menjadi bahan olokan dan ejekan anak didik selama proses
belajar mengajar.
8
Dari segi rohaninya (mental-spiritual), seorang guru juga harus sehat, baik
dan tidak cacat (Undang-Undang Guru dan Dosen pasal 8). Seorang guru
dituntut untuk beriman dan bertakwa kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak baik, tidak sombong, peramah, dan lain-lain. Seorang guru itu harus
memberikan contoh atau teladan yang baik kepada anak didiknya. Seorang guru
agama umpamanya akan melarang anak didiknya dari perbuatan mabuk dan
judi, terlebih dahulu, ia (guru itu) harus terhindar dari perbuatan mabuk dan
judi, karena guru itu akan menjadi contoh atau teladan bagi anak didiknya.
Tidak mungkin seorang guru bisa melarang mabuk dan judi kepada anak
didiknya kalau guru sendiri seorang pemabuk dan penjudi. Tidak mungkin
seorang anak didik akan hormat kepada orang tuanya bila gurunya sendiri tidak
begitu hormat kepada orang tua guru itu sendiri.
Dengan iman dan takwa, seorang guru akan memiliki kepribadian yang
baik.Kepribadian seorang guru akan jadi panutan bagi anak didiknya.Di dalam
Undang-Undang RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Bab II Pasal
10, ditegaskan bahwa seorang calon guru itu harus memiliki kompetensi
kepribadian (Undang-Undang Guru dan Dosen pasal 10). Salah satu indikator
kompetensi kepribadian adalah bersikap sesuai dengan norma agama yang
dianut, hukum dan norma sosial yang berlaku dalam masyarakat, serta
kebudayaan nasional Indonesia yang beragam (Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional No. 16 Tahun 2007).
Persyaratan-persyaratan yang dibebankan kepada guru itu wajar dan bisa
dipahami. Dalam pengembangan sumber daya manusia (SDM) melalui
pendidikan, guru itu menjadi tulang punggung dan ujung tombaknya dan
memiliki peran yang strategis dan signifikan. Karena strategis dan signifikan,
tidak mungkin peran ini diberikan kepada orang yang tidak jelas asal-usul dan
kualitasnya. Dengan persyaratan yang cukup ketat ini, peran strategis guru
dalam pengembangan SDM diharapkan bisa tetap terjaga dan
berkesinambungan. Dengan demikian, ketersediaan SDM yang berkualitas
untuk pembangunan bangsa dan negara ini akan tetap terjaga dan
berkesinambungan seperti yang di amanatkan oleh konstitusi Republik ini.
9
kendaraan penting untuk memenuhi keluasan dan kedalaman pengetahuan
profesional guru. Paling tidak terdapat tiga unsur pengetahuan profesional yang
senantiasa menjadi bahan refleksi diri guru, yaitu:
(1) pengetahuan konten ,
(2) pengetahuan paedagogi , dan
(3) pengetahuan pengemasan konten dalam pembelajaran bermakna
Pengetahuan profesional guru membutuhkan bahasa khusus agar mampu
memfasilitasi berbagai ungkapan yang lebih baik dan berbagi ide-ide dalam
belajar dan mengajar, sehingga harus tetap menjadi bagian prioritas untuk
direfleksi oleh setiap guru bahkan sebaiknya sejak masih menjadi mahasiswa
calon guru (Loughran, Berry & Mulhall, 2006). Dengan demikian refleksi guru
yang terus-menerus dalam karier profesionalnya merupakan bagian dari
literatur pendidikan guru (Howard, 2003). Namun, jika kita mengamati
langsung ke lapangan, jarang sekali guru baik secara individu maupun sesama
-nya melakukan proses refleksi diri untuk melakukansejumlah perbaikan kinerja
profesionalnya.
