Anda di halaman 1dari 22

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
rahmat dan karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan
tugas Makalah mengenai Asuhan Keperawatan dengan Kehamilan Ektopik .
kehamilan ektopik merupakan kehamilan dengan ovum yang dibuahi,
berimplantasi dan tumbuh tidak di tempat yang normal yakni dalam endometrium
kavum uteri. Terjadinya kehamilan ektopik pada wanita kemungkinan karena
adanya pencetus seperti penyakit radang panggul, pemakaian antibiotika pada
penyakit radang panggul, pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim IUD (Intra
Uterine Device), riwayat kehamilan ektopik sebelumnya, infertilitas, kontrasepsi
yang memakai progestin dan tindakan aborsi.
Tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga makalah kami ini boleh selesai sesuai dengngan waktu yang
ditetapkan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja khususnya bagi kami
sebagai seorang pelajar dan semua yang membaca Makalah ini, dan mudah-
mudahan dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Kami menyadari bahwa dalam menulis Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh
dari kata sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun guna menyempurnakan Makalah kami ini.
Terimakasih.

Kendari, 7 Desember 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG..................................................................................1
B. TUJUAN.......................................................................................................1
BAB II KONSEP DASAR
A. DEFENISI KEHAMILAN EKTOPIK......................................................2
B. ETIOLOGI...................................................................................................3
C. KLASIFIKASI.............................................................................................4
D. PATOFISIOLOGI.......................................................................................4
E. MANIFESTASI KLINIS.............................................................................5
F. TANDA DAN GEJALA..............................................................................6
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG................................................................7
H. PENATALAKSANAAN..............................................................................7
I. KOMPLIKASI.............................................................................................9
J. PENCEGAHAN...........................................................................................10
BAB III PEMBAHASAN
A. PENGKAJIAN.............................................................................................11
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN.................................................................14
C. INTERVENSI KEPERAWATAN..............................................................14
D. IMPLEMENTASI........................................................................................18
E. EVALUASI...................................................................................................18
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN............................................................................................19
B. SARAN..........................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan dimana sel telur yang dibuahi
berimplantasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri. Kehamilan ektopik
dapat mengalami abortus atau ruptur pada dinding tuba dan peristiwa ini disebut
sebagai Kehamilan Ektopik Terganggu
Sebagian besar kehamilan ektopik terganggu berlokasi di tuba (90%)
terutama di ampula dan isthmus. Sangat jarang terjadi di ovarium, rongga
abdomen, maupun uterus. Keadaan-keadaan yang memungkinkan terjadinya
kehamilan ektopik adalah penyakit radang panggul, pemakaian antibiotika pada
penyakit radang panggul, pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim IUD (Intra
Uterine Device), riwayat kehamilan ektopik sebelumnya, infertilitas, kontrasepsi
yang memakai progestin dan tindakan aborsi.
Gejala yang muncul pada kehamilan ektopik terganggu tergantung lokasi
dari implantasi. Dengan adanya implantasi dapat meningkatkan vaskularisasi di
tempat tersebut dan berpotensial menimbulkan ruptur organ, terjadi perdarahan
masif, infertilitas, dan kematian. Hal ini dapat mengakibatkan meningkatnya
angka mortalitas dan morbiditas Ibu jika tidak mendapatkan penanganan secara
tepat dan cepat.
Insiden kehamilan ektopik terganggu semakin meningkat pada semua wanita
terutama pada mereka yang berumur lebih dari 30 tahun. Selain itu, adanya
kecenderungan pada kalangan wanita untuk menunda kehamilan sampai usia yang
cukup lanjut menyebabkan angka kejadiannya semakin berlipat ganda.
B. TUJUAN
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui definisi dari kehamilan ektropik terganggu.
2. Untuk mengetahui etiologi terjadinya kehamilan etropik terganggu
3. Untuk mengetahui kalangan usia yang rentan terhadap terjadinya
kehamilan ektropik.

