Anda di halaman 1dari 16

Dipresentasikan oleh:

T. Muhammad Umar Amdani/170405103


YuhdianHaz/170405185

TEKNOLOGI PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA


Dosen Pengampu:
Nisaul Fadhilah Dalimunthe, S.T., M.Eng
AGENDA PRESENTASI
BAG FILTER FT PERTANYAAN
ESP
PLTU BATUBARA
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batubara adalah
sebuah instalasi pembangkit tenaga listrik menggunakan
mesin turbin yang diputar oleh uap yang dihasilkan melalui
pembakaran batubara. PLTU batubara adalah sumber utama
dari listrik dunia saat ini. Pada saat ini ada 60% pembangkit
listrik yang menggunakan bahan bakar batubara. Kandungan
sulfur dalam batubara apabila dibakar akan berubah menjadi
oksida sulfur. Oksida sulfur (SOx) ini akan menjadi H2SO4 (asam
sulfat) dalam udara lembab atau berair, dan bila jatuh ke
bumi akan menjadi hujan asam dan menimbulkan dampak
negatif terhadap manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan.
BLOK DIGARAM PLTU BATUBARA

Gambar. 1 Blok Diagram PLTU Batubara


KENAPA DUNIA MASIH PAKAI BATUBARA?

Batubara merupakan bahan bakar fosil dengan


harga yang kompetitif dan lebih murah jika
dibandingkan bahan bakar minyak dan bahan bakar
gas. Indonesia memiliki sumber daya batubara yang
sangat besar dengan jumlah 125,28 miliar ton dan
cadangan yang dapat ditambang sebesar 32,36
miliar ton. Selama beberapa tahun terakhir
produksi batubara Indonesia terus meningkat rata-
rata 4% setiap tahunnya, sebagai upaya memenuhi
kebutuhan dalam negeri maupun ekspor.
KENDALI EMISI PLTU BATUBARA

Emisi PLTU Batubara dan penaganannya:


SOx – FGD (flue gas desulfurization)
NOx – SNCR atau low NOx burner
PM (total partikulat) – bag filter dan/atau ESP/EP

Pada Particulat Matter (PM) terdapat PM10 dan PM2,5 sebagai emisi PLTU
Batubara. Hal ini dapat menyebabkan perbedaan level pencemaran udara.
PENAGANAN PARTICULAT MATTER

Gambar. 2 Diagaram Penanganan Particulat Matter


BAG FILLTER FEATURING ESP
KELEBIHAN KEKURANGAN
BAG FILTER -Efisiensi pengumpulan -Memerlukan area yang
tinggi luas
- Dapat beroperasi pada - Material bag dapat robek
kondisi volume alir yang - Bag dapat menjadi lengket
berbeda - Berpotensi menimbulkan
- Tidak beresiko kebakaran
minimbulkan pencemaran
air dan udara

ESP -Biaya operasi murah, -Biaya intlasi mahal


kecuali pada efisiensi tinggi -Membutuhkan ruang yang
-Efisiensi tinggi untuk besar
ukuran partikel kecil -Kegagalan operasi pada
- Mampu menangani aliran partikel dengan ketahanan
udara besar elektrikal tinggi
BAG FILTER

Udara kotor masuk melewati


kantung kain yang menahan
PM dan melewatkan gas
yang lebih bersih untuk
diproses lebih lanjut.

Gambar 3. Pulse Jet Bag Filter


ELECTROSTATIS PRESIPITATOR

Partikel netral dilewatkan


melalui medan listrik
sehingga menjadi
bermuatan negatif,
kemudian ditangkap pada
plat yang bermuatan
positif

Gambar 4. Komponen EPS


TAHAPAN PROSES
KESIMPULAN DARI KAMI

Kami menilai bahwa penggunaan dua alat penanganan PM


dengan Bag Filter dan ESP dapat meningkatkan efisiensi reduksi
PM emisi PLTU Batubara. Hal ini dikarenakan pada Bag Filter
telah dieleminasi terlebih dahulu PM10 sebelum diproses pada
ESP, sehingga cost operasi ESP lebih murah dengan efisiensi
standar.
Kami Membuka Sesi
Bertanya
SESI TANYA-JAWAB
Pipit Anggriany/170405089: “Kenapa tetap menggunakan alat tersebut (Bag Filter-ESP)
dalam penangan Particulate Matter?”