Oleh karena itu, guru-guru kita di lapangan kadang-kadang menghadapi
kendala dalam praktik profesionalnya, walaupun mereka sudah memiliki masa
kerja yang cukup lama menjadi guru. Padahal refleksi dapat dijadikan literatur
utama guru dalam mengembangkan strategi-strategi baru dalam menyelesaikan
permasalahan proses belajar dan mengajar sehingga secara kultur menjadi
acuan dalam pengembangan praktik professional.
Dalam rangka meningkatkan mutu guru harus pula meningkatkan sikap
profesionalnya. Pengembangan sikap profesional ini dapat dilakukan melalui
dua tahapan, yaitu: Pre-Service Education dan In-Service Education/In-Service
Training.
1. Pre-service eduction (pendidikan pra-jabatan)
Dalam pendidikan pra jabatan, seorang guru harus di didik dalam segala hal
(ilmu pengetahuan, sikap dan keterampilan) karena tugasya bersifat unik,
guru selalu menjadi panutan sekelilingnya. Oleh sebab itu, bagaimana guru
bersikap terhadap pekerjaan dan jabatannya selalu menjadi perhatian siswa
dan masyarakat. Pembentukan sifat yang baik tidak mungkin muncul begitu
saja, tetapi harus dibina sejak calon guru memulai pendidikannya di lembaga
pendidikan perguruan tinggi. Berbagai pendidikan dan latihan, contoh-
contoh dan aplikasi penerapan ilmu, keterampilan dan bahkan sikap
profesional dirancang dan dilaksanakan selama calon guru berada dalam
pendidikan pra jabatan. Sering juga pembentukan sikap tertentu terjadi
sebagai hasil sampingan (by-product) dari pengetahuan yang diperoleh calon
guru. Sikap teliti dan disiplin misalnya, dapat terbentuk sebagai hasil
sampingan dari hasil belajar matematika yang benar, karena belajar
matematika selalu menuntut ketelitian dan kedisiplinan penggunaan aturan
dan prosedur yang telah di tentukan. 2.in service education service
training(pendidikan atau pelatihn dalam jabatan) In-Service Education
(pendidikan dalam jabatan) berupa pendidikan lanjutan ketika/sesudah
mendapat tugas dalam suatu jabatan, misal: S-1, ke S-2 dan S-3.
Pengembangan sikap profesional tidak berhenti apabila calon guru selesai
10
mendapatkan pendidikan saja. Akan tetapi peningkatan harus terus
dilakukan dengan cara formal berupa In-Service Training (pelatihan dalam
jabatan), seperti: mengikuti penataran, lokakarya,seminar, atau kegiatan
ilmiah lainnya. Peningkatan bisajuga dilakukan secara informal melalui
jejaring sosial, media massa, televisi, koran, majalah, dan publikasi ilmiah.
Kegiatan ini selain untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dapat
juga meningkatkan sikap profesional keguruan.
Guru adalah salah satu faktor penting dalam penyelenggaraan pendidikan
di sekolah. Oleh karena itu meningkatkan mutu pendidikan, berarti juga
meningkatkan mutu guru.Meningkatkan mutu guru bukan hanya dari segi
kesejahteraannya, tetapi juga profesionalitasnya. UU No. 14 tahun 2005
Pasal 1 ayat (1) menyatakan guru adalah pendidik profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,
dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Sebagai
seorang profesional guru harus memiliki kompetensi keguruan yang
cukup.Kompetensi keguruan itu tampak pada kemampuannya menerapkan
sejumlah konsep, asas kerja sebagai guru, mampu mendemonstrasikan
sejumlah strategi maupun pendekatan pengajaran yang menarik dan
interaktif, disiplin, jujur.
