Anda di halaman 1dari 73

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Departemen Teknik Kimia Skripsi Sarjana

2018

Potensi Lauril Alkohol Sebagai Bahan


Pemlastis Bagi Karet Alam Terisi Silika

Sianturi, Rieska Wulandari


Universitas Sumatera Utara

https://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/9411
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
POTENSI LAURIL ALKOHOL SEBAGAI BAHAN
PEMLASTIS BAGI KARET ALAM TERISI SILIKA

SKRIPSI

Oleh

RIESKA WULANDARI SIANTURI


130405014

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
APRIL 2018

Universitas Sumatera Utara


PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul:

POTENSI LAURIL ALKOHOL SEBAGAI BAHAN PEMLASTIS BAGI


KARET ALAM TERISI SILIKA

yang dibuat untuk melengkapi sebagian persyaratan menjadi Sarjana Teknik pada
Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini
adalah hasil karya saya kecuali kutipan-kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya.
Demikian pernyataan ini diperbuat, apabila dikemudian hari terbukti bahwa karya ini
bukan karya saya atau merupakan hasil jiplakan maka saya bersedia menerima sanksi
sesuai dengan aturan yang berlaku.

Medan, April 2018

Rieska Wulandari Sianturi


NIM 130405014

i
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
PENGESAHAN

Skripsi dengan judul:

POTENSI LAURIL ALKOHOL SEBAGAI BAHAN PEMLASTIS


BAGI KARET ALAM TERISI SILIKA

dibuat sebagai kelengkapan persyaratan untuk mengikuti ujian skripsi Sarjana Teknik pada
Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini telah
diujikan pada sidang ujian skripsi pada 18 April 2018 dan dinyatakan memenuhi syarat/sah
sebagai skripsi pada Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

Mengetahui,
Koordinator Skripsi Dosen Pembimbing

Ir. Bambang Trisakti, M.T Ir. Indra Surya, M.Sc., PhD


NIP. 19660925 199103 1 003 NIP. 19630609 198903 1 004

Dosen Penguji I Dosen Penguji II

Dr. Halimatuddahliana, ST., M.Sc M. Hendra S Ginting, ST., M.T


NIP: 19730408 199802 2 002 NIP. 19700919 199903 1 001

ii
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
PRAKATA

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penelitian ini. Hasil
penelitian ini berjudul “Potensi Lauril Alkohol Sebagai Bahan Pemlastis Bagi
Karet Alam Terisi Silika.”
Selama pelaksanaan dan penulisan hasil penelitian ini, penulis dibantu oleh
banyak pihak, sehingga dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Bapak Ir. Indra Surya, MSc., Ph.D. selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak
memberikan ilmu dan arahan dalam pelaksanaan penelitian dan penyelesaian
hasil penelitian ini.
2. Ibu Dr. Halimahtuddahliana, S.T., M.Sc dan Bapak M. Hendra S Ginting, S.T.,
M.T. selaku Dosen Penguji yang telah banyak memberikan masukan dan arahan
dalam penyelesaian hasil penelitian ini.
3. Bapak Ir. Bambang Trisakti, M.Si selaku Koordinator Penelitian Departemen
Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Ir. Maya Sarah, ST, MT, Ph.D, IPM selaku Ketua Departemen Teknik Kimia,
Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
5. Teman-teman satu angkatan yang telah membantu penyelesaian hasil penelitian
ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan hasil penelitian ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu sangat diharapkan adanya kritik dan saran yang
membangun untuk membantu dalam penyempurnaan hasil penelitian ini.

Medan, April 2018

Rieska Wulandari Sianturi

iii
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
DEDIKASI

“Lakukan Yang Terbaik Dan Menangkan Setiap Babak Dalam


Pertandingan Hidupmu”

Penulis mendedikasikan skripsi ini untuk kedua orang tua penulis, P.L Sianturi dan
H.C Br. Hasibuan, adik-adik terkasih Bayu Rianto Sianturi, Febri Ani Clara Sianturi,
Dian Wilantara Sianturi, Nico Syahputra Sianturi, dan Edison Pramana Sianturi
yang telah memberikan doa dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan
penelitian dan penulisan skripsi ini. Kemudian untuk bapak Ir. Indra Surya, MSc.,
Ph.D yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan dalam menyelesaikan
penelitian. Penulis juga mengucapkan terima kasih untuk Fitri Andriyani yang telah
menemani penulis selama melakukan penelitian hingga penulisan skripsi ini dan
untuk sahabat-sahabat penulis teristimewa Prandi Nyata Panjaitan yang telah
menemani penulis dalam keseharian dan dalam penulisan skripsi ini serta teman-
teman seperjuangan angkatan 2013.

iv
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama: Rieska Wulandari Sianturi


NIM: 13040514
Tempat/tgl lahir: Tanjungbalai/ 19 Maret 1996
Nama orang tua: P. L. Sianturi dan H. C br Hasibuan
Alamat orang tua:
Jln. Prof. Dr. F. L. Tobing Gg Damoli Kel. Sirantau Kec.
Datuk Bandar Kota Tanjungbalai
Asal sekolah
 SD Negeri 137524 Tanjungbalai tahun 2001-2007
 SMP Negeri 1 Tanjungbalai tahun 2007–2010
 SMA Negeri 1 Tanjungbalai tahun 2010-2013
Pengalaman organisasi/kerja:
1. Anggota bidang Hubungan Keluar Instansi dan Alumni HIMATEK USU
periode 2015-2017
2. Anggota Sekretaris Umum HIMATEK USU periode 2016-2017
3. Kerja Praktek di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk., Desa Sosor Ladang, Porsea
tahun 2016

v
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK

Dengan menggunakan vulkanisasi semi-effisien, penelitian mengenai pengaruh


penambahan lauril alkohol sebagai bahan aditif baru terhadap ciri-ciri pematangan,
persentase pembengakakan, sifat mekanik dan karakteristik morfologi kompon karet
alam terisi silika telah dilakukan. Pengisi silika yang digunakan pada kompon karet
alam terisi silika adalah sebanyak 30 bagian per seratus bagian karet alam (bsk).
Lauril alkohol merupakan fatty alkohol yang berasal dari minyak inti kelapa sawit
dan dimasukkan ke dalam kompon karet alam terisi silika. Kadar lauril alkohol yang
digunakan adalah 1,0; 2,0; 3,0 dan 4,0 bsk. Lauril alkohol berfungsi sebagai kuratif
dan pemlastis internal. Sebagai kuratif, lauril alkohol meningkatkan waktu skorj dan
menurunkan waktu pematangan optimum kompon karet alam terisi silika. Semakin
tinggi kadar lauril alkohol, semakin lama waktu skorj dan semakin singkat waktu
pematangan optimum. Sebagai pemlastis internal, lauril alkohol menurunkan tork
minimum, modulus tarik dan meningkatkan derajat dispersi silika, pemanjangan saat
putus dari kompon karet tersebut. Lauril alkohol juga meningkatkan perbedaan nilai
tork, kerapatan sambung silang, kekuatan tarik dan ketahanan abrasi dengan
penambahan hingga 3,0 bsk. Penambahan lauril alkohol sebanyak 3,0 bsk merupakan
kadar optimum pada kompon karet alam terisi silika.

Kata kunci: ciri-ciri pematangan, karet alam, silika, lauril alkohol, persentase
pembengkakan, sifat-sifat uji tarik

vi
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
“THE POTENTIAL OF LAURYL ALCOHOL AS
PLASTICISER IN SILICA-FILLED NATURAL RUBBER
COMPOUNDS”

ABSTRACT

By using a semi-efficient vulcanisation system; the effects of the lauryl alcohol (LA)
as a new rubber additive on cure characteristics, swelling percentage, mechanical
and morphological properties of silica-filled natural rubber (NR) compounds were
investigated. The NR compounds was filled with silica filler with a fixed loading,
30.0 phr. The LA is a fatty alcohol based on palm kernel oil and incorporated into
the silica-filled NR compounds. The LA loadings were 1.0, 2.0, 3.0 and 4.0 phr. It
was found that LA functioned as a curative and also an internal plasticiser. As a
curative, LA increased the scorch time and decreased cure time of the silica-filled
NR compounds. The higher of LA loading, the longer the scorch time and the lower
the cure time were. As an internal plasticiser, LA decreased the minimum torque,
modulus tensile and increased degree of silica dispersion, elongations at break of NR
compounds. It was also found that LA increased the torque difference, crosslink
density, tensile strength and abrasion resistance up to 3.0 phr of loading. The 3.0 phr
of LA was the optimum loading.

Keywords: cure characteristics, natural rubber, silica, lauryl alcohol, swelling


percentage, tensile properties

vii
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI

PENYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ......................................................................... i


PENGESAHAN UNTUK UJIAN SKRIPSI................................................................ ii
LEMBAR BUKTI SEMINAR HASIL PENELITIAN ............................................... iii
PRAKATA .................................................................................................................. iv
ABSTRAK .................................................................................................................. vi
ABSTRACK .............................................................................................................. vii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xiii
DAFTAR SINGKATAN .......................................................................................... xiv
DAFTAR ISTILAH ................................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah .............................................................................. 2
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................. 3
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................ 3
1.5 Ruang Lingkup Penelitian .................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 5
2.1 Karet alam ............................................................................................ 5
2.2 Vulkanisasi ........................................................................................... 6
2.3 Kompon Karet ...................................................................................... 8
2.4 Penguatan Karet.................................................................................. 10
2.5 Silika sebagai Pengisi ......................................................................... 11
2.6 Pemlastis ............................................................................................. 13
2.7 Lauril Alkohol Turunan Minyak Inti Sawit (PKO) ............................ 14
2.8 Pengujian Sifat Fisika Vulkanisat Karet............................................. 16
2.8.1 Fourier Transform Infra-Red (FTIR) ................................... 17
2.8.2 Ciri-Ciri Pematangan Kompon Karet Alam ......................... 17

viii
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
2.8.3 Uji Persentase Pembengkakan (Swelling Percentage) ......... 18
2.8.4 Uji Derajat Dispersi Silika Dalam Vulkanisat Karet
Alam ..................................................................................... 19
2.8.5 Uji Kekuatan Tarik ............................................................... 19
2.8.6 Uji Ketahanan Kikis (Abrasion Resistance)......................... 21
2.8.7 Scanning Electron Microscopy (SEM) ............................... 21
BAB III METODE PENELITIAN............................................................................. 23
3.1 Lokasi Penelitian ................................................................................ 23
3.2 Bahan .................................................................................................. 23
3.3 Peralatan ............................................................................................. 23
3.4 Tahapan Penelitian ............................................................................. 24
3.4.1 Penyediaan Senyawa/Kompon Karet Alam ......................... 24
3.4.2 Karakterisasi Kompon Karet dengan Rheometer ................. 25
3.4.3 Prosedur Pengujian Kekuatan Tarik ..................................... 25
3.4.4 Pengujian Ketahanan kikis (Abrasion resistance) ............... 26
3.4.5 Pengujian persentase pembengkakan (Swelling
percentage) ........................................................................... 27
3.4.6 Karakterisasi Sampel dengan FTIR ...................................... 28
3.4.7 Morfologi Sampel dengan SEM .......................................... 28
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................... 29
4.1 Uji Fourier Transform Infrared (FTIR) Lauril Alkohol .................... 29
4.2 Pengaruh Penambahan Lauril Alkohol Terhadap Ciri-Ciri
Pematangan Kompon Karet Alam Terisi Silika ................................. 30
4.3 Pengaruh Penambahan Lauril Alkohol Terhadap Persentase
Pembengkakan Vulkanisat Karet Alam Terisi Silika ......................... 33
4.4 Pengaruh Penambahan Lauril Alkohol Terhadap Derajat
Dispersi Silika Pada Vulkanisat Karet Alam...................................... 35
4.5 Pengaruh Penambahan Lauril Alkohol Terhadap Sifat-Sifat Uji
Tarik Vulkanisat Karet Alam Terisi Silika ......................................... 37
4.6 Pengaruh Penambahan Lauril Alkohol Terhadap Ketahanan
Kikis Vulkanisat Karet Alam Terisi Silika ......................................... 40
4.7 Studi Morfologi Vulkanisat Karet Alam Terisi Silika ....................... 41

ix
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................... 44
5.1 KESIMPULAN .................................................................................. 44
5.2 SARAN............................................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 45

x
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur cis-1,4-poliisoprena ................................................................ 5


Gambar 2.2 Bentuk jaringan sambung silang .......................................................... 7
Gambar 2.3 Struktur molekul silika ....................................................................... 12
Gambar 2.4 Struktur molekul fatty alcohol ............................................................ 16
Gambar 3.1 Flowchart penyediaan senyawa /kompon karet ................................. 24
Gambar 3.2 Contoh kurva pematangan .................................................................. 25
Gambar 3.3 Flowchart uji tarik sampel.................................................................. 26
Gambar 3.4 Flowchart pengujian persentase pembengkakan sampel ................... 27
Gambar 4.1 Karakteristik FTIR lauril alkohol ....................................................... 29
Gambar 4.2 Rumus molekul lauril alkohol ............................................................ 30
Gambar 4.3 Pengaruh kadar lauril alkohol terhadap ciri-ciri pematangan
kompon karet alam terisi silika........................................................... 31
Gambar 4.4 Pengaruh kadar lauril alkohol terhadap persentase
pembengkakan vulkanisat karet alam terisi silika .............................. 34
Gambar 4.5 Pengaruh kadar lauril alkohol terhadap modulus tarik
vulkanisat karet alam terisi silika ....................................................... 37
Gambar 4.6 Pengaruh kadar lauril alkohol terhadap pemanjangan saat putus
vulkanisat karet alam terisi silika ....................................................... 38
Gambar 4.7 Pengaruh kadar lauril alkohol terhadap kuat tarik vulkanisat
karet alam terisi silika ......................................................................... 39
Gambar 4.8 Pengaruh kadar lauril alkohol terhadap ketahanan kikis
vulkanisat karet alam terisi silika ....................................................... 40
Gambar 4.9 Morfologi SEM dengan perbesaran 340x dari putusan
vulkanisat karet alam terisi silika degnan kadar lauril alkohol:
(A) 0,0 bsk, (B) 3,0 bsk dan (C) 4,0 bsk ............................................ 42
Gambar C.1 Spesimen uji tarik ............................................................................... 55
Gambar C.2 Perendaman sampel dalam toluena .................................................... 55

viii
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Komposisi asam lemak pada CPO dan PKO ....................................15
Tabel 3.1 Daftar bahan yang digunakan dan funginya ........................................23
Tabel 4.1 Daerah absorbansi gugus fungsi dari lauril alkohol ............................29
Tabel 4.2 Pengaruh kadar lauril alkohol terhadap nilai-nilai tork kompon
karet alam terisi silika .........................................................................32
Tabel 4.3 Pengaruh kadar lauril alkohol terhadap derajat dispersi silika di
dalam fasa karet alam ..........................................................................35
Tabel A.1 Data hasil analisis rheograf .................................................................52
Tabel A.2 Data hasil analisis sifat-sifat uji tarik ..................................................52
Tabel A.3 Data hasil analisis ketahanan kikis ......................................................52
Tabel A.4 Data Data hasil analisis persentase pembengkakan ............................53

viii
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A DATA PENELITIAN ............................................................... 52