1
BAB II
KONSEP DASAR

A. Definisi kehamilan ektopik


Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar kata dari
bahasa Yunani, topos yang berarti tempat. Jadi istilah ektopik dapat diartikan
“berada di luar tempat yang semestinya”. Apabila pada kehamilan ektopik terjadi
abortus atau pecah, dalam hal ini dapat berbahaya bagi wanita hamil tersebut
maka kehamilan ini disebut kehamilan ektopik terganggu.
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi diluar
rongga uterus, tuba falopii merupakan tempat tersering untuk terjadinya
implantasi kehamilan ektopik,sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi di
tuba,jarang terjadi implantasi pada ovarium,rongga perut,kanalis servikalis
uteri,tanduk uterus yang rudimenter dan divertikel pada uterus.(Sarwono
Prawiroharjho, 2005)
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi di luar
rongga uterus. Tuba fallopi merupakan tempat tersering untuk terjadinya
implantasi kehamilan ektopik (lebih besar dari 90 %). (Sarwono. 2002. Buku
Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal)
Kehamilan ektopik ialah kehamilan di tempat yang luar biasa. Tempat
kehamilan yang normal ialah di dalam cavum uteri. Kehamilan ektopik dapat
terjadi di luar rahim misalnya dalam tuba, ovarium atau rongga perut, tetapi dapat
juga terjadi di dalam rahim di tempat yang luar biasa misalnya dalam cervix, pars
interstitialis tuba atau dalam tanduk rudimenter rahim (Obstetri Patologi. 1984.
FK UNPAD).
Kehamilan ektopik adalah implantasi dan pertumbuhan hasil konsepsi di
luar endometrium kavum uteri. (kapita selekta kedokteran,2001)

2
Dari kedua difinisi diatas dapat disimpulkan kehamilan ektopik adalah
kehamilan dengan ovum yang dibuahi, berimplantasi dan tumbuh tidak di tempat
yang normal yakni dalam endometrium kavum uteri.

B. Etiologi
Etiologi kehamilan ektopik terganggu telah banyak diselidiki, tetapi
sebagian besar penyebabnya tidak diketahui. Trijatmo Rachimhadhi dalam
bukunya menjelaskan beberapa faktor yang berhubungan dengan penyebab
kehamilan ektopik terganggu:
1. Faktor mekanis
Hal-hal yang mengakibatkan terhambatnya perjalanan ovum yang dibuahi
ke dalam kavum uteri, antara lain:
 Salpingitis, terutama endosalpingitis yang menyebabkan aglutinasi
silia lipatan mukosa tuba dengan penyempitan saluran atau
pembentukan kantong-kantong buntu. Berkurangnya silia mukosa tuba
sebagai akibat infeksi juga menyebabkan implantasi hasil zigot pada
tuba falopii.
 Adhesi peritubal setelah infeksi pasca abortus/ infeksi pasca nifas,
apendisitis, atau endometriosis, yang menyebabkan tertekuknya tuba
atau penyempitan lumen
 Kelainan pertumbuhan tuba, terutama divertikulum, ostium asesorius
dan hipoplasi. Namun ini jarang terjadi
 Bekas operasi tuba memperbaiki fungsi tuba atau terkadang kegagalan
usaha untuk memperbaiki patensi tuba pada sterilisasi
 Tumor yang merubah bentuk tuba seperti mioma uteri dan adanya
benjolan pada adneksia
 Penggunaan IUD
2. Faktor Fungsional
 Migrasi eksternal ovum terutama pada kasus perkembangan duktus
mulleri yang abnormal
 Refluks menstruasi

3
 Berubahnya motilitas tuba karena perubahan kadar hormon estrogen
dan progesteron
 Peningkatan daya penerimaan mukosa tuba terhadap ovum yang
dibuahi.
 Hal lain seperti; riwayat KET dan riwayat abortus induksi sebelumnya.
C. Klasifikasi
Sarwono Prawirohardjo dan Cuningham masing-masing dalam bukunya
mengklasifikasikan kehamilan ektopik berdasarkan lokasinya antara lain:
1. Tuba Fallopii
a. Pars-interstisialis
b. Isthmus
c. Ampula
d. Infundibulum
e. Fimbrae
2. Uterus
a. Kanalis servikalis
b. Divertikulum
c. Kornu
d. Tanduk rudimenter
3. Ovarium
4. Intraligamenter
5. Abdominal
a. Primer
b. Sekunder
6. Kombinasi kehamilan dalam dan luar uterus.
D. Patofisiologi
Tempat-tempat implantasi kehamilan ektopik antara lain ampula tuba (lokasi
tersering, ismust, fimbriae, pars interstisialis, kornu uteri, ovarium, rongga
abdomen, serviks dan ligamentum kardinal. Zigot dapat berimplantasi tepat pada
sel kolumnar tuba maupun secara intercolumnar. Pada keadaan yang pertama,

