Anda di halaman 1dari 24

LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING

DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Transportasi merupakan suatu pergerakan atau perpindahan baik orang

maupun barang dari suatu tempat asal ke suatu tujuan. Dalam perpindahan atau

pergerakan tersebut tentu saja menggunakan sarana pengangkutan berupa kendaraan

yang dalam pengoperasiannya menimbulkan suara-suara seperti suara mesin yang

keluar melalui knalpot maupun klakson. Pada level tersebut suara-suara tersebut

masih dapat ditolerir dalam arti bahwa akibat yang ditimbulkannya bukan merupakan

suatu gangguan akan tetapi pada tingkat yang lebih tinggi suara yang ditimbulkan

oleh kendaraan tersebut sudah merupakan suatu gangguan atau polusi yang disebut

kebisingan (Kadri, 2017)

Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan

dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan

manusia dan kenyamanan lingkungan. Apabila kebisingan tersebut berlangsung

dalam kurun waktu yang cukup lama dan terus-menerus, dapat mengakibatkan

gangguan fisiologis dan psikologis pada manusia. Gangguan fisiologis di antaranya

adalah bergesernya ambang pendengaran dan dapat mempengaruhi kerja organ- organ

tubuh. Sedangkan gangguan psikologis di antaranya adalah sifat lekas marah, sulit

KELOMPOK V
ANISA SAFITRI / D131191045
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

tidur (insomnia) dan berkurangnya produktivitas kerja (KepMenLH No.48, 1996

dalam Satoto, 2018)

Laju pertumbuhan sepeda motor di Indonesia paling tinggi di bandingkan

negara ASEAN, yakni 13,2% dibanding moda transportasi lainnya. Penyebab

meningkatnya laju pertumbuhan sepeda motor adalah sepeda motor merupakan

sarana transportasi yang murah dan terjangkau (Beritatrans, 2015 dalam Satoto, 2018)

Sejalan dengan hal tersebut pesatnya perkembangan jumlah kendaraan bermotor di

kota Makassar berdasarkan Badan Pusat Statistik (2018), tercatat sebanyak 1,46 juta

unit kendaraan bermotor yang didominasi olek kendaraan roda dua yang mencapai

(1.156.759) unit, disusul mobil penumpang (213.985 unit), dan mobil barang (74.603

unit). Semakin bertambahnya jumlah kendaraan bermotor yang beroperasi, akan

semakin menambah beban lalu lintas dan menimbulkan masalah kebisingan di

sektor jalan kota Makassar.

Menilik dari masalah tersebut terdapat suatu korelasi permasalah polusi suara

(kebisingan). Tingginya tingkat kebisingan di daerah lalu lintas yang berdampingan

dengan perumahan masyarakat biasanya berasal dari aktivitas masyarakat setempat

yang kebanyakan merupakan pertokoan dan juga aktivitas kendaraan bermotor, baik

roda dua, kendaraan ringan maupun kendaraan berat mulai dari suara klakson

kendaraan saat terjadi kemacetan atau ketika meminta izin lewat, gesekan mekanis

antara ban dan jalan, pengendara dengan knalpon imitasi dan pengereman mendadak

KELOMPOK V
ANISA SAFITRI / D131191045
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

dari kecepatan tinggi, sementara jika kebisingan ini secara terus menerus dan dengan

frekuensi tinggi melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) pendengaran manusia dapat

menimbulkan banyak permasalahan baru yang lebih serius apabila tidak ditanggapi

secara cermat baik berupa gangguan pada indera pendengaran maupun non

pendengaran.

Untuk dapat menentukan pengendalian kebisingan yang tepat, penting bagi

akademisi termasuk mahasiswa untuk melakukan uji coba (praktikum) pengukuran

kebisingan. Maka dari itu dilakukanlah pengukuran kebisingan di salah satu jalan

kolektor di kota Makassar yaitu Jl. Tentara Pelajar. Di lokasi tersebut sumber

kebisingan berasal dari kendaraan bermotor, Parkiran sepanjang bahu jalan,

Perdagangan serta lokasi yang dekat dengan pasar. Dengan praktikum ini akan

diketahui apakah kebisingan atau suara yang dihasilkan dari sumber tersebut sesuai

dengan Nilai Ambang Batas atau tidak.

B. Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum Laboratorium Kualitas Udara dan Bising

ini,yaitu :

1. Mengkalibrasi data hasil pengukuran Decibel X Pro terhadap pengukuran Sound

Level Meter TM 103.

KELOMPOK V
ANISA SAFITRI / D131191045
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

2. Mengetahui tingkat kebisingan di kawasan lalu lintas di putar balik arah di Jl.

Tentara Pelajar Kota Makassar.

3. Membandingkan tingkat kebisingan hasil pengukuran dengan Standar Baku

Mutu kebisingan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Bunyi

Gelombang merupakan rambatan energi getaran yang merambat melalui

medium atau tanpa melalui medium. Berdasarkan mediumnya gelombang dibedakan

menjadi dua yaitu gelombang mekanik dan elektromagnetik. Gelombang mekanik

adalah gelombang yang arah rambatannya memerlukan medium perantara

sedangkan gelombang elektromagnetik adalah gelombang yang arah rambatannya

tanpa menggunakan medium. Berdasarkan rambatannya gelombang dibagi menjadi

dua yaitu gelombang transversal dan longitudinal. Gelombang transversal

merupakan gelombang yang rambatan sejajar dengan getaran dan mediumnya

sedangkan gelombang longitudinal adalah gelombang yang rambatannya sejajar

dengan getaran dan mediumnya (Bambang, 2008 Yasid dkk, 2016).

Resonansi merupakan fenomena yang terjadi apabila sebuah sistem

berosilasi dipengaruhi oleh sederet pulsa periodik yang sama atau hampir sama

dengan salah satu frekuensi alami dari osilasi sistem. Sistem tersebut akan berosilasi

KELOMPOK V
ANISA SAFITRI / D131191045
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

dengan amplitudo yang relatif besar atau amplitudo maksimal (Sugiyanto, 2011

dalam Yasid dkk, 2016). Bunyi merupakan gelombang mekanik jenis longitudinal

yang merambat dan sumbernya berupa benda yang bergetar. Bunyi bisa didengar

sebab getaran benda sebagai sumber bunyi menggetarkan udara di sekitar dan

melalui medium udara bunyi merambat sampai ke gendang telinga, Tekanan udara

periodik inilah yang menggetarkan selaput gendang telinga. Bunyi yang dapat

didengar manusia berada pada kawasan frekuensi pendengaran, yaitu antara 20 Hz

sampai dengan 20 kHz (Shoedojo, 2004 dalam Yasid dkk, 2016).

B. Kebisingan

Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki oleh manusia dan merupakan

faktor lingkungan yang dapat berpengaruh negatif terhadap kesehatan. Berdasarkan

KepmenLH RI No. 48 Tahun 1996 tentang Nilai Ambang Batas Tingkat Kebisingan

menyatakan bahwa kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari suatu usaha

atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan

kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan, termasuk ternak, satwa, dan sistem

alam. Setelah polusi udara dan air, polusi suara di perkotaan dianggap sebagai jenis

pencemaran lingkungan yang paling serius ketiga oleh WHO. Secara umum polusi

suara di daerah perkotaan dihasilkan melalui sumber yang berbeda, diantaranya lalu

lintas jalan, konstruksi dan kegiatan komersial, industri, bandara dan daerah

perumahan (Dewanty dkk,2016)

KELOMPOK V
ANISA SAFITRI / D131191045
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

Kebisingan dalam kesehatan kerja diartikan sebagai suara yang dapat

menurunkan pendengaran baik secara kuantitatif (peningkatan ambang

pendengaran) maupun secara kualitatif (penyempitan spektrum pendengaran) yang

berkaitan dengan faktor intensitas, frekuensi, durasi dan pola waktu (Siregar,

2017:8)

C. Sumber Kebisingan

Sumber bising, jika dibedakan bentuknya, terdiri dari 2 jenis (Sasongko,

2000 dalam Nurmaningsih, 2019) yaitu :

1. Sumber Titik, merupakan kebisingan yang berasal dari sumber diam atau tidak

bergerak. Penyebaran kebisingan dari sumber diam ini, dalam bentuk bola-

bola konsentris dengan sumber kebisingan sebagai pusatnya, serta menyebar

di udara dengan kecepatan sekitar 360 m/det.