A.1 Data Hasil Analisis Rheograf .................................................... 52
A.2 Data Hasil Analisis Sifat-Sifat Uji Tarik .................................. 52
A.3 Data Hasil Analisi Ketahanan Kikis ......................................... 52
A.4 Data Hasil Analisis Persentase Pembengkakan ........................ 53
LAMPIRAN B CONTOH PERHITUNGAN..................................................... 54
B.1 Perhitungan Persentase Pembengkakan .................................... 54
B.2 Peerhitungan Derajat Dispersi Silika ........................................ 54
LAMPIRAN C DOKUMENTASI PENELITIAN ............................................. 55
C.1 Spesimen Uji Tarik ................................................................... 55
C.2 Perendaman Sampel Dalam Toluena ........................................ 55

viii
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR SINGKATAN

Bsk Bagian per seratus bagian karet alam


FTIR Fourier Transform Infra Red
ASTM American Standard Testing Method
SEM Scanning Electron Microscope
MBTS Merkapto- Benzotiazolil Disulfida
IPPD N-isopropil-N´-fenil-p-fenilin diamina
CPO Crude Palm Oil
PKO Palm Kernel Oil

viii
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISTILAH

Simbol Keterangan Dimensi


ts2 Waktu skorj menit
t90 Waktu pematangan optimum menit
ML Tork minimum dN.m
MH Tork maksimum dN.m
L Derajat dispersi
Mlg Tork minimum vulkanisat karet alam dN.m
MHg Tork maksimum vulkanisat karet alam dN.m
MLf Tork minimum vulkanisat karet alam terisi silika dN.m
MLg Tork maksimum vulkanisat karet alam terisi silika dN.m
M100 Modulus tarik 100% MPa
M300 Modulus tarik 300% MPa
M∞ Massa Sampel sesudah perendaman g
M0 Massa Sampel sebelum perendaman g

viii
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Karet alam adalah polimer alam dengan nama 1,4-polyisoprena (C5H8)n yang
diperoleh dari pohon Hevea brasiliensis [1]. Karet alam termasuk ke dalam
elastomer (elastic polymer) yaitu bahan yang dapat direnggangkan dan dapat kembali
seperti bahan semula [2]. Untuk merubah karet alam yang bersifat plastis dan lemah
menjadi karet yang elastis, keras dan kuat dilakukan melalui reaksi vulkanisasi.
Vulkanisasi adalah suatu proses sambung silang sulfur (sulfur-crosslinking) dengan
molekul karet sehingga membentuk rangkaian tiga dimensi. Vulkanisat karet tidak
lagi bersifat lengket (tacky), tidak melarut tetapi hanya mengembang didalam pelarut
organik tertentu [3].
Campuran karet alam dengan bahan kimia (bahan aditif) yang belum
divulkanisasi disebut kompon karet. Bahan aditif yang digunakan diantaranya adalah
bahan pemvulkanisasi, bahan pengisi, anti oksidan, bahan pemlastis (plasticizer) dan
bahan kimia lainnya [4]. Penambahan bahan pengisi yang bersifat menguatkan
(reinforcing filler), bertujuan untuk meningkatkan modulus, kekuatan tarik,
ketahanan kikis dari vulkanisat karet. Bahan pengisi penguat yang umum digunakan
dalam pembuatan barang jadi karet adalah Karbon hitam (carbon black) dan silika
[5].
Banyak faktor yang menentukan derajat penguatan (degree of reinforcement)
yang dihasilkan oleh suatu pengisi terhadap karet. Salah satu yang terpenting adalah
interaksi permukaan antara pengisi dengan molekul karet. Interaksi tersebut sangat
dipengaruhi oleh interaksi kimia pada permukaan, baik dari pengisi maupun molekul
karet sendiri. Pada permukaan pengisi silika terdapat sejumlah gugus silanol yang
menjadikan silika menjadi bahan yang polar dan bersifat hidrofilik. Gugus silanol ini
relatif tidak serasi dengan karet alam yang non polar, interaksi antara keduanya
lemah dan partikel silika cenderung berinteraksi sesamanya dan membentuk
gumpalan (agglomerate). Aglomerasi menyebabkan dispersi silika yang kurang
merata sehingga pengaruh penguatan silika menjadi rendah [6].

1
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Beberapa peneliti telah melakukan kajian mengenai penggunaan bahan aditif
untuk meningkatkan interaksi antara pengisi dengan karet alam diantaranya
Tampubolon, dkk., 2012; dari penelitian tersebut disimpulkan penggunaan
alkanolamida meningkatkan laju pematangan kompon karet alam terisi silika dan
meningkatkan kekerasan vulkanisat karet dengan penambahan alkanolamida ke
dalam kompon karet alam terisi silika hingga kadar 5,0 bsk [3]. Penelitian lain yang
dilakukan oleh Hutapea, dkk., 2012; diperoleh bahwa Penambahkan alkanolamida ke
dalam kompon karet alam terisi silika, hingga 5 bsk menyebabkan kenaikan kekuatan
tarik, modulus tarik dan sambung silang dari vulkanisat karet alam terisi silika [7].
Penelitian yang dilakukan oleh Ismail, dkk., 1994, diperoleh bahwa
penggunaan garam diamina dari asam lemak meningkatkan laju pematangan kompon
karet alam terisi silika dan juga berpengaruh pada sifat-sifat uji tarik kompon karet
yaitu pada penggunaan 5 bsk diperoleh hasil yang optimum untuk tensile strength,
dan modulus tarik. Penggunaan garam diamina sebanyak 0,3 bsk memberikan
pemanjangan putus yang optimum [8].
Untuk meningkatkan dispersi pengisi digunakan bahan pemlastis. Pemlastis
berfungsi untuk melunakkan karet, memudahkan pencampuran bahan kimia terutama
bahan pengisi ke dalam kompon karet, mempersingkat waktu, menurunkan suhu
pengkomponan, menghambat terjadinya waktu pra vulkanisasi, serta dapat
memudahkan pembentukan barang jadi karet [9]. Pada penelitian ini digunakan
pemlastis yang berasal dari turunan minyak inti kelapa sawit berupa lauril alkohol.

1.2 Perumusan Masalah


Disebabkan oleh sifat kimia dan permukaan dari pengisi silika yang polar dan
hidrofilik maka partikel silika cenderung berinteraksi sesamanya dan membentuk
gumpalan. Hal ini dianggap sebagai masalah dari segi pendispersian silika jika
digunakan sebagai pengisi penguat bagi karet alam. Untuk mengatasi masalah
tersebut, maka ke dalam kompon karet alam berpengisi silika akan ditambahkan
bahan pemlastis baru yaitu lauril alkohol. Bahan ini berasal dari minyak inti sawit
yang memiliki sifat minyak (oily) dengan struktur molekul terdiri atas gugus polar
dan non polar sehingga memiliki potensi sebagai bahan pemlastis. Metode ini
diharapkan dapat meningkatkan penyebaran (dispersi) silika dalam phasa karet alam,

2
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
sehingga menghasilkan sifat-sifat (properties) yang lebih baik bagi vulkanisat karet
alam terisi silika.

1.3 Tujuan Penelitian


Pengisi silika bersifat polar, sehingga kurang serasi dan akan menghasilkan
pengaruh penguatan yang kurang bagi karet alam. Untuk itu perlu penambahan
bahan aditif berupa lauril alkohol ke dalam kompon karet alam terisi silika.
Penambahan lauril alkohol bertujuan membantu meningkatkan dispersi silika di
dalam karet alam, sehingga memberikan pengaruh penguatan yang lebih baik, dan
menghasilkan sifat-sifat yang lebih baik bagi karet alam terisi silika.

1.4 Manfaat Penelitian


Dihasilkan suatu kompon karet alam terisi silika dengan tingkat pendispersian
silika yang lebih baik.
Secara umum manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penghasilan bahan aditif/pemlastis baru yang dapat digunakan untuk
meningkatkan pengaruh penguatan silika bagi karet alam.
2. Penghasilan vulkanisat karet alam terisi silika dengan sifat-sifat yang lebih
baik, seperti sifat-sifat uji tarik, sifat-sifat mekanik dan lain sebagainya.
3. Penghasilan informasi keilmuan Sains dan Teknologi Karet.
4. Penghasilan informasi keilmuan Sains dan Teknologi Oleokimia.
5. Dan lain-lain.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Industri Karet Deli, Medan. Adapun
lingkup penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:
• Bahan baku : Karet alam
• Variabel penelitian yang diteliti
1. Variabel tetap
- Sistem vulkanisasi : semi efisien.
- Suhu vulkanisasi : 150o C
- Penggunaan pengisi silika : 30 bsk

3
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
2. Variabel bebas
- Lauril alkohol pada kompon karet alam terisi silika:
0,0 bsk., 1,0 bsk., 2,0 bsk., 3,0 bsk., 4,0 bsk
• Parameter uji
- Analisa lauril alkohol dari Fourier Transform Infra Red (FTIR)
- Ciri-ciri pematangan kompon karet
- Analisa persentase pembengkakan (ASTM D 47 – 12 a)
- Analisa uji tarik (ASTM D 412)
- Analisa ketahanan abrasi (ASTM D 394)
- Analisa morfologi vulkanisat karet dengan Scanner electron Microscopy
(SEM)

4
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karet alam


Karet Alam adalah polimer hidrokarbon yang berasal dari emulsi kesusuan
pohon karet, Hevea brasiliensis (Euphorbiaceae) yang diperoleh dengan cara
melukai kulit pohon karet sehingga menghasilkan lateks karet alam [10]. Partikel
karet merupakan suatu komponen koloidal yang terdapat dalam lateks. Struktur dasar
karet alam adalah cis-1,4 poliisoprena yang mempunyai bobot molekul lebih dari
1.000.000 dengan berat jenis 0,91 - 0,93. Karet alam mengandung beberapa senyawa
antara lain hidrokarbon, protein, glikolipid, karbohidrat, garam organik, mineral,
enzim, fosfolipid dan berbagai bahan lain [11]. Dibawah ini merupakan gambar
struktur molekul penyusun karet alam:

CH3 H

C C
CH2 CH2
Gambar 2.1 Struktur Cis-1,4- poliisoprena
[12]
Karet alam memiliki sifat umum yaitu memiliki warna agak kecoklat-
coklatan. Sifat mekaniknya tergantungnya dari derajat vulkanisasi, sehingga dapat
dihasilkan banyak jenis sampai jenis yang kaku seperti ebonite. Temperatur
penggunaan yang paling tinggi sekitar 99oC melunak pada suhu 130oC dan terurai
sekitar 200oC [13]. Karet alam tidak tahan terhadap minyak, asam pengoksida dan
memiliki ketahanan terbatas terhadap asam mineral serta akan mengembang jika
terkena senyawa hidrokarbon aromatik, alifatik, hidrokarbon halogen, ester asam
asetat dan sebagainya. Namun, karet alam tahan terhadap beberapa bahan kimia
anorganik selain bahan tersebut [14].
Karet alam termasuk ke dalam kelompok elastomer yang memiliki sifat lunak
tetapi cukup kenyal sehingga akan kembali ke bentuknya semula setelah bentuknya
diubah-ubah. Struktur molekulnya berupa jaringan dengan berat molekul tinggi dan

5
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
dengan tingkat kristalisasi yang relatif tinggi, sehingga mampu menyalurkan gaya-
gaya bahkan melawannya jika dikenai beban statis maupun dinamis. Hal ini
menyebabkan karet alam memiliki kekuatan tarik, daya pantul tinggi, kelenturan,
daya cengkeram yang baik, kalor timbul yang rendah, elastisitas tinggi, daya lekat,
daya redam dan kestabilan suhu yang relatif baik [15].
Karet alam yang berasal dari lateks memiliki kontaminan dalam polimernya.
Selain itu, karet alam juga memiliki keterbatasan sifat yang tidak dapat ditingkatkan
meski sudah melalui proses vulkanisasi [16] sehingga menyebabkan turunnya
permintaan terhadap karet alam dan meningkatnya penggunaan karet sintetik.
Meskipun demikian karet alam memiliki beberapa kelebihan diantaranya adalah:
1. Memiliki daya elastis atau daya lenting yang sempurna
2. Memiliki plastisitas yang baik sehingga pengolahannya mudah
3. Tidak mudah panas
4. Tidak mudah retak [15]

2.2 Vulkanisasi
Vulkanisasi adalah suatu proses dimana molekul karet yang linier mengalami
reaksi sambung silang belerang (sulfur-crosslinking) yang tidak dapat balik ke
bentuk awal [3]. Vulkanisasi merupakan proses pemberian tekanan dan panas pada
campuran elastomer dan bahan kimia. Adapun tujuan perlakuan ini adalah untuk
menurunkan plastisitas dan meningkatkan elastisitas, kekuatan dan kemantapan karet
dengan membentuk ikatan silang pada rantai poliisoprena [16]. Vulkanisasi juga
dikenal dengan proses pematangan (curing/cure), dan molekul karet yang sudah
tersambung silang (crosslinked rubber) dirujuk sebagai vulkanisat karet (rubber
vulcanizate). Vulkanisat karet tidak lagi bersifat lengket (tacky), tidak melarut tetapi
hanya mengembang di dalam pelarut organik tertentu [17]. Keberhasilan teknologi
karet sebagian besar tergantung pada kemampuan untuk mengkontrol proses
vulkanisasi.

6
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Berikut ini merupakan bentuk jaringan karet alam yang telah mengalami
sambung silang oleh belerang.