4
zigot melekat pada ujungatau sisi jonjot, endosalping yang relative
sedikitmendapat suplai darah, sehingga zigot mati dan kemudian di reabsorbsi.
Pada implantasi interkolumnar, zigot menempel diantara dua jonjot. Zigot
yang telah bernidasi kemudian tertutup oleh jaringan endosalping yang
menyerupai desidua, yang disebut pseudokapsul. Villi korialis dengan mudah
menembus endosalping dan mencapai lapisan miosalping dengan merusak
integritas pembuluh darah di tempat tersebut. Selanjutnya, hasil konsepsi
berkembang dan perkembangannya tersebut di pengaruhi oleh beberapa
faktor,  yaitu tempat implantasi, ketebalan tempat implantasi dan banyaknya
perdarahan akibat invasi trofoblas.
Seperti kehamilan normal, uterus pada kehamilan ektopikpun mengalami
hipertropi akibat pengaruh hormon estrogen dan progesteron, sehingga tanda-
tanda kehamilan seperti tanda hegar dan Chadwick pun ditemukan.
Endometriumpun berubah menjadi desidua, meskipun tanpa trofoblas. Sel-sel
epitel endometriummenjadi hipertropik, hiperkromatik, intinya menjadi lobular
dan sitoplasmanya bervakuola. Perubahan selular demikian disebut sebagai reaksi
Arias-Stella. Karena tempat pada implantasi pada kehamilan ektopik tidak ideal
untuk berlangsungnya kehamilan, suatu saat kehamilan akan terkompromi.           
Kemungkinan yang dapat terjadi pada kehamilan ektopik adalah :
 Hasil konsepsi mati dini dan direabsorbsi
 Abortus kedalam lumen tuba
 Ruptur dinding tuba.
E. Manifestasi klinis
Gambaran klinik kehamilan ektopik sangat bervariasi tergantung dari ada
tidaknya ruptur. Triad klasik dari kehamilan ektopik adalah nyeri, amenorrhea,
dan perdarahan per vaginam. Pada setiap pasien wanita dalam usia reproduktif,
yang datang dengan keluhan amenorrhea dan nyeri abdomen bagian bawah, harus
selalu dipikirkan kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik.
Selain gejala-gejala tersebut, pasien juga dapat mengalami gangguan
vasomotor berupa vertigo atau sinkop; nausea, payudara terasa penuh, fatigue,
nyeri abdomen bagian bawah,dan dispareuni. Dapat juga ditemukan tanda iritasi