2. Sumber Garis merupakan kebisingan yang berasal dari sumber bergerak.

Penyebaran kebisingan bergerak ini dalam bentuk silinder-silinder konsentris

dan sumber kebisingan sebagai sumbunya dengan menyebar ke udara dengan

kecepatan sekitar 360 m/det. Pada jenis ini, kebisingan umumnya berasal dari

kegiatan transportasi.

D. Jenis – Jenis kebisingan

Menurut Angela (2017), Kebisingan dibagi menjadi 5 jenis, yaitu :

1. Kebisingan yang kontinyu dengan spektum frekuensi yang luas, Bising

KELOMPOK V
ANISA SAFITRI / D131191045
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

ini relatif tetap dalam batas kurang lebih 5 dB untuk perde 0,5 detik

berturut – turut. Misalnya mesin-mesin, dapur pijar, dan lain-lain

2. Kebisingan yang kontinyu dengan sektrum frekuensi yang sempit,

Bising ini juga relatif tetap, akan tetapi ia hanya mempunyai frekuensi

tertentu saja (pada frekuensi 500, 1000, dan 4000 Hz). Misalnya gergaji

serkuler, katup gas, dan lain-lain.

3. Kebisingan terputus-putus (Intermittent/Interuted Noise) adalah

kebisingan dimana suara mengeras dan kemungkinan melemah secara

perlahan-lahan, misalnya lalu-lintas, suara kapal terbang di lapangan

udara.

Berdasarkan pengaruhnya terhadap manusia, bising dibagi atas :

1. Bising yang mengganggu (Irritating Noise), Intensitas tidak terlalu

keras, misalnya mendengkur.

2. Bising yang menutupi (Masking Noise), Merupakan bunyi yang

menutupi pendengaran yang jelas. Secara tidak langsung bunyi ini akan

mempengaruhi kesehatan dan keselamatan pekerja, karena teriakan

isyarat atau tanda bahaya tenggelam dari bising dari sumber lain.

3. Bising yang merusak (Damaging/Injurious Noise), Adalah bunyi yang

melampaui NAB. Bunyi jelas ini akan merusak/menurunkan fungsi

pendengaran kurang dari 1 detik. Contoh kebisingan jenis ini adalah

KELOMPOK V
ANISA SAFITRI / D131191045
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

suara ledakan dan pukulan palu.

E. Standar Baku Mutu kebisingan

Baku mutu kebisingan adalah batas maksimal tingkat Baku mutu kebisingan

yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan dari usaha atau kegiatan sehingga tidak

menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan (Kep.Men

LH No.48 Tahun 1996). Tingkat kebisingan adalah ukuran energi bunyi yang

dinyatakan dalam satuan Desibel disingkat dB. Berdasarkan Keputusan Menteri

Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP.48/MENLH/11/1996, tanggal 25 November

1996 tentang baku tingkat kebisingan Peruntukan Kawasan atau Lingkungan

Kegiatan dapat dilihat pada tabel berikut (Balirante, 2020)

Tabel 2.1 Baku Mutu Kebisingan

No Peruntukan Kawasan / Lingkungan Tingkat

Kegiatan Kebisingan dB(A)


1. Perumahan dan Pemukiman 55

. Perdagangan dan Jasa 70

3. Perkantoran dan Perdagangan 65

4. Ruang Terbuka Hijau 50

5. Industri 70

6. Bandar Udara 75

KELOMPOK V
ANISA SAFITRI / D131191045
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

7. Pemerintahan dan Fasilitas Umum 60

8. Rekreasi 70

9. Rumah Sakit atau Sejenisnya 55

10. Sekolah atau Sejenisnya 55

11. Tempat Ibadah atau Sejenisnya 55

F. Zona Kebisingan

Daerah dibagi sesuai dengan titik kebisingan yang diizinkan (Leonard, 2014,

dalam Basri 2017) :

Zona A : Intensitas 35 – 45 dB. Zona yang diperuntukkan bagi tempat penelitian,

RS, tempat perawatan kesehatan/sosial & sejenisnya

Zona B : Intensitas 45 – 55 dB. Zona yang diperuntukkan bagi perumahan,

tempat pendidikan dan rekreasi.

Zona C : Intensitas 50 – 60 dB. Zona yang diperuntukkan bagi perkantoran,

perdagangan dan pasar.

Zona D : Intensitas 60 – 70 dB. Zona yang diperuntukkan bagi industri, pabrik,

stasiun KA, terminal bis dan sejenisnya.

Sedangkan Zona Kebisingan menurut IATA (International Air Transportation

KELOMPOK V
ANISA SAFITRI / D131191045
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

Association)

Zona A : intensitas > 150 dB → daerah berbahaya dan harus dihindari

Zona B : intensitas 135-150 dB → individu yang terpapar perlu memakai

pelindung telinga (earmuff dan earplug)

Zona C : 115-135 dB → perlu memakai earmuff

Zona D : 100-115 dB → perlu memakai earplug

G. Dampak Kebisingan

Bising dapat menyebabkan berbagai gangguan seperti gangguan fisiologis,

gangguan psikologis, gangguan komunikasi dan ketulian. Ada yang menggolongkan

gangguannya berupa gangguan Auditory, misalnya gangguan terhadap pendengaran

dan gangguan non Auditory seperti gangguan komunikasi, ancaman bahaya

keselamatan, menurunya performan kerja, stres dan kelelahan. Menurut Buchari

2007, dalam Aisyah 2016 dampak bising terhadap kesehatan pekerja sebagai berikut :

1. Gangguan Fisiologis Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah,

peningkatan nadi, basal metabolism, konstruksi pembuluh darah kecil terutama

pada bagian kaki, dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensoris.

2. Gangguan Psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, susah

tidur, emosi, dan lain-lain. Pemaparan jangka waktu lama dapat menimbulkan

penyakit, psikosomatik seperti gastritis, penyakit jantung koroner, danlain-lain.

KELOMPOK V
ANISA SAFITRI / D131191045
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

3. Gangguan komunikasi ini menyebabkan terganggunya pekerjaan, bahkan

mungkin terjadi kesalahan, terutama bagi pekerja baru yang belum

berpengalaman yang secara tidak langsung mengakibatkan bahaya terhadap

keselamatan dan kesehatan tenaga kerja, karena tidak mendengar teriakan atau

isyarat tanda bahaya dan tentunya akan dapat menurunkan mutu pekerjaan dan

produktivitas kerja.

4. Gangguan keseimbangan ini mengakibatkan gangguan fisiologis seperti kepala

pusing, mual, dan lain-lain.

5. Gangguan Terhadap Pendengaran (Ketulian), diantara sekian banyak gangguan

yang ditimbulkan oleh bising, gangguan terhadap pendengaran adalah gangguan

yang paling serius karena dapat menyebabkan hilangnya pendengaran atau

ketulian, ketulian ini dapat bersifat progresifatau awalnya bersifat sementara tapi

bila bekerja terus menerus ditempat bising tersebut maka daya dengar akan

menghilang secara menetap atau tuli

G. Alat Pengukuran Kebisingan

Ada beberapa macam peralatan pengukuran kebisingan, antara lain sebagai

berikut :

a. Sound Level Meter (SLM)

KELOMPOK V
ANISA SAFITRI / D131191045
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

Adalah instrumen dasar yang digunakan dalam pengukuran kebisingan.

SLM terdiri atas mikropon dan sebuah sirkuit elektronik termasuk

attenuator, 3 jaringan perespon frekuensi, skala indikator dan amplifier.

Tiga jaringan tersebut distandarisasi sesuai standar SLM. Tujuannya

adalah untuk memberikan pendekatan yang terbaik dalam pengukuran

tingkat kebisingan total. Respon manusia terhadap suara bermacam-

macam sesuai dengan frekuensi dan intensitasnya. Telinga kurang

sensitif terhadap frekuensi lemah maupun tinggi pada intensitas yang

rendah. Pada tingkat kebisingan yang tinggi, ada perbedaan respon

manusia terhadap berbagai frekuensi. Tiga pembobotan tersebut

berfungsi untuk mengkompensasi perbedaan respon manusia.

b. Decibel X Pro

Decibel X Pro adalah aplikasi pengukur kebisingan dengan pengukuran

telah terkalibrasi dan mendukung perhitungan frekuensi : ITU – R – 468,

A dan C. Aplikasi ini menjadikan smart phone sebagai alat pengukur

intensitas suara.