Yuhdian Haz/170405185: “Penggunaan alat tersebut adalah standar penanganan


Particulate Matter (PM) pada PLTU-Batubara yang diajukan oleh YLBHI, WALHI, dan
GREENPEACE, yaitu menggunakan Bag filter dan/atau Electrostatis precipitator (ESP).
Kami menilai standar tersebut sudah cukup untuk mengendalikan emisi PM tersebut,
karena pertimbangan efisiensi yang tinggi agar lingkungan hidup lebih sehat. Tetapi,
kami menyarankan untuk menggunakan kedua alat tersebut karena pertimbangan pada
bag filter hanya menangkap PM10 dan tidak dapat menangkap PM2,5 yang dapat
ditangkap oleh ESP. Sedangkan jika hanya menggunakan ESP, maka dibutuhkan biaya
lebih besar untuk efisiensi yang cukup agar ESP optimal, hal ini dikarenakan butuh
energi tambahan pada ESP agar menangkap PM10. Penggunaan kedua alat tersebut
bersamaan akan mengurangi cost energi dari ESP, tetapi hasil yang didapat optimal.”
Raimond Smith Andreas/170405079: “Bagaimana dengan penanganan SOx dan NOx?”

T. Muhammad Umar Amdani/170405103: “Emisi SOx dari PLTU-Batubara yang kami


presentasikan biasanya dikendalikan dengan alat FGD (Flue Gas Desulfurization), prinsip
kerjanya seperti kolom absorpsi dengan absorben berupa air laut (efisiensi sampai 90%)
atau air kapur (efisiensi sampai 95%). Sedangkan pada emisi NOx dari PLTU-Batubara
dapat dikendalikan dengan dua cara mengingat terdapat 3 cara pembentukan emisi NOx
pada umumnya. Penjabarannya ialah; Termal NOx, pembentukan NOx dari Nitrogen
yang ada di udara, yang ter-ionisasi dan membentuk ikatan baru dengan oksigen,
termal NOx ini dapat dikendalikan dengan Low NOx Burner cara kerjanya memberikan
suplai udara secukupnya pada proses pembakaran batubara, sehingga nitrogen yang
ada di udara terbatasi pada daerah devolatilisasi (daerah pembakran batubara) saja,
NOx yang terbentuk dari nitrogen di udara dapat dikurangi. Selanjutnya ada Fuel NOx,
yaitu pembentukan NOx dari pelepasan ion nitrogen yang terdapat pada batubara lalu
membentuk ikatan dengan oksigen, fuel NOx dapat dikendalikan dengan SNCR (Selective
Non-catalityc Reduction) yang prinsipnya meng-injeksi amonia atau urea ke dalam
tungku pembakaran batubara untuk mengurangi pembentukan NOx. Terakhir ialah
Prompt NOx, yaitu pembentukan NOx dari nitrogen yang ada di atmosfer yang bereaksi
dengan hidrokarbon radikal, pembentukan NOx ini sangat jarang terjadi, dan bukan
merupakan emisi dari PLTU-Batubara”
Deby Xstrada Surbakti/170405096: “Bagaimana karakteristik Particulate Matter emisi
PLTU-Batubara sehingga diperlukan dua alat kendali tersebut?

T. Muhammad Umar Amdani/170405103: “Particulate Matter (PM) emisi PLTU-


Batubara tersebut terdiri dari berbagai ukuran tidak ada karakteristik khusus yang
membuat kami menyarankan menggunakan dua alat tersebut, hanya berdasarkan
ukuran. Kami meng-highlight PM10 dengan ukuran 10 mikron dan PM2,5 dengan ukuran
2,5 mikron karena terdapat perbedaan level keberbahayaan. Perbedaan perlakuan
dalam mengendalikan PM tersebut dan saran kami menggunakan kedua alat tersebut
bersamaan bertujuan untuk mendapatkan operasi optimal dengan biaya operasi sedikit.
Bila kita hanya menggunakan Bag filter, maka PM2,5 tidak akan tereleminasi dengan
optimal karena pori-pori dari bag filter tidak cukup kecil, dan PM2,5 lebih optimal bila
dikendalikan dengan ESP. Akan tetapi, bila hanya menggunakan ESP, maka PM yang
akan melewati ESP ialah termasuk PM10 bahkan bisa saja lebih besar, yang mana pada
prosesnya, semakin besar ukuran PM yang masuk maka semakin besar juga luas
permukaan PM yang harus diubah menjadi bermuatan negatif agar dapat ditarik oleh
plat positif pada ESP, semakin besar luas permukaan tersebut maka semakin besar juga
biaya energi yang diperlukan. Sehingga, penggunaan dua alat tersebut bersamaan
seperti yang kami sarankan bertujuan untuk mendapatkan operasi optimal dengan
biaya operasi sedikit.”

Anda mungkin juga menyukai