5
diafragma bila perdarahan intraperitoneal cukup banyak, berupa kram yang berat
dan nyeri pada bahu atau leher, terutama saat inspirasi.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan nyeri tekan pelvis, pembesaran
uterus, atau massa pada adnexa. Namun tanda dan gejala dari kehamilan ektopik
harus dibedakan dengan appendisitis, salpingitis, ruptur kista korpus luteum atau
folikel ovarium. Pada pemeriksaan vaginal, timbul nyeri jika serviks digerakkan,
kavum Douglas menonjol dan nyeri pada perabaan.
Pada umumnya pasien menunjukkan gejala kehamilan muda, seperti nyeri di
perut bagian bawah, vagina uterus membesar dan lembek, yang mungkin tidak
sesuai dengan usia kehamilan. Tuba yang mengandung hasil konsepsi menjadi
sukar diraba karena lembek.
Nyeri merupakan keluhan utama. Pada ruptur, nyeri terjadi secara tiba-tiba
dengan intensitas tinggi disertai perdarahan, sehingga pasien dapat jatuh dalam
keadaan syok. Perdarahan per vaginam menunjukkan terjadi kematian janin.
Amenorrhea juga merupakan tanda penting dari kehamilan ektopik. Namun
sebagian pasien tidak mengalami amenorrhea karena kematian janin terjadi
sebelum haid berikutnya.
F. Tanda dan gejala
1. Tanda :
 Nyeri abdomen bawah atau pelvic, disertai amenorrhea atau spotting
atau perdarahan vaginal.
 Menstruasi abnormal.
 Abdomen dan pelvis yang lunak.
 Perubahan pada uterus yang dapat terdorong ke satu sisi oleh massa
kehamilan, atau tergeser akibat perdarahan. Dapat ditemukan sel
desidua pada endometrium uterus.
 Penurunan tekanan darah dan takikardi bila terjadi hipovolemi.
 Kolaps dan kelelahan
 Pucat
 Nyeri bahu dan leher (iritasi diafragma)
 Nyeri pada palpasi, perut pasien biasanya tegang dan agak gembung.

6
 Gangguan kencing

2. Gejala:
 Nyeri:
Nyeri panggul atau perut hampir terjadi hampir 100% kasus kehamilan
ektopik. Nyeri dapat bersifat unilateral atau bilateral , terlokalisasi atau
tersebar.
 Perdarahan:
Dengan matinya telur desidua mengalami degenerasi dan nekrose dan
dikeluarkan dengan perdarahan. Perdarahan ini pada umumnya sedikit,
perdarahan yang banyak dari vagina harus mengarahkan pikiran kita ke
abortus biasa.Perdarahan abnormal uterin, biasanya membentuk
bercak. Biasanya terjadi pada 75% kasus
 Amenorhea:
Hampir sebagian besar wanita dengan kehamilan ektopik yang
memiliki berkas perdarahan pada saat mereka mendapatkan
menstruasi, dan mereka tidak menyadari bahwa mereka hamil
G. Pemeriksaan Penunjang
1. USG
2. Kadar HCG menurun
3. Laparaskopi
4. HB
5. Leukosit
6. Kuldossintesis
H. Penatalaksanaan
Penanganan kehamilan ektropik pada umumnya adalalah laparotomi. Dalam
tindakan demikian , beberapa hal harus diperhatikan dan dipertimbangkan, yaitu
sebagai berikut.

7
1. Kondisi ibu pada saat itu.
2. Keinginan ibu untuk mempertahankan fungsi reproduksinya.
3. Lokasi kehamilan ektropik.
4. Kondisi anatomis organ pelvis.
5. Kemampuan teknik bedah mikro dokter.
6. Kemampuan teknologi fertilasi in vitro setempat.
Hasil pertimbangan ini menentukan apakah perlu di lakukan salpingektomi
pada kehamilan tuba atau dapat dilakukan pembedahan konservatif. Apakah
kondisi ibu buruk, misalnya dalam keadaan syok, lebih baik di lakukan
salpingektomi. Pada kasus kehamilan ektropik di pars ampularis tuba yang belum
pecah biasanya di tangani dengan menggunakan kemoterapi untung menghindari
tindakan pembedahan.
Karena kehamilan ektopik dapat mengancam nyawa, maka deteksi dini dan
pengakhiran kehamilan adalah tatalaksana yang disarankan. Pengakhiran
kehamilan dapat dilakukan melalui:
1. Obat-obatan
Dapat diberikan apabila kehamilan ektopik diketahui sejak dini. Obat yang
digunakan adalah methotrexate (obat anti kanker).
2. Operasi
Untuk kehamilan yang sudah berusia lebih dari beberapa minggu, operasi
adalah tindakan yang lebih aman dan memiliki angka keberhasilan lebih
besar daripada obat-obatan. Apabila memungkinkan, akan dilakukan
operasi laparaskopi.
Bila diagnosa kehamilan ektopik sudah ditegakkan, terapi definitif adalah
pembedahan :
1. Laparotomi : eksisi tuba yang berisi kantung kehamilan (salfingo-
ovarektomi) atau insisi longitudinal pada tuba dan dilanjutkan dengan
pemencetan agar kantung kehamilan keluar dari luka insisi dan kemudian
luka insisi dijahit kembali.
2. Laparoskop : untuk mengamati tuba falopii dan bila mungkin lakukan
insisi pada tepi superior dan kantung kehamilan dihisap keluar tuba.