Perencanaan adalah salah satu komponen dalam manajemen suatu
organisasi, termasuk sekolah. Perencanaan juga merupakan rangkaian proses
kegiatan menyiapkan dan menentukan seperangkat keputusan mengenai apa
yang diharapkan terjadi dan apa yang akan dilakukan. Kajian mengenai
perencanaan merupakan unsur dan fungsi yang pertama dan utama dalam
konsep manajemen maupu administrasi. “perencanaan merupakan kegiatan
mendesain tentang apa yang harus dikerjakan untuk mencapai tujuan
organisasi”. (wibowo 2009: 35). Hudson dan Tanner (Usman 2009: 80)
menyatakan taksonomi perencanaan antara lain: “sipnotik, incremental,
transaktif, dan radikal”. Dalam hal perencanaan pendidikan baik ditingkat
provinsi, kabupaten, kota maupun sekolah biasanya dipekai perencanaan
radikal, dimana perencanaan radikal lebih menekankan pada kebebasan
lembaga lokal untuk melakukan perencanaan sendiri, dengan maksud agar
lebih cepat memenuhi kebutuhan lokal.
Kegiatan perencanaan adalah kegiatan yang sistematik dan sequensial,
karena itu kegiatan-kegiatan dalam proses penyusunan perencanaan dan
pelaksanaan perencanaan memerlukan tahapan-tahapan sesuai dengan
karakteristik perencanaan yang sedang dikembangkan. Banghart dan Trull
yang disadurkan oleh Usman (2009:124) model pendekatan perencanaan
komprehensif mengembangkan tahapan perencanaan sebagai berikut:
1. Pendahuluan
2. Mengidentifikasikan permasalahan pendidikan .
3. Analisis area masalah perencanaan
4. Penyusunan konsep dan rencana
5. Mengevaluasi rencana
6. Menentuka rencana
7. Penerapan rencana
8. Rencana umpan balik.
11
Berdasarkan uraian pendapat tersebut penerapan teknik-teknik untuk
mengkaji berbagai aspek perencanaan peningkatan profesional guru tidak
dapat dilakukan tanpa adanya data dasar yang lengkap. Secara praktis
tanpa data kegiatan untuk menyusun perencanaan yang baik tidak dapat
dilaksanakan. Uraian ini menunjukkan bahwa kedudukan data dasar dalam
proses perencanaan bagitu penting, sehingga perencana tidak mempunyai
pilihan lain kecuali memiliki data tersebut dalam mewujudkan tugasnya
sebagai planner. Agar perencanaan menghasilkan rencana yang baik,
konsisten, dan realistis maka kegiatan-kegiatan perencanaan perlu
memperhatikan:
1. Keadaan sekarang (tidak dimulai dari nol, tetapi dari sumber daya yang
sudah ada)
2. Keberhasilan dan faktor-faktor kritis keberhasilan;
3. Kegagalan masa lampau;
4. Potensi, tantangan dan kendala yang ada;
5. Kelemahan mengubah kelemahan menjadi kekuatan, dan
ancaman menjadi peluang analisis (Strenght, Weaknesses, Opportunities,
and Threats atau SWOT)
6. Mengikut sertakan pihak-pihak terkait;
7. Mempertimbangkan efektivitas dan efisiensi, demokratis,
transparan, realistis, legalistis dan praktis;
8. Jika mungkin, menguji cobakan kelayakan perencanaan.
12
2. Tuntutan Pendidikan di Era Globalisasi
Globalisasi merupakan sesuatu yang tidak bisa lepas dalam
perkembangan zaman saat ini, meskipun tidak ada pengertian yang tunggal
dalam menjelaskan apa arti globalisasi tersebut paling tidak secara
terminology kata globalisasi dapat diartikan sebagai sebuah proses yang
mendunia atau globe yang berarti dunia.
Salah satu bagian dari kemampuan yang harus dimiliki guru ialah
profesionalisme, tetapi kenyataannya Guru hanya melakukan hal-hal yang
sifatnya rutinitas saja. Meskipun profesinya sama sebagai pendidik atau
guru mereka Tidak mau mengikuti tuntutan profesionalitas seorang
pendidik. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berjalan begitu
pesat agaknya kurang bisa diikuti oleh semua kaum pendidik utamanya
terhadap produk produk teknologi.Globalisasi dan seluruh hal yang
berkaitan dengan era tersebut sangat membutuhkan antisipasi dan
kompetensi guru dalam profesinya agar proses pembelajaran mampu
menghasilkan lulusan sesuai tuntutan masyarakat global.
