Anda di halaman 1dari 5

Dienita Aulia

B9404211023

1. Pada jantan akan digunakan sebagai pejantan pemacek/unggul.


a. Betina akan digunakan sebagai betina bibit. Bagaimana prosedur didalam melakukan
BSE pada jantan dan betina?
b. Apa perbedaan yang mendasar pada betina bibit dan pada betina indukan?
2. Keberhasilan IB dapat ditinjau dari beberapa aspek.
a. Jelaskan masing-masing aspek tersebut.
b. Manajemen kontener yang dilakukan untuk keberhasilan IB?
c. Apabila kita membeli semen beku dari BIB nasional maupun daerah. Apakah perlu
dicek kualitasnya setelah semen beku itu diterima? Jelaskan!
d. Titik krusial pada pelaksanaan IB
3. A. Gangguan reproduksi yang dapat menyebabkan keberhasilan IB menjadi tertunda
B. Jelaskan faktor-faktor yang dapat menyebabkan hal tsb terjadi dan bagaimana cara
melakukan penanganannya
C. Apa perbedaan repeat breeding dengan nymphomania?
D. Penyebab nymphomania?
4. Dalam satu siklus estrus terdapat beberapa fase.
a. Jelaskan hormone-hormon yang terlibat dalam satu siklus estrus yang normal. Dan
sumber penghasil hormone tersebut berasal darimana selama siklus estrus tersebut?
b. Jelaskan mengenai gelombang folikel

Jawab

1. a. BSE Jantan
Pemeriksaan riwayat kesehatan: riwayat vaksinasi, perkawinan, pengobatan terakhir,
perjalanan, umur, breed)
Pemeriksaan fisik: genetik, hereditas, locomotor, BSE
Pemeriksaan organ reproduksi : palpasi organ luar (testis, epididimiss, funiculus
spermaticum, preputium
Pemeriksaan lingkar scrotum
Libido dan kemempuan melakukan kopulasi
Koleksi dan evaluasi semen: motilitas minimal 70% dan recovery rate minimal 50%
Bebas parasite (mycoplasma, brucella, trichomonas, mycobacterium) ; trycomonas fetus,
vibrio fetus, IBR, BVD dari cucian preputium, cek darah
BSE Betina
Dua aspek penting dari BSE pada betina adalah reproductive tract scoring dan pelvic area
measurement. Manajemen seleksi untuk induk betina pada periode kawin pertama (10-12
bulan).
Pemeriksaan riwayat kesehatan: riwayat vaksinasi, perkawinan, pengobatan terakhir,
perjalanan, umur, breed)
Dienita Aulia
B9404211023

Pemeriksaan fisik
 Sistem lokomosi: bengkak persendian, infeksi/luka kuku
 Conformation defects: sickle hock, cow hock, crooked legs and feet, sprayed toes
 Kesehatan Mata
 Mulut, pergigian, rahang, leher
 Penyakit kulit: kutil, ring worm
 Riwayat kesehatan: identitas, umur, vaksinasi, breed, pengobatan sebelumnya,
suhu,
BCS: Body condition score (tingkat kegemukan)
Betina siap kawin diupayakan pada kondisi BCS (Skotlandia) minimal 3 – 3,5; Nebraska
minimal (6-7)
Anatomi daerah pelvis
 Struktur pertulangan pelvis: saccrum, vertebrae coccygea (tulang ekor ke1-3),
dan os coxae
 Saccrum: terdiri 5 vertebrae yang menyatu (depan berbatasan dengan vert.
lumbal, belakang dengan vert. coccygea)
 Os coxae tersusun dari: Os illium (menjadi dinding kiri-kanan ruang pelvis), Os
ischium (membentuk lantai belakang ruang pelvis, permukaan keduanya cekung, kiri-
kanan, menyatu di tengah), Os pubis (tulang pelvis terkecil, membentuk lantai depan
ruang pelvis, kiri-kanan, menyatu di tengah)
 Tuber coxae: bagian luar sayap illium (kiri dan kanan) menonjol
Pemeriksaan organ reproduksi : untuk mengevaluasi saluran reproduksi betina apakah ada
abnormalitas atau tidak, dan juga untuk mengetahui siklus pada ovarium. Skor berkisar antara
1-5 (1= paling rendah, 5=paling bagus)). Pemeriksaan mengenai ukuran ovarium, konsistensi,
ada tidaknya folikel dan CL serta ukuran dan strukturnya.
Penilaian lebar area pelvis : dilakukan menggunakan palpasi intravaginal dan alat
pelvimeter. Hal ini dilakukan untuk memperkirakan terjadinya distokia sehingga dapat
mencegahnya. Scoring untuk memperkirakan berat maksimal fetus yang dapat melewati ruang
pelvis
Anatomi , posisi, jumlah dan morfologi ambing-puting : menilai kesimetrisan puting, arah
puting (tdk bengkok), konsistensi ambing.
b. Betina induk merupakan betina yang sudah dewasa kelamin dan fisik serta sudah siap untuk
dilakukan inseminasi buatan atau perkawinan untuk menghasilkan keturunan sedangkan
betina bibit merupakan betina yang secara genetik mewariskan sifat unggul serta memenuhi
persyaratan untuk inseminasi buatan dan dikembangbiakkan sehingga dapat menghindari
gangguan reproduksi
Dienita Aulia
B9404211023

2. a. Kualitas betina aseptor


Kualitas betina aseptor meliputi fertilitas, nutrisi, kesehatan betina, oleh karena itu perlu
dilakukan pemeriksaan BSE
Kualitas semen yang digunakan untuk IB
Semen yang digunakan untuk IB harus memenuhi standar SNI, yaitu motilitas lebih dari 70%,
viabilitas diatas 80 %, abnormalitas kurang dari 20%, serta recovery rate minimal 50%
Keterampilan Inseminator
Keterampilan inseminator yaitu baik saat melakukan deteksi estrus maupun dalam
pendesposisian semen saat IB. selain itu manajemen container saat IB juga menjadi titik
penting dalam melakukan IB oleh inseminator
Kemampuan peternak dalam deteksi estrus
Kemampuan peternak mendeteksi waktu estrus menjadi poin penting dalam pelaksanaan IB.
apabila dalam deteksi estrus kurang tepat kemungkinan IB akan gagal, karena apabila IB
dilakukan saat sebelum ovulasi sperma akan mengalami aging dan apabila dilakukan setelah
ovulasi ovum akan aging
b. Pengelolalaan Kontainer Semen Beku
Manajemen pengelolaan kontainer semen beku yang baik untuk dapat menjaga kualitas semen
beku. Manajemen tersebut diantaranya :
 Kontainer operasional (Straw)
 Kontainer depo (stock N2 cair)
 Mengecek ketinggian N2 cair pada kontainer operasional
 Tidak mengeluarkan kanester melebihi batas leher container
c. Perlu dilakukan pemeriksaan ulang apakah kualitas semennya sudah cukup baik dan sesuai
standar nasional Indonesia (SNI). Pemeriksaan dilakuka maksimal 24 jam setelah diterima,
apabila kualitas semen beku yang diterima tidak sesuai dengan SNI dan kualitasnya kurang
bagus, semen tersebut dapat dikembalikan ke BIB tersebut dan menggantinya dengan yang
lain.
d. Titik-titik krusial dalam pelaksanaan IB yaitu kemampuan deteksi estrus, timing
pelaksanaan IB, kompetensi atau keterampilan inseminator untuk melakukan IB, pejantan
yang baik sebagai penghasil semen dan proses persiapan semen, kualitas semen, kesehatan
organ reproduksi betina, peternak yang melakukan deteksi estrus dan pelaporan.

3. a. Endometristis, Kista ovarium, corpus luteum persisten


b. Endometrium terjadi karena adanya infeksi pada endometrium akibat bakteri. Terapi yang
diberikan adalah pemberian antibiotik namun jika disertai adanya CLP maka dapat diberikan
PGF2alpha untuk melisiskan corpus luteum.
Kista ovarium terdiri dari kista ovulatory dan non ovulatory. Kista ovary terbentuk karena
adanya ketidak seimbangan hormone yang menyebabkan folikel tidak bersiklus secara normal
sehingga dapat mengganggu pelaksanaan IB. pada kista non ovulatory terdiri atas kista luteal
Dienita Aulia
B9404211023