8
3. Operasi Laparoskopik : Salfingostomi
Bila tuba tidak pecah dengan ukuran kantung kehamilan kecil serta kadar
β-hCG rendah maka dapat diberikan injeksi methrotexatekedalam kantung
gestasi dengan harapan bahwa trofoblas dan janin dapat diabsorbsi atau
diberikan injeksi methrotexate 50 mg/m3 intramuskuler.
Syarat pemberian methrotexate pada kehamilan ektopik:
1. Ukuran kantung kehamilan
2. Keadaan umum baik (“hemodynamically stabil”)
3. Tindak lanjut (evaluasi) dapat dilaksanakan dengan baik
Keberhasilan pemberian methrotexate yang cukup baik bila :
1. Masa tuba
2. Usia kehamilan
3. Janin mati
4. Kadar β-hCG
Kontraindikasi pemberian Methrotexate :
1. Laktasi
2. Status Imunodefisiensi
3. Alkoholisme
4. Penyakit ginjal dan hepar
5. Diskrasia darah
6. Penyakit paru aktif
7. Ulkus peptikum
Pasca terapi konservatif atau dengan methrotexate, lakukan pengukuran
serum hCG setiap minggu sampai negatif. Bila perlu lakukan “second look
operation”.
I. Komplikasi
Komplikasi kehamilan ektopik dapat terjadi sekunder akibat kesalahan
diagnosis, diagnosis yang terlambat, atau pendekatan tatalaksana. Kegagalan

9
penegakan diagnosis secara cepat dan tepat dapat mengakibatkan terjadinya ruptur
tuba atau uterus, tergantung lokasi kehamilan, dan hal ini dapat menyebabkan
perdarahan masif, syok, DIC, dan kematian.
Komplikasi yang timbul akibat pembedahan antara lain adalah perdarahan,
infeksi, kerusakan organ sekitar (usus, kandung kemih, ureter, dan pembuluh
darah besar). Selain itu ada juga komplikasi terkait tindakan anestesi.
J. Pencegahan
Berhenti merokok akan menurunkan risiko kehamilan ektopik. Wanita yang
merokok memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami kehamilan
ektopik. Berhubungan seksual secara aman seperti menggunakan kondom akan
mengurangi risiko kehamilan ektopik dalam arti berhubungan seks secara aman
akan melindungi seseorang dari penyakit menular seksual yang pada akhirnya
dapat menjadi penyakit radang panggul. Penyakit radang panggul dapat
menyebabkan jaringan parut pada saluran tuba yang akan meningkatkan risiko
terjadinya kehamilan ektopik.

10
BAB III
PEMBAHASAN
ASUHAN KEPERAWATAN KEHAMILAN EKTOPIK
A. Pengkajian
1. Anamnesis dan gejala klinis
 Riwayat terlambat haid
 Gejala dan tanda kehamilan muda
 Dapat ada atau tidak ada perdarahan per vaginan
 Terdapat aminore
 Ada nyeri mendadak di sertai rasa nyeri bahu dan seluruh abdomen,
terutama abdomen bagian kanan / kiri bawah
 Berat atau ringannya nyeri tergantung pada banyaknya darah yang
terkumpul dalam peritoneum.
2. Pemeriksaan fisik
 Inspeksi
a. Mulut : bibir pucat
b. Payudara : hyperpigmentasi, hipervaskularisasi, simetris
c. Abdomen : terdapat pembesaran abdomen.
d. Genetalia : terdapat perdarahan pervaginam
e. Ekstremitas : dingin
 Palpasi
a. Abdomen : uterus teraba lembek, TFU lebih kecil daripada
UK, nyeri tekan, perut teraba tegang, messa pada
adnexa.
b. Genetalia : Nyeri goyang porsio, kavum douglas menonjol.
 Auskultasi
Abdomen : bising usus (+), DJJ (-)
 Perkusi

