Anda di halaman 1dari 31

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Kandidiasis (moniliasis) adalah suatu infeksi oleh jamur Candida, yang

sebelumnya disebut Monilia. Kandidiasis oral atau sering disebut sebagai

moniliasis merupakan suatu infeksi yang paling sering dijumpai dalam rongga

mulut manusia, dengan prevalensi 20%-75% dijumpai pada manusia sehat tanpa

gejala. Kandidiasis pada penyakit sistemik menyebabkan peningkatan angka

kematian sekitar 71%-79%. Terkadang yang diserang adalah bayi dan orang

dewasa yang tubuhnya lemah. Pada bayi bisa didapat dari dot, pakaian, bantal,

dan sebagainya.

Kandidiasis oral merupakan salah satu penyakit pada rongga mulut berupa

lesi merah dan lesi putih yang disebabkan oleh jamur jenis Candida sp, dimana

Candida albican merupakan jenis jamur yang menjadi penyebab utama.

Kandidiasis oral pertama sekali dikenalkan oleh Hipocrates pada tahun 377 SM,

yang melaporkan adanya lesi oral yang kemungkinan disebabkan oleh genus

Kandida. Terdapat 150 jenis jamur dalam famili Deutromycetes, dan tujuh

diantaranya ( C.albicans, C.tropicalis, C. parapsilosi, C. krusei, C. kefyr, C.

glabrata, dan C. guilliermondii ) dapat menjadi patogen, dan C. albican

merupakan jamur terbanyak yang terisolasi dari tubuh manusia sebagai flora

normal dan penyebab infeksi oportunistik. Terdapat sekitar 30-40% Kandida

albikan pada rongga mulut orang dewasa sehat, 45% pada neonatus, 45-65% pada

anak-anak sehat, 50-65% pada pasien yang memakai gigi palsu lepasan, 65-88%
pada orang yang mengkonsumsi obat-obatan jangka panjang, 90% pada pasien

leukemia akut yang menjalani kemoterapi, dan 95% pada pasien HIV/AIDS

Penyakit ini kemudian diteliti lagi oleh Pepy. Beliau melihat jamur itu

pada moniliasis/candidiasis/sariawan pada bayi yang disebutnya oral thrush,

sehingga ia menamakan jamur itu thrush fungus. Veron (1835) menghubungkan

penyakit pada bayi tersebut dengan infeksi pada saat dilahirkan dengan sumber

infeksi dari alat kandungan ibunya. Berg (1840) berkesimpulan bahwa alat minum

yang tidak bersih dan tangan perawat yang tercemar jamur merupakan faktor

penting dalam penyebarab infeksi ini. Berdasarkan bentuknya yang bulat lonjong

dan berwarna putih diberikanlah nama Oidium Albicans. Nama oidium kemudian

berubah menjadi monilia. Beberapa nama peneliti mencoba mempelajarinya,

antara lain Wilkinson yang menghubungkannya dengan vaginatis. Akhirnya

Berkhout (1923) menamakan jamur itu dalam genus candida.

1.2  Tujuan

1.      Tujuan Umum

Menjelaskan tentang konsep penyakit moniliasis / kandidiasis serta pendekatan

asuhan keperawatannya.

2.      Tujuan Khusus

1. Mengetahui definisi dari moniliasis/kandidiasis

2. Mengetahui klasifikasi moniliasis/kandidiasis

3. Mengetahui etiologi dari moniliasis/kandidiasis

4. Mengetahui manifestasi klinis moniliasis/kandidiasis

5. Mengetahui patofisiologi moniliasis/kandidiasis


6. Mengetahui pemeriksaan penunjang pada klien dengan moniliasis /

kandidiasis

7. Mengetahui penatalaksanaan serta pencegahan pada moniliasis /

kandidiasis

8. Mengetahui komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan

moniliasis / kandidiasis

9. Mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan moniliasis /

kandidiasis

1.3  Rumusan Masalah

1. Apakah definisi dari moniliasis/kandidiasis?

2. Bagaimana klasifikasi moniliasis/kandidiasis?

3. Apakah etiologi dari moniliasis/kandidiasis?

4. Bagaimana manifestasi klinis moniliasis/kandidiasis?

5. Bagaimana patofisiologi moniliasis/kandidiasis?

6. Apakah pemeriksaan penunjang pada klien dengan moniliasis/kandidiasis?

1.4  Manfaat

Mahasiswa mampu memahami tentang penyakit moniliasis/kandidiasis

serta mampu menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan

moniliasis/kandidiasis.

