Anda di halaman 1dari 7

PARADIKMA Vol. 10 No.

1 APRIL 2017 p-ISSN: 1978-8002


e-ISSN: 2502-7204

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR JAJAR GENJANG DAN


BELAH KETUPAT ANTARA MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS) DENGAN
STUDENT TEAM ACHIEVMENT DIVISON (STAD) PADA
SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 3 MEDAN

Putri Ismila Anggriani1, Zul Amry2


1
FMIPA, UNIMED, Medan, Sumatera Utara, Indonesia
E-mail : putriismilaanggriani@gmail.com
2
Dosen Matematika FMIPA, UNIMED
E-mail : zul.amry@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah hasil belajar Jajargenjang dan
Belahketupat dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih baik
daripada tipe STAD di kelas VII SMP Negeri 3 Medan. Jenis penelitian ini adalah
eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 3
Medan semester genap, yang terdiri dari 12 kelas. Sampel dalam penelitian ini adalah
dua kelas yang dipilih secara acak dimaana kelas VII-K sebagai kelas eksperimen TPS
dan kelas VII-L sebagai kelas eksperimen STAD dengan masing-masing jumlah sampel
34 orang dalam tiap kelas. Penelitian ini menggunakan dua jenis instrumen yaitu pre-test
dan post-test dalam bentuk uraian . Dari hasil penelitian yang diberikan, diperoleh nilai
rata-rata postest kelas eksperimen TPS sebesar 76,735 dan kelas eksperimen STAD
memperoleh nilai rata-rata 72,029. Dari hasil uji hipotesis post-test diperoleh t hitung >
t tabel ( 2,407 > 1,668) dengan demikian diperoleh kesimpulan bahwa hasil belajar
jajargenjang dan belahketupat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS
lebih baik daripada model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Kata kunci: hasil belajar, TPS, STAD

ABSTRACT
This research has aims to determine are learning achievement parallelogram and
rhombus betweet Model of Cooperative Learning Type Think Pair Share (TPS) better
than Students Team Achievement Divison (STAD) in VII grade at SMP N 3 Medan.. Type
of this research is experiment. Population in this research are all of students in VII grade
at SMP N 3 Medan, consist of 12 class. Sample of this research are two randomly class.
VII-K as an experiment class of TPS and VII-L as an experiment class of STAD consists
of 34 students. This research using two type of instrument that is pre test and post test at
description test. The result of research, had average of post test at TPS experiment class
is 76,735 and average of post test STAD experiment class is 72,029. From hypotesis post
test have t > t ( 2,407 > 1,668) such that have learning achievement of
count table

99
PARADIKMA Vol. 10 No. 1 APRIL 2017 p-ISSN: 1978-8002
e-ISSN: 2502-7204

parallelogram and rhombus using cooperative learning model type TPS is better than
cooperative learning model type STAD.
Keyword: the result of the study, TPS, STAD.