11
Ekstremitas : reflek patella + / +
3. Pemeriksaan fisik umum:
 Pasien tampak anemis dan sakit
 Didapatkan rahim yang juga membesar, adanya tumor di daerah
adneksa.
 Kesadaran bervariasi dari baik sampai koma tidak sadar.
 Daerah ujung (ekstremitas) dingin
 Adanya tanda-tanda syok hipovolemik, yaitu hipotensi, pucat, adanya
tanda-tanda abdomen akut, yaitu perut tegang bagian bawah, nyeri
tekan dan nyeri lepas dinding abdomen.
 Pemeriksa nadi meningkat, tekanan darah menurun sampai syok
 Pemeriksaan abdomen: perut kembung, terdapat cairan bebas darah,
nyeri saat perabaan.
4. Pemeriksaan khusus:
 Nyeri goyang pada pemeriksaan serviks
 Kavum douglas menonjol dan nyeri
 Mungkin tersa tumor di samping uterus
 Pada hematokel tumor dan uterus sulit dibedakan.
 Pemeriksaan ginekologis: seviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeri pada
uteris kanan dan kiri
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan air seni dapat dilakukan untuk mengetahui kehamilan
seseorang, sedangkan untuk mengetahui kehamilan ektopik seorang dokter
dapat melakukan:
a. Laboratorium
 Hematokrit
Tergantung pada populasi dan derajat perdarahan abdominal yang
terjadi.
 Sel darah putih
Sangat bervariasi dan tak jarang terlihat adanya leukositosis.
Leoukosite 15.000/mm3.  Laju endap darah meningkat.

12
 Tes kehamilan
Pada kehamilan ektopik hampir 100% menunjukkan pemeriksaan
β-hCG positif. Pada kehamilan intrauterin, peningkatan kadar β-
hCG meningkat 2 kali lipat setiap dua hari, 2/3 kasus kehamilan
ektopik menunjukkan adanya peningkatan titer serial hCG yang
abnormal, dan 1/3 sisanya menunjukkan adanya peningkatan titer
hCG yang normal. Kadar hormon yang rendah  menunjukkan
adanya suatu masalah seperti kehamilan ektopik.
b. Pemeriksaan Penunjang/Khusus
 Setelah 24 jam dan jumlah sel darah merah dapat meningkat.
 Pemeriksaan ultrosonografi (USG). Pemeriksaan ini dapat
menggambarkan isi dari rahim seorang wanita. Pemeriksaan USG
dapat melihat dimana lokasi kehamilan seseorang, baik di rahim,
saluran tuba, indung telur, maupun di tempat lain.
USG :

 Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri


 Adanya kantung kehamilan di luar kavum uteri
 Adanya massa komplek di rongga panggul
 Laparoskopi
peranan untuk menegakkan diagnosa kehamilan ektopik sudah
diganti oleh USG
 Laparotomi 
Harus dilakukan pada kasus kehamilan ektopik terganggu dengan
gangguan hemostasis (tindakan diagnostik dan definitif).
 Kuldosintesis  
Memasukkan jarum kedalam cavum Douglassi transvaginal untuk
menentukan ada atau tidak adanya darah dalam cavum Douclassi.
Tindakan ini tak perlu dikerjakan bila diagnosa adanya perdarahan
intraabdominal sudah dapat ditegakkan dengan cara pemeriksaan
lain.
 Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan laparotomi.