 
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1    Definisi

Kandidiasis adalah suatu infeksi jamur yang disebabkan oleh candida.

Candida merupakan mikroflora normal pada rongga mulut, mikroorganisme ini

mencapai 40-60 % dari populasi (Silverman S, 2001).

Kandidiasis adalah infeksi atau penyakit akibat jamur Candida, khususnya C.

albicans. Penyakit ini biasanya akibat debilitasi (seperti pada penekan imun dan

khususnya AIDS), perubahan fisiologis, pemberian antibiotika berkepanjangan,

dan hilangnya penghalang (Stedman, 2005).

Walaupun demikian jamur tersebut dapat menjadi patogen dalam kondisi

tertentu atau pada orang-orang yang mempunyai penyakit-penyakit yang

melemahkan daya tahan tubuh sehingga menimbulkan suatu penyakit misalnya,

sering ditemukan pada penderita AIDS (Farlane .M, 2002). Pada rongga mulut

kandida albikans merupakan spesies yang paling sering menimbulkan penyakit.

Secara klinis dapat ditemukan berbagai penampilan berupa lesi putih atau lesi

eritematus (Silverman S, 2001). Pada keadaan akut kandidiasis dapat

menimbulkan keluhan seperti rasa terbakar (burning sensation), rasa sakit

biasanya pada lidah, mukosa bukal, atau labial dan rasa kering atau serostomia

(Greenberg M. S. , 2003). Pada umumnya infeksi tersebut dapat di tanggulangi

dengan menggunakan obat anti jamur baik secara topikal atau sistemik dengan

mempertimbangkan kondisi atau penyakit-penyakit yang menyertainya.

(Silverman S, 2001).

Kandidiasis oral atau mulut (juga dikenal sebagai sariawan) adalah infeksi jamur

ragi dari genus Candida pada membran berlendir mulut. Infeksi oportunistik yang
umum dari rongga mulut yang disebabkan oleh pertumbuhan jamur yang

berlebihan. Sariawan pada mulut bayi disebut kandidiasis, sementara jika terjadi

di mulut atau tenggorokan orang dewasa diistilahkan candidosis atau moniliasis.

Kandidiasis yang sering disebut juga candidosis, trush, dan moniliasis merupakan

suatu keadaan patologis yang hanya menginfeksi jaringan kulit dan mukosa.

Infeksi Candida yang berat tersebut dikenal sebagai candidemia dan biasanya

menyerang orang yang imunnya lemah, seperti penderita kanker, AIDS dan pasien

transplantasi.

Kandidiasis oral ini memang sering terjadi pada bayi yang berusia kurang dari 6

bulan, seiring dengan bertambah dewasanya bayi tersebut, penyakit ini akan

makin jarang terjadi. Penyakit ini juga bukan penyakit yang serius dan beberapa

sumber mengatakan bahwa penyakit ini dapat sembuh sendiri (walaupun tentu

saja lebih baik diobati).

2.2    Klasifikasi

1. Thrush

Mempunyai ciri khas dimana gambarannya berupa plak putih kekuning-

kuningan pada permukaan mukosa rongga mulut, dapat dihilangkan dengan cara

dikerok dan akan meninggalkan jaringan yang berwarna merah atau dapat terjadi

pendarahan. Plak tersebut berisi netrofil, dan sel-sel inflamasi sel epitel yang mati

dan koloni atau hifa. (Greenberg M. S., 2003). Pada penderita AIDS biasanya lesi

menjadi ulserasi, pada keadaan dimana terbentuk ulser, invasi kandida lebih

dalam sampai ke lapisan basal (Mc Farlane 2002). Penyakit rongga mulut ini

ditandai dengan lesi-lesi yang bervariasi yaitu, lunak, gumpalan berupa

bongkahan putih, difus, seperti beludru yang dapat dihapus atau diangkat dan
meninggalkan permukaan merah, kasar, dan berdarah, dapat berupa bercak putih

dengan putih merah terutama pada bagian dalam pipi, pallatum lunak, lidah, dan

gusi. Penderita penyakit ini biasanya mempunyai keluhan terasa terbakar atau

kadang-kadang sakit didaerah yang terkena.

