B9404211023
Jawab
1. a. BSE Jantan
Pemeriksaan riwayat kesehatan: riwayat vaksinasi, perkawinan, pengobatan terakhir,
perjalanan, umur, breed)
Pemeriksaan fisik: genetik, hereditas, locomotor, BSE
Pemeriksaan organ reproduksi : palpasi organ luar (testis, epididimiss, funiculus
spermaticum, preputium
Pemeriksaan lingkar scrotum
Libido dan kemempuan melakukan kopulasi
Koleksi dan evaluasi semen: motilitas minimal 70% dan recovery rate minimal 50%
Bebas parasite (mycoplasma, brucella, trichomonas, mycobacterium) ; trycomonas fetus,
vibrio fetus, IBR, BVD dari cucian preputium, cek darah
BSE Betina
Dua aspek penting dari BSE pada betina adalah reproductive tract scoring dan pelvic area
measurement. Manajemen seleksi untuk induk betina pada periode kawin pertama (10-12
bulan).
Pemeriksaan riwayat kesehatan: riwayat vaksinasi, perkawinan, pengobatan terakhir,
perjalanan, umur, breed)
Dienita Aulia
B9404211023
Pemeriksaan fisik
Sistem lokomosi: bengkak persendian, infeksi/luka kuku
Conformation defects: sickle hock, cow hock, crooked legs and feet, sprayed toes
Kesehatan Mata
Mulut, pergigian, rahang, leher
Penyakit kulit: kutil, ring worm
Riwayat kesehatan: identitas, umur, vaksinasi, breed, pengobatan sebelumnya,
suhu,
BCS: Body condition score (tingkat kegemukan)
Betina siap kawin diupayakan pada kondisi BCS (Skotlandia) minimal 3 – 3,5; Nebraska
minimal (6-7)
Anatomi daerah pelvis
Struktur pertulangan pelvis: saccrum, vertebrae coccygea (tulang ekor ke1-3),
dan os coxae
Saccrum: terdiri 5 vertebrae yang menyatu (depan berbatasan dengan vert.
lumbal, belakang dengan vert. coccygea)
Os coxae tersusun dari: Os illium (menjadi dinding kiri-kanan ruang pelvis), Os
ischium (membentuk lantai belakang ruang pelvis, permukaan keduanya cekung, kiri-
kanan, menyatu di tengah), Os pubis (tulang pelvis terkecil, membentuk lantai depan
ruang pelvis, kiri-kanan, menyatu di tengah)
Tuber coxae: bagian luar sayap illium (kiri dan kanan) menonjol
Pemeriksaan organ reproduksi : untuk mengevaluasi saluran reproduksi betina apakah ada
abnormalitas atau tidak, dan juga untuk mengetahui siklus pada ovarium. Skor berkisar antara
1-5 (1= paling rendah, 5=paling bagus)). Pemeriksaan mengenai ukuran ovarium, konsistensi,
ada tidaknya folikel dan CL serta ukuran dan strukturnya.
Penilaian lebar area pelvis : dilakukan menggunakan palpasi intravaginal dan alat
pelvimeter. Hal ini dilakukan untuk memperkirakan terjadinya distokia sehingga dapat
mencegahnya. Scoring untuk memperkirakan berat maksimal fetus yang dapat melewati ruang
pelvis
Anatomi , posisi, jumlah dan morfologi ambing-puting : menilai kesimetrisan puting, arah
puting (tdk bengkok), konsistensi ambing.
b. Betina induk merupakan betina yang sudah dewasa kelamin dan fisik serta sudah siap untuk
dilakukan inseminasi buatan atau perkawinan untuk menghasilkan keturunan sedangkan
betina bibit merupakan betina yang secara genetik mewariskan sifat unggul serta memenuhi
persyaratan untuk inseminasi buatan dan dikembangbiakkan sehingga dapat menghindari
gangguan reproduksi
Dienita Aulia
B9404211023
dan folikel sedangkan kista ovulatory adalah korpus luteal. Kista folikel terjadi karena
kegagalan GnRH untuk mensekresikan LH yang cukup untuk ovulasi sehingga akan membuat
folikel dominan tertahan dan tidak terjadi ovulasi. Terapi dapat diberikan hormon GnRH dan
PGF2alpha. Kista luteal terjadi karena folikel yang berada pada ovarium mengalami
luteinisasi sehinga menyebabkan folikel tersebut tidak dapat diovulasikan. Terapi yang dapat
diberikan hormon PGF2α dan apabila siklus estrus sudah normal maka terapi selesai namun
apabila siklus estrus belum berjalan maka dapat diberikan hormon GnRH untuk stimulasi
perkembangan folikel dan luteinisasi. Kista korpus luteal merupakan corpora luteal yang
tidak dapat menghasilkan prostaglandin dengan cukup sehingga dapat menyebakan abortus.
Terapi yang dapat diberikan hormon PGF2alpha.
Korpus Luteum Persisten menyebabkan kondisi hormone progesterone pada ovarium tetap
tinggi sehingga siklus tidak dapat dilanjutkan ke tahap berikutnya sehingga hewan tidak estrus
dan membuat IB tertunda. Faktor yang menyebabkan adanya corpus luteum persistent – dapat
terjadi karena sekresi PGF2α yang tidak cukup untuk melisiskan corpus luteum ataupun
karena adanya produksi susu yang tinggi yakni akan menyebabkan peningkatan hormon
prolaktin yang akan menyebabkan dipertahankannya corpus luteum. Terapi yang dapat
diberikan hormon PGF2alpha
c. Repeat breeding terjadi dengan sapi masih bersiklus estrus normal, gagal bunting setelah
minimal 2x inseminasi buatan disebabkan karena adanya kegagalan implantasi dan kegagalan
fertilisasi, sementara nymphomania terjadi karena adanya kista folikuler.
d. Nymphomania disebabkan karena adanya kista folikuler. Kista folikuler merupakan folikel
dominan yang tidak dapat diovulasikan karena kadar hormone LH tidak mencukupi sehingga
kondisi hormone estrogen pada hewan tinggi dan menyebabkan terjadinya estrus terus
menerus dalam satu siklus estrus (21 hari). Manifestasi nymphomania adalah kista folikuler
atau adanya tumor pada sel telur.
4. a. Siklus estrus dibagi menjadi 2 fase yaitu fase folikular dan fase luteal. Secara umum siklus
estrus dibagi menjadi 4 fase yaitu proestrus, estrus, metestrus, dan diestrus. Fase proestrus
ditandai dengan pertumbuhan folikel yang dipicu oleh FSH yang disekresikan oelh kelenjar
hipofisa yang akan memicu perkembangan folikel bersama LH ynag dihasilkan oleh ovarium.
Fase estrus terjadi pergeseran keseimbangan hormone FSH dan LH. Pada fase estrus terjadi
peningkatan sekresi LH dan penurunan sekresi FSH. LH yang tinggi akan menyebabkan
terjadi proses ovulasi. Ovarium akan mensekresikan hormone estrogen dan progesterone.
Hormone estrogen akan memegang peranan dalam memperlihatkan tingkah laku estrus,
sedangkan progesterone berfungsi untuk menyiapkan uterus dalam implantasi sel telur/ovum.
Fase metestrus akan terjadi sekresi LTH oleh kelenjar adenohiofisa yang berfungsi untuk
mempertahankan CL. CL yang berada pada ovarium akan menurunkan sekresi hormone
estrogen dan meningkatkan sekresi progesterone. Adanya progesterone akan menekan
keberadaan FSH. Fase diestrus terjadi hipertrofi kelenjar-kelenjar di uterus dan pada fase ini
progesterone berperan dalam mempersiapkan organ-organ reproduksi.
Dienita Aulia
B9404211023
b. Gelombang folikel dapat ditemui pada fase metestrus, sehingga penyuntikan gonadotropin
selama 4 hari berturut turut sejak hari ke 7 dengan penambahan PGF 2alpha pada hari ke 11
dan 12 akan memaksimalkan superovulasi.