Pendahuluan Memberikan kemampuan terhadap usaha


memecahkan masalah yang menantang.”
Pendidikan merupakan suatu proses
Matematika disadari sangat penting untuk
pembentukan jiwa manusia untuk berkembang
diajarkan kepada semua siswa karena kontribusinya
sesuai dengan potensi dan kemampuannya.
sangat luas dan berguna dalam segala segi
Pendidikan juga merupakan faktor pendukung
kehidupan manusia. Namun pada kenyataannya
dalam perkembangan dan persaingan dalam
banyak orang yang memandang matematika
berbagai bidang. Dewasa ini, dunia pendidikan
sebagai bidang studi yang paling sulit, baik tingkat
khususnya matematika telah menjadi perhatian
pendidikan sekolah dasar sampai dengan perguruan
utama dari berbagai kalangan. Hal ini disadari
tinggi.
bahwa betapa pentingnya peranan matematika
Sebagaimana yang diungkapkan
dalam pengembangan berbagai ilmu dan teknologi
Abdurrahman (2012:202) bahwa: “Dari berbagai
dalam kehidupan sehari-hari.
bidang studi yang diajarkan disekolah, matematika
Pendidikan matematika mempunyai
merupakan bidang studi yang dianggap paling sulit
peranan bagi setiap individu untuk melatih
oleh para siswa, baik yang berkesulitan belajar dan
kemampuan berfikir logis, kritis, sistematis, kreatif
lebih-lebih bagi siswa yang berkesulitan belajar.”
dan kemauan bekerjasama yang efektif. Cara
Wahyudin (2008 : 338) menyatakan
berfikir seperti ini yang dapat dikembangkan
bahwa: “Matematika merupakan mata pelajaran
melalui pendidikan matematika karena matematika
yang sulit untuk diajarkan maupun dipelajari. Salah
memiliki struktur dengan keterkaitan yang kuat dan
satu alasan mengapa demikian adalah karena dalam
jelas antara yang satu dengan yang lainnya, serta
mempelajari materi baru dalam matematika
memerlukan pola pikir yang bersifat deduktif dan
seringkali memerlukan pengetahuan dan
konsisten. Hal ini sesuai dengan banyaknya
pemahaman yang memadai tentang satu atau lebih
pendapat yang telah disumbangkan matematika
materi yang telah dipelajari sebelumnya.”
untuk kemajuan peradaban manusia.
Kesulitan yang diperoleh siswa adalah pada
Sebagaimana yang diungkapkan oleh
saat memahami, menggambar diagram, membaca
Cornelius (dalam Abdurrahman, 2009:253) bahwa
grafik dengan benar, pemahaman konsep
: “Lima alasan perlunya belajar matematika karena
matematika formal, dan penyelesaian masalah
matematika merupakan (1) sarana berpikir yang
matematika. Penyajian masalah yang tepat adalah
jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan
hal mendasar dalam memahami maslaah tersebut
masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal
dan membuat rencana untuk menyelesaikannya
pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman,
(Surya, 2013).
(4) sarana mengembangkan kreativitas, dan (5)
Hal ini terlihat dari rendahnya prestasi
sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap
belajar matematika yang di capai siswa. Seperti
perkembangan budaya.”
yang diungkapkan oleh Soekisno (2009) : "Hasil
Sejalan dengan hal tersebut Cockroft
tes diagnostik yang dilakukan Suryantodan
(dalam Abdurrahman, 2009:253) mengemukakan
Somerset di 16 sekolah menengah beberapa
alasan pentingnya siswa belajar matematika:
provinsi di Indonesia menginformasikan bahwa
“Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena:
hasil tes pada mata pelajaran matematika sangat
(1) Selalu digunakan dalam segi kehidupan; (2)
rendah. Hasil dari TIMSS-Third-International
Semua bidang studi memerlukan keterampilan
Mathematics and Science Study menunjukkan
matematika yang sesuai; (3) Merupakan sarana
Indonesia pada mata pelajaran matematika berada
komunikasi yang kuat; (4) Dapat digunakan untuk
di peringkat 34 dari 38 negara".
menyajikan informasi dalam berbagai cara; (5)
Dan berdasarkan nilai UN SMP tahun
Meningkatkan kemampuan berpikir logis,
2014/2015 bahwa: “Kemampuan matematika
ketelitian, dan kesadaran keruangan; dan (6)
siswa masih rendah jika dibandingkan dengan
100
PARADIKMA Vol. 10 No. 1 APRIL 2017 p-ISSN: 1978-8002
e-ISSN: 2502-7204