1. Kronis hiperplastik kandidiasis

Infeksi jamur timbul pada mukosa bukal atau tepi lateral lidah dan bibir, berupa

bintik-bintik putih yang tepinya menimbul tegas dengan beberapa daerah merah.

Kondisi ini dapat berkembang menjadi displasia berat atau keganasan.

Kandidiasis tipe ini disebut juga kandidiasis leukoplakia, lesinya berupa plak

putih yang tidak dapat dikerok, gambaran ini mirip dengan leukoplakia tipe

homogen. (Greenberg.2003). Karena plak tersebut tidak dapat dikerok, sehingga

diagnosa harus ditentukan dengan biopsi. Keadaan ini terjadi diduga akibat invasi

miselium ke lapisan yang lebih dalam pada mukosa rongga mulut, sehingga dapat

berproliferasi, sebagai respon jaringan inang. (Greenberg M 2003). Kandidiasis

ini paling sering diderita oleh perokok.

1. Kronis atrofik kandidiasis

Disebut juga “denture stomatitis” atau “alergi gigi tiruan”. Mukosa palatum

maupun mandibula yang tertutup basis gigi tiruan akan menjadi merah, kondisi ini

dikategorikan sebagai bentuk dari infeksi Kandida. Kandidiasis ini hampir 60%

diderita oleh pemakai gigi tiruan terutama pada wanita tua yang sering memakai

gigi tiruan pada waktu tidur. Secara klinis kronis atrofik kandidiasis dapat

dibedakan menjadi tiga tipe yaitu :

1. Inflamasi ringan yang terlokalisir disebut juga pinpoint hiperemi,

gambaran eritema difus, terlihat pada palatum yang ditutupi oleh landasan
geligi tiruan baik sebagian atau seluruh permukaan palatum tersebut (15%-

65%) dan hiperplasi papilar atau disebut juga tipe granular (Greenberg,

2003).

2. Akut atrofik kandidiasis atau disebut juga antibiotik sore mouth. Secara

klinis permukaan mukosa terlihat merah dan kasar, biasanya disertai gejala

sakit atau rasa terbakar, rasa kecap berkurang. Kadang-kadang sakit

menjalar sampai ke tenggorokan selama pengobatan atau sesudahnya

kandidiasis tipe ini pada umumnya ditemukan pada penderita anemia

defiensi zat besi. (Greenberg, 2003).

3. Angular cheilitis, disebut juga perleche, terjadinya di duga berhubungan

dengan denture stomatits. Selain itu faktor nutrisi memegang peranan

dalam ketahanan jaringan inang, seperti defisiensi vitamin B12, asam folat

dan zat besi, hal ini akan mempermudah terjadinya infeksi. Gambaran

klinisnya berupa lesi agak kemerahan karena terjadi inflamsi pada sudut

mulut (commisure) atau kulit sekitar mulut terlihat pecah-pecah atau

berfissure. (Nolte, 1982. Greenberg, 2003).

2.3    Etiologi

Penyebab kandidiasis ini adalah jamur jenis Candida. Jamur jenis ini

adalah jamur yang sangat umum terdapat di sekitar kita dan tidak berbahaya pada

orang yang mempunyai imun tubuh yang kuat. Candida ini baru akan

menimbulkan masalah pada orang-orang yang mempunyai daya tahan tubuh

rendah, misalnya penderita AIDS, pasien yang dalam pengobatan kortikosteroid,

dan tentu saja bayi yang sistem imunnya belum sempurna.


Jamur Candida ini adalah jamur yang banyak terdapat di sekitar kita, bahkan di

dalam vagina ibu pun terdapat jamur Candida. Bayi bisa saja mendapatkan jamur

ini dari alat-alat seperti dot dan kampong, atau bisa juga mendapatkan Candida

dari vagina ibu ketika persalinan.

Selain itu, kandidiasis oral ini juga dapat terjadi akibat keadaan mulut bayi yang

tidak bersih karena sisa susu yang diminum tidak dibersihkan sehingga akan

menyebabkan jamur tumbuh semakin cepat.