Gambar 2.2 Bentuk jaringan sambung silang


[17]

Sifat-sifat vulkanisat seperti kekuatan tarik, kekuatan koyak akan meningkat


seiring dengan meningkatnya kerapatan sambung silang pada kerapatan sambung
silang tertentu (optimum) dan menurun kembali. Sedangkan sifat vulkanisat berupa
kekakuan (stiffness) meningkat seiring dengan meningkatnya kerapatan sambung
silang dan sifat-sifat vulkanisat berupa hysteresis menurun seiring dengan
meningkatnya kerapatan sambung silang dari vulkanisat karet itu sendiri [17].
Reaksi vulkanisasi ditemukan oleh seorang Amerika, Charles Goodyear pada
tahun 1839, dan merupakan langkah penting dalam teknologi karet. Beliau
memanaskan suatu campuran karet, belerang dan timah putih untuk mendapatkan
sifat-sifat yang lebih baik [15]. Karet masih dapat divulkanisasi atau mengalami
proses curing tanpa adanya panas. Contohnya dengan bantuan Sulfur diklorida.
Banyak pula bahan yang tidak mengandung sulfur tapi dapat memvulkanisasi karet.
Bahan ini terbagi dua yaitu oxidizing agents seperti selenium, telurium dan peroksida
organik serta sumber radikal bebas seperti senyawa azo dan peroksida organik [16].
Tidak seperti awal ditemukan dimana reaksi sambung silang oleh belerang ini
memerlukan waktu yang relatif sangat lama. Dewasa ini dengan ditambahkannya

7
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
bahan pencepat (accelerator agent) ke dalam ramuan karet maka proses vulkanisasi
hanya memerlukan waktu dalam hitungan menit saja. Sistem vulkanisasi yang
terakhir ini dikenal sebagai sistem vulkanisasi belerang terakselerasi. Secara umum
sistem ini diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) yaitu pemvulkanisasian konvensional,
semi-efisien, dan efisien [10]. Ketiganya dibedakan berdasarkan perbandingan
konsentrasi belerang dengan pencepat.
Pada sistem pematangan konvensional, jumlah belerang yang digunakan
banyak dan bahan pemercepat yang digunakan sedikit. Pada sistem vulkanisasi
konvensional menghasilkan vulkanisat dengan ketahanan usang pada suhu tinggi
(heat ageing) sangat rendah. Sistem vulkanisasi efisien adalah sistem vulkanisasi
dengan jumlah belerang yang rendah dan jumlah bahan pemercepat yang tinggi. Pada
sistem vulkanisasi efisien karena jumlah belerangnya lebih sedikit dari pada jumlah
bahan pencepat maka setiap ikatan silang mengandung sedikit jumlah atom belerang
sehingga mempunyai sifat tahan suhu tinggi namun ketahanan letih, ketahanan retak
dan ketahanan lenturnya rendah.
Sistem vulkanisasi semi-efisien disusun untuk memperbaiki kelemahan kedua
sistem vulkanisasi di atas. Sistem vulkanisasi semi-efisien menghasilkan ketahanan
retak, lentur dan letih serta ketahanan usang yang baik. Selain itu, sistem ini
memiliki ketahanan reversi yang tinggi pada karet alam sehingga cocok untuk
pembuatan barang karet berukuran besar dan tebal yang menghendaki sifat
kelenturan yang baik. Karet alam dapat divulkanisasi dengan memakai salah satu
dari sistem sulfur terakselerasi diatas, tetapi ramuan sistem semi-efisien ataupun
sistem efisien lebih disarankan karena menghasilkan vulkanisat karet alam dengan
sifat ketahanan penuaan yang lebih baik [10].

2.3 Kompon Karet


Karet alam yang diperoleh dari pengolahan industri hulu karet biasanya
bersifat kenyal. Sifat ini harus diubah saat pengolahan karet berlangsung [16].
Sebelum mengalami proses vulkanisasi, karet dan sejumlah bahan ramuan terlebih
dahulu mengalami proses pencampuran (mixing), sehingga membentuk suatu
persenyawaan/kompon karet (a rubber compound). Pencampuran dilakukan dengan

8
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
menggunakan alat pencampur penggulung-dua (two-roll mill), dimana pada alat
tersebut karet terlebih dahulu diubah menjadi bahan yang plastis (lembut) [17].
Proses pengubahan karet yang kenyal menjadi karet yang bersifat plastis
dinamakan mastikasi. Proses mastikasi bertujuan untuk memutuskan ikatan-ikatan
kimia pada polimer isoprena sehingga karet bersifat plastis dan memungkinkan
terjadinya pencampuran oleh bahan kimia tambahan lain. Proses pencampuran pada
karet mentah hingga membentuk kompon karet bertujuan untuk membentuk karet
setengah jadi, yang dapat diproses kembali untuk menjadi barang siap pakai [16].
Tahapan selanjutnya adalah penambahan bahan-bahan tertentu kedalam kompon
sehingga diperoleh sifat fisik produk akhir yang lebih baik, karakteristik
pemprosesan yang dibutuhkan untuk pembuatannya dan keekonomisan biaya
pembuatan produk [18].
Proses pembuatan formulasi/kompon karet alam, memiliki beberapa pilihan
bahan kimia tambahan untuk meningkatkan kualitas vulkanisat produk karet alam.
Bahan kimia tersebut memberikan sifat mekanik yang spesifik terhadap vulkanisat
produk karet yang akan dibentuk [16]. Bahan kimia karet dapat digolongkan atas
fungsinya, yaitu bahan kimia pokok, bahan kimia tambahan dan bahan penunjang.
Bahan kimia pokok adalah bahan kimia yang harus ada dalam setiap kompon karet
diantaranya karet mentah, bahan pemvulkanisasi, pencepat, penggiat, pengisi dan
pelunak. Bahan kimia tambahan adalah bahan yang hanya ditambahkan pada
pengolahan barang jadi karet atau ditambahkan untuk meningkatkan efisiensi
pengolahan kompon karet. Bahan penunjang berfungsi sebagai penunjang atau
penguat yang memberikan kekuatan pada suatu bagian barang jadi karet [17].
Selain karet yang merupakan bahan dasar, bahan-bahan kimia karet yang
digunakan untuk membuat kompon karet :
• bahan penyambung silang, seperti sulfur
• pengaktif pencepat (accelerator activator), seperti ZnO dan asam stearat.
• pencepat reaksi sambung silang (accelerator), seperti merkapto-benzotiazolil
disuldida (MBTS), N-Sikloheksil-2-benzol tiazolsulfenamida (CBS).
• penahan degradasi sifat-sifat karet (antidegradant), seperti N-isopropil-N´-
fenil-p-fenilin diamina (IPPD).

9
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Hasil akhir dari proses pencampuran adalah suatu kompon karet. Kompon
karet siap divulkanisasi dengan kisaran suhu 140-180 oC, selama waktu vulkanisasi
optimum. Penentuan waktu vulkanisasi yang optimum dilakukan dengan
menggunakan alat Rheometer atau Curemeter, yaitu dengan memasukkan sejumlah
tertentu sampel kompon karet tersebut ke dalam cakram ossilasi (oscilating disc) dari
rheometer. Selanjutnya sampel kompon karet tersebut dimatangkan/divulkanisasi
pada suhu setting 150 oC dan waktu setting 15 menit. Keluaran (output) dari
rheometer ini adalah berupa rheograf yang memuat informasi-informasi karakteristik
pematangan (cure characteristics) yang berguna bagi pemrosesan lanjut kompon
karet menjadi produk karet. Informasi yang dimaksud berupa data-data seperti, Tork
(torque) maksimum dan minimum, waktu skorj (scorch time), dan t90. T90 adalah
waktu yang diperlukan untuk mencapai 0,90 (Tork maksimum-Tork minimum), dan
t90 dirujuk sebagai waktu pematangan (vulkanisasi) yang optimum, yaitu waktu
pematangan atau derajad pematangan yang akan menghasilkan vulkanisat karet
dengan sifat-sifat karet yang optimum [10].

2.4 Penguatan Karet


Produk karet alam umumnya memiliki kekuatan mekanik yang rendah. Oleh
sebab itu, dalam pengolahannya perlu ditambahkan penguat seperti pengisi (filler)
baik berupa pengisi anorganik maupun pengisi organik [19]. Pengisi biasanya
digunakan untuk meningkatkan sifat-sifat mekanikal dari vulkanisat karet alam
seperti kekuatan tarik (tensile strength), ketahanan terhadap pengikisan dan
pengoyakan (resistances to abrasion and tearing) atau untuk memurahkan ongkos
suatu produk karet (cheapen the cost of product). Pengisi-pengisi juga
mempengaruhi sifat-sifat viskoelastis (viscoelastic properties) dan kekuatan kompon
karet. Berdasarkan efek penguatan terhadap sifat-sifat karet (rubber properties),
maka pengisi dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu penguat (reinforcing), semi
penguat dan bukan penguat (non reinforcing). Pengisi penguat (reinforcing pengisi)
digunakan untuk meningkatkan sifat-sifat mekanikal vulkanisat karet alam seperti
yang telah dijelaskan diatas [17].
Karbon hitam (carbon black) dan silika adalah pengisi penguat yang paling
banyak digunakan untuk karet. Pengisi bukan penguat digunakan untuk memurahkan

10
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
ongkos produksi dan memudahkan proses pembuatannya. Selain itu juga berguna
untuk meningkatkan kekerasan, menurunkan kekuatan tarik dan kekuatan koyak,
ketahanan abrasi dan juga kekenyalan. Clay, kalsium karbonat, barium sulfat dll
dikelompokkan sebagai pengisi bukan penguat untuk karet [4].
Kemampuan pengisi untuk memperbaiki sifat vulkanisat dipengaruhi oleh
sifat alami pengisi, tipe elastomer dan jumlah pengisi yang digunakan. Komposisi
kimia dari pengisi menentukan kemampuan kerja dari pengisi. Bahan yang baik
untuk memperbaiki sifat karet tertentu, belum tentu bekerja sama baiknya untuk jenis
karet lain. Peningkatan jumlah pengisi menyebabkan perbaikan sifat vulkanisat [20].

2.5 Silika sebagai Pengisi


Silika merupakan senyawa logam oksida yang banyak terdapat di alam,
namun keberadaannya di alam tidak dalam kondisi bebas melainkan terikat dengan
senyawa lain baik secara fisik maupun secara kimia. Silika merupakan senyawa
amorphous yang mengandung silikon dan oksigen yang tersusun dalam struktur
tetrahedral. Ukuran partikel silika bervariai antara 1 sampai 30 nm dengan luas
permukaan dari 20 sampai 300 m2/g [14]. Penggunaan silika banyak dalam industri-
industri, dikarenakan sifat dan morfologinya yang unik, diantaranya: luas permukaan
dan volume porinya yang besar, dan kemampuan untuk menyerap berbagai zat
seperti air, oli dan bahan radioaktif. Pada umumnya silika bisa bersifat hidrofobik
ataupun hidrofilik sesuai dengan struktur dan morfologinya.
Selain itu silika juga bersifat non konduktor, memiliki ketahanan terhadap
oksidasi dan degradasi termal yang baik, jika dipadukan dengan karet alam, maka
akan membentuk komposit karet alam-silika yang akan menunjukkan
kemampuannya untuk memperbaiki kinerja sebuah komposit baik sifat mekanik,
optik, listrik maupun ketahanannya terhadap korosi jika dibandingkan dengan
komposit berpenguat lainnya. Kinerja yang lebih baik tersebut terbentuk disebabkan
adanya ikatan interfasa antara SiO2 dengan karet alam [21].
Dibandingkan dengan karbon hitam (carbon black), pengisi penguat dari
silika memiliki permukaan yang sangat mudah menyerap air. Kehadiran gugus-gugus
silanol, menyebabkan permukaan silika menjadi berkutup (polar) dan bersifat asam
sehingga mempengaruhi reaksi vulkanisasi/pematangan. Gugus silanol ini relatif

11
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
tidak kompatibel (incompatible) dengan karet alam, sehingga interaksi antara karet
dengan pengisi menjadi lemah [3]. Dibawah ini merupakan gambar struktur molekul
dari silika.

Gambar 2.3 Struktur molekul silika


[22]

Partikel-partikel silika cenderung untuk berinteraksi sesamanya, dan


membentuk partikel dengan ukuran yang lebih besar. Selama interaksi silika – karet
alam adalah lebih lemah dari interaksi silika – silika, maka yang akan terjadi adalah
pembentukan silika yang besar, penyebaran (dispersi) partikel silika di dalam phasa
karet yang tidak merata [7]. Disebabkan oleh sifat kimia permukaan yang lebih
berkutub dan berhidrat, maka silika merupakan pengisi alternatif yang kurang
memuaskan.
Peningkatan daya interaksi antara karet dengan pengisi penguat dipengaruhi
oleh faktor-faktor tertentu seperti jenis dan ukuran partikel pengisi penguat, sifat-
sifat kimia dan fisika dari karet dan pengisi penguat, dan sifat geometri (porositas
dan struktur) dari pengisi penguat [7]. Pengisi silika tidak seperti karbon hitam yang
memiliki bentuk dasar partikel yang kecil sedangkan struktur silika tidak permanen.
Ikatan hidrogen antara partikel akan membentuk klaster atau agregat dan agregat ini
dapat membentuk ikatan yang lebih besar lagi membentuk aglomerat yang akan
mengganggu selama proses pengkomponan dan menurunkan derajat penguatan [18].
Derajat penguatan oleh pengisi ditentukan oleh kandungan dan bentuk dari pengisi.
Ketika pengisi yang digunakan dalam jumlah banyak, interaksi antara sesama pengisi
menjadi faktor yang penting untuk dipertimbangkan [23].
Penambahan silika sintesis ke dalam beberapa polimer menghasilkan
perubahan pada sifat fisis dan rheological, yang dipengaruhi oleh ukuran partikel dan

12
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
densitas gugus silanol pada permukaannya. Pengolahan karet dengan pengisi silika
diperlukan suhu lebih tinggi untuk mengurangi uap air karena silika bersifat
higroskopis [14]. Namun demikian penggunaan silika memberi keuntungan yaitu
dapat menghasilkan produk yang transparan atau menghasilkan kombinasi warna
dengan penguatan yang tinggi. Silika juga meningkatkan kekuatan koyak dan
kekuatan tarik yang sangat penting dalam pembuatan ban truk [18].

2.6 Pemlastis
Pemlastis merupakan bahan additive yang luas digunakan dalam industri
karet dan plastik. Penggunaan bahan pemlastis dalam pembuatan barang jadi karet
dan plastik digunakan untuk meningkatkan fleksibilitas polimer dan pendispersian
bahan pengisi di dalam matrik. Terdapat beberapa jenis bahan pemlastis yang
digunakan dalam pembuatan produk karet dan plastik antara lain adalah: bahan
pemlastis golongan parafinik, aromatik, naftenik, ftalat, dll. [24]. Secara umum
pemlastis diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
1. Pemlastis eksternal
Pemlastis eksternal tidak membentuk bagian struktur polimer. Disebut juga
sebagai pemlastis sederhana, dan pada saat pemrosesan, pemlastis eksternal
berikatan secara kimia dengan polimer.
2. Pemlastis internal
Pemlastis internal dapat memodifikasi struktur polimer sehingga dapat
mengurangi suhu glass transision (Tg) polimer [25].
Fungsi utama dari pemlastis dalam kompon karet adalah untuk menurunkan
pemanasan akibat gesekan bahan-bahan selama pemprosesan. Pemlastis juga
memungkinkan penggabungan beberapa pengisi dan memungkinkan pemrosesan
pada temperatur yang lebih rendah dan energi yang lebih sedikit. Pemlastis pada
karet kompon dapat menurunkan modulus dan kekerasan, meningkatkan
pemanjangan, dan dalam beberapa kasus, meningkatkan kemampuan bahan pada
temperatur rendah. Pemlastis juga dapat meningkatkan laju extrusi dan pencetakan
dengan membuat kompon yang tidak matang menjadi kurang elastis dan menurunkan
viskositas dan friksi. Pada penggunaan yang sedikit, pemlastis membantu penyebaran
pengisi. Sedangkan pada penggunaan dalam jumlah banyak, dapat menurunkan

13
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
viskositas kompon karet yang tidak matang, menurunkan biaya pengkomponan dan
menurunkan kerapuhan vulkanisatnya [18]. Penggunaan pemlastis akan
mempengaruhi sifat produk akhir karet vulkanisat.
Terdapat dua teori yang dapat menjelaskan fenomena kombinasi pemlastis
dengan bahan polimer, diantaranya adalah:
• Teori pelumas (lubricity)
Menurut teori pelumas resisten polimer terhadap perubahan bentuk
disebabkan oleh gesekan intermolekul pada molekul-molekul polimer dan
pemlastis bekerja sebagai pelumas yang membantu pemindahan matrik secara
makro pada tiap-tiap molekul sehingga menurunkan resisten internal terhadap
deformasi. Singkatnya penambahan pemlastis kedalam kompon karet
melunakkan kompon tersebut.
• Teori gel.
Menurut teori gel, kekakuan pada massa matrik (dalam hal ini karet) yang
tidak terukur disebabkan karena struktur internal seperti sarang madu tiga
dimensi atau terbentuk gel karena terdapat ruang kosong antara
makromolekul penyusun matriks. Pemlastis secara esensial bertindak sebagai
pelarut. Untuk menghasilkan pemlastis yang efektif haruslah memiliki
kelarutan yang dekat dengan polimer, sehingga kedua bahan tersebut akan
memiliki keserasian yang baik [25].