beberapa mata pelajaran yang diujikan lainnya. melakukan kerjasama dalam kegiatan-kegiatan
Demikian rinciannya, rata UN murni: (1) Bahasa tertentu seperti diskusi atau pengajaran oleh teman
Indonesia = 71,8 (2) Bahasa Inggris = 62,9 (3) IPA sebaya. Dalam melakukan proses belajar mengajar
= 60,9 (4) Matematika = 59,1”. guru tidak lagi mendominas seperti lazimnya pada
Hasil Observasi yang dilakukan peneliti saat ini, sehingga siswa dituntut untuk berbagi
dengan melakukan wawancara terhadap informasi dengan siswa yang lainnya dan saling
narasumber Ibu Sirait selaku guru matematika kelas belajar mengajar sesama mereka.”
VII di SMP Negeri 3 Medan, diperoleh bahwa Dengan pembelajaran yang kooperatif,
sebagian besar siswa mempunyai hasil belajar guru diharapkan dapat mengetahui karakteristik cara
matematika yang rendah. Disamping itu, pada berpikir siswa sehingga akan meningkatkan hasil
proses pembelajaran berlangsung, hanya beberapa belajar siswa. (Surya, 2009). Surya (2010)
siswa yang yang antusias terhadap pelajaran menyatakan seorang guru matematika tidak saja
matematika. Siswa masih kurang aktif dalam proses harus menguasai materi ajar (subject matter),
pembelajaran. Mereka hanya mendengar ceramah melainkan juga harus menguasai metode dan
guru dan mengerjakan soal latihan yang diberikan. pendekatan pembelajaran yang terintegrasi,
Hal ini terjadi hampir pada setiap materi komprehensif dan holistik.
matematika. Ada banyak tipe dari model pembelajaran
Hal yang sama juga terjadi sewaktu peneliti kooperatif diantaranya model pembelajaran
menjalani program PPLT di SMP Negeri 1 Batang kooperatif tipe Think-Pair-share (TPS). Lyman, F
Kuis, lebih dari 60% siswa mempunyai hasil (dalam Trianto, 2009: 81) menyatakan bahwa:
belajar yang rendah pada mata pelajaran “Think Pair Share merupakan suatu cara yang
matematika. Siswa kurang aktif dalam proses efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi
pembelajaran berlangsung, mereka menganggap kelas. Dengan asumsi bahwa semua diskusi
matematika sebagai pelajaran yang sulit membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan
dibandingkan dengan mata pelajaran yang lain. Hal kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang
ini menyebabkan hasil belajar matematika siswa digunakan dalam Think-Pair-Share dapat memberi
rendah. siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon
Sebagaimana yang diungkapkan Shoimin dan saling membantu.”
(2014: 17) bahwa: “Diakui atau tidak pada zaman Dari uraian di atas model pembelajaran
yang modern ini, sebagian besar guru mengajar TPS (Think Pair Share) dapat membantu siswa
menggunakan metodologi mengajar tradisional. dalam memahami materi-materi pembelajaran
Cara mengajar tersebut bersifat otoriter dan berpusat matematika dikarenakan dalam model
pada guru, sedangkan siswa hanya dijadikan pembelajaran ini para siswa akan lebih terbuka
sebagai objek bukan subjek. Guru memberikan untuk berkomunikasi dengan teman sebayanya.
ceramah kepada siswa-siswanya sementara siswa Model TPS (Think Pair Share) dapat
hanya mendengarkan. Hal tersebut menyebabkan mengembangkan pemikiran siswa dan
siswa menjadi jenuh sehingga sulit menerima menyatukan aspek-aspek kognitif dan aspek-aspek
materi-materi yang diberikan oleh guru.” Agar sosial dalam pembelajaran serta dapat memberikan
pembelajaran tidak berpusat pada guru dan siswa kesempatan terbuka kepada siswa untuk berbicara
juga lebih aktif dalam proses pembelajaran maka dan mengutarakan gagasannya sendiri dan
guru perlu memilih model pembelajaran yang memotivasi siswa untuk terlibat percakapan dalam
memerlukan keterlibatan siswa secara aktif. kelas.
Penggunaan model pembelajaran kooperatif Selain model pembelajaran kooperatif tipe
merupakan salah satu cara yang dapat digunakan Think-Pair-Share (TPS), salah satu tipe model
guru untuk membantu siswa lebih aktif dalam pembelajaran kooperatif adalah Student Teams
proses pembelajaran. Sebagaimana yang Achievment Divison (STAD). Menurut Slavin
diungkapkan Slavin (dalam Isjoni, 2011:17) bahwa: (dalam Rusman, 2011: 213) bahwa: “Dalam
“Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa dibagi
pembelajaran yang telah dikenal sejak lama, dimana menjadi kelompok yang beranggotakan empat
pada saat itu guru mendorong para siswa untuk orang yang beragam kemampuan, jenis kelamin

101
PARADIKMA Vol. 10 No. 1 APRIL 2017 p-ISSN: 1978-8002
e-ISSN: 2502-7204

dan sukunya. Guru memberikan suatu pelajaran Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh
dan siswa-siswa dalam kelompok memastikan Herfina “Penerapan pembelajaran kooperatif tipe
bahwa semua anggota kelompok bisa menguasai STAD untuk meningkatkan hasil belajar
pelajaran tersebut” matematika siswa pada pokok bahasan bangun
Model pembelajaran kooperatif yang datar dikelas VII SMP Negeri 10 Medan T.A
dikembangkan oleh Slavin ini merupakan model 2009/2010”. Diperoleh Pada siklus 1 yaitu
pembelajaran kooperatif yang mengedepankan pengajaran dengan model pembelajaran
aktivitas serta motivasi antar siswa dalam kooperatiftipe STAD, terdapat 20 orang siswa atau
menguasai materi dan mengoptimalkan hasil 50% telah mencapai ketuntasan belajar dan 20
belajar. Setiap siswa harus memastikan teman satu orang siswa atau 50% yang belum mencapai
kelompok nya mengusai materi yang mereka ketuntasan. Hasil analisis setelah diberi tindakan
pelajari.Tiap kelompok memiliki jumlah anggota 4- pada siklus II, yaitu pengajaran dengan
5 orang secara heterogen. Pembelajaran tipe ini hasil menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
nya sangat baik karena tetap memakai prinsip STAD terdapat 87,5% telah mencapai ketuntasan
diskusi yang heterogen. Diawali dengan belajar.. Sehingga dari analisis yang dilakukan dapat
penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian ditarik kesimpulan bahwa pengajaran kooperatif
materi, kegiatan kelompok, kuis dan penghargaan tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa
kelompok. Dari penjabaran diatas, dapat disimpulkan
Dengan karakteristik dari dua model bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TPS
pembelajaran kooperatif tersebut, pembelajaran (Think-Pair-Share) dan STAD (Student Team
yang berlangsung akan membangkitkan Achievement Division) dapat meningkatkan hasil
ketertarikan siswa pada matematika dan membuat belajar matematika siswa. Karena keduanya
siswa lebih aktif dan bersosialisasi, mendorong mampu meningkatkan hasil belajar siswa, maka
kerjasama antar siswa dalam mempelajari suatu penulis tertarik ingin melihat bagaimana perbedaan
materi, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar nilai hasil belajar matematika siswa jika model
siswa. Dan karena ditemukannya beberapa pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think-Pair-
penelitian yang relevan mengenai peningkatan hasil Share) dan STAD (Student Team Achievement
belajar dari model pembelajaran tersebut. Division) dibandingkan.
Berdasarkan dari penelitian sebelumnya Berdasarkan keseluruhan uraian di atas,
oleh Laila Sitta, “Perbedaan hasil belajar matematika maka peneliti ingin mengetahui perbandingan hasil
siswa yang diajar dengan model pembelajaran belajar matematika siswa dengan menggunakan
kooperatif tipe TPS (Think-Pair-Share) dan STAD model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think-
(Student Teams Achievment Divison) pada materi Pair-Share) dan STAD (Student Teams
aritmatika sosial di kelas VII MTS Teladan Ujung Achievment Divison). Karena luasnya cakupan
Kubu Tahun Ajaran 2012/2013”, hasil dari materi matematika peneliti mengambil materi
penelitian ini menunjukkan bahwa hasil belajar Segiempat pada sub pokok bahasan Jajargenjang
siswa yang diajar dengan menggunakan model dan Belah Ketupat yang ada pada kelas VII.
kooperatif tipe TPS lebih baik dibandingkan dengan
hasil belajar siswa yang diajar dengan Hipotesis Peneitian
menggunakan model kooperatif tipe STAD. Hipotesis merupakan suatu jawaban yang
Dari hasil penelitian oleh Zaka Syahrial bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian
“Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe sampai terbukti melalui data yang terkumpul
TPS Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada (Arikunto, 1996). Suatu hipotesis akan diterima bila
sub pokok bahasan bilangan rasional berpangkat data yang dikumpulkan mendukung pernyataan.
bilangan bulat”.Menunjukkan penerapan model Hipotesis juga merupakan asumsi dasar yang
pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat kemudian membuat suatu teori dan masih diuji
meningkatkan hasil belajar siswa pada sub pokok kebenarannya. Berdasarkan rumusan masalah yang
bahasan bilangan rasional berpangkat bilangan bulat terdapat dalam penelitian ini, maka Hipotesis dalam
di kelas IX SMP Swasta Ar-rahman Medan penelitian ini adalah "Hasil belajar Jajargenjang dan
T.A.2010/2011 Belah Ketupat dengan menggunakan model