Faktor-faktor yang merupakan presdiposisi infeksi antara lain :

1. Diabetes

2. Leukimia

3. Gangguan saluran gastrointestinal yang meningkatkan terjadinya

malabsorpsi dan malnutrisi.

4. Pemakaian antibiotik

Kadang orang yang mengkonsumsi antibiotik menderita infeksi Candida karena

antibiotik membunuh bakteri yang dalam keadaan normal terdapat di dalam

jaringan, sehingga pertumbuhan Candida tidak terkendali.

1. Pemakaian kortikosteroid atau terapi imunosupresan pasca pencangkokan

organ. Kedua hal ini bisa menurunkan pertahanan tubuh terhadap infeksi

jamur. Kortikosteroid (sejenis hormon steroid) dihirup/dihisap untuk

perawatan pada paru-paru (misalnya asma) bisa berdampak pada

kandidiasis mulut.

 
2.4  Manifestasi Klinis

Gejala yang timbul adalah adanya bercak putih pada lidah dan sekitar

mulut bayi dan sering menimbulkan nyeri. Bercak putih ini sekilas tampak seperti

kerak susu namun sulit dilepaskan dari mulut dan lidah bayi. Bila dipaksa dikerok,

tidak mustahil justru lidah dan mulut bayi dapat berdarah.

Infeksi mulut oleh spesies candida biasanya memunculkan kumpulan

lapisan kental berwarna putih atau krem pada membran mukosa (dinding mulut

dalam). Pada mukosa mulut yang terinfeksi mungkin muncul radang berwarna

merah, nyeri, dan terasa seperti terbakar.

Secara umum kandidiasis pada mulut bayi tidak berbahaya dan dapat sembuh

sendiri (walaupun lebih baik diobati). Namun bukan berarti kandidiasis ini tidak

dapat menyebabkan penyakit lain. Kandidiasis dapat menyebabkan bayi menangis

saat makan dan minum (kebanyakan disebabkan karena nyeri), selain itu, bayi

menjadi malas minum ASI sehingga berat badannya tak kunjung bertambah.

Candida pada mulut bayi juga dapat bermigrasi ke organ lain bila ada faktor yang

memperberat (misalnya pemakaian antibiotik jangka panjang).

2.5  Patofisiologi

Kandidiasis oral ini sering disebabkan oleh candida albicans, atau kadang oleh

candida glabrata dan candida tropicalis. Jamur candida albicans umumnya

memang terdapat di dalam rongga mulut sebagai saprofit sampai terjadi

perubahan keseimbangan flora mulut atau perubahan mekanisme pertahanan lokal

dan sistemik, yang menurunkan daya tahan tubuh. Baru pada keadaan ini jamur

akan berproliferasi dan menyerang jaringan. Hal ini merupakan infeksi jamur

rongga mulut yang paling sering ditemukan. Penyakit yang disebabkan jamur
candida albicans ini yang pertumbuhannya dipelihara dibawah pengaturan

keseimbangan bakteri yang normal. Tidak terkontrolnya pertumbuhan candida

karena penggunaan kortikosteroid dalam jangka waktu yang lama dan penggunaan

obat-obatan yang menekan sistem imun serta penyakit yang menyerang sistem

imun seperti Aquired Immunodeficiency Sindrome (AIDS). Namun bisa juga

karena gangguan keseimbangan mikroorganisme dalam mulut yang biasanya

dihubungkan dengan penggunaan antibiotik yang tidak terkontrol. Sehingga,

ketika pertahanan tubuh/antibodi dalam keadaan lemah, jamur candida albicans

yang dalam keadaan normal tidak memberikan reaksi apapun pada tubuh berubah

tumbuh tak terkontrol dan menyerang sistem imun manusia itu sendiri yang

menimbulkan penyakit disebut candidiasis oral atau moniliasis.

2.6  Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium : ditemukan adanya jamur candida albicans pada swab

mukosa

2. Pemeriksaan endoskopi : hanya diindikasikan jika tidak terdapat perbaikan

dengan pemberian flukonazol.

3. Dilakukan pengolesan lesi dengan toluidin biru 1% topikal dengan swab

atau kumur.