2.7 Lauril Alkohol Turunan Minyak Inti Sawit (PKO)


Salah satu dari beberapa tanaman golongan palma yang dapat menghasilkan
minyak adalah kelapa sawit. Buah sawit memiliki daging dan inti sawit (kernel),
dimana daging sawit dapat diolah menjadi crude palm oil (CPO) sedangkan inti
sawit diolah menjadi palm kernel oil (PKO). CPO mengandung asam lemak jenuh
dan asam lemak tidak jenuh dengan persentase yang hampir sama. Sedangkan PKO
mempunyai kandungan asam lemak tidak jenuh sekitar 21% dan asam lemak jenuh
sekitar 79%. Pada Tabel 2.1 disajikan komposisi asam lemak CPO dan PKO [26].

14
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Komposisi asam lemak pada CPO dan PKO [26]
Asam Lemak CPO (%) PKO (%)
Asam Lemak Jenuh:
Kaproat 3-7
Kaprilat 3-5
Laurat <1,2 40-52
Miristat 0,5-5,9 14-18
Palmitat 32-59 7-9
Stearat 1,5-8 1-3
Arakhidat, dll <1,0 0,1-1
Asam Lemak Tak Jenuh:
Oleat 27-52 11-19
Palmitoleat <0,6 0,1-1
Linoleat 5,0-14 0,5-2
Linolenat <1,5

CPO dan PKO dapat menghasilkan banyak sekali produk turunan,


diantaranya berupa fatty acid yang dapat diolah lebih lanjut menjadi fatty alcohol.
Fatty alcohol turunan dari PKO memiliki banyak kelebihan, selain mudah didapat,
murah, penggunaannya juga menghasilkan produk yang tidak beracun dan mudah
terbiodegradasi [27]. Alkohol rantai lurus yang mengandung 6 atau lebih atom
karbon, dan 1 gugus OH pada rantai utamanya disebut fatty alcohol. Senyawa ini
sering disebut sebagai alkohol tingkat tinggi. Fatty alcohol dengan 6 hingga 12 atom
pada rantai utamanya tidak berwarna dan bersifat oily liquid (cairan menyerupai
minyak) [28].
Fatty alcohol dan turunannya digunakan sebanyak 70% sebagai zat aktif pada
permukaan selain itu sebagai bahan aditif berupa pemlastis eksternal pada polimer,
bahan mentah untuk berbagai produk rumah tangga, bahan aditif pada minyak,
kosmetik dan berbagai penggunaan khusus lainnya. Sifat amphipilik dari fatty
alcohol yang diperoleh dari kombinasi nonpolar, rantai karbon lipopilik yang polar,
gugus hydroxil hydrophilik sehingga fatty alcohol menjadi bahan pengaktif
permukaan yang baik [29]. Contoh senyawa fatty acohol adalah lauril alkohol
(C12H26O), myristyl alcohol (C14H30O) dan lain-lain.
Lauril alkohol, CH3(CH2)10CH2OH memiliki struktur molekul yang unik,
sebagiannya bersifat non-polar, sementara sebagian lainnya bersifat polar.

15
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Adapun sifat fisika dan kimia lauril alkohol adalah sebagai berikut:
• Wujud : cair
• Warna : tidak berwarna
• Bau : manis, tajam
• Tekanan uap : 0,014 mmHg @ 38oC
• Titik didih : 254-259oC
• Titik lebur : 23oC
• Densitas : 0,830 g/cm3 @15oC [30]
Diharapkan dengan ditambahkannya bahan-bahan tersebut ke dalam kompon-
kompon karet alam terisi silika, maka silika menjadi berkurang kepolarannya,
sedangkan karet alam menjadi sedikit lebih polar. Pergeseran kepolaran dari karet
alam ini dan juga pengisi silika, dapat membuat mereka menjadi lebih serasi (more
compatible). Silika dapat terdispersi lebih merata di dalam molekul karet alam,
sehingga berakibat kepada peningkatan effisiensi penguatan dari silika terhadap karet
alam tersebut. Struktur molekul fatty alcohol yang memiliki bagian polar dan non
polar diilustrasikan pada gambar berikut:

Gambar 2.4 Struktur molekul fatty alcohol

2.8 Pengujian Sifat Fisika Vulkanisat Karet


Pengujian sifat fisika dilakukan untuk mengetahui sifat vulkanisat karet yang
dihasilkan cocok digunakan menjadi barang jadi karet yang membutuhkan
persyaratan tertentu. Adapun sifat fisika karet tersebut antara lain:

16
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
2.8.1 Fourier Transform Infra-Red (FTIR)
FTIR (Fourier Transform Infrared) merupakan spektroskopi inframerah yang
dilengkapi dengan transformasi Fourier untuk mendeteksi dan menganalisis hasil
spektrumnya. Spektroskopi FTIR merupakan instrumen yang dapat membantu
menganalisis gugus fungsional dari suatu material, dimana masing-masing gugus
fungsi memiliki karakteristik bilangan gelombang tersendiri. Pada saat energi radiasi
inframerah ditembakkan pada suatu sampel, maka molekul tersebut akan menyerap
energi tersebut sesuai dengan frekwensi vibrasinya. Hal inilah membedakan molekul
atau gugus fungsional satu dengan yang lain memiliki bilangan gelombang atau
gugus fungsionalyang berbeda [31].
Pada temperatur diatas nol mutlak, atom-atom yang menyusun molekul
bergetar terus menerus dan tidak saling bersinggungan. Ketika frekwensi dari suatu
getaran sama dengan frekwensi dari radiasi infra merah yang berfokus pada suatu
molekul, maka molekul tersebut akan mengabsorb radiasinya. Spektrum yang
dihasilkan mewakili absorpsi dan transmisi, menciptakan sidik jari molekular dari
sampel. Seperti sidik jari, tidak ada dua struktur molekul yang unik menghasilkan
spektrum infra merah yang sama [32].
Inti spektroskopi FTIR adalah interferometer Michelson yaitu alat untuk
menganalisis frekuensi dalam sinyal gabungan. Spektrum inframerah tersebut
dihasilkan dari pentrasmisian cahaya yang melewati sampel, pengukuran intensitas
cahaya dengan detektor dan dibandingkan dengan intensitas tanpa sampel sebagai
fungsi panjang gelombang. Spektrum inframerah yang diperoleh kemudian diplot
sebagai intensitas fungsi energi, panjang gelombang (mm) atau bilangan gelombang
(cm-1). Analisis gugus fungsi suatu sampel dilakukan dengan membandingkan pita
absorbsi yang terbentuk pada spektrum infra merah menggunakan tabel korelasi dan
menggunakan spektrum senyawa pembanding (yang sudah diketahui) [33].

2.8.2 Ciri-Ciri Pematangan Kompon Karet Alam


Ciri-ciri pematangan dari kompon karet merupakan hal yang penting didalam
memprediksikan pemrosesan kompon karet tersebut. Waktu skorj (scorh time) adalah
waktu yang diperlukan untuk mencapai suhu tertentu (set temperature) pada kompon
karet mulai tersambung silang (proses vulkanisasi). Ketika titik skorj kompon karet

17
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
tercapai setelah diberi pemanasan selama pemrosesan, maka kompon karet tersebut
tidak dapat lagi di proses melalui penggilingan, pencetakan, dll. Oleh karena itu
pengukuran waktu skorj sangat penting utuk menentukan apakah kompon tersebut
berhasil diproses di pabrik.
Laju pematangan dan waktu pematangan merupakan karekteristik yang sama
pentingnya. Laju pematangan merupakan ukuran seberapa cepat suatu kompon
meningkatkan modulus (membentuk kerapatan sambung silang) selama pematangan
pada suhu tertentu. Waktu pematangan mengindikasikan seberapa lama waktu yang
diperlukan untuk mencapai temperatur sebelum kompon mencapai kondisi matang.
Parameter ini membantu menentukan berapa lama waktu yang diperlukan karet yang
tidak matang untuk di cetak, di press dll.
Jika waktu tinggal terlalu singkat, maka akan menghasilkan sifat fisik karet
matang yang buruk. Jika waktu tinggal terlalu lama, beberapa bagian dari karet yang
sudah matang akan mengalami penurunan sifat fisik dan/atau penurunan dalam
produksi [34].

2.8.3 Uji Persentase Pembengkakan (Swelling Percentage)


Uji persentase pembengkakan (swelling percentage) dilakukan untuk
mengetahui persentase penambahan berat sampel uji setelah direndam dalam waktu
tertentu pada larutan toluena. dipengaruhi oleh kerapatan sambung silang. Persentase
pembengkakan akan semakin menurun seiring deengan meningkatnya kerapatan
sambung silang [37]. Dalam proses sambung silang terbentuk gugus polar pada
cabang-cabang karet dan berdampak meningkatkan ketahanan terhadap
pembengkakan. Ikatan sambung silang tersebut menghambat daya mulur rantai karet
yang diinduksi oleh pembengkakan, akibatnya difusi pelarut ke dalam celah (gap)
diantara molekul karet menjadi sulit, sehingga menurunkan persentase
pembengkakan dan mencegah terjadinya pemutusan rantai. Pembengkakan dapat
dikurangi dengan meningkatkan jaringan molekul karet, rendahnya nilai
pembengkakan menunjukkan derajat polimerisasi makin tinggi [38].
Proses pembengkakan dalam vulkanisat karet merupakan proses difusi.
Sejumlah pelarut terdifusi dalam karet sampai mencapai kesetimbangan. Derajat
pembengkakan dinyatakan dalam jumlah cairan (liquid) yang diserap oleh polimer.

18
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Pembengkakan terjadi karena ekspansi polimer dan tersedianya free volume yang
lebih banyak untuk memfasilitasi perpindahan massa pelarut [38].
Persentase pembengkakan karet alam di dalam toluena dinyatakan dengan:
S= x 100% (2.4)

Keterangan :
S = Persentase pembengkakan (%)
M∞ = Massa pelarut yang terserap pada saat kesetimbangan
M0 = Massa contoh awal [39]

2.8.4 Uji Derajat Dispersi Silika Dalam Vulkanisat Karet Alam


Derajat dispersi silika dalam vulkanisat karet alam dinyatakan sebagai
berikut:
L= ηr - mr (2.5)
Keterangan:
L = derajat dispersi
ηr = [MLf/MLg]
mr = [MHf/MHg]
MLg = Tork minimum vulkanisat karet alam
MHg = Tork maksimum vulkanisat karet alam
MLf = Tork minimum vulkanisat karet alam terisi silika
MHf = Tork maksimum vulkanisat karet alam terisi silika
Untuk formulasi kompon karet alam tidak berpengisi, nilai MLg adalah 0,04,
dan MHg adalah 4,81 [40].

2.8.5 Uji Kekuatan Tarik


Sifat-sifat uji tarik dilakukan dengan melakukan standarisasi ASTM D 412-
92 Test method A yaitu dengan menggunakan Tensometer Monsanto (Model T10)
yang beroperasi dengan kecepatan 50 cm/min. Sifat-sifat uji tarik dilakukan dengan
melakukan pembacaan kekuatan tarik (Tensile Strength) dan presentasi pemanjangan
pada saat putus (% elongation at break) yang terekam dalam display dari Tensometer

19
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
T10 pada akhir pada setiap pengujian [7]. Kekuatan tarik dan perpanjangan putus
menggambarkan elastisitas vulkanisat karet.
Kekuatan tarik adalah gaya yang dibutuhkan untuk menarik contoh uji hingga
putus. Nilai kekuatan tarik dihitung berdasarkan persamaan berikut:
⁄ (2.1)
Keterangan :
Kb = Kekuatan tarik (kg.f/cm2)
Fb = Gaya maksimum (kg.f)
A = Luas contoh uji (cm2) [35]
Perpanjangan putus merupakan penambahan panjang suatu potongan uji bila
diregangkan sampai putus, dinyatakan dengan % dari panjang potongan uji sebelum
diregangkan. Pengujian perpanjangan putus (elongation at break) bertujuan untuk
mengetahui sifat-sifat tegangan dan regangan dari karet vulkanisat dan termoplastik
dan termasuk penentuan yield point melalui kekuatan dan pertambahan panjang
vulkanisat karet ketika mengalami penarikan sampai perpanjangan tertentu dan
sampai putus [36]. Nilai perpanjangan putus dihitung berdasarkan persamaan
berikut:

(2.2)

Keterangan :
PP = Perpanjangan putus (%)
L0 = Panjang contoh uji mula-mula (cm)
L = Panjang contoh uji saat putus (cm) [35]
Perbaikan yang dramatis pada kekuatan tarik juga mengakibatkan perbaikan
modulus tarik pada pemanjangan yang berbeda-beda. Modulus merupakan
perbandingan antara nilai kekuatan tarik dengan perpanjangan putusnya. Modulus
didefenisikan sebagai gaya yang dibutuhkan pada perpanjangan tertentu persatuan
luas contoh uji yang ditentukan. Sehingga dengan meningkatnya nilai kekuatan tarik
menyebabkan peningkatan juga pada nilai modulusnya [21]. Nilai modulus dapat
ditentukan menggunakan persamaan berikut:
(2.3)

20
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Keterangan:
Mn = Modulus tarik (kg.f/cm2)
Fn = Gaya (kg.f) pada perpanjangan n%
A = Luas contoh uji (cm2) [35]

2.8.6 Uji Ketahanan Kikis (Abrasion Resistance)


Sifat abrasi merupakan kemampuan molekul polimer karet mempertahankan
formasi rantai polimernya terhadap gaya gesek, sehingga semakin baik sifat
abrasinya semakin sedikit vulkanisat karet yang dapat terkikis. Kemampuan rantai
polimer dalam mengatasi gaya gesek ini sangat dipengaruhi oleh interaksi yang baik
antara rantai polimer dengan rantai polimer maupun rantai polimer dengan
permukaan pengisi.
Vulkanisat karet yang telah mengalami proses vulkanisasi memiliki kelebihan
sifat abrasi dibandingkan kompon karet yang belum mengalami proses vulkanisasi.
Hal ini disebabkan oleh adanya ikatan silang yang terbentuk setelah proses
vulkaniasi terjadi. Selain ikatan silang, abrasi vulkanisat karet alam juga dipengaruhi
oleh adanya interaksi antara rantai polimer dengan permukaan pengisi melalui
interaksi Van der Waals. Distribusi ukuran agregat merupakan salah satu yang
mempengaruhi sifat abrasi dari segi kapasitas pengisi yang dapat berinteraksi dengan
rantai polimer dalam satuan volume matrik polimer [16].