Kedua, Krisis moral yang melanda bangsa dan negara Indonesia akibat
pengaruh iptek dan globalisasi telah terjadi pergeseran nilai-nilai tradisional
yang ada dalam kehidupan masyarakat, nilai-nilai tradisional yang sangat
menjunjung tinggi moralitas bisa saja bergeser seiring dengan pengaruh
13
iptek dan globalisasi. Dikalangan remaja sangat begitu terasa akan pengaruh
iptek dan Globalisasi pengaruh hiburan baik berasal dari media cetak
maupun media elektronik yang menjurus pada hal hal yang bersifat
pornografi yang telah menjadikan sebagian remaja tergoda dalam satu
pilihan kehidupan yang menjurus pada pergaulan bebas dan matrealisme
merek sebenarnya hanya menjadi korban dari globalisasi yang menuntut
kepraktisan, kesenangan belaka, (hedonisme) dan budaya cepat saji (instan).
14
Seorang guru merupakan pendidik profesional, karenanya seorang guru
telah merelakan dirinya untuk mengemban sebagian tanggung jawab
pendidikan dari orang tua para anak didik, orang tua mengharapkan amanah
yang disampaikannya pada sekolah atau para guru agar seoptimal mungkin
dapat mengembangkan potensi bakat dan minat anak anaknya agar suatu
saat nanti mampu menjadi manusia yang cerdas, berguna bagi diri sendiri,
kluarga bangsa dan negara. Adanya pelimpahan amanah ini dikarenakan
tidak semua orang dapat menjadi guru, karena profesi guru membutuhkan
profesionalisme dan mengedepankan kepentingan social dan keikhlasan
dalam melaksanakan tugas.
Seseorang yang memang memilih profesi pendidik dalam pilihan
kehidupannya idealnya yang bersangkutan harus mengembangkan tiga
kemampuan utama: pribadi, profesional, dan sosial. Dalam proses
pembelajaran keberhasilan seorang guru terletak pada antara lain,
kepribadian, penguasaan, metode, frekuensi, intensitas aktivitas interaktif
guru dan siswa, wawasan penguasaan materi dan penguasaan proses
pembelajaran. Karena itu persyaratan menjadi guru tidak hanya
kecerdasan, terampil, pintar dan profesional tetapi juga perlu memiliki
keunggulan akhlakul karimah. Idealnya, seorang pendidik perlu memiliki
beberapa karakteristik:
a. Memiliki komitmen terhadap profesionalitas yang melekat pada dirinya
dedikatif
b. Menguasai ilmu dan mampu mengembangkannya serta menjelaskan
fungsinya dalam kehidupan, menjelaskan dimensi teoritis dan praktisnya
atau sekaligus melakukan transfer ilmu pengetahuan, internalisasi dan
amaliah (implementasi).
c. Mendidik dan menyiapkan anak didik agar mampu berkreasi, serta
mampu mengatur serta memelihara hasil kreasinya untuk tidak
menimbulkan malapetaka bagi dirinya, masyarakat dan alam sekitarnya.
d. Mampu menjadi model atau sentral identifikasi diri, atau menjadi pusat
panutan atau teladan dan konsultan bagi peserta didiknya.
e. Memiliki kepekaan intelektual dan informasi serta mempengaruhi
pengetahuan dan keahliannya serta berkelanjutan, dan berusaha
mencerdaskan peserta didik. Bertanggung jawab dalam membangun
peradaban bangsa yang berkualitas di masa depan.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Istilah profesional aslinya adalah kata sifat dari kata ” profession ” (pekerjaan )
yang berarti sangat mampu melakukan pekerjaan. Sebagai kata benda, profesional
lebih berarti orang yang melaksanakan sebuah profesi dengan menggunakan profesi
sebagai mata pencaharian.(Mc.Leod, 1989) Profesionalisme guru merupakan
kondisi, arah, nilai, tujuan dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan dalam
bidang pendidikan dan pengajaran yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang yang
menjadi mata pencaharian. Adapun guru yang profesional itu sendiri adalah guru
yang berkualitas, berkompetensi, dan guru yang dikehendaki untuk mendatangkan
prestasi belajar serta mampu mempengaruhi proses belajar siswa yang nantinya
akan menghasilkan prestasi belajar siswa yang lebih baik.