4. Diagnosa pasti dengan biopsi

2.7  Penatalaksanaan

Obat kumur atau dalam bentuk permen hisap diberikan kepada klien.

Selain itu, pengobatan yang paling sering digunakan saat ini adalah pemakaian

Nistatin drop. Nistatin ini akan diteteskan pada mulut untuk mengobati

kandidiasisnya. Ada juga yang menyarankan cara pemakaian yang lain, yaitu
tangan ibu dicuci sampai bersih, teteskan 2 tetes ke ujung jari ibu dan oleskan ke

lidah dan mulut secara merata. Cara ini menjamin obat teroleskan dengan lebih

merata namun harus dilakukan dengan hati-hati, jangan sampai membuat muntah.

2.8  Komplikasi

Candida albicans yang bermetastase dapat menjalar ke esofagus, usus halus, usus

besar dan anus. Infeksi sistemik lainnya berupa abses hati dan otak.  

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Proses Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny. H

Dengan diagnose Candidiasis + HIV di ruangan RA 5

A. Pengkajian

1. Identitas Pasien

Nama :Tn. B

Umur : 33 Tahun

Alamat : Medan Pancur batu

Agama : Kristen

Pendidikan : SLTA

Status perkawinan : Menikah

Suku : Karo

Tanggal Masuk Rumah Sakit : 22 Januari 2015

Tanggal pengkajian : 13 Februari 2015

Dx Medis : HIV + Candidiasis

Penanggung Jawab : Ny. T

Hubungan : Istri

Umur : 31 tahun

Alamat : Medan pancur batu

2. Keluhan Utama

Tn. B dengan berat badan sebelum sakit 68 kg, dibawa ke rumah sakit

karena panas, dan tidak mau minum. Dari pemeriksaan fisik didapatkan

hasil di lidah , palatum, dan ovula terdapat bercak putih. Suhu badan
tersebut 38,5oC. Sebelumnya klien mengalami diare selama 1 bulan

sebelumnya. Pucat, lemas dan meringis.

3. Riwayat Kesehatan Sekarang

Tn. B meringis terus (kemungkinan dikarenakan rasa nyeri di mulut  dan

tubuhnya yang panas). Dan Tn . B meringis terus, suhu tubuhnya meningkat,

pada mulut terdapat bercak putih diare (+) berat badan menurun.

4. Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak keluarga yang mengalami penyakit seperti ini

5. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

a. Penyakit yang pernah dialami

Ny.J sering mengalami demam tinggi.

b. Pengobatan/ tindakan yang dilakukan

Klien hanya berobat dipoliklinik atau bidan

c. Alergi

Kien mengatakan tidak ada riwayat alergi baik obat-obatan, makanan dan

minuman .

6. Pemeriksaan Fisik

a. Status Kesehatan umum :

Klien tampak lemah berbaring saja dan tampak tidur saja, kesadaran klien

apatis dengan tampak lelah, Konjungtiva anemis, BB menurun, Kulit

kering, Mukosa mulut terdapat bercak putih.

Tanda Vital

Tekanan Darah : 95/65 mmHg

ND : 110 x / menit
RR : 30 x / menit

Temp : 38,5° C

Tinggi Badan : 165 cm

Berat Badan : 54 kg

Ciri-ciri Tubuh : Gemuk, Kulit sawo matang.

b. Pemeriksaan head too

1. Kepala dan rambut

a. Kepala : Kepala tidak kelainan struktur : rambut tebal

Bentuk : berbentuk oval,

Kebersihan : kurang

b. Rambut : rambut hitam,

Kebersihan : kotor.