2.8.7 Scanning Electron Microscopy (SEM)


Scanning electron microscopy (SEM) adalah sejenis mikroskop yang
menggunakan elektron sebagai pengganti cahaya untuk merekam gambar atau
permukaan suatu material atau spesimen pada suatu titik untuk memperoleh
topograpi/morfologi dengan resolusi yang lebih baik dan lebih fokus dibandingkan
dengan mikroskop optik. Dalam penelitian morfologi permukaan SEM terbatas
pemakaiannya, tetapi memberikan informasi yang bermanfaat mengenai topologi
permukaan dengan resolusi sekitar 100 Å [41].
Aplikasinya adalah pada ilmu material berupa polimer dan karet, umumnya
tujuan penggunaan SEM adalah untuk memvisualisasikan fasa morfologi, permukaan
dan topografi persilangan, urutan permukaan molekular dan penjelasan mekanisme

21
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
kegagalan. Pada kasus karet vulkanisat, pengujian spesimen biasanya tentang
kekuatan koyak, kelenturan, kelelahan, abrasi atau kekuatan tarik untuk
mengevaluasi sifat mekanik dan untuk finalisasi spesifikasi pengkomponan untuk
keperluan standar kualitas. Permukaan patahan dari spesimen yang diuji
memberikan karakteristik ciri topografi yang terekam sebagai gambar pada SEM dan
selanjutnya berkorelasi dengan sifat kekuatan yang bersesuaian [42].
Komponen utama alat SEM ini yang pertama adalah tiga pasang lensa-lensa
elektromagnetik yang berfungsi memfokuskan berkas elektron menjadi sebuah titik
kecil, lalu oleh dua pasang scan coil dipindai dengan frekwensi variabel pada
permukaan sampel. Semakin kecil berkas difokuskan semakin besar resolusi lateral
yang dicapai. Kesalahan fisika pada lensa-lensa elektromagnetik berupa
astigmatismus dikoreksi oleh perangkat stigmator. Yang kedua adalah sumber
elektron, biasanya berupa filamen dari bahan kawat tungsten atau berupa jarum dari
paduan lantatnum Hexaboride (LaB6) atau Cerium Hexaboride (CeB6), yang dapat
menyediakan berkas elektron yang teoritis memiliki energi tunggal (monokromatik).
Ketiga adalah imaging detector, yang berfungsi mengubah sinyal elektron menjadi
gambar [43].

22
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian


Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Industri Karet Deli Medan.

3.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1
di bawah ini,
Tabel 3.1 Daftar bahan yang digunakan dan fungsinya
NAMA BAHAN FUNGSI SUPPLIER
Karet alam Bahan dasar PTPN VII
Bandar Lampung
ZnO Accelerator activator PT. Intancitra Logamindo
Medan
Asam stearat Accelerator coactivator PT. Socimas
Medan
MBTS* Accelerator Shandong Sunshine Chemical co.ltd
China
IPPD** Antioxidant Jiangsu Sinorgchem co.ltd
China
Sulfur Crosslinker Miwon Commercial co.ltd
Korea Selatan
Lauril alkohol Bahan additif baru PT. Ecogreen
Batam
Silika Bahan pengisi PT. JJ Degussa Hulls
Jakarta
*(Benzothiazolil disulfida)
**(N-Isopropil-N’phenil-p-phenilena diamina)

3.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan sebagai berikut:
1. Timbangan digital
2. Two-roll mill
3. Rheometer
4. Compression moulding
5. Alat uji kekuatan tarik
6. Alat uji ketahanan abrasi

23
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
7. Alat uji swelling percentage
8. FTIR (Fourier Transform Infra Red)
9. SEM (Scanning electron Microscope)

3.4 Tahapan Penelitian


3.4.1 Penyediaan Senyawa/Kompon Karet Alam
Kompon karet dihasilkan dari pencampuran karet alam dengan bahan-bahan
lainnya. Berikut proses penyediaan kompon karet alam adalah sebagai berikut:
1. Karet alam digiling dengan two roll mill.
2. Bahan lain berupa stearic acid, zinc oxide, MBTS, IPPD, silika, Lauril
Alkohol dan sulfur dicampurkan sampai mencapai keadaan homogen pada
suhu 65-75oC selama ± 25 menit untuk satu siklus pencampuran dengan
menggunakan two roll mill.
3. Sampel senyawa karet tersebut disimpan di dalam suatu freezer selama ± 24
jam pada suhu 21-25oC.
Dibawah ini merupakan gambar flowchart penyediaan senyawa/kompon
karet alam.

Mulai

Karet alam dan bahan-bahan lain dicampur


dengan two-roll-mill T=65-75oC, t= ±25 menit

Disimpan dalam freezer


T=21-25oC, t= 24 jam

Selesai

Gambar 3.1 Flowchart penyediaan senyawa/kompon karet

24
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
3.4.2 Karakterisasi Kompon Karet dengan Rheometer
Monsanto Oscillating – Disk Rheometer menghasilkan catatan perubahan
dinamik modulus terhadap waktu selama proses vulkanisasi suatu campuran.
Sehingga Monsanto rheometer dapat digunakan untuk mengukur viskositas kompon,
keamanan proses, laju pematangan, waktu pematangan, modulus maksimum, dan
kecenderungan vulkanisat terhadap perubahan. Dengan menggunakan suhu
vulkanisasi 175-200oC akan diperoleh data berupa kurva pematangan dalam
hitungan menit pada rheometer. Grafik yang bervariasi tersedia untuk
menggambarkan berbagai sistem pematangan. Gambar dibawah ini menunjukkan
kurva pematangan serta indikasi parameter yang diperlukan untuk kontrol kualitas.

Gambar 3.2 Contoh kurva pematangan


[44]

(a) Tork minimum : viskositas campuran yang tidak matang


(b) Waktu skroj : waktu untuk mengatur kenaikan torsi di atas nilai minimum
(c) Waktu pematangan : waktu untuk memperoleh modulus maksimum atau
penetapan persentase dari suatu nilai, T90%
(d) Modulus akhir : pengukuran tork maksimum
(e) Kecenderungan perubahan [44].

3.4.3 Prosedur Pengujian Kekuatan Tarik


1. Senyawa-senyawa karet alam dicetak dengan menekannya menjadi lembaran-
lembaran specimen pada suhu 150oC selama waktu pematangan yang telah
ditentukan oleh alat Monsanto Oscillating – Disk Rheometer.

25
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
2. Sampel dengan model dumblle diperoleh dengan memotong vulkanisat karet
dengan ukuran ketebalan 2 mm dengan pisau pemotong yang juga berbentuk
dumblle panjang dan lebar sampel 31 – 35 mm dan 6,2 – 6,4 mm. Sampel ini
diuji sifat uji tariknya.
3. Prosedur sifat uji tarik dilakukan dengan melakukan standarisasi ASTM D
412-92 Test method A yaitu dengan menggunakan Tensometer Monsanto
(Model T10) yang beroperasi dengan kecepatan 50 cm/min. Sifat-sifat uji
tarik dilakukan dengan melakukan pembacaan kekuatan tarik (Tensile
Strength) dan presentasi pemanjangan pada saat putus (% elongation at
break) yang terekam dalam display dari Tensometer T10 pada akhir pada
setiap pengujian.
Gambar dibawah ini merupakan flowchart prosedur uji tarik vulkanisat karet.

Mulai

Senyawa Karet Alam

Dicetak menjadi lembaran vulkanisat karet

Dipotong membentuk dumblle


2 mm x 35 mm x 6,4 mm

Diuji sifat tariknya dengan Tensometer Monsanto

Selesai

Gambar 3.3 Flowchart uji tarik sampel

3.4.4 Pengujian Ketahanan kikis (Abrasion resistance)


Pengujian ketahanan kikis mengikuti ASTM D 394. Pengukuran dilakukan
manual.

26
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
3.4.5 Pengujian persentase pembengkakan (Swelling percentage)
Pengukuran persentase pembengkakan dilakukan dengan merendam sampel
vulkanisat karet di dalam toluena (ASTM D471-12a). Prosedur pengujian persentase
pembengkakan vulkanisat karet adalah sebagai berikut:
1. Sampel (30 mmx 5mm x 2 mm) ditimbang pada timbangan elektrik
2. Sampel direndam dalam toluena selama 72 jam pada suhu kamar
3. Sampel bengkak diambil, dibersihkan dari toluena, lalu ditimbang
4. Selanjutnya sampel dikeringkan di oven bersuhu 80 oC sampai beratnya
konstan.
Di bawah ini merupakan gambar flowchart pengujian persentase
pembengkakan vulkanisat karet alam.

Mulai

Sampel (30mm x 5mm x 2mm) ditimbang pada


timbangan elektrik

Sampel direndam didalam Toluen


selama 72 jam pada suhu kamar
.

Sampel bengkak diambil, dibersihkan


dari toluena, lalu ditimbang

Dikeringkan di oven bersuhu 80 oC lalu


ditimbang

Selesai

Gambar 3.4 Flowchart pengujian persentase pembengkakan sampel

27
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
3.4.6 Karakterisasi Sampel dengan FTIR
Karakterisasi gugus fungsional pada sampel, dilakukan dengan alat
instrumentasi kimia berupa FTIR (Fourier Transform Infra Red) yang berada di
laboratorium Farmasi, Fakultas Farmasi, USU.

3.4.7 Morfologi Sampel dengan SEM


Morfologi vulkanisat karet alam terisi silika sebelum dan sesudah
penambahan lauril alkohol dilakukan dengan alat instrumentasi fisik berupa SEM
(Scanning Electron microscopy) jenis Phenom PRO X dari DyneTech.

28
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Uji Fourier Transform Infrared (FTIR) Lauril Alkohol


Karakterisasi Fourier Transform Infra Red (FTIR) dilakukan dengan
menggunakan spektroskopi infra merah yang dilengkapi dengan transformasi Fourier
untuk mendeteksi dan menganalisis gugus fungsi yang ada pada lauril alkohol.
Karakteristik FTIR dan daerah absorbansi gugus fungsi dari lauril alkohol dapat
dilihat pada Gambar 4.1 dan Tabel 4.1 di bawah ini:

1123
Transmisi (%)

3320

2920
1055
2851
2920

Bilangan gelombang (cm-1)

Gambar 4.1 Karakteristik FTIR lauril alkohol


Tabel 4.1 Daerah absorbansi gugus fungsi dari lauril alkohol
Frekuensi Bilangan
Lauril Alkohol
Jenis Ikatan Gelombang
(cm-1)
(cm-1)
Gugus O−H Stretching 3200-3550 3320
Gugus C−H Stretching 2840-3000 2920
Gugus CH3 Symetric 2872 2851
Gugus C−C Stretching 800-1200 1123
Gugus C−O 1000-1260 1055
Gugus CH2 Bending 720 720

Dari Gambar 4.1 dapat dilihat karakteristik FTIR yang menunjukkan


beberapa serapan (peak) kunci yang dapat mengindikasikan suatu gugus sebagai ciri
khusus dari suatu senyawa. Masing-masing gugus fungsi penyusun suatu senyawa

29
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
memiliki karakteristik bilangan gelombang tersendiri sesuai dengan frekwensi
vibrasinya.
Pada sampel lauril alkohol terdapat beberapa puncak serapan yang muncul
yaitu 3320, 2920, 2851, 1123, 1055 dan 720 cm-1. Puncak serapan pada bilangan
gelombang 3320 cm-1 yang terdapat pada sampel lauril alkohol mengindikasikan
keberadaan dari gugus O−H (merujuk pada O−H stretching). Puncak serapan pada
bilangan gelombang 2920 cm-1 terdapat pada sampel lauril alkohol yang
mengindikasikan keberadaan gugus C−H (merujuk pada C−H stretching). Puncak
serapan pada bilangan gelombang 2851, 1123, 1055 dan 720 cm-1 terdapat pada
sampel lauril alkohol secara berurutan mengindikasikan keberadaan gugus CH3
(merujuk pada CH3 symetric), gugus C−C (merujuk pada C−C stretching), gugus
C−O dan gugus CH3 (merujuk pada C H3 bending) [45].
Dari serapan bilangan gelombang tersebut dengan jelas menunjukkan adanya
bilangan gelombang dari gugus-gugus fungsional molekul lauril alkohol. Lauril
alkohol merupakan alkohol rantai lurus dengan 6 atom karbon dan 1 gugus OH pada
rantai utamanya. Sehingga dapat dipastikan bahan tersebut adalah lauril alkohol
dengan rumus molekul seperti pada gambar berikut:

CH3 (CH3)10 CH2 OH

Gambar 4.2 Rumus molekul lauril alkohol

4.2 Pengaruh Kadar Lauril Alkohol Terhadap Ciri-Ciri Pematangan


Kompon Karet Alam Terisi Silika
Ciri-ciri pematangan kompon karet merupakan hal yang penting dalam
memprediksikan pemrosesan kompon tersebut. Ciri-ciri pematangan kompon karet
ditunjukkan oleh waktu skorj (ts2) dan waktu pematangan optimum (t90). Waktu
skorj adalah waktu yang diperlukan untuk mencapai suhu tertentu pada kompon karet
mulai tersambung silang sedangkan waktu pematangan optimum adalah waktu yang
diperlukan untuk mematangkan 90% dari total kompon tersebut. Pengaruh
penambahan lauril alkohol terhadap ciri-ciri pematangan dari kompon karet alam
terisi silika dapat dilihat pada Gambar 4.3 dan Tabel 4.2 berikut.