102
PARADIKMA Vol. 10 No. 1 APRIL 2017 p-ISSN: 1978-8002
e-ISSN: 2502-7204

pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih baik Penelitian ini memiliki dua variabel, yaitu variabel
daripada dengan menggunakan model kooperatif bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam
tipe STAD pada kelas VII SMP Negeri 3 Medan” penelitian ini adalah Pengajaran dengan Model
Metode Penelitian pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 (TPS) dan model pembelajaran kooperatif tipe
Medan. pada semester genap tahun ajaran Student Teams Achievement Division (STAD).
2015/2016. Dengan mengambil sampel sebanyak Sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini
dua kelas secara random. Yaitu kelas VII-K sebagai adalah hasil belajar siswa pada materi Segiempat
kelas eksperimen A yang diajarkan dengan model sub pokok pahasan Jajargenjang dan Belah ketupat.
TPS, dan kelas VII-L sebagai kelas eksperimen B
yang diajarkan dengan model STAD. Sebelum HASIL DAN PEMBAHASAN
penelitian dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan Hasil Penelitian
pretes dan setelah penelitian selesai, diberikan postes. Dari hasil perhitungan, nilai rata-rata hasil
Bentuk soal pretes dan postes dalam penelitian ini belajar siswa kedua kelas baik pretes dan postes
adalah essay tes (tes uraian) dengan menggunakan dapat dilihat pada tabel berikut:
soal-soal UN.

Tabel .1. Data Pretest Kelas Eksperimen TPS dan Kelas Eksperimen STAD

Pre-tes Kelas TPS Pre-tes Kelas STAD


No Nilai Frek No Nilai Frek
1 41 - 46 6 1 41 - 46 6
2 47 - 52 10 2 47 - 52 11
3 53 - 58 8 3 53 - 58 12
4 59 - 64 6 4 59 - 64 5
5 65 - 70 4 5 65 – 70 0
 f = 34  f = 34
XI 53,5 XI 52,029
S1 6,955 S2 5,458

Tabel 2. Data Postest Kelas Eksperimen TPS dan Kelas Eksperimen STAD.
Postest Kelas TPS Postest Kelas STAD
No Nilai Frek No Nilai Frek
1 51 - 56 0 1 51 - 56 3
2 57 - 62 1 2 57 - 62 2
3 63 - 78 18 3 63 - 78 21
4 79 - 84 10 4 79 - 84 5
5 85 - 90 4 5 85 - 90 2
6 91 - 96 1 6 91 - 96 1
 f = 34  f = 34
XI 76.735 XI 72.029
S1 6.899 S2 9.077

103
PARADIKMA Vol. 10 No. 1 APRIL 2017 p-ISSN: 1978-8002
e-ISSN: 2502-7204

Berdasarkan tabel tersebut, dapat 2012/2013”, hasil dari penelitian ini menunjukkan
dilihat hasil dari pemberian pretes dan bahwa hasil belajar siswa yang diajar dengan
postest nilai rata-rata siswa kelas menggunakan model kooperatif tipe TPS lebih baik
eksperiman TPS dan nilai rata-rata siswa dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang diajar
kelas eksperimen STAD. dengan menggunakan model kooperatif tipe
Setelah dilakukan uji normalitas dan STAD.
homogenitas data, selanjutnya dilakukan pengujian Penelitian ini tidak relevan atau tidak sesuai
hipotesis yaitu : dengan penelitian Anggreni, Surya dan
Ho : Hasratuddin (2015) yang menemukan bahwa
Model pembelajaran kooperatif tipe TPS ketuntasan hasil belajar siswa terhadap kemampuan
tidak lebih baik daripada model pemecahan masalah matematis yang
pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD
pada pokok bahasan jajargenjang dan lebih baik dari pada pembelajaran kooperatif tipe
belah ketupat di kelas VII SMP Negeri 3 TPS.
Medan. Pada penelitian ini, peneliti melihat hasil dari
Ha : pengujian hipotesis tentu saja berkaitan dengan
Model pembelajaran kooperatif tipe TPS perlakuan yang diberikan pada kedua kelas.
lebih baik daripada model pembelajaran Dimana tingkat pemahaman siswa pada model
kooperatif tipe STAD pada pokok kooperatif tipe TPS lebih baik dari pada model
bahasan jajargenjang dan belah ketupat kooperatif tipe STAD. Peneliti melihat Pada kelas
di kelas VII SMP Negeri 3 Medan.s yang diajarkan dengan pembelajaran kooperatif tipe
Kemudian dilakukan pengujian hipotesis TPS terjadi kerja sama yang efektif dan tertib serta
dengan menggunakan statistik uji t. Dari pengujian tidak menghabiskan waktu yang banyak. Dengan
hipotesis hasil belajar siswa pada taraf jumlah anggota kelompok yang sedikit akan
meningkatkan partisifasi tiap anggota, hal ini kerena
sehingga diperolehthitung = 3,32447 dan ttabel = pendengar dan pembicara masing- masing terdiri
1,67078 maka thitung > ttabel berarti Ha diterima dari satu orang.
sehingga diperoleh kesimpulan bahwa, “hasil
belajar statistika yang menggunakan model Meskipun pembelajaran kooperatif tipe
kooperatif tipe NHT lebih baik daripada dengan TPS yang diterapkan mampu meningkatkan hasil
menggunakan model kooperatif tipe TPS pada belajar siswa, namun pada penelitian ini masih ada
kelas X SMK TI Ar-Rahman Medan. ditemukan kelemahan – kelemahan, antara lain
:
Pembahasan Hasil Penelitian Membutuhkan perhatian yang lebih besar
dikarenakan banyaknya kelompok yang terbentuk,
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dan terjadinya keributan pada saat berdiskusi dalam
hasil belajar siswa dengan menggunakan model tahap Pairing. Untuk mengatasi kelemahan
pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih baik pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat diterapkan
dibandingkan dengan hasil belajar siswa dengan beberapa alternatif antara lain dengan menggunakan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe bantuan orang lain pada saat tahap Pairing
STAD, hal ini dapat dilihat dari perolehan uji dilakukan, atau juga dapat dengan meminilisir
hipotesis pada postest yaitu thitung = 2,407 dan ttabel = jumlah kelompok dengan cara menambah anggota
1,668. kelompok menjadi 3 siswa perkelompok sehingga
Hal ini sesuai dengan penelitian oleh Laila jumlah kelompok yang terbentuk menjadi lebih
Sitta, dengan Judul “Perbedaan hasil belajar sedikit.
matematika siswa yang diajar dengan model
pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think-Pair- Sementara di kelas yang diajarkan dengan
Share) dan STAD (Student Teams Achievment pembelajaran kooperatif tipe STAD`, Siswa diberi
Divison) pada materi aritmatika sosial di kelas VII tes secara individu terlebih dahulu, setelah itu siswa
MTS Teladan Ujung Kubu Tahun Ajaran melakukan diskusi (bekerja dalam kelompok),

104
PARADIKMA Vol. 10 No. 1 APRIL 2017 p-ISSN: 1978-8002
e-ISSN: 2502-7204

siswa dilatih untuk bekerjasama dan bertanggung Tipe STAD Dengan TPS Di
jawab terhadap tugas mereka dengan menampilkan SMP Negeri 5 Kota Langsa.
jawaban/mempresentasikan jawaban, disini guru Paradikma Jurnal Pendidikan
memfasilitatori dan mengatur serta mengawasi Matematika, 8(1), 69-78.
jalannya proses belajar. Kelemahan dari model ini
adalah pada saat presentase siswa yang pasif akan Isjoni, (2009), Cooperative Learning
semakin kurang aktif, karena mengandalkan teman Efektifitas pembelajaran
mereka yang lebih pintar dalam kelompok tersebut, Kelompok, Alfabeta, Bandung.
serta tidak terjadinya persaingan antar kelompok
dalam pelaksanaan diskusi. _____, (2011), Cooperative Learning
Efektifitas pembelajaran
Meskipun demikian, baik TPS maupun Kelompok, Alfabeta, Bandung.
STAD ternyata sama-sama dapat meningkatkan Surya, E. 2013. Improving of Junior
hasil belajar matematika di kedua kelas tersebut High School Visual Thinking
pada materi jajargenjang dan belahketupat. Dari Representation Ability in
rata-rata hasil belajar dan pengujian beda rata-rata Mathematical Problem Solving
terbukti bahwa siswa yang diajar dengan by CTL., IndoMS JME, Vol. 4
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe No. 1 January 2013, pp. 113-
TPS memiliki hasil belajar yang lebih tinggi 126.
dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Surya, E. 2010. Visual Thinking Dalam
STAD. Memaksimalkan Pembelajara
Matematika Siswa Dapat
Kesimpulan Membangun Karakter Bangsa.
Jurnal Abmas UPI Bandung.
Hasil belajar siswa yang menerapkan Vol. 10 No. 10 Oktober 2010.
model pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih baik Surya, E. 2009. Pembelajaran
daripada hasil belajar siswa yang menerapkan Kooperatif dengan Pendekatan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada Berbasis Masalah Dalam
siswa kelas VII SMP Negeri 3 Medan, dengan Pemecahan Masalah
rata-rata nilai hasil belajar siswa berturut-turut adalah Matematika. Jurnal Pendidikan
76.735 dan 72.029. Hal ini juga dibuktikan dari hasil Matematika dan Sains, 4(1), 14-
pengujian hipotesis dimana thitung > ttabel yaitu 2,407 17.
> 1,668. Trianto, (2009), Mendesain Model
DAFTAR PUSTAKA Pembelajaran Inovatif-
Progresif: Konsep, Landasan,
Abdurrahman, M., (2009), Pendidikan dan Implementasinya pada
Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Kurikulum Tingkat Satuan
Rineka Cipta, Jakarta. Pendidikan (KTSP), Kencana
Prenada Media Group, Jakarta.
___________, M., (2012), Pendidikan
Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Wahyudin, (2008), Pembelajaran dan
Rineka Cipta, Jakarta. Model-model Pembelajaran,
CV. Ipa Abong, Jakarta.
Anggreni, F. Surya, E. Hasratuddin.
(2015). Perbedaan Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis
dan Kecerdasan Emosional
Siswa Antara Siswa Yang
Diberi Pembelajaran Kooperatif
105

Anda mungkin juga menyukai