13
B. Diagnosa Keperawatan
Kemungkinan diagnosis keperawatan yang muncul adalah sebagai berikut:
1. Devisit volume cairan yang berhubungan dengan ruptur pada lokasi
implantasi sebagai efek tindakan pembedahan.
2. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen
seluler yang di perlukan untuk pengiriman nutrient ke sel.
3. Nyeri yang berhubungan dengan ruptur tuba falopi, pendarahan
intraperitonial.
4. Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan kurang pemahaman
atau tidak mengenal sumber-sumber informasi.
C. Intervensi keperawatan
1. Devisit volume cairan yang berhubungan dengan ruptur pada lokasi
implantasi sebagai efek tindakan pembedahan.
Kriteria hasil: ibu menunjukan kestabilan/ perbaikan keseimbangn cairan
yang di buktikan oleh tanda-tanda vital yang stabil, pengisian kapiler
cepat, sensorium tepat, serta frekuensi berat jenis urine adekuat.
No Rencana Inervensi Rasional
1 Lakukan pendekatan kepada Pasien dan keluarga lebih kooperatif
pasien dan keluarga.
2 Memberikan penjelasan mengenai pasien mengerti tentang keadaan dirinya
kondisi pasien saat ini dan lebih kooperatif terhadap tindakan.
3 Observasi TTV dan observasi parameter deteksi dini adanya
tanda akut abdoment. komplikasiyang terjadi.
4 Pantau input dan output cairan Untuk mengetahui kesaimbangan cairan
dalam tubuh
5 Pemeriksa kadar Hb mengetahui kadar Hb klien sehubungan
dengan perdarahan.
6 Lakukan kolaborasi dengan tim melaksanakan fungsi independent.
medis untuk penanganan lebih

14
lanjut.
2. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen
seluler yang di perlukan untuk pengiriman nutrient ke sel.
Kriteria hasil: menunjukan perfusi jaringan yang adekuat, misalnya:
Tanda-tanda vital stabil, membrane mukosa warna merah muda, pengisian
kapilerbaik, haluaran urine adekuat, wajah tidak pucat dan mental seperti
biasa.

No Tindakan intervensi rasional


1 Awasi tanda vital, kaji pengisian Memberikan informasi tentang
kapiler, warna kulit/membrane derajat/adekuat perfusi jaringan dan
mukosa, dasar kuku. membantu menentukan kebutuhan
intervensi.
2 Catat keluhan rasa dingin, Vasokonstriksi menurunkan sirkulasi
pertahankan suhu lingkungan dan perifer. Kenyamanan pasien/ kebutuhan
tubuh hangat sesuai indikasi. rasa hangat harus seimbang dengan
kebutuhan untuk menghindari panas
berlebihan.
3 Kolaborasi dengan tim medis Mengidentifikasi defisiensi dan
yang lain, awasi pemeriksaan lab: kebuutuhan pengobatan atau terhadap
misalnya: HB/HT terapi.

3. Nyeri yang berhubungan dengan ruptur tuba falopi, pendarahan


intraperitonial.
Kriteria hasil: ibu dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi, tanda-tanda
vital dalam batas normal, dan ibu tidak meringis atau menunjukan raut
muka yang kesakitan.

15
No Rencana Intervensi Rasional
Mandiri:
1 Tentukan sifat, lokasi dan Membantu dalam mendiagnosis dan
durasi nyeri. Kaji kontraksi menentukan tindakan yang akan dilakukan.
uterus hemoragi ataunyeri Ketidak nyamanan dihubungkan dengan
tekan abdomen. aborsi spontan dan molahidatiosa karena
kontraksi uterus yang mungkin diperberat
oleh infuse oksitosin. Rupture kehamilan
ektropik mengakibatkan nyeri hebat, karena
hemoragi tersembunyi saat tuba falopi
rupture ke dalam abdomen.
2 Kaji steres psikologi Ansietas terhadap situasi darurat dapat
ibu/pasangan dan respons memperberat ketidak nyamanan karena
emosional terhadap kejadian. syndrome ketegangan, ketakutan, dan nyeri..
3 Berikan lingkungan yang Dapat membantu dalam menurunkan tingkat
tenang dan aktivitas untuk asietas dan karenanya mereduksi
menurunkan rasa nyeri. ketidaknyamanan.
Instruksikan klien untuk
menggunakan metode
relaksasi, misalnya: napas
dalam, visualisasi distraksi,
dan jelaskan prosedur.
Kolaborasi:
4 Berikannarkotik atau sedative Meningkatkan kenyamanan, menurunkan
berikut obat-obat praoperatif komplikasi pembedahan
bila prosedur pembedahan
diindikasikan.
5 Siapkan untuk prosedur bedah Tingkatkan terhadap penyimpangan dasar
bila terdapat indikasi akan menghilangkan nyeri.

4. Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan kurang pemahaman


atau tidak mengenal sumber-sumber informasi.

16
Tujuan: ibu berpartisipasi dalam proses belajar, mengungkapkan dalam
istilah sederhana, mengenai patofisiologi dan implikasi klinis.

No Rencana Intervensi Rasional


1 Menjelaskan tindakan dan Memberikan informasi, menjelaskan
rasional yang ditentukan untuk kesalahan konsep pikiran ibu mengenai
kondisi hemoragia. prosedur yang akan dilakukan, dan
menurunkan sters yang berhubungan
dengan prosedur yang diberikan.
2 Berikan kesempatan bagi ibu Memberikan klisifikasi dari konsep yang
untuk mengaji\ukan pertanyaan salah, identifikasi masala-masalah dan
dan mengungkapkan kesalah kesempatan untuk memulai
konsep mengembangkan ketrampilan penyesuaian
(koping)
3 Diskusikan kemungkinan Memberikan informasi tentang
implikasi jangka ependek pada kemungkinan komplikasi dan
ibu/janin dari kedaan meningkatkan harapan realita dan kerja
pendarahan. sama dengan aturan tindakan.
4 Tinjau ulang implikasi jangka Ibu dengan kehamilan ektropik dapat
panjang terhadap situasi yang memahami kesulitan mempertahankan
memerlukan evaluasi dan setelah pengangkatan tuba/ovarium yang
tindakan tambahan. sakit.

D. Implementasi keperawatan
 Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah
direncanakan, mencangkup tindakan mandiri dan kolaborasi.

17
 Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan
kesimpulan perawat, dan bukan atas petunjuk data petugas kesehatan lain.
 Tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh
hasil keputusan bersama seperti dokter atau petugas kesehatan lain.
E. Evaluasi keperawatan
Merupakan hasil perkembangan ibu dengan berpedoman kepada hasil dan
tujuan yang hendak dicapai.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

18
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Kehamilan Ektopik Terganggu adalah suatu kehamilan ektopik yang
mengalami abortus ruptur pada dinding tuba.
2. Etiologi kehamilan ektopik terganggu telah banyak diselidiki, tetapi
sebagian besar penyebabnya tidak diketahui. Trijatmo Rachimhadhi dalam
bukunya menjelaskan beberapa faktor yang berhubungan dengan penyebab
kehamilan ektopik terganggu, yaitu:
 Faktor mekanis
 Faktor fungsional
 Peningkatan daya penerimaan mukosa tuba terhadap ovum yang
dibuahi.
 Hal lain seperti; riwayat KET dan riwayat abortus induksi sebelumnya.
3. Kalangan usia yang rentan terhadap Kehamilan Ektopik Terganggu adalah
antara 20-40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun.
B. Saran
Banyak hambatan yang penulis dapatkan dalam pembuatan makalah ini
akibat keterbatasan ilmu dan pengalaman penulis. Oleh karena itu penulis
menyarankan agar kegiatan seperti ini agar kiranya dapat slalu dilakukan untuk
menambah ilmu dan pengetahuan serta sebagai bahan aplikasi jika kelak
mengambil profesi dan terjun dimasyarakat luas.

DAFTAR PUSTAKA

19
Prawirohardjo S, Hanifa W. Gangguan Bersangkutan dengan Konsepsi. Dalam:
Ilmu Kandungan, edisi II. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo, 2005
Mansjoer Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III, Jilid I. Media
Aesculapius FKUI
http://www.google.com/Gambaran Kasus Kehamilan Ektopik Terganggu di
RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Provinsi Riau Periode 1 Januari 2003-31
Desember 2005
http://www.medica store.com/kehamilanektopik,kehamilanluar
kandungan/page:1-4
Bagian obstetri dan Ginekologi FK UNPAD. 1984. Obstetri Patologi. Bandung :
FK UNPAD
Sarwono. 1999. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP-SP
Sarwono. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : YBP-SP
http://www.pusmaika’s.blogspot.com
www.google.com

20

Anda mungkin juga menyukai