I. Perhitungan Tingkat Kebisingan

Kebisingan biasanya diukur sebagai suatu tekanan, yang merupakan rasio

(dikalikan 20) diantara tekanan kebisingan tertentu dan tekanan rendah

standar yang menunjukkan batas pendengaran manusia (0,0002 dyne/cm²).

KELOMPOK V
ANISA SAFITRI / D131191045
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

Ukuran ini disebut tingkat tekanan suara dan biasanya diukur dalam desibel

(dB) (Wardhana, 2017).

Leq adalah Equivalent Continous Noise Level atau tingkat kebisingan

kontinyu setara, yaitu nilai tertentu kebisingan dari kebisingan yang berubah-

ubah (fluktuatif selama waktu tertentu yang setara dengan tingkat kebisingan

yang tetap) pada selang waktu yang sama.

Tingkat kebisingan (Leq) yang diperoleh dari penelitian kemudian

dibandingkan dengan Baku Tingkat Kebisingan. Dari perbandingan ini dapat

diketahui apakah tingkat kebisingan yang terjadi melebihi standar atau tidak.

Bila melebihi standar maka perlu dilakukan langkah-langkah untuk

mengendalikan kebisingan yang terjadi.

1. Distribusi Frekuensi/Tabel Frekuensi

Distribusi frekuensi atau tabel frekuensi adalah pengelompokan data

ke dalam beberapa kelas dan kemudian dihitung banyaknya pengamatan

yang masuk ke dalam tiap kelas. Dalam membuat distribusi frekuensi

dihitung banyaknya interval kelas, nilai interval, tanda kelas/nilai tengah,

dan frekuensi (Modul Praktikum Kebisingan, 2021).

a. Jangkauan atau range adalah selisih nilai terbesar dengan nilai terkecil.

Jangkauan = Data max – Data min ...............................................(1)


Dimana : Data max = data nilai terbesar

KELOMPOK V
ANISA SAFITRI / D131191045
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

Data min = data nilai terkecil

b. Banyaknya kelas

.......................................................................(2)
k = 1 + 3,3 log(n)
c. Interval adalah data yang diperoleh dengan cara pengukuran, dimana

jarak antara dua titik skala sudah diketahui. Interval dapat dianalisis

dengan menggunakan persamaan :

( max−min ) r
I= = .........................................................(3)
k k

Dimana :

I = Interval

max = nilai terbesar data

min = nilai terkecil data

k = banyaknya interval kelas

d. Tanda kelas adalah titik tengah interval kelas. Tanda kelas diperoleh

dengan cara membagi dua jumlah dari batas bawah dan batas atas suatu

interval kelas, seperti pada persamaan:


( BB+ BA )
Titik tengah= ......................................................(4)
2

KELOMPOK V
ANISA SAFITRI / D131191045
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

Dimana :

BB = batas bawah suatu interval kelas

BA = batas atas suatu interval kelas

2. Tingkat Kebisingan Dalam Angka Penunjuk

Pengukuran dengan sistem angka penunjuk yang paling banyak

digunakan adalah angka penunjuk ekuivalen (equivalent index (Leq)). Angka

penunjuk ekuivalen adalah tingkat kebisingan yang berubah-ubah

(fluktuatif) yang diukur selama waktu tertentu, yang besarnya setara

dengan tingkat kebisingan tunak (steady) yang diukur pada selang waktu

yang sama (Modul Praktikum Kebisingan, 2021).

Sistem angka penunjuk yang banyak dipakai adalah angka penunjuk

persentase. Sistem pengukuran ini menghasilkan angka tunggal yang

menunjukkan persentase tertentu yang mewakili tingkat kebisingan

minoritas adalah kebisingan yang mencul 10% dari keseluruhan data (Leq 90)

(Modul Praktikum Kebisingan, 2021).

Pengukuran degan sistem angka penunjuk dapat dengan mudah

dilakukan menggunakan SLM yang dilengkapi dengan sistem angka

penunjuk. Namun demikian, saat ini masih dijumpai pula SLM yang sangat

sederhana yang tidak memiliki sistem angka penunjuk, sehingga data yang

KELOMPOK V
ANISA SAFITRI / D131191045
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

dihasilkan terpaksa harus dicatat satu persatu untuk selanjutnya dilakukan

pengukuran pada suatu lokasi selama satu jam. Direncanakan kebisingan

yang muncul akan dicatat setiap detik secara manual. Maka selama masa

pengukuran tersebut akan diperoleh 3600 angka tingkat kebisingan.