Jenis dan struktur rambut : ikal

C Wajah :

Warna kulit : sawo matang

Struktur wajah : bulat, simetris

2. Mata

a. Bentuk : bulat, kuning

b. Palpebra : tidak bengkak

c. Pupil : mengecil saat bereaksi terhadap cahaya/ isokor

d. Konjungtiva : lemah

e. Kornea : tampak kurang bening

f. Visus : dapat melihat dalam jarak 30 meter

g. Tekanan bola mata: tidak ada tekanan bola mata


3. Hidung

a. Tulang hidung dan posisi septum : tualang hidung normal, tampak

mancung, Tidak ada deviasi

b. Lubang hidung : lengkap, simetris, bulu ada. Tidak ada Secret

c. Cuping hidung : Lebar, simetris, tidak ada kelainan

4. Telinga

a. Bentuk telinga : bentuk simetris.

b. Ukuran telinga : lebar, caplang, simetris

c. Lubang telinga : tidak ada masa, tidak ada nyeri tekan, tidak

ada serumen.

d. Ketajaman pendegaran : kemampuan mendengar klien masih baik,

masih dapat mendengar gesekan tangan

5. Mulut dan faring

a. Keadaan bibir : kering adanya jamur

b. Keadaan gusi dan gigi : gusi baik, tidak ada luka, dan tidak lengkap

lagi.

c. Keadaan lidah : kering berjamur

d. Orafaring : baik, tidak ada nyeri tekan.

6. Leher

a. Posisi trachea : Baik, normal pada posisinya

b. Thyroid : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid.

c. Suara : serak-serak basah

d. Kelenjar limfe : tidak adanya pembengkakan kelenjar limfe

e. Vena jugularis : saat dilakukan pengkajian vena teraba jelas


f. Denyut nadi korotis : 15 X / menit.

d. Pemeriksaan integumen

1. Kebersihan : kurang perawatan dari keluarga

2. Kehangatan : hangat

3. Tugor kulit : sedang

4. Warna : sawo matang,

5. Kelembapan : kering

6. Kelainan pada kulit : kering + pucaat

e. Pemeriksaan thorakx/dada

1. Inspeksi thoraks

a. Bentuk thoraks : simetris, kiri dan kanan (Normal)

b. Pernafasan : vesikuler

c. Frekuensi : 18 x/mnt

d. Irama : reguler dengan irama teratur

e. Tanda kesulitan bernafas : klien mengalami mempunyai keluhan

kesulitan bernapas

2. Pemeriksaan paru

a. Palpasi getaran suara : adanya getaran

b. Perkusi : adanya taktilpremitus

c. Auskultasi : reguler

3. . Pemeriksaan jantung

a. Inspeksi : tidak terlihat pembesaran jantung

b. Palpasi : tidak ada teraba pembesaran jantung

c. Perkusi : Redup
4. Auskultasi

a. Bunyi jantung I : Terdengar suaran bunyi jatung I/ Lub

b. Bunyi jantung II : Terdengar suara II/ Dup

c. Bunyi jantung tambahan : Tidak ada suara jantung tambahan

d. Murmur : Tidak terdengar suara murmur

e. Frekuensi : 82 x/ menit

f. Pemeriksaan abdomen

1. Inspeksi

Bentuk abdomen : normal / semakin kurus dan kering.

Benjolan dan massa : tidak ada benjolan

Bayangan pembulu darah : tidak terlihat

2. Auskultasi

Peristaltic usus : terdengar peristaltik

3. Palpasi

Tanda nyeri tekan : adanya nyeri pada abdomen

Benjolan dan masa :tidak ada benjolan dan masa

Tanda acites : tidak adanya tanda acites

Hepar : tidak ada keluhan pada hepar

Lien : keadaan lien baik

Titik Mc. Burney : tidak ada

4. Perkusi

Suara abdomen : kanan dan kiri redup

Pmeriksaan acites : tidak adanya pembengkakan pada abdomen


5. Ekstremitas : simetris kiri dan kanan edema tidak ada, kekuatan otot

penuh, akral hamgat kanan dan kiri

6. Tulang belakang : perubahan bentuk tulang beakang tidak ada.

g. Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium : ditemukan adanya jamur candida albicans pada swab mukosa

Pemeriksaan endoskopi : hanya diindikasikan jika tidak terdapat perbaikan

dengan pemberian flukonazol.

Dilakukan pengolesan lesi dengan toluidin biru 1% topikal dengan swab atau

kumur.

Diagnosa pasti dengan biopsi Sputum dan jamur area mukosa mulut.