dan folikel sedangkan kista ovulatory adalah korpus luteal. Kista folikel terjadi karena
kegagalan GnRH untuk mensekresikan LH yang cukup untuk ovulasi sehingga akan membuat
folikel dominan tertahan dan tidak terjadi ovulasi. Terapi dapat diberikan hormon GnRH dan
PGF2alpha. Kista luteal terjadi karena folikel yang berada pada ovarium mengalami
luteinisasi sehinga menyebabkan folikel tersebut tidak dapat diovulasikan. Terapi yang dapat
diberikan hormon PGF2α dan apabila siklus estrus sudah normal maka terapi selesai namun
apabila siklus estrus belum berjalan maka dapat diberikan hormon GnRH untuk stimulasi
perkembangan folikel dan luteinisasi. Kista korpus luteal merupakan corpora luteal yang
tidak dapat menghasilkan prostaglandin dengan cukup sehingga dapat menyebakan abortus.
Terapi yang dapat diberikan hormon PGF2alpha.
Korpus Luteum Persisten menyebabkan kondisi hormone progesterone pada ovarium tetap
tinggi sehingga siklus tidak dapat dilanjutkan ke tahap berikutnya sehingga hewan tidak estrus
dan membuat IB tertunda. Faktor yang menyebabkan adanya corpus luteum persistent – dapat
terjadi karena sekresi PGF2α yang tidak cukup untuk melisiskan corpus luteum ataupun
karena adanya produksi susu yang tinggi yakni akan menyebabkan peningkatan hormon
prolaktin yang akan menyebabkan dipertahankannya corpus luteum. Terapi yang dapat
diberikan hormon PGF2alpha
c. Repeat breeding terjadi dengan sapi masih bersiklus estrus normal, gagal bunting setelah
minimal 2x inseminasi buatan disebabkan karena adanya kegagalan implantasi dan kegagalan
fertilisasi, sementara nymphomania terjadi karena adanya kista folikuler.
d. Nymphomania disebabkan karena adanya kista folikuler. Kista folikuler merupakan folikel
dominan yang tidak dapat diovulasikan karena kadar hormone LH tidak mencukupi sehingga
kondisi hormone estrogen pada hewan tinggi dan menyebabkan terjadinya estrus terus
menerus dalam satu siklus estrus (21 hari). Manifestasi nymphomania adalah kista folikuler
atau adanya tumor pada sel telur.
4. a. Siklus estrus dibagi menjadi 2 fase yaitu fase folikular dan fase luteal. Secara umum siklus
estrus dibagi menjadi 4 fase yaitu proestrus, estrus, metestrus, dan diestrus. Fase proestrus
ditandai dengan pertumbuhan folikel yang dipicu oleh FSH yang disekresikan oelh kelenjar
hipofisa yang akan memicu perkembangan folikel bersama LH ynag dihasilkan oleh ovarium.
Fase estrus terjadi pergeseran keseimbangan hormone FSH dan LH. Pada fase estrus terjadi
peningkatan sekresi LH dan penurunan sekresi FSH. LH yang tinggi akan menyebabkan
terjadi proses ovulasi. Ovarium akan mensekresikan hormone estrogen dan progesterone.
Hormone estrogen akan memegang peranan dalam memperlihatkan tingkah laku estrus,
sedangkan progesterone berfungsi untuk menyiapkan uterus dalam implantasi sel telur/ovum.
Fase metestrus akan terjadi sekresi LTH oleh kelenjar adenohiofisa yang berfungsi untuk
mempertahankan CL. CL yang berada pada ovarium akan menurunkan sekresi hormone
estrogen dan meningkatkan sekresi progesterone. Adanya progesterone akan menekan
keberadaan FSH. Fase diestrus terjadi hipertrofi kelenjar-kelenjar di uterus dan pada fase ini
progesterone berperan dalam mempersiapkan organ-organ reproduksi.
Dienita Aulia
B9404211023

b. Gelombang folikel dapat ditemui pada fase metestrus, sehingga penyuntikan gonadotropin
selama 4 hari berturut turut sejak hari ke 7 dengan penambahan PGF 2alpha pada hari ke 11
dan 12 akan memaksimalkan superovulasi.

Anda mungkin juga menyukai