Selanjutnya jumlah angka muncul diurutkan menurut kecil besarnya nilai.

Dengan menggunakan metode statistik biasa, dapat dihitung tingkat

kebisingan yang muncul sebanyak 1%, 10%, 50%, 90%, atau 99% (Modul

Praktikum Kebisingan, 2021).

a. Untuk Leq90

Tingkat kebisingan mayoritas yang muncul adalah 10% dari tata

pengukuran (Leq90) dengan persamaan:

Nilai A = 10% x N ..........…………….....…………………....…(5)

Nilai A digunakan untuk mengetahui jumlah data frekuensi yang dicari

dimana:

10% = hasil pengurangan dari 100%

N = jumlah data keselurahan

Nilai Leq90 awal = I (B0) + (B1) X = 0,1 x I x 100 ...…..…..……..(6)

Dimana :

I = interval data

KELOMPOK V
ANISA SAFITRI / D131191045
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

X = jumlah data yang tidak diketahui

B0 = jumlah % sebelum 90

B1 = % setelah 90

Leq90 = I0 + X .........................…………......………………...…(7)

Dimana :

I0 = interval akhir

b. Untuk Leq50

Tingkat kebisingan yang muncul adalah 50% dari data pengukuran

(Leq50) dengan persamaan:

Nilai A = 50% x N ..........……………….……………….……..(8)

Nilai A digunakan untuk mengetahui jumlah data Frekuensi yang dicari

dimana:

50% = hasil 50% pengurangan dari 100%

N = jumlah data keselurahan

Nilai Leq50 awal = I (B0) + (B1) X = 0,5 x I x 100 ...........……….(9)

Dimana :

I = interval data

X = jumlah data yang tidak diketahui

B0= jumlah % sebelum 50

KELOMPOK V
ANISA SAFITRI / D131191045
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

B1= % setelah 50

Leq50 = I0 + X .....................……………….….……………...(10)

Dimana :

I0 = interval akhir

c. Untuk Leq1

Nilai A = 99% x N .......…………….……………………..…..(11)

Nilai A digunakan untuk mengetahui jumlah data frekuensi yang dicari

dimana:

1% = hasil 99% pengurangan dari 100%

N = jumlah data keselurahan

Nilai Leq1 awal = I (B0) + (B1) X = 0,99 x I x 100 ……………(12)

Dimana :

I = interval data

X = jumlah data yang tidak diketahui

B0= jumlah % sebelum 1

B1= % setelah 1

Leq1 = I0 + X ...........…………….......………….……………..(13)

Dimana :

I0= interval akhir

KELOMPOK V
ANISA SAFITRI / D131191045
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

d. Untuk Leq10

Tingkat kebisingan mayoritas yang muncul adalah 90% dari data

pengukuran (Leq10) dengan persamaan:

Nilai A = 90% x N ..........……………………………….….….(14)

Nilai A digunakan untuk mengetahui jumlah data Frekuensi yang dicari

dimana:

10% = hasil 90% pengurangan dari 100%

N = jumlah data keselurahan

Nilai Leq10 awal = I (B0) + (B1) X = 0,9 x I x 100 ......…………(15)

Dimana :

I = interval data

X = jumlah data yang tidak diketahui

B0= jumlah % sebelum 10

B1= % setelah 10

Leq10 = I0 + X …...…………………………...…………….(16)

Dimana :

KELOMPOK V
ANISA SAFITRI / D131191045
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

I0= interval akhir

e. Untuk Leq99

Tingkat kebisingan yang muncul adalah 1% dari data pengukuran (Leq 99)

dengan persamaan:

Nilai A = 1% x N …………….……………………..…………(17)

Nilai A digunakan untuk mengetahui jumlah data Frekuensi yang dicari

dimana:

1% = hasil pengurangan dari 100%

N = jumlah data keselurahan

Nilai Leq99 awal = I (B0) + (B1) X = 0,1 x I x 100 .....……….…(18)

Dimana :

I = interval data

X = jumlah data yang tidak diketahui

B0= jumlah % sebelum 99

B1= % setelah 99

Leq99 = I0 + X ..........……………..…....……….…….……..(22)

Dimana :

I0= interval akhir

f. Rumus Laeq

KELOMPOK V
ANISA SAFITRI / D131191045
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

LAeq = Leq50 + 0,43 (Leq1 – Leq50) ...........…………………(23)

Dimana :

Leq = tingkat kebisingan equivalen

Leq50 = angka penunjuk kebisingan 50%

Leq1 = angka penunjuk kebisingan 1%

g. Rumus Leq day

1 2
1 (Laeq )
10
(Laeq )
10
Leq day = 10 x log (10) x ×10 +10 ..(24)
jamper hari

Model Perhitungan Calculation of Road Traffic Noise

Dalam Pedoman Konstruksi dan Bangunan (Departemen Permukiman dan

Prasarana Wilayah, 2004 dalam Balirante, 2020). Perhitungan tingkat

kebisingan dasar sebagai berikut:

 Tingkat Kebisingan Dasar (Basic Noise Level):

L10 = 42,2 + 10 log Q dB(A)

Dimana:

L10 = Tingkat kebisingan dasar untuk tiap 1 jam (dBA)

Q = volume lalu lintas (kendaraan/jam)

Berikut Persamaan yang digunakan untuk koreksi yang dilakukan

terhadap tingkat kebisingan dasar:

KELOMPOK V
ANISA SAFITRI / D131191045
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

 Koreksi Kecepatan Rata-Rata (V) dan Persentase Kendaraan Berat

C1= 33 log(V+40+500/V) + 10 log(1+5p/V)-68,8 dB(A)

Dimana:

V = kecepatan rata – rata (km/jam)

P = persentase kendaraan berat (%)

( Vmc x nmc ) + ( Vlv x nlv )+(Vhv x nhv)


V=
nmc+nlv + nhv

Dimana:

V=Kecepatan kendaraan gabungan(km/jam)

VMc, VLv, VHv = Kecepatan rata- rata sepeda motor (MC),

kendaraan ringan (LV) dankendaraan berat

(HV)

nMC, nLV, nHV = Jumlah sampel untuk sepeda motor (MC),

kendaraan ringan (LV) dankendaraan berat

(HV)

PHV % = (QHV/Qtotal) x 100% (9)

Dimana:

QHV = volume kendaraan berat (kend/jam)

PHV = Persentase kendaraan berat

Qtotal = volume total kendaraan (kend/jam)

KELOMPOK V
ANISA SAFITRI / D131191045
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Dalam pengukuran yang telah dilakukan selama 10 jam, diperoleh nilai LAeq

Day yang didapat dari alat yang digunakan yaitu Sound Level Meter TM-103

adalah 79.13 dB dan Decibel X pro 61,80 Db.

2. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh leq day sebesar 79,13 dB, jika

dibandingkan dengan baku mutu tingkat kebisingan yang diperuntukkan

dikawasan atau lingkungan kegiatan sesuai dengan Keputusan Menteri Negara

Lingkungan jalan Tentara Pelajar melewati standar baku mutu kebisingan. Hal

ini terjadi karena kawasan ini merupakan kawasan yang selalu ramai dengan

pengunjung toko dan masyarakat yang beraktifitas, karena lokasi ini

berdekatan dengan lokasi perdagangan (Pasar Butung), Pantai dan Sekolah.

Adapun dan faktor pengukuran yang terakhir yang dilakukan pada hari kerja

sehingga volume kendaraan meningkat pada jam-jam tertentu dan

KELOMPOK V
ANISA SAFITRI / D131191045
LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAN BISING
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kampus Teknik Gowa Jl. Poros Malino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171

menyebabkan pada saat jam tersebut intensitas kebisingan meningkat pula.

B. Saran

1. Saran untuk Laboratorium

a) Sebaiknya dilakukan pemeriksaan alat secara berkala sebelum dan setelah

digunakan oleh praktikan.

b) Sebaiknya dilakukan perawatan rutin terhadap alat.

c) Penambahan Jumlah Alat

2. Saran Untuk Asisten

a) Sebaiknya asisten mempertahankan metode asistensi yang digunakan.

b) Sebaiknya asisten meningkatkan penjelasan mengenai materi yang

bersangkutan dengan praktikum ataupun kelengkapan laporan praktikum.

KELOMPOK V
ANISA SAFITRI / D131191045

Anda mungkin juga menyukai