Terapi

Terapi Dosis
Ranitidine 50mg/12 jam
Ketrolac 30 mg /8 jam
Ceftriaxon 1 gr/12 jam
Ivfd RL 20 tts /i
Nistain Drop Permen dihisap 1 x 1

Analisa Data

Data Etiologi Masalah


DS : Klien meringis Kandidasis Hipertermi

menahankan area mukosa,

sulit berbicara. Proses infeksi

DO:  T : 38,5oC

TD : 95/65mmHg Pelepasan medaitor

ND : 110 x/i inflamasi: bradikinin,


RR : 30 x/i histamine, dan

prostatglandin

Suhu tubuh meningkat

 
DS : Klien Meringis, pucat Kandidiasis Nyeri akut

terdiam dan lemah

DO: timbul bercak putih Timbul bercak putih

pada mulut, timbul bercak

kemerahan mengandung Menggumpal menutup

eksudat permukaan lidah

Gejala semakin memberat

Timbul bercak kemerahan

dan mengandung eksudat

DS: Klien Meringis Kandidiasis Ketidak

menangis seimbangan

DO: Klien tidak mau Nyeri pada mulut nutrisi.

minum, BB turun dari 54

kg menjadi 48 kg, porsi Tidak nafsu makan

makan selalu tidak habis

karena mukosa merasa sakit

akibat kandidiasis.
Diagnosa Keperawatan.

1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

2. Nyeri akut berhubungan dengan proses infeksi yang menghasilkan

bentukan berwarna merah dan mengandung eksudat.

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan ketidak mampuan untuk memasukkan atau mencerna nutrisi.  

Diagnosa Keperawatan dan Intervensi Dengan Nanda (NOC,NIC)

Diagnosa Keperawatan Rencana Keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Hipertermi berhubungan NOC. NIC

dengan penyakit / trauma, Setelah dilakukan


1. Monitor suhu tubuh
peningkatan metabolism tindakan keperawatan
sesering mungkin
dan aktivitas yang selama 1x24 jam defisit
2. Monitor warna dan
berlebihan dehidrasi. suhu tubuh dalam batas
suhu kulit
normal teratasi dengan
3. Monitor tekanan
kriteria hasil :
darah, nadi dan RR

1. Suhu tubuh 36 – 37 C 4. Monitor tingkat

2. Nadi dan RR dalam kesadaran

rentang normal. 5. Monitor WBC, HB,

3. Tidak ada perubahan dan Hct

alam kulit dan tidak 6. Monitor intake dan

ada pusing, merasa output

nyaman. 7. Selimuti pasien

8. Berikan cairan
intravena.

9. Tingkatkan intake

cairan dan nutrisi.


Nyeri akut berhubungan NOC NIC

dengan agen injuri Setelah dilakukan


1. Lakukan pengkajian
(biologis, fisik dan tindakan keperawatan
nyeri secara
psikologis) selama .... nyeri pasien
kompherensif.
teratasi / tidak mengalami
Temukan lokasi,
dengan kriteria hasil :
karakteristik lokasi,

1. Mampu mengkontrol durasi dan frekuensi.

nyeri dan mampu 2. Observasi reaksi

menggunakan tekhnik nonverbal dri

nonfarmakologi untuk ketidaknyamanan.

mengurangi nyeri. 3. Bantu pasien dan

2. Melaporkan bahwa keluarga untuk mencari

nyeri berkurang dan menemukan

dengan menggunakan dukungan.

managemen nyeri. 4. Kurangi factor

3. Mampu mengenali presipitasi nyeri.

nyeri (skala, intensitas, 5. Kaji tipe dan sumber

frekuensi dan tanda untuk menentukan

nyeri). intervensi.

4. Menyatakan rasa 6. Ajarkan teknik nafas

nyaman setelah nyeri dalam.


berkurang. 7. Tingkatkan istirahat.

5. Tanda vital sign dalam 8. Monitor vital sign

batas normal. sebelum dan sesudah

6. Tidak mengalami pemberian analgetik.

gangguan tidur.
Ketidakseimbangan NOC NIC

nutrisi kurang dari Setelah dilakukan


1. Kaji adanya alergi
kebutuhan tubuh tindakan keperawatan
makanan.
berhubungan dengan selama ..... nutrisi kurang
2. Kolaborasi dengan gizi
ketidakmampuan untuk teratasi dengan indicator.
untuk menentukan
memasukkan atau
1. Albumin serum jumlah kalori dan
mencerna nutrisi oleh
2. Pