Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH PLUMBING DAN INSTRUMENTASI

“Studi kasus tentang design plumbing untuk bangunan bertingkat (apartemen, dan
sebagainya)”

DISUSUN OLEH:

WIDIYA RESKI ANANDA (D131191013)


ASNUL FAUZIA (D131191025)
KEVINA CAREZA (D131191041)

DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
GOWA
2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah pertama-tama kami ucapkan puji syukur sebesar-besarnya atas


segala limpahan rahmat serta karunia yang telah Allah SWT berikan kepada kita semua.
Karena atas berkah dan segala rahmat yang ia berikanlah sehingga kami mampu
memenuhi kewajiban kami pada pembelajaran terkhususnya Mata Kuliah Plumbing dan
Instrumentasi dan telah menyelesaikan makalah ini.
Shalawat serta salam juga senantiasa kita ahaturkan kepada Rasulullah Sallallahu
‘Alayhi Wasallam sebagai tauladan yang telah membawa kita semua dar jaman yang
gelap kepada jaman yang terang benderang. Tidak lupa pula kami mengucapkan
terimakasih sebesar-besarnya kepada Ibu Nurjannah Oktorina Abdullah, ST., MT selaku
Ibu Dosen dan Pembimbing pada Mata Kuliah terkait. Makalah ini ditulis sebagai bentuk
pemenuhan tugas mingguan pada mata kuliah Plumbing dan Instrumentasi Semester V
Tahun Pelajaran 2021/2022. Adapun judul dari makalah ini adalah “Studi kasus tentang
design plumbing untuk bangunan bertingkat (apartemen, dan sebagainya” yang isinya
akan membahas mengenai hasil studi kasus perkelompok dan mencari informasi tentang
design plumbing pada bangunan bertingkat.
Kami sadar makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karenanya segala
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan dari pembaca. Akhir kata
semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua terkhusunya kepada tim penulis,
terimakasih dan Wassalam.

Penulis,
November, 2021
DAFTAR ISI

SAMPUL ..................................................................................................................
KATA PENGANTAR .............................................................................................
DAFTAR ISI ............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................
A. Latar Belakang .....................................................................................................
B. Rumusan Masalah ................................................................................................
C. Tujuan ...................................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................
A. Sistem Plambing Pada Bangunan Estate ..............................................................
B. Sistem Plumbing Pada Bangunan Apartment.......................................................
C. Sistem Plumbing Pada Bangunan Gedung Perkantoran .......................................
C. Sistem Plumbing Pada Bangunan Hotel ...............................................................
BAB III PENUTUP .................................................................................................
A. Kesimpuan ............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pergeseran pola pembangunan semakin nampak terlihat di era sekarang ini. Pola
pembangunan lama, yakni pola pembangunan horizontal, perlahan mulai tergeser
dengan pembangunan vertikal berupa pembangunan gedung-gedung bertingkat. Hal
ini tak lain dikarenakan terbatasnya lahan yang tersedia untuk kawasan pemukiman
dan perkantoran. Dalam pembangunan gedung bertingkat, dibutuhkan perencanaan
matang dari berbagai aspek. Selain perencanaan sistem elektrikal dan perancangan
gedung itu sendiri, dibutuhkan pula perencanaan sistem mekanikal gedung yang
meliputi sistem ventilasi mekanis, sistem proteksi kebakaran dan sistem plambing
yang layak sehingga penghuni dapat merasakan kenyamanan ketika berada pada
sebuah bangunan gedung.
Sistem plambing merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam
pembangunan gedung. Oleh karena itu, perencanaan dan perancangan sistem
plambing haruslah dilalukan bersamaan dan sesuai dengan tahapan-tahapan
perencanaan dan perancangan gedung itu sendiri, dengan memperhatikan secara
seksama hubungannya dengan bagian-bagian konstruksi gedung serta dengan
peralatan lainnya yang ada dalam gedung tersebut (seperti, pendingin udara, listrik,
dan lain-lain. Desain perencanaan dan perancangan sistem plambing dimulai dengan
rencana konsep, rencana dasar, rancangan pendahuluan, dan gambar-gambar
pelaksanaan, dengan selalu memperhatikan koordinasi dan keserasian dengan
perencanaan dan perancangan elemen lainnya dalam gedung.
Sistem Plambing adalah sebuah teknologi berupa pemasangan pipa dan
peralatannya yang berfungsi untuk menyediakan air bersih dengan tekanan yang
cukup kemudian akan disalurkan ke tempat yang dikehendaki, dimana sistem ini juga
berperan penting dalam menyediakan sistem pembuangan air kotor tanpa mencemari
lingkungan sekitar sehingga tercipta kondisi higienis dan kenyamanan yang
diinginkan. Sistem plambing dipergunakan untuk menyediakan air bersih dan
membuang air kotoran serta air buangan ketempat yang telah ditentukan tanpa
mencemari bagian-bagian terpenting lainnya. Secara keseluruhan instalasi sistem
plumbing iniperlu di desain dan dilaksanakan di dalam gedung yang kemudian
dihubungkan dengan sistem saluran kota yang berkaitan dengan instalasi air bersih
dan instalasi pembuangan air kotor.
Dalam rangka memenuhi Tugas Kelompok berupa Makalah Studi kasus tentang
design plumbing untuk bangunan bertingkat (contohnya bangunan apartemen, hotel,
dan sebagainya), maka tim penulis akan melakukan studi kasus pada jurnal-jurnal,
ataupun tinjauan Pustaka yang diangkat terkhususnya dalam cakupan pembahasan
terkait bangunan bertingkat sebagai contoh studi yang dapat kita ambil informasinya
untuk di analisis.

B. Rumusan Masalah
Studi kasus tentang design plumbing untuk bangunan bertingkat (contohnya
bangunan apartemen, dan sebagainya).

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui design plumbing untuk bangunan bertingkat
2. Khususunya untuk mengetahui design plambing pada contoh bangunan bertingkat
untuk bangunan bertingkat seperti bangunan apartemen, dan sebagainya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Sistem Plambing Pada Bangunan, Studi Kasus: Four Seasons Private, Estate
Bali At Jimbaran Bay (Made Novia, 2013)

Adapun dari studi kasus pada jurnal ini dari pembahasan maka dapat disimpulkan
pada Four Seasons Private Estates, Bali at Jimbaran Bay untuk sarana air bersih
bersumber pada PDAM dan sumur bor (deep well). Dimana pada Sistem Plumbing
Gedung bertingkat ini terbagi menjadi:
1. Instalasi air dingin
Sistem instalasi utama air dingin pada Four Season Private Estate, Bali at
Jimbaran Bay bersumber pada PDAM yeng terbagi menjadi 5 jalur yaitu:
a. Jalur 1 untuk distribusi ke Estate 1
b. Jalur 2 untuk distribusi ke Estate 2 dan Estate 3
c. Jalur 3 untuk distribusi ke Estate 5 dan Estate 6
d. Jalur 4 untuk distribusi ke Estate 7 dan Estate 8
e. Jalur 5 untuk distribusi ke Estate 9 dan Estate 10
Ukuran pipa yang digunakan teta 50 setelah melaui bulk meter PDAM,
setelah akan didistribusikan ke masing-masing bangunan seperti : Master
Bedroom, 2 Bedroom, 1 Bedroom dan Swimming Pool diameter pipa berubah
menjadi 032. Diameter pipa akan berubah menjadi 015 pada saat pembagian
air panas dan air dingin menuju perlengkapan Sanitair.
2. Instalasi air panas
Pendistribusian air panas pada Four Season Private Estate, Bali at
Jimbaran bersumber pada jalur distribusi air dingin teta 32 yang terbagi
menjadi air dingin dan air panas sehingga jalur pipa berubah menjadi teta 15
dengan adanya dropper. Sistem pemanas air yang digunakan pada Four
Season Private Estate, Bali at Jimbaran Bay yaitu sistem instan sehingga air
segera menjadi panas jika ada pembukaan kran air panas.
3. Instalasi Hidrant Kebakaran
4. Instalasi Pembuangan dari Sanitair
Sehingga melalui studi kasus pada Four Seasons Private Estates, Bali at Jimbaran
Bay untuk sarana air bersih bersumber pada PDAM dan sumur bor (deep well). Sistem
Plumbing terbagi menjadi: Instalasi air dingin, Instalasi air panas, Instalasi Hidrant
Kebakaran, Instalasi Pembuangan dari Sanitair, Instalasi Swimming Pool dan
Instalasi Water Garden. Dimana Sistem Plambing ini adalah sebuah teknologi berupa
pemasangan pipa dan peralatannya yang berfungsi untuk menyediakan air bersih
dengan tekanan yang cukup kemudian akan disalurkan ke tempat yang dikehendaki,
dimana sistem ini juga berperan penting dalam menyediakan sistem pembuangan air
kotor tanpa mencemari lingkungan sekitar sehingga tercipta kondisi higienis dan
kenyamanan yang diinginkan. Sistem plambing dipergunakan untuk menyediakan air
bersih dan membuang air kotoran serta air buangan ketempat yang telah ditentukan
tanpa mencemari bagian-bagian terpenting lainnya.
Dalam menentukan suatu desain dari sistem plambing yang baik maka diperlukan
suatu tahapan-tahapan. Di Indonesia telah disiapkan ''Pedoman Plambing Indonesia"
oleh suatu team yang dibentuk oleh Direktorat Jendral Cipta Karya dan terdiri dari
berbagai unsur (Pemerintah, konsultan, kontraktor, industri, dan Perguruan Tinggi).
Hal ini sangat penting karena kesalahan dalam perancangan, pemasangan atau
perawatan dari peralatan plambing dapat membahayakan jiwa manusia. Adapun
tahapan prosedur perancanaan desain sistem plambing adalah terinci pada flowchart
dibawah ini:
pelaksanaan
rancangan
Rancangan pendahuluan
peletakan dan
Gambar 1. Prosedur Perancanaan Desain
gambar serta
Sistem Plambing.
denah bangunan melihat(Baca Dari Kiri Ke Kanan)
situasi
Sumber : Analisis Penulis
setempat
instansi
pemerintah
berwenang
Tahap rancangan
Penelitian Lapangan

konsep penelitian perundingan penduduk


lapangan setempat
PERENCANAAN

yang berhak dan


Kunjungan ke Swalayan,
PROSEDUR

berkepentingan
Lokasi apartemen, hotel,
kantor.

Jenis dan
penggunaan
Rancangan Konsep

gedung; Letak-letak ruang

Denah Bangunan
buangan air limbah dan
sediaan air bersih

Jumlah Penghuni

Pertemuan pemilik dan


perancang gedung
Masalah umum
penyesuaian dengan
persyaratan/perancangan
Rencana Dasar

gedung

dasar perencanaan

jenis sistem plambing


pemeliharaan
peralatan
data perhitungan perencanaan

jenis peralatan
Pada sistem plambing bangunan bertingkat memerlukan suatu perancangan
sistem penyediaan air untuk bangunan. Dimana kapasitas peralatan dan ukuran pipa-
pipa didasarkan pada jumlah dan laju aliran air yang harus disediakan kepada
bangunan tersebut. Jumlah dan laju aliran air tersebut seharusnya diperoleh dari
penelitian dari keadaan sesungguhnya. Penentuan laju aliran dapat ditentukan sebagai
berikut (Noerbambang & Morimura, 2005):
1. Penentuan laju lairan berdasarkan pemakai
Apabila jumlah penghuni diketahui, atau ditetetapkan untuk suatu gedung
maka angka tersebut dipaka untuk menghitung pemakaian air rata-rata sehari
berdasarkan regulasi dan standar mengenai kebutuhan air per orang per hari
untuk sifat penghuni gedung tersebut. Bila jumlah penghuni tidak diketahui,
biasanya ditaksir berdasarkan luas lantai dan menentapkan padatan hunian per
lantai. Luas lantai gedung yang dimaksudkan merupakan luas lantai efektif,
yang berkisar antara 55 sampai 80 persen dari luas seluruhnya.
2. Berdasarkan unit beban alat plambing
Pada metode ini untuk setiap alat plambing ditetapkan suatu unit beban
(fixture unit). Untuk setiap bagian pipa dijumlahkan unit beban dari semua
alat plambing yang dilayaninya, dan kemudian dicari besarnya laju aliran air
dengan kurva. Kurva ini memberikan hubungan antara jumlah unit beban alat
plambing dengan laju aliran air, dengan memasukkan faktor kemungkinan
penggunaan serempak dari alat-alat plambing.

B. Sistem Plambing Air Bersih Apartemen Westpoint, Jakarta Barat (Putera M,


dkk, 2020)

Kota Jakarta Barat sebagai salah satu kota bisnis di DKI Jakarta karena
banyakterdapat pabrik dan perkantoran membuat hunian vertikal juga se makin
meningkat. Apartemen Westpoint menjadi salah satu yang berada pada Kecamatan
Kebon Jeruk, Kota Jakarta Barat. Apartemen ini memiliki 20 lantai. Dengan rincian
lantai 1-3 digunakan sebagai kantor, lalu lantai 4-20 digunakan untuk tempat tinggal.
Secara umum lokasi studi berada pada kawasan Apartemen Centro City (Putera dkk,
2020).
Dalam perencanaan Sistem Plambing Air Bersih, ada beberapa hal yang harus
dilakukan. Berikut adalah diagram alir langkah kerja perencanaan Sistem Instalasi
Air Bersih.

Gambar 2. Diagram Alir Langkah Kerja Perencanaan


Sumber : (Herdiyana dkk, 2019)
1. Kebutuhan Air Bersih
Perancangan sistem penyediaan air bersih untuk gedung bertingkat
kapasitas peralatan dan dimensi pipa maupun tangki dibuat berdasarkan pada
jumlah dan laju aliran air yang harus disediakan pada bangunan tersebut. Metode
yang digunakan untuk menghitung kebutuhan air bersih ini berdasarkan dari
jumlah dan jenis alat plambing.

Tabel 1. Perhitungan Kebutuhan Air Bersih Berdasarkan Jumlah dan Jenis Alat
Plambing

Sumber : (Putera dkk, 2020)

Berdasarkan perhitungan diatas didapatkan bahwa kebutuhan air bersih


berdasarkan jumlah unit dan jenis alat plambing pada Apartemen Westpoint
adalah sebesar 172,107 m3/hari, dengan adanya tambahan sebanyak 20% untuk
mengatasi kehilangan akibat penyiraman tanaman, kebocoran pipa, dan lain
sebagainya. Maka didapatkan untuk kebutuhan air bersih total adalah 206,528
m3/hari.
2. Ground Water Tank dan Roof Tank
Pada apartemen ini menggunakan tangki sebagai media penyimpanan
airnya. Tangki dibedakan menjadi dua jenis yaitu ground water tank dan roof
tank. Setelah dilakukan perhitungan didapatkan untuk dimensi ground water tank
akan direncanakan berbentuk balok dengan ukuran sebagai berikut.
a. Ground Water Tank
• Volume = 122 m3
• Panjang = 5 m
• Lebar = 4,88 m
- Tinggi Efektif = 5,2 m
- Tinggi Jagaan = 0,20 m
Berikut ini gambar dari Ground Water Tank yang akan direncanakan :

Gambar 3. Dimensi Ground Water Tank


Sumber : (Putera dkk, 2020)
b. Ground Water Tank
• Volume = 34 m3
• Panjang = 4 m
• Lebar = 3,4 m
• Tinggi Total = 2,7 m
- Tinggi Efektif = 2,5 m
- Tinggi Jagaan = 0,20 m
Berikut ini gambar dari Roof Tank yang akan direncanakan :

Gambar 4. Dimensi Roof Tank


Sumber : (Putera dkk, 2020)
3. Pompa
Sistem tangki atap membutuhkan pompa yang digunakan untuk mengalirkan
air dari ground water tank menuju ke roof tank, untuk menentukan jenis pompa
harus ditentukan terlebih dahulu karakteristik yang menjadi syarat pemilihan
pompa tersebut. Setelah dilakukan perhitungan maka didapatkan untuk debit
pengaliran sebesar 0,34 m3/menit dan head pompa sebesar 81,542 m, maka sesuai
dengan perhitungan tersebut pompa yang dipakai adalah tipe EBARA 65 x 50
3000 RPM.

Gambar 5. Skematik Distribusa Air Bersih


Sumber : (Herdiyana dkk,2019)

Keterangan :
- Warna biru tua = air bersih yang didistribusikan dari tangki bawah ke tangki
atap.
- Warna biru muda = air bersih yang melayani alat plambing dari lantai 7
hingga lantai basement 2.
- Warna merah = air bersih dengan bantuan pompa booster untuk melayani
lantai 8.
Berikut ini (Pada halaman Selanjutnya) adalah Skema Jaringan Distribusi Air
Bersih Pada Apartemen Westpoint:

Gambar 6. Skema Jaringan Distribusi Air Bersih


Sumber : (Putera dkk, 2020)
C. Sistem Plambing Pada Bangunan Studi kasus pembangunan gedung
perkantoran bertingkat tujuh lantai (Suhardiyanto, 2016)

Pergeseran pola pembangunan semakin nampak terlihat di era sekarang ini.