30
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Waktu skorj
2,00
Waktu pematangan optimum
1,65 1,64 1,62
1,57
Waktu (menit) 1,5

1,00
0,79 0,81
0,72 0,73 0,74

0,00
0,0 1,0 2,0 3,0 4,0
Komposisi lauril alkohol (bsk)

Gambar 4.3 Pengaruh kadar lauril alkohol terhadap ciri-ciri pematangan kompon
karet alam terisi silika

Dari Gambar 4.3 diatas dapat diamati bahwa penambahan lauril alkohol
sebanyak 1,0 bagian per-seratus bagian karet alam (bsk) meningkatkan waktu skorj
(ts2) pada kompon karet alam terisi silika dari 0,72 menit menjadi 0,73 menit dan
terus meningkat dengan penambahan lebih lanjut hingga 4,0 bsk dengan waktu skorj
menjadi 0,81 menit. Hal ini disebabkan oleh penambahan lauril alkohol menurunkan
rasio massa belerang terhadap komponen penyusun kompon karet alam lainnya.
Rasio antara bahan pencepat dengan belerang sebagai bahan pembentuk ikatan silang
sangat berpengaruh terhadap sistem vulkanisasi dan ikatan silang yang terbentuk.
Pada proses vulkanisasi kompon karet alam membutuhkan lebih banyak belerang.
Lauril alkohol memberikan karakteristik vulkanisasi yang spesifik karena memiliki
sifat aktif diperlambat (delayed action), yaitu sifat dimana kompon karet mula-mula
lambat matang kemudian dengan cepat mencapai matang optimum [46]. Selain itu
lauril alkohol juga berfungsi sebagai bahan pemlastis yang bertindak sebagai
pelumas yang memfasilitasi pergerakan makromolekul karet alam dan menurunkan
resisten internal terhadap deformasi [25]. Keberadaan lauril alkohol dalam kompon
karet menyebabkan peningkatan pergerakan molekul karet. Pergerakan ini dapat
dianggap sebagai perlambatan waktu skorj. Lauril alkohol yang lebih banyak

31
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
memerlukan waktu yang lebih panjang untuk pergerakan molekul karet alam,
sehingga waktu skorj juga menjadi lebih panjang.
Penambahan lauril alkohol sebanyak 1,0 bsk ke dalam kompon karet alam
terisi silika, menghasilkan kompon karet alam dengan waktu pematangan optimum
(t90) yang lebih pendek yaitu dari 1,65 menit menjadi 1,64 menit dan terus menurun
dengan penambahan lauril alkohol lebih lanjut hingga 4,0 bsk menjadi 1,5 menit. Hal
ini kemungkinan disebabkan oleh lauril alkohol yang memiliki gugus polar
berinteraksi dengan gugus silanol pada permukaan silika sehingga gugus polar
tersebut akan mencegah permukaan silika yang berpori untuk menyerap bahan
pencepat yang dapat memperlambat waktu pematangan [47]. Selain itu percepatan
laju pematangan tersebut disebabkan oleh lauril alkohol yang bersifat basa karena
mengandung gugus O−H. Senyawa basa dapat menyebabkan peningkatan laju
pematangan kompon karet. Sedangkan bahan yang bersifat asam menyebabkan
perlambatan laju pematangan [40]. Kadar lauril alkohol yang lebih banyak
menyebabkan peningkatan jumlah gugus O−H yang mengindikasikan peningkatan
derajat kebasaan sehingga semakin memperpendek waktu pematangan optimum.
Semakin besar kadar lauril alkohol yang ditambahkan pada kompon karet
alam terisi silika memberikan laju pematangan yang semakin signifikan, yang
ditandai dengan semakin pendek waktu pematangan. Hal ini disebabkan oleh gugus
polar dan derajat kebasaan di dalam kompon karet tersebut semakin meningkat.
Pengaruh penambahan lauril alkohol terhadap tork minimum dan tork
maksimum pada kompon karet alam terisi silika dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Pengaruh kadar lauril alkohol terhadap nilai-nilai tork kompon
karet alam terisi silika
Ciri-ciri pematangan Kadar lauril alkohol (bsk)
0,0 1,0 2,0 3,0 4,0
ML, dN.m 2,74 2,33 2,22 2,15 2,02
MH, dN.m 11,38 10,43 10,61 11,30 9,7

Dari Tabel 4.2 terlihat bahwa tork minimum (ML) menurun dengan
ditambahkannya kadar lauril alkohol sebanyak 1,0 bsk. Nilai ML merupakan indikasi
bagi viskositas dari suatu kompon karet. Semakin kecil nilai ML maka semakin
rendah viskositas karet tersebut [48,49]. Penambahan lauril alkohol kedalam karet
alam terisi silika menurunkan viskositas kompon. Hal ini disebabkan oleh lauril

32
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
alkohol yang berfungsi sebagai pemlastis internal. Bahan-bahan pemlastis
ditambahkan ke dalam kompon karet untuk menurunkan viskositas untuk tujuan
dispersi pengisi di dalam fasa karet [40]. Penambahan lauril alkohol menyebabkan
penurunan viskositas kompon karet. Penambahan yang lebih menyebabkan
penurunan viskositas yang lebih lanjut.
Dari Tabel 4.2 terlihat bahwa tork maksimum (MH) menurun dengan
ditambahkannya kadar lauril alkohol sebanyak 1,0 bsk. Nilai MH merupakan ukuran
kekakuan kompon karet alam. Semakin tinggi nilai MH maka semakin kaku
vulkanisat karet [50]. Penambahan lauril alkohol ke dalam kompon karet alam terisi
silika menurunkan sifat kekakuan. Hal ini disebabkan oleh lauril alkohol yang
berfungsi sebagai pemlastis internal. Lauril alkohol yang bersifat oily liquid mengisi
ruang-ruang di dalam fasa karet yang menyebabkan kompon menjadi lentur sehingga
mengurangi torsi yang diperlukan untuk menggerakkan kompon tersebut [25].
Pada saat penambahan lauril alkohol lebih lanjut hingga 3,0 bsk ke dalam
kompon karet alam terisi silika meningkatkan nilai MH kompon tersebut. Hal ini
kemungkinan disebabkan oleh keberadaan lauril alkohol sebanyak 2,0 dan 3,0 bsk
membantu fenomena interkalasi. Interkalasi adalah masuknya suatu senyawa ke
dalam kompon karet yang menyisip diantara ruang-ruang karet alam dan membentuk
struktur berlapis. Pada fenomena ini pengisi silika lebih mudah diakses dan
berinteraksi dengan karet alam sehingga kekauan kompon meningkat [50].
Setelah kadar 3,0 bsk MH mulai menurun. Hal ini kemungkinan disebabkan
oleh kadar pemlastis lauril alkohol yang berlebih. Penambahan pemlastis dalam
jumlah berlebih melunakkan kompon sehingga kekakuan kompon menjadi berkurang
[25].

4.3 Pengaruh Kadar Lauril Alkohol Terhadap Persentase Pembengkakan


Vulkanisat Karet Alam Terisi Silika
Persentase pembengkakan mengindikasikan derajat sambung silang
(crosslinked density) pada vulkanisat karet. Pengaruh penambahan lauril alkohol
terhadap persentase pembengkakan vulkanisat karet alam terisi silika dapat dilihat
pada Gambar 4.4 berikut.

33
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
4,0 3,59 3,55

Persentase pembengkakan
3,20 3,17
3,10
3,0

(%)
2,0

1,0

0,0
0,0
A/0,0 1,0
B/1,0 2,0
C/2,0 3,0
D/3,0 4,0
E/4,0
Kadar lauril alkohol (bsk)

Gambar 4.4 Pengaruh kadar lauril alkohol terhadap persentase


pembengkakan vulkanisat karet alam terisi silika

Dari Gambar 4.4 terlihat bahwa persentase pembengkakan menurun dengan


ditambahkan lauril alkohol sebanyak 1,0 bsk. Proses pembengkakan dalam
vulkanisat karet merupakan proses penetrasi larutan toluena. Semakin rendah
persentase pembengkakan menunjukkan porositas yang kecil dari vulkanisat
sehingga mobilitas pelarut sulit menembus rantai vulkanisat. persentase
pembengkakan dinyatakan dalam jumlah cairan (liquid) yang diserap oleh polimer.
Pembengkakak terjadi karena ekspansi polimer dan tersedianya free volume yang
lebih banyak untuk memfasilitasi perpindahan massa pelarut. Pembengkakan juga
dipengaruhi oleh proses terbentuknya ikatan sambung silang (crosslinking). Dalam
proses sambung silang terbentuk gugus polar pada cabang cabangnya dan berdampak
meningkatkan ketahanan terhadap pembengkakak. Ikatan silang tersebut
menghambat daya mulur rantai karet yang diinduksi oleh pembengkakan, akibatnya
difusi pelarut ke dalam celah (gap) diantara molekul karet menjadi sulit, sehingga
menurunkan persentase pembengkakan dan mencegah terjadinya pemutusan rantai.
Rendahnya nilai persentase pembengkakan menunjukkan derajat polimerisasi makin
tinggi [38].
Dari Gambar 4.4 menunjukkan persentase pembengkakan menurun dengan
penambahan 1,0 bsk. Hal ini disebabkan fungsi dari lauril alkohol sebagai bahan

34
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
pemlastis yang membantu dispersi silika di dalam fasa karet sehingga memperkecil
free volume vulkanisat karet dan mempersulit mobilisasi zat pelarut. Penambahan
yang lebih lanjut menyebabkan semakin berkurang persentase pembengkakan hingga
3,0 bsk. Hal ini menunjukkan derajat sambung silang fisik yang terbentuk semakin
meningkat. Setelah kadar 3,0 bsk persentase pembengkakan meningkat pada
penambahan lauril alkohol lebih lanjut. Hal ini disebabkan oleh kerapatan sambung
silang pada vulkanisat karet alam yang menurun. Penambahan lauril alkohol yang
berlebih akan menjebak silika dibagian dalam lapisannya dan membuat pengisi silika
sulit diakses oleh karet alam sehingga derajat sambung silang fisik yang terbentuk
akan menjadi rendah [40].

4.4 Pengaruh Kadar Lauril Alkohol Terhadap Derajat Dispersi Silika Pada
Vulkanisat Karet Alam
Pengaruh penambahan lauril alkohol terhadap derajat dispersi silika di dalam
fasa karet alam disampaikan pada Tabel 4.3 berikut.
Tabel 4.3 Pengaruh kadar lauril alkohol terhadap derajat dispersi silika di
dalam fasa karet alam
Tork (dN.m) Kadar lauril alkohol (bsk)
0,0 1,0 2,0 3,0 4,0
ηr 54,80 46,60 44,40 43,00 40,40
mr 2,34 2,15 2,18 2,32 2,00
L(ηr - mr) 52,45 44,44 42,21 40,67 38,40

Derajat pendispersian silika di dalam fasa karet alam dapat ditentukan melalui
persamaan 4.1 berikut,
L= ηr - mr (4.1)
Keterangan:
L = derajat dispersi
ηr = [MLf/MLg]
mr = [MHf/MHg]
MLg dan MHg = Tork minimum (0,04) dan maksimum (4,81) vulkanisat karet alam
MLf dan MHf = Tork minimum dan maksimum vulkanisat karet alam terisi silika
Dari Tabel 4.3 telihat bahwa penambahan lauril alkohol sebanyak 1 bsk ke
dalam vulkanisat karet alam terisi silika menghasilkan vulkanisat dengan nilai L

35
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
yang lebih rendah. Nilai L yang rendah pada komposisi pengisi yang sama,
menunjukkan dispersi pengisi yang lebih baik di dalam fasa karet. Dari Tabel 4.3
dapat dilihat penambahan lauril alkohol menyebabkan penurunan nilai L. Semakin
tinggi kadar lauril alkohol yang ditambahkan maka semakin rendah nilai L yang
diperoleh yang mengindikasikan pendispersian silika yang semakin baik [40].
Hal ini kemungkinan disebabkan oleh penambahan lauril alkohol sebagai
bahan pemlastis menurunkan viskositas karet alam pada proses penggilingan
sehingga menurunkan tenaga geseran yang diperlukan untuk menghancurkan
aglomerat silika menjadi agregat-agregat untuk selanjutnya tersebar lebih merata
pada setiap bagian karet [51]. Pada prinsipnya proses pemlastis adalah terjadinya
dispersi molekul-molekul pemlastis ke dalam fase polimer (karet alam). Keberadaan
bahan pemlastis di dalam vulkanisat karet alam dapat menempati ruang antar
molekul pada rantai karet alam, mengurangi kekuatan sekunder dan menyebabkan
molekul karet alam mudah bergerak sehingga memungkinkan penyebaran silika yang
lebih merata [52].
Semakin tinggi kadar lauril alkohol maka semakin kecil nilai L yang
diperoleh yang mengindikasikan dispersi silika dalam fasa karet yang lebih baik yang
mana menyediakan luas permukaan yang lebih besar untuk interaksi antara silika
dengan karet alam. Semakin banyak luas permukaan untuk berinteraksi yang tersedia
maka semakin tinggi pula derajat sambung silang total vulkanisat yang terbentuk
[40]. Walaupun pada Gambar 4.4 mengenai persentase pembengkakan menunjukkan
penambahan 4,0 bsk lauril alkohol mengindikasikan derajat sambung silang yang
lebih rendah daripada vulkanisat karet alam dengan kadar lauril alkohol 1,0, 2,0 dan
3,0 bsk, sedangkan dari Tabel 4.3 menunjukkan derajat dispersi (L) terendah pada
penambahan 4,0 bsk lauril alkohol. Fenomena ini dikaitkan dengan efek dominan
dari pemlastis lauril alkohol. Seperti yang sudah didiskusikan sebelumnya, kelebihan
lauril alkohol menyebabkan silika terperangkap di dalam lapisan lauril alkohol,
sehingga menyebabkan pembentukan sambung silang fisik yang menurun.

36
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
4.5 Pengaruh Kadar Lauril Alkohol Terhadap Sifat-Sifat Uji Tarik
Vulkanisat Karet Alam Terisi Silika
Gambar 4.5 s/d Gambar 4.7 menunjukkan sifat-sifat uji tarik dari vulkanisat
karet alam terisi silika tanpa lauril alkohol dan dengan lauril alkohol. Diantaranya
modulus tarik 100% dan 300%, kekuatan tarik dan pemanjangan saat putus.
2,50
2,22
1,94 1,90
1,86 M100
2,00
Modulus tensil (MPa)

1,72
M300
1,50

1,00 0,79 0,74 0,70 0,67 0,64

0,50

0,00
0,0 1,0 2,0 3,0 4,0
Komposisi lauril alkohol (bsk)
Gambar 4.5 Pengaruh kadar lauril alkohol terhadap modulus tarik vulkanisat
karet alam terisi silika

Dari Gambar 4.5 terlihat bahwa penambahan lauril alkohol sebanyak 1,0 bsk
menurunkan modulus tarik 100% (M100) dan modulus tarik 300% (M300) pada
vulkanisat karet alam terisi silika. M100 dan M300 merupakan bagian dari sifat
mekanik yang berhubungan langsung dengan tenaga yang dibutuhkan (usaha) untuk
meregangkan [53]. Modulus tarik menggambarkan kekakuan/kekerasan (stiffness)
[40]. Modulus yang tinggi mengindikasikan kekerasan yang lebih tinggi, sementara
modulus yang rendah, mengindikasikan vulkanisat yang lebih lembut.
Penambahan lauril alkohol sebanyak 1,0 bsk menurunkan kekerasan
vulkanisat sehingga vulkanisat tersebut menjadi bersifat lebih lembut. Peningkatan
kadar lauril alkohol sebesar 2,0 s/d 4,0 bsk, semakin melembutkan vulkanisat
tersebut. Hal ini disebabkan oleh lauril alkohol yang berfungsi sebagai pemlastis.
Penambahan bahan pemlastis ke dalam vulkanisat karet menurunkan viskositas
vulkanisat tersebut. Penurunan viskositas vulkanisat menghasilkan vulkanisat yang

37
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
lebih lembut. Penambahan kadar lauril alkohol yang lebih banyak menyebabkan
penurunan viskositas yang lebih lanjut. Penjelasan ini sejalan dengan nilai tork
minimum (ML) yang menurun dengan ditambahkannya lauril alkohol (Tabel 4.1).
Pengaruh penambahan lauril alkohol terhadap pemanjangan saat putus
vulkanisat karet alam terisi silika ditunjukkan pada Gambar 4.6 berikut

1000
810
Pemanjangan saat putus (%)

775 780
737,5
800
685

600

400

200

0
0,0 1,0 2,0 3,0 4,0
Komposisi lauril alkohol (bsk)
Gambar 4.6 Pengaruh kadar lauril alkohol terhadap pemanjangan saat putus
vulkanisat karet alam terisi silika