Peran guru profesionalalisme dalam proses dari pada administrasi dan
manajemen proses belajar mengajar : perencanaan, pengorganisasian, penyusu- nan,
pembinaan kerja, pengkoordinasian, pelaporan dan anggaran.
Faktor- faktor yang mempengaruhi guru profesional : status akademik,
pengalaman belajar, mencintai profesi sebagai guru, dan berkepribadian.
Syarat- syarat menjadi guru profesional :
1. Menuntut adanya keteramplilan yang berdasarkan konsep dan teori ilmu
pengetahuan yang mendalam.
2. Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang
profesinya.
3. Menuntut tingkat pendidikan keguruan yang memadai.
4. Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang
dilaksanakannya.
5. Memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupannya.
Upaya-upaya meningkatkan profesionalisme guru :
1. Peningkatan kesejahteraan.
2. Kurangi beban guru dari tugas-tugas administrasi yang sangat menyita waktu.
3. Penyelenggaraan pelatihan dan sarana
4. Pembinaan perilaku kerja.
5. Memahami tuntutan standar profesi yang ada.
B. Saran
Penulis berharap makalah tentang profesi kependidikan ini dapat bermanfaat bagi
pembaca khususnya bagi para calon pendidik, dan saran dari penulis adalah agar
para calon pendidik nantinyadapat menjadi pendidik yang professional. Apabila
dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan kami mohon maaf, kami
mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca.
v
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman. 2013. “Identifikasi Paedagogical Content Knowledge Calon Guru Fisika
Melalui Pembelajaran Berbasis Multirepresentasi”. dalam, Volume 3, Nomor 2, halaman
86.
Ahmadi Abu. 1998. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Aqib Zainal. 2002. Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran. Surabaya : Insan Cendikia
Asrorun N, am Sholeh. 2006. Membangun Profesionalisme guru. Jakarta: Elsas. Cet k-1, h.
9
Avalos, B. 2011. “Teacher Professional Development in Teaching and Teacher Education
Over Ten Years”, dalam , Volume 27, Nomor 1, halaman 10-20.
BMPM. 2005. Panduan Pembelajaran. Bandung: PT. Hak Cipta. Cet, ke 1, h .5
Daniel Agus. 2009. Profesionalisme Guru. Bandung Express.
E. Mulyasa. 2008. Menjadi guru Profesional, Menciptakan pembelajaran kreatif dan
Menyenangkan. Bandung: RosdaKarya.
Fauzi, Imron. 2018 . Etika Profesi Keguruan. Jember: IAIN Jember Press.
Jamin, Hanifuddin. 2018.Upaya Meningkatkan Kompetensi Profesional Guru. At-Ta'dib:
Jurnal Ilmiah Prodi Pendidikan Agama Islam, [S.l.].
Khaeruddin Kurniawan. Pendidikan di Era Globalisasi. Jakarta Ekspress, hal
204.
M. Uzer Usman. 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Qomar Hamalik. 2006. Pendidikan guru berdasarkan pendekatan kompetensi. Jakarta : PT.
Bumi Aksara. Cet k-4, h.27
Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran (Mengembangkan Profesionalisme Guru).
Jakarta : Rajawali Pers.
Rusyan Tabrani. Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Nine Karya
Safarina HD. Urgensi Profesionalisme Guru dalam Meningkatkan kualitas Pembelajaran.
Gramedia, 184
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
vi