Pola pembangunan lama, yakni pola pembangunan horizontal, perlahan mulai
tergeser dengan pembangunan vertikal berupa pembangunan gedung-gedung
bertingkat. Hal ini tak lain dikarenakan terbatasnya lahan yang tersedia untuk
kawasan pemukiman dan perkantoran. Oleh karena itu, diperlukan suatu
penyelesaian masalah penyediaan wilayah pemukiman ataupun perkantoran tanpa
harus mengunakan banyak lahan yaitu melalui pembangunan bertingkat
(Suhardiyanto, 2016).
Pembangunan Gedung bertingkat sekarang ini semakin menghawatirkan terutama
pada masalah perolehan air bersih dan pembuangannya. Sistem plambing merupakan
bagian yang tak terpisahkan dalam pembangunan gedung, misalnya gedung
perkantoran. Oleh karena itu perancangan sistem plambing hasrus dilakukan dengan
sesuai tahapan-tahapan perencanaan gedung itu sendiri, dengan memperhatikan
secara seksama hubungannya dengan bagian-bagian kontruksi gedung serta
dengan peralatan lainnya yang ada pada gedung tersebut. Begitupun dalam hal
penyaluran air bersih baik kualitas dan kuantitas maupun penyaluran air bekas
ataupun air kotor dari peralatan plambing ketempat yang ditentukan agar tidak
mencemari bagian-bagian penting dalam gedung serta lingkungannya.
Sunarno, (2005) dikutip dalam Suhardiyanto, (2016) mengemukakan
bahwa dalam pembangunan gedung bertingkat, dibutuhkan perencanaan matang
dari berbagai aspek. Selain perencanaan sistem elektrikal dan perancangan
gedung itu sendiri, dibutuhkan pula perencanaan sistem mekanikal gedung yang
meliputi sistem ventilasi mekanis, sistem proteksi kebakaran dan sistem plambing
yang layak sehingga penghuni dapat merasakan kenyamanan ketika berada pada
sebuah bangunan gedung. Dalam perencanaan sistem plambing air bersih,
terdapat hal penting yang harus diperhatikan, yaitu kualitas air yang akan
didistribusikan, sistem penyediaan air yang akan digunakan, pencegahan
pencemaran air dalam sistem, laju aliran dalam pipa, kecepatan aliran dan tekanan
air, serta permasalahan yang mungkin timbul jika dilakukan penggabungan antara
cadangan air untuk air bersih dan pencegahan pemadam kebakaran (Rinka et al.,
2014).
Pada jenis penggunaan sistem plambing sangat tergantung pada kebutuhan
dari bangunan yang bersangkutan. Dalam hal ini, perencanaan dan perancangan
sistem plambing dibatasi pada pendistribusian dan penyediaan air bersih. Adapun
fungsi dari instalasi plambing adalah (Suhardiyanto, 2016):
1. Menyediakan air bersih ke tempat-tempat yang dikehendaki dengan tekanan
dan jumlah aliran yang cukup.
2. Membuang air buangan dari tempat-tempat tertentu tanpa mencemarkan
bagian penting lainnya.

Dalam sistem plambing memerlukan peralatan yang mendukung


terbentuknya sistem plambing yang baik. Jenis peralatan plambing dalam artian
khusus, istilah peralatan plambing meliputi:
1. Peralatan untuk menyediakan air bersih atau air bersih untuk minum.

2. Peralatan untuk menyediakan air panas.


3. Peralatan untuk pembuangan air buangan atau air kotor.
4. Peralatan saniter (Plumbing Fixture).

Dalam Perencanaan Plambing di Gedung Perkantoran juga perlu diperhatikan


terkait sistem penyediaan air bersih yang mana diperlukan untuk mengalirkan air
bersih menuju tempat yang memerlukan. Dalam perancangan sistem air bersih
harus diperhatikan mengenai sistem yang akan digunakan, pada umumnya terbagi
dalam beberapa jenis seperti: sistem sambungan langsung, sistem tangki atap, dan
sistem tangki tekan.
Pada Studi kasus perancangan sistem plambing instalasi air bersih dan air
buangan pada pembangunan gedung perkantoran bertingkat tujuh lantai
digunakan metodologi perancangan seperti pada diagram alir berikut:
MULAI

Studi Literatur:
1. Dasar-dasar perancangan Plambing
2. Jurnal Perancangan Plambing
3. SNI 03-6481-2000 Sistem Plambing
4. SNI 03-7065-2005 Tata cara perancangan plambing
5. Peraturan Perundang-undangan yang berlaku mengenai sistem
plambing

Pengumpulan Data Bangunan:


§ Denah Lokasi Perancangan Gedung
§ Denah dan fungsi gedung
§ Denah perlantai beserta fungsi dari ruangan
§ Denah ruangan saniter dan peralatan plambing

Pengolahan Data:
§ Perhitungan populasi penghuni tiap lantai
§ Perhitungan kebutuhan air bersih berdasarkan jumlah penghuni
gedung
§ Perhitungan volume tingkat air yang digunakan tiap gedung

A
A

Perancangan Instalasi Air Bersih: Perancangan Instalasi Air


§ Penentuan bak penampung dan
Buangan:
jalur instalasi perpipaan air
bersih § Penentuan jalur instalasi
§ Perhitungan dimensi pipa yang pemipaan air buangan
digunakan § Perhitungan dimensi pipa
§ Perhitungan pompa yang yang digunakan
digunakan § Pembuatan gambar
§ Pembuatan gambar instalasi air instalasi air buangan
bersih

Check
§ Kapasitas pompa yang Tidak
digunakan
§ Ukuran pipa-pipa yang
digunakan

Ya

Kesimpulan dan Saran

SELESAI

Gambar 7. Diagram alir Perancangan


Sumber : Analisis Penulis
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan pada studi kasus
perancangan sistem plambing instalasi air bersih dan air buangan pada
pembangunan gedung perkantoran bertingkat tujuh lantai, di peroleh hasil bahwa:
Perancangan plambing instalasi air bersih dan air buangan pada gedung
perkantoraan bertingkat 7 lantai dengan jumlah penghuni bangunan sebesar 1.148
orang maka di perlukan air bersih sebesar 68,4 m3/hari. Penggunaan kapasitas
3
bak penampung air bersih bawah (Ground Water Tank) sebesar 23,4 m , dan
3
untuk bak air bersih atas (Roof Tank) yaitu sebesar 8,8 m . Bak penampung air
3
buangan yang digunakan (Package STP) dengan kapasitas 40 m . Selain itu,
Pengaliran air bersih dari bak air bawah menuju bak air atas digunakan pompa
transfer , Head pompa, dan NPSHa. Pada tekanan kerja air bersih yang
didistribusikan menuju peralatan saniter pada lantai 6 dan lantai 7 digunakan
Booster Pump.
Maka dari itu, Perancangan sistem plambing pada suatu gedung bertingkat
seperti gedung perkantoran harus dilakukan seefektif mungkin. Jadi yang paling
penting dalam melakukan perancangan sistem plambing adalah penyesuaian
perancangan sistem plambing dengan fungsi dari gedung itu, apakah berfungsi
sebagai perkantoran, dengan demikian perhitungan yang dilakukan itu akan sesuai
dengan kebutuhan air yang dilakukan dalam gedung tersebut.

D. Sistem Plambing Pada Bangunan Studi kasus Perencanaan Sistem Air Bersih
Gedung Hotel Tebu, Kota Bandung (Affiani Junia, 2016)

Sistem plambing merupakan hal penting dalam membangun hotel. Pemasangan


instalasi dengan sistem plambing yang benar akan menjamin serta menjaga kesehatan
lingkungan hunian dan tempat kerja. Pada perencanaan sistem perpipaan hotel ini
akan digunakan konsep dari green building. Air bersih akan dipisahkan menjadi dua
jalur berdasarkan kegunaannya. Jalur pertama yaitu air bersih kelas satu yang
digunakan untuk keperluan mandi, mencuci, wudhu. Sedangkan jalur kedua yaitu air
bersih kelas dua yang digunakan untuk keperluan penggelontoran (flushing) WC.
Sumber air bersih yang digunakan pada umumnya merupakan air yang berasal dari
air tanah dalam, sehingga berpotensi meningkatkan penggunaan air tanah, penentuan
dua jalur ini agar melakukan penghematan terhadap penggunaan air sumber yaitu air
tanah. Oleh karena itu, penghematan terhadap penggunaan air tanah harus dilakukan.
Salah satunya dengan cara memanfaatkan air hujan dan pemanfaatan kembali air
buangan (grey water) sebagai bahan baku air untuk memenuhi kebutuhan sanitasi
sehari-hari pada penghuni gedung. Air tersebut dapat dimanfaatkan untuk keperluan
penggelontoran pada alat plambing seperti WC.
Pada Studi kasus Perencanaan Sistem Air Bersih Gedung Hotel Tebu, dalam
menentukan diameter pipa yang akan digunakan terlebih dahulu pembuatan jalur pipa
air bersih harus diselesaikan agar mengetahui berapaalat plambing yang harus
dilayani dan apa saja alat plambing yang digunakan. Setelah pembuatan jalur pipa air
bersih selesai untuk mempermudah dalam menentukan diameter pipa maka pemberian
tanda untuk setiap alat plambing yang digunakan dan pada setiap cabang pipa diberi
tanda. Penentuan jalur pipa akan dilakukan berdasarkan denah yang didapatkan dari
data lapangan. Jalur yang di rencanakan adalah dengan sistem terpisah, dimana jalur
pipa air bersih kelas satu terpisah dengan jalur pipa air bersih kelas dua. Perhitungan
diameter pipa dilakukan dengan menghitung akumulasi beban alat plambing yang
akan dilayani berdasarkan SNI 03-7065-2005. Setelah mengakumulasikan beban alat
plambing, akan di dapatkan diameter pipa.
Dalam Perencanaan Sistem Air Bersih Gedung Hotel Tebu, Kota Bandung
digunakan metodologi perencanaan seperti pada diagram alir berikut:

Gambar 8. Diagram Alir Metodologi Perencanaan


Sumber: (Affiani dkk, 2016)
Untuk perhitungan tekaanan pada gedung hotel TEBU pada perencanaan sistem
plambing ini, dilakukan perhitungan tekanan dilakukan pada lantai teratas yaitu 6 karena
pada lantai tersebut memiliki perbedaan elevasi yang pendek dari reservoir atas, sehingga
tidak memiliki tekanan yang cukup untuk mengalirkan air ke alat plambing pada titik
kritis, oleh karena itu, perlu menggunakan pompa booster agar air dapat mengalir ke titik
kritis tersebut, hasil perhitungan didapat tekanan yang dibutuhkan pada lantai 6 untuk
tekanan air bersih kelas satu dan kelas dua sebesar 1,72 bar dan 1,04 bar. Sedangkan
Perhitungan kapasitas pompa pada perencanaan sistem instalasi plambing air bersih di
hotel TEBU terdapat 4 pompa yang harus disediakan didalam perencanaan hotel TEBU
ini, 2 (dua) pompa booster yang berfungsi memompa air dari tangki atap menuju 2 lantai
teratas dan 2 pompa untuk memompa air dari tangki bawah menuju tangki atap.
Dari hasil perhitungan pompa 1 kelas satu didapat daya yang dibutuhkan untuk
menyalurkan air dari tangki bawah 1 menuju tangki atap1 sebesar 1 kw dan pompa 2 daya
yang dibutuhkan untuk menyalurkan air dari tangki bawah 2menuju tangki atap 2 sebesar
4,4 kw. Dan untuk hasil perhitungan pompa 3 merupakan pompa booster yang
menyalurkan air dari tangki atap 1 menuju peralatan plambing pada lantai 5 dan lantai 6
untuk kategori air kelas satu. Untuk menghitung kapasitas pompanya terlebih dahulu
perlu diketahui jenis dan jumlah alat plambing di lantai 5 dan 6, untuk jumlah alat
plambing yang berada dilantai 5 dan 6 dapat dilihat pada tabel:

Tabel 2. Perhitungan Unit Beban Alat Plambing Kelas satu pada Lantai 5 & 6

Selanjutnya total dari jumlah unit beban alat plambing tersebut diplotkan ke grafik
hubungan antara unit beban alat plambing dengan laju aliran yaitu sebesar 300 L/menit
atau 5 x 10-3 m 3 /s. Didapat daya yang dibutuhkan untuk menyalurkan air kelas satu dari
tangki atap menuju lantai 5 dan 6 sebesar 1,1 kw. Selain itu, Pompa 4 merupakan pompa
booster yang menyalurkan air dari tangki atap 2 menuju peralatan plambing pada lantai 5
dan lantai 6 untuk kategori air kelas dua.Untuk menghitung kapasitas pompanya terlebih
dahulu perlu diketahui jenis dan jumlah alat plambing di lantai 5 dan 6, untuk jumlah alat
plambing yang berada dilantai 5 dan 6 dapat dilihat pada tabel:

Tabel 3. Perhitungan Unit Beban Alat Plambing Kelas Dua pada Lantai 5 & 6

Maka dari itu, Berdasarkan Studi kasus Perencanaan Sistem Air Bersih Gedung
Hotel Tebu, Kota Bandung di peroleh hasil dari pemisahan 2 jalur pipa air bersih
berdasarkan kegunaanya yaitu jalur pertama yaitu air bersih kelas satu yang digunakan
untuk keperluan mandi, mencuci, wudhu. Sedangkan jalur kedua yaitu air bersih kelas
dua yang digunakan untuk keperluan penggelontoran (flushing) WC.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil Studi Kasus terhadap beberapa bahan jurnal yang diangkat maka dapat
diketahui apa bagaimanakah design yang baik dari sistem plambing untuk bangunan
bertingkat. Dimana Sistem Plambing sendiri merupakan semua pekerjaan yang berkaitan
atau berhubungan dengan instalasi pemipaan. Baik itu instalasi untuk pemasangan pipa,
ataupun perawatan serta pemeliharaan pipa yang dipakai untuk menyuplai air bersih ke
tempat yang diinginkan dan menyalurkan air kotor dari tempat yang disediakan tanpa
mencemari tempat lainnya. Sehingga dalam mendesain hingga kepada pembangunannya
perlu untuk direncanakan dengan matang menurut ketentuan dan syarat-syarat yang
berlaku agar sistem pembuangannya bekerja dengan baik tanpa memberikan dampak
buruk kepada lingkungan luar gedung ataupun dalam gedung. Perancangan sistem
plambing pada suatu gedung bertingkat ini harus dilakukan seefektif mungkin. Kemudian
perlu digaris bawahi bahwa yang paling penting dalam melakukan desain dan
perancangan sistem plambing pada bangunan bertingkat ini adalah perlunya ada
penyesuaian perancangan sistem plambing dengan fungsi dari gedung itu sendiri, apakah
berfungsi sebagai perkantoran, dengan demikian perhitungan yang dilakukan itu akan
sesuai dengan kebutuhan air yang dilakukan dalam gedung tersebut. Terakhir pada sistem
plambing bangunan bertingkat memerlukan suatu perancangan sistem penyediaan air
untuk bangunan. Dimana kapasitas peralatan dan ukuran pipa-pipa didasarkan pada
jumlah dan laju aliran air yang harus disediakan kepada bangunan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Made Novia. (2013). Sistem Plambing Pada Bangunan, Studi Kasus: Four Seasons
Private, Estate Bali At Jimbaran Bay. Denpasar: Universitas Hindu Indonesia
Rina Astuti. (2017). Perencanaan Sistem Instalasi Air Bersih Pada Bangunan Ruko 3
Lantai Di Jalan Balikpapan Baru I. Balikpapan: Politeknik Negeri Balikpapan
jurusan Teknik Sipil
Farouk Maricar, dkk. (2015). Jurnal Teknik Sipil. Kajian Sistem Plambing Pada
Pembangunan Hotel Novotel Makassar. Makassar: Universitas Hasanuddin
Suhardiyanto. (2016). Jurnal Teknik Mesin. Perancangan Sistem Plambing Instalasi Air
Bersih Dan Air Buangan Pada Pembangunan Gedung Perkantoran Bertingkat
Tujuh Lantai. Jakarta: Universitas Mercu Buana
Putera. M. F. dkk. (2020). Studi Evaluasi Penyediaan Air Bersih pada Apartemen
Westpoin Jakarta Barat. Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air. 2 (1)
: 145-152.
Herdiyana. Dkk. (2019). Perencanaan Sistem Instalasi Plambing Air Bersih Apartemen
Royal Paradise Bandung. Jurnal Institut Teknologi Nasional. 1 (7) : 6-8
Suhardiyanto. (2016). Perancangan Sistem Plambing Instalasi Air Bersih Dan Air
Buangan Pada Pembangunan Gedung Perkantoran Bertingkat Tujuh Lantai.
Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 05, No 3
Affiani Junia, dkk. (2016). Perencanaan Sistem Instalasi Plambing Air Bersih Gedung
Hotel Tebu. Jurnal Rekayasa Lingkungan: Vol. 04, No. 2

Anda mungkin juga menyukai