Dari Gambar 4.6 terlihat bahwa pemanjangan saat putus (%) dari vulkanisat
karet alam terisi silika meningkat dengan penambahan lauril alkohol 1,0 bsk.
Pemanjangan saat putus adalah pertambahan panjang yang terjadi dengan menarik
sampel sampai putus [53]. Penambahan lauril alkohol ke dalam vulkanisat karet alam
terisi silika dapat meningkatkan ekstensibilitas dari vulkanisat karet alam tersebut.
Hal ini disebabkan oleh lauril alkohol yang bertindak sebagai pemlastis dalam
vulkanisat vulkanisat karet alam terisi silika. Pemlastis adalah material
pengvulkanisat yang digunakan tidak hanya untuk meningkatkan pemrosesan
vulkanisat karet tetapi juga memodifikasi sifat fisik dan bersumber dari minyak
alam/lemak [17].
Lauril alkohol bersifat minyak (oily) dan berasal dari turunan minyak inti
kelapa sawit sehingga meningkatnya kadar lauril alkohol mempunyai pengaruh yang
sama sebagaimana meningkatnya jumlah bahan pemlastis yang akan meningkatkan

38
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
kemampuan deformasi dengan meningkatnya kemampuan pemanjangan vulkanisat
karet alam terisi silika. Penambahan pemlastis dalam vulkanisat karet menurunkan
viskositasnya sehingga vulkanisat karet lebih lunak. Makin besar pemlastis dalam
vulkanisat karet maka perpanjangan putus akan semakin tinggi. Hal tersebut
disebabkan karena tiap unit volume karet yang diberi pemlastis mengandung rantai
jaringan lebih panjang. Rata-rata rantai ini lebih panjang daripada dalam jaringan
yang dibentuk tanpa adanya pemlastis. Akibatnya kekerasan turun dan elastisitas
meningkat [54]. Penambahan lauril alkohol yang lebih lanjut menyebabkan
peningkatan perpanjangan saat putus dari vulkanisat karet.
Pengaruh penambahan lauril alkohol terhadap kekuatan tarik vulkanisat karet
alam terisi silika ditunjukkan pada Gambar 4.7 dibawah ini

20,00 19,10
17,00 17,40
16,70
15,50
16,00
Kuat tarik (MPa)

12,00

8,00

4,00

0,00
0,0 1,0 2,0 3,0 4,0
Komposisi lauril alkohol (bsk)

Gambar 4.7 Pengaruh kadar lauril alkohol terhadap kekuatan tarik vulkanisat
karet alam terisi silika

Dari Gambar 4.7 terlihat bahwa kekuatan tarik vulkanisat karet alam terisi
silika meningkat dengan penambahan lauril alkohol sebanyak 1,0 hingga 3,0 bsk.
Kekuatan tarik vulkanisat karet dipengaruhi oleh kerapatan sambung silang dan
dispersi pengisi dari vulkanisat tersebut [40]. Hal ini disebabkan oleh lauril alkohol
yang yang berfungsi sebagai pemlastis. Penambahan pemlastis meningkatkan derajat
dispersi pengisi, sehingga menaikkan kekuatan tarik dan mempengaruhi kekuatan
secara positif [51]. Penambahan lauril alkohol lebih lanjut menyebabkan penurunan

39
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
kekuatan tarik vulkanisat karet. Hal ini disebabkan oleh dampak dari lauril alkohol
yang berlebih. Kelebihan bahan pemlastis berdampak pada kerapatan sambung silang
yang menurun. Lauril alkohol yang berasal dari turunan alkana mempunyai ukuran
molekul yang cenderung rendah sehingga mudah menempati ruang antar molekul
dalam rantai karet alam yang menyebabkan berkurangnya kekuatan sekunder
diantara molekul karet alam, sehingga pada saat molekul karet mengalami
peregangan, rasio bahan pengisi tidak dapat mengimbangi atau menempati ruang
yang mengalami pelunakan. Hal ini menyebabkan molekul karet alam mudah
bergerak dan tidak dapat menahan tarikan [37,52].

4.6 Pengaruh Kadar Lauril Alkohol Terhadap Ketahanan Kikis Vulkanisat


Karet Alam Terisi Silika
Pengaruh penambahan lauril alkohol terhadap abration loss vulkanisat karet
alam terisi silika dapat dilihat pada Gambar 4.8 berikut.

0,8 0,76

0,7
0,6
Abration loss (cm^3)

0,5
1000X
0,4
3000X
0,3 0,25
0,20
0,2
0,11
0,1 0,07 0,08
0,05 0,04
0,02 0,02
0,0
0,0
A/0,0 1,0
B/1,0 2,0
C/2,0 3,0
D/3,0 4,0
E/4,0
Kadar lauril alkohol (bsk)
Gambar 4.8 Pengaruh kadar lauril alkohol terhadap abration loss vulkanisat
karet alam terisi silika

Dari Gambar 4.8 terlihat bahwa ketahanan kikis meningkat dengan


ditambahkannya lauril alkohol sebanyak hingga 3,0 bsk. Ketahanan kikis dinyatakan
dengan volume karet terkikis persatuan usaha (mm3/kgm). Semakin besar angka
karet terkikis semakin kecil ketahanan kikis vulkanisat tersebut [54]. Hal ini dapat

40
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
disebabkan oleh penambahan lauril alkohol ke dalam vulkanisat karet menyebabkan
jumlah karet per unit volume turun demikian juga konsentrasi belitan rantai karet
alam dalam sistem terlarut turun. Keberadaan pemlastis melemahkan kohesi
intermolekuler pada karet alam. Dengan adanya pemlastis, makromolekul elastomer
dipisahkan oleh sejumlah besar molekul-molekul pemlastis yang kecil dan mudah
bergerak. Dengan demikian terjadi kenaikan mobilitas rantai-rantai karet alam dan
sebaliknya sangat menurunkan kohesi antar karet [54]. Sehingga silika dapat
terdispersi dengan baik di dalam fasa karet dan memberikan sifat produk jadi yang
lebih baik. Penambahan lauril alkohol lebih lanjut menghasilkan vulkanisat karet
alam yang semakin mudah terkikis, hal ini disebabkan penambahan lauril alkohol
yang berlebih menjadikan vulkanisat karet alam terisi silika menjadi lembek.

4.7 Studi Morfologi Vulkanisat Karet Alam Terisi Silika


Uji SEM (scanning electron microscopy) dilakukan untuk mengetahui
morfologi atau citra permukaan dari sampel putus vulkanisat karet alam. Hasil SEM
berupa gambar permukaan putus vulkanisat karet dengan menggunakan skala 340x.
Pengaruh penambahan lauril alkohol terhadap morfologi permukaan putusan
vulkanisat karet alam terisi silika dapat dilihat pada Gambar 4.8 berikut.

Permukaan matriks yang kasar Permukaan matriks yang paling kasar


dengan cabikan-cabikan dengan cabikan-cabikan yang paling besar

(A) (B)

41
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Permukaan matriks yang lebih kasar
dengan cabikan-cabikan yang lebih kecil

(C)
Gambar 4.9 Mikrograf SEM dengan perbesaran 340x dari putusan vulkanisat karet
alam terisi silika dengan kadar lauril alkohol: (A) 0,0 bsk, (B) 3,0 bsk dan (C) 4,0
bsk.
Dari Gambar 4.9 terlihat bahwa mikrograf dari permukaan putus vulkanisat
karet alam terisi silika dengan penambahan lauril alkohol sebanyak 0,0, 3,0 dan 4,0
bsk. Dari Gambar 4.9 (B) dapat diamati dengan jelas bahwa pada penambahan lauril
alkohol yang optimum sebanyak 3,0 bsk menunjukkan permukaan matriks yang
paling kasar dengan cabikan-cabikan yang paling besar dibanding Gambar 4.9 (A)
dan Gambar 4.9 (C). Hal ini mengindikasikan telah terjadi interaksi yang baik antara
karet alam dengan pengisi silika sehingga menghasilkan morfogi permukaan putus
seperti pada Gambar 4.9. Besarnya cabikan dan kekasaran permukaan disebabkan
oleh interaksi yang kuat antara karet alam dengan pengisi silika sehingga
memerlukan energi yang lebih besar untuk memutuskan vulkanisat tersebut [55].
Interaksi yang kuat antara karet alam dengan pengisi silika meningkatkan
kekuatan tarik dan kekerasan. Morfologi permukaan putus vulkanisat karet sejalan
dengan kekuatan tarik (Gambar 4.7) yang menunjukkan nilai kekuatan tarik tertinggi
pada penambahan lauril alkohol 3,0 bsk. Demikian juga pada ketahanan kikis
vulkanisat karet alam terisi silika (Gambar 4.8) yang menunjukkan abrasion loss
terkecil pada penambahan lauril alkohol sebanyak 3,0 bsk.

42
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Pada Gambar 4.9 (C) menunjukkan permukaan yang kasar dengan cabikan-
cabikan yang lebih kecil dibanding pada Gambar 4.9 (B). Hal ini disebabkan oleh
penambahan lauril alkohol yang berlebih menyebabkan vulkanisat karet menjadi
lembut. Vulkanisat karet alam terisi silika yang lembut menyebabkan energi yang
diperlukan untuk memutuskan vulkanisat tersebut lebih kecil dibanding energi yang
diperlukan untuk memutuskan vulkanisat yang lebih kuat. Sehingga cabikan yang
terlihat pada mikrograf SEM lebih kecil dan penampakan permukaan juga lebih
halus.

43
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN
Dari hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa,
1. Lauril alkohol memiliki potensial sebagai bahan pemlastis bagi vulkanisat
karet alam terisi silika
2. Lauril alkohol berfungsi sebagai bahan kuratif bagi vulkanisat karet alam
terisi silika, karena:
a. Meningkatkan waktu skorj (scorch delay)
b. Memendekkan waktu pematangan optimum
c. Meningkatkan kerapatan sambung silang hingga penambahan 3,0 bsk
3. Lauril alkohol berfungsi sebagai bahan pemlastis internal bagi karet alam
terisi silika, karena
a. Menurunkan modulus 100% dan modulus 300%
b. Meningkatkan pemanjangan saat putus
c. Meningkatkan dispersi silika
4. Lauril alkohol meningkatkan kekuatan tarik dan ketahanan kikis dengan
penambahan hingga 3,0 bsk
5. Studi morfologi menunjukkan bahwa peningkatan sifat tensile disebabkan
oleh derajat dispersi silika yang tinggi.

5.2 SARAN
Adapun saran yang dapat diberikan untuk kesempurnaan penelitian ini yaitu
perlunya dilakukan pembuatan vulkanisat karet alam dengan bahan pemlastis lauril
alkohol pada proses penguatan karet alam dengan pengisi lainnya seperti carbon
black.

44
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA

[1] Alam, Pocut Nurul dan Rihayat, Teuku, “Sintesa dan Karakteristik Sifat
Mekanik Karet Nanokomposit”, Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan.,
Vol. 6, No. 1, hal. 1-6, 2007.
[2] Tambunan, Friska Erdiana dan Harahap, Hamidah, “Pengaruh Suhu
Vulkanisasi dan Komposisi Bentonite Clay yang Dimodifikasi dengan
Alkanolamida dari Bahan Baku RBDPKO pada Produk Lateks Karet Alam”.
Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 4, No. 4, 2015.
[3] Tampubolon, Harry Laksana., Hutapea, Darwis Syarifuddin dan Surya, Indra.
“Pengaruh Penambahan Alkanolamida Terhadap Karakteristik Pematangan
dan Kekerasan Vulkanisat Karet Alam Berpengisi Silika”. Jurnal Teknik
Kimia USU. Vol. 1, No. 2, 2012.
[4] Hedrawan, Muhammad Alfatih dan Purboputro, Pramuko Ilmu. “Studi
Karakteristik Sifat Mekanik Vulkanisat Karet Dengan Variasi Komposisi
Sulfur dan Carbon Black sebagai Bahan Dasar Ban Luar”. Simposium
Nasional Teknologi Terapan (SNTT)3 – Surakarta, 2015.
[5] Ramadhan, Arief., Soegijono, Bambang dan Faturrohman, M. Irfan.
“Pengaruh Organobentonit dan Asam Stearat terhadap Karakteristik
Pematangan dan Sifat Mekanik Vulkanisat Karet Alam”. Jurnal Penelitian
Karet, Vol. 32, No. 1 : 45-55, 2014.
[6] Surya, Indra, “Reinforcment of Natural Rubber and Epoxidized Natural
Rubbers with Amine-Treated Silica”, M.S. thesis, Universiti Sains Malaysia.,
Malaysia, 2002.
[7] Hutapea, Darwis Syarifuddin., Tampubolon, Harry Laksana dan Surya, Indra,
“Pengaruh Penambahan Alkanolamida Turunan Minyak Kelapa Sawit
terhadap Sifat-Sifat Uji Tarik Vulkanisat Karet Alam Berpengisi Silika”,
Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 1, No. 1, 2012.
[8] Ismail, Hanafi dan P. K. Freakley, “ Effect of Multifunctional Additive on
Filler Dispersion in Carbon-Black and Silica-Filled Natural Rubber
Compounds”, Polym.-Plast. Technol. Eng., Vol. 36, No. 6, 873-889, 1997.

45
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
[9] Puspitasari, Santi dan Cifriadi, Adi, “ Karakterisasi Minyak Jarak Terhidrogenasi sebagai Bahan
Pelunak Karet Alami”, Jurnal Penelitian Karet, Vol. 32, No.1, :65-73, 2014.

[10] Sitorus, Indah Maulina Syafitri. (2013). Pengaruh Penambahan


Alkanolamida terhadap Karakteristik Pematangan dan Kekerasan Vulkanisat
Karet Alam Berpengisi Kaolin. Departemen Teknik Kimia. Fakultas Teknik.
Universitas Sumatera Utara.
[11] Rahmaniar., Rejo, Amin., Priyanto, Gatot dan Hamzah, Basuni,
“Karakterisasi Vulkanisat Karet dengan Menggunakan Ekstrak Kayu Secang,
Pasir Kuarsa dan Kulit Kerang”, Jurnal Teknologi Industri Pertanian, Vol. 25
No. 3 :227-238, 2015.
[12] Adiansyah. (2010). Pengaruh Penambahan Divinilbenzen terhadap
Kompatibilitas Perbandingan Campuran Polietilena dan Karet Alam Sir 3l
Menggunakan Inisiator Dikumil Peroksida. Departemen Kimia. Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Sumatera Utara.
[13] Nawiyanti, Ardi. (2014). Pengaruh Penambahan Accelerator terhadap Waktu
Vulkanisasi dengan Variasi (2 phr dan 3 phr) pada Rubber Bushing. Jurusan
Teknik Mesin. Fakultas Teknik. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
[14] Fachry, A. Rasyidi., Indah Sari, Tuti., Sthevanie dan Susanti, Susi, “Pengaruh
Filler Campuran Silika dan Kulit Kerang Darah terhadap Sifat Mekanis
Vulkanisat Sol Sepatu dari Karet Alam”, Jurnal Teknik Kimia, Vol. 20, No. 3,
Agustus 2014.
[15] Putriyanti Gita. (2016). Pembuatan dan Karakterisasi Komposit Karet
Alam/Organomonmorillonit Menggunakan Cetiltrimetilammonium Bromida
sebagai Pemodifikasi Permukaan. Departemen Kimia. Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam . Universitas Sumatera Utara.
[16] Sasongko, Atur Riga. (2012). Studi Pengaruh Ukuran Partikel dan Jumlah
phr Carbon Black sebagai Bahan Pengisi terhadap Sifat Mekanik Produk
Karet Alam. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Program
Studi Kimia. Universitas Indonesia.
[17] Widyanata, Yudha. (2014). Pengaruh Penambahan Alkanolamida terhadap
Sifat-Sifat Uji Tarik Vulkanisat Karet Alam Berpengisi Kaolin. Departemen
Teknik Kimia. Fakultas Teknik. Universitas Sumatera Utara.

46
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
[18] Bretin, Robert dan Phil Sarnacke, “Rubber Compounds”,Unitied Soybean
Board, September 2011.
[19] Lubis, Marfuah., Hayat, Nuim dan Harahap, Hamidah. “Pengaruh Aging pada
Kekuatan Tarik (Tensile Strength) Film Lateks Karet Alam Berpengisi
Nanokristalin Selulosa dan Penyerasi Alkanolamida”. Jurnal Teknik Kimia
USU, Vol. 5, No. 2, Juni 2016.
[20] Hadiwijaya Caroline. (2015). Pembuatan dan Karakterisasi Komposit Karet
Alam/Monmorillonite Menggunakan Polietilen Glikol sebagai Pemodifikasi
Organik. Departemen Kimia. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam. Universitas Sumatera Utara.
[21] Hildayati., Triwikantoro., Faisal, Heny dan Sudirman,. “Sintesis dan
Karakterisasi Bahan Komposit Karet Alam-Silika”, Seminar Nasional
Pascasarjana IX-ITS, Surabaya, 2009.
[22] Sriyanti, Taslimah., Nuryono dan Narsito. “Pengaruh Keasaman Medium dan
Imobilisasi Gugus Organik pada Karakter Silika Gel dari Abu Sekam Padi”.
Jska, vol. 8, .No. 3, 2005.
[23] Ulfah, Ika Maria., Fidyaningsih, Riastuti., Rahayu, Sri., Fitriani, Diah Ayu.,
Saputra, Dita Adi., Winarto, Dody Andi dan Wisojodharmo, Lies A,
“Influence of Carbon Black and Silika on the Rheological and Mechanical
Properties of Natural Rubber Compound”, Procedia Chemistry 16, 258 – 264,
2015.
[24] Kinasih, Norma A. dan Cifriadi, Adi. “Perkembangan Riset dan Penggunaan
Minyak Nabati Terepoksidasi sebagai Bahan Pemlastis Karet dan Plastik”.
Warta Perkaretan, Vol. 32, No. 1, 46 – 54, 2013.
[25] Varghese, Mohan, “Studies on New Processing Aids and Other
Compounding Ingredients in Special Purpose Rubbers”, M.S. thesis,
Departement of Polymer Science and Rubber Technology., Faculty of
Technology., Cochin University of Science and Technology.,Cochin, 2001.
[26] Meliyanti, Ratna. (2003). Kajian Pengaruh Jenis dan KonsentrasiKatalis
pada Proses Produksi Surfaktan Alkohol Sulfat dari Fatty Alcohol Turunan
Minyak Inti Sawit. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

47
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
[27] Norhafipah, Mohamad., Edris, Zarina dan Yarmo, Mohd Ambar,
“Penghasilan Surfaktan Tak Berion Berasaskan Lauril Alkohol daripada
Terbitan Minyak Kelapa Sawit”. The Malaysian Journal of Analytical
Sciences Vol. 12, No. 1, 2008.
[28] Sarah, Maya, “Pengolahan Limbah Cair Industri Fatty Alcohol Secara
Anaerobik”, M,S. Thesis, Program Studi Teknik Kimia., Program Pasca
Sarjana., Institut Teknologi Bandung, 2000.
[29] Klaus, Noweck. (2011). Production, Technologies and Applications of Fatty
Alcohols. Workshop on Fats and Oils as Renewable Feedstock for the
Chemical Industry : Germany.
[30] MSDS. 2016. Lauryl Alcohol. www. Jeen.com
[31] Saputra, Ozi Adi. (2016). Pengaruh Penambahan Limbah Karet Alam
terhadap Elastisitas, Kekuatan Bending, dan Time to Ignition pada Komposit
Polipropilena/Serat Karbon/Montmorilonit. Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Universitas Sebelas Maret.
[32] Ghosh, Oriparambil Sivaraman Nirmal., S. Gayathri., P. Sudhakara., S.K.
Misra and J. Jayaramudu. (2017). Natural Rubber Nanoblends: Preparation
Characterization and Applications. (Rubber Nano Blends). Springer
International Publishing AG.
[33] Anam, Choirul., Sirojudin dan Firdausi, K Sofjan, “Analisis Gugus Fungsi
pada Sampel Uji, Bensin dan Spiritus Menggunakan Metode Spektroskopi
FTIR”, Berkala Fisika. Vol. 10, No.1, hal 79-85, 2007.
[34] Brown, Roger, Handbook of Polymer Testing Physical Methods, Marceel
Dekker, Inc, 1999.
[35] Iskandar, Sudradjat, “Pengaruh Radiasi Gamma terhadap Sifat Fisik Karet
Sintetis Nitril Butadiene Rubber Vulkanisat”, Risalah Seminar llmiah
Aplikasi lsotop dan Radiasi, 2006.
[36] Rahmaniar., Priyanto, Gatot dan Hamzah, Basuni, “Pembuatan Vulkanisat
Karet dengan Penambahan Minyak Kemiri (Candlenut Oil) Epoksi”,
Dinamika Penelitian BIPA, Vol. 20, No. 35, 2009.
[37] Ramadhan, Arief dan Fathurrohman, M. Irfan, “Pengaruh Asam Stearat
terhadap Karakteristik Pematangan Sifat Mekanik dan Swelling Vulkanisat

48
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Karet Alam dengan Bahan Pengisi Organoclay”, Indonesian Journal of
Materials Science, Vol. 14, No. 2, 2013.
[38] Yuniari, Arum dan Sarengat, Nursamsi, “Sifat Fisika dan Analisis Gugus
Fungsi Karet Seal O-Ring dari Bahan Termoplastik Elastomer Nitrile
Butadiene Rubber (NBR) DAN Polyvinyl Chloride (PVC)”, Majalah Kulit,
Karet dan Plastik, Vol. 29, No. 1, 2013.
[39] Fathurrohman, M. Irfan., Soegijono, Bambang., Budianto, Emil., dan
Yoneda, Koji, “Sifat Dinamik Mekanikal Vulkanisat Karet Alam-
Organoclay”, Indonesian J. Nat. Rubb, Res, Vol. 31, No. 1, 2013.
[40] Surya, Indra., Ismail, H., dan Azura, A. R, “ Alkanolamide asa an
Accelerator, Filler-Dispersant and a Plasticizer in Silica-Filled Natural
Rubber Compounds”, Polymer Testing, Vol. 32, hal. 1313-1321, 2013.
[41] Hadiati, Rafika. (2011). Pengaruh Berat Pengisi Kaolin dan Waktu
Vulkanisasi terhadap Kekuatan Tarik, Swelling Index dan Morfologi Film
Lateks Karet Alam. Departemen Kimia. Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Universitas Sumatera Utara.
[42] Setua, D. K., R. Awasthi., S. Kumar, M. Prasad., and K. Agarwal. (2010)
Scanning Electron Microscopy of Natural Rubber Surfaces : Quantitative
Statistical and Spectral Texture Analysis Using Digital Image Processing.
Microscopy: Science, Technology, Applications and Education.
[43] Sujatno, Agus., Salam, Rohmad., Bandriyana dan Dimyati, Arbi, “Studi
Scanning Electron Microscopy (SEM) untuk Karakterisasi Proses Oxidasi
Paduan Zirkonium”, Jurnal Forum Nuklir (JFN), Volume 9, Nomor 2,
November 2015.
[44] Lloyd, D.G,” Use of Monsanto Rheometer for Quality Control of Raw and
Compounded Natural Rubber”, Journal of the Rubber Research Institute of
Malaya, Vol. 22, Part.4, 1969.
[45] Silverstein, Robert M., Francis X. Webster., dan David J. Kiemle,
Spectrometric Identification of Organic Compound”, Edisi 7, John Wiley and
Sons, Inc, 2006.

49
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
[46] Nawiyanto, Ardi., “Pengaruh Penambahan Accelerator terhadap Waktu
Vulkanisasi dengan Variasi(2 phr dan 3 phr) pada Rubber Bushing”, Jurusan
Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2014.
[47] Prasertsri, Sarawut dan Rattanasom, Nittaya, “Mechanical and Damping
Properties of Silica/Natural Rubber Composites Prepared from Latex
System”, Polymer Testing, Vol. 30, Hal. 515-526, 2011.
[48] Alexander, Mary dan Thachil, Eby, Thomas, “A comparative Study of
Cardanol and Aromatic Oil as Plasticizers for Carbon-Black-Filled Natural
Rubber “, Joural of Applied Polymer Science, Vol. 102, Hal. 4835-4841,
2006.
[49] Ismail, Hanafi dan Anuar, H, “Palm Oil Fatty Acid as Activator in Carbon
Black Filled Natural Rubber Compounds: Dynamic Properties, Curing
Characteristics, Reversion and Fatique Studies” Polymer Testing, Vol. 19,
Hal. 349-359, 2000.
[50] Teh, P.L., Ishak, Z.A. Mohd., Hashim, A.S., Karger-Kocsis, J., dan Ishiaku,
U.S, “Effect of Epoxidized Natural Rubber as a Compatibilizer in Melt
Compounded Natural Rubber-Organoclay Nanocomposites” European
Polymer Journal, Vol. 40, Hal. 2513-2521, 2004.
[51] Mahendra, Rizky, “Pengaruh Tahap Pencampuran Carbon Black terhadap
Sifat Fisik Karet”, Fakultas Teknologi Pertanian, Institusi Pertanian Bogor,
1999.
[52] Nurhajati, Dwi, Wahini., Supraptiningsih., dan Sarengat, Nursamsi,
“Pengaruh Pemlastis Nabati terhadap Sifat Elastomer Termoplastik Berbasis
Campuran Karet Alam/Polipropilena”, Majalah Kulit, Karet, dan Platik, Vol.
31, Hal. 75-84, 2015.
[53] Nasruddin, “Pengembangan Karet Alam dengan Bahan Pengisi dan Bahan
Pelunak Menjadi Tube Collar” Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet dan
Plastik ke-6, 2017.
[54] Herminiwati., Nurhajati, Dwi, Wahini., dan Lestari, Sri, Brataningsih, Pudji,
“Pemanfaatan Minyak Kulit Biji Mete sebagai Plasticizer dalam Pembuatan
Sol Sepatu” Majalah Kulit, Karet, dan Platik, Vol. 20, Hal 36-42, 2004.

50
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
[55] Surya, Indra., H. Ismail., dan A. R. Azura, “The Effect of Alkanolamide
Loading on Properties of Carbon Black-Filledd Natural Rubber (SMR-L),
Epoxidised Natural Rubber (ENR), and Styrene-Butadiene Rubber (SBR)
Compounds” Polymer Testing, Vol. 42, Hal. 208-214, 2015.

51
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN A
DATA PENELITIAN

A.1 Data Hasil Analisis Rheograf


Tabel A.1 Data hasil analisis rheograf
Parameter
Vulkanisat
t90 ts2 MH ML
A/0,0 1,65 0,72 11,38 2,74
B/1,0 1,64 0,73 10,43 2,33
C/2,0 1,62 0,74 10,61 2,22
D/3,0 1,57 0,79 11,30 2,15
E/4,0 1,50 0,81 9,70 2,02

A.2 Data Hasil Analisis Sifat-Sifat Uji Tarik


Tabel A.2 Data hasil analisis sifat-sifat uji tarik
Vulkanisat Modulus Kekuatan
Pemanjangan Saat Putus
M100 M300 tarik
(%)
(MPa)
A/0,0 0,79 2,22 15,50 685,00
B/1,0 0,74 194 17,00 737,50
C/2,0 0,70 1,90 17,40 775,00
D/3,0 0,67 1,86 19,10 780,00
E/4,0 0,64 1,72 16,70 810,00

A.3 Data Hasil Analisis Ketahanan Kikis


Tabel A.3 Data hasil analisis ketahanan kikis
Vulkanisat Abrasion loss (cm3)
1000X 3000X
A/0,0 0,2536 0,7618
B/1,0 0,0657 0,1983
C/2,0 0,0247 0,0751
D/3,0 0,0155 0,0473
E/4,0 0,0350 0,1073

52
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
A.4 Data Hasil Analisis Persentase Pembengkakan
Tabel A.4 Data hasil analisis persentase pembengkakan
Berat Sampel (gr)
Vulkanisat Sampel Sebelum Sesudah Sesudah
direndam direndam dikeringkan
1 0,6485 1,8428 0,4806
2 0,375 1,4578 0,3791
A/0,0 3 0,4023 1,582 0,412
4 0,337 1,3247 0,3381
5 0,2934 1,1452 0,295
1 0,4183 1,8278 0,3129
2 0,3875 1,7857 0,3964
B/1,0 3 0,3181 1,7164 0,3183
4 0,3214 1,3046 0,3109
5 0,3009 1,2481 0,3327
1 0,5172 2,2203 0,5112
2 0,4199 1,7506 0,412
C/2,0 3 0,3554 1,4762 0,3469
4 0,2731 1,142 0,2673
5 0,3154 1,3013 0,3094
1 0,4601 1,8658 0,4443
2 0,3598 1,3955 0,3456
D/3,0 3 0,4067 1,6867 0,392
4 0,3896 1,5791 0,374
5 0,2953 1,2276 0,2828
1 0,4535 1,882 0,4815
2 0,4191 1,7069 0,4355
E/4,0 3 0,3605 1,6118 0,3698
4 0,3137 1,3069 0,3203
5 0,312 1,2989 0,3203

53
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN B
CONTOH PERHITUNGAN

Untuk pengujian modulus tarik, kekuatan tarik, pemanjangan saat putus dan
ketahanan abrasi sudah dihitung oleh universal testing machine.

B.1 Perhitungan Persentase Pembengkakan


Berikut persamaan untuk menghitung persentase pembengkakan vulkanisat
karet:
S (%) = x 100%

Untuk perhitungan persentase pembengkakan sampel:


Massa sampel sesudah perendaman = 1,8428 gr
Massa sampel setelah pengeringan = 0,4806 gr
Massa sampel sebelum perendaman = 0,6485 gr
Persentase Pembengkakan (%) = x 100%

Persentase Pembengkakan (%) = x 100%

= 2,1005 %

B.2 Perhitungan Derajat Dispersi Silika


Berikut persamaan untuk menghitung derajat dispersi silika:
L= ηr - mr

L=

Untuk perhitungan derajat dispersi sampel:


Tork minimum sampel = 2,74
Tork maksimum sampel = 11,38
Tork minimum vulkanisat karet alam = 0,05
Tork maksimum vulkanisat karet alam = 4,85
L=

= 52,48

54
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN C

DOKUMENTASI PENELITIAN

C.1 Spesimen Uji Tarik

Gambar C.1 Spesimen uji tarik

C.2 Perendaman Sampel Dalam Toluena

Gambar C.2 Perendaman sampel dalam toluena

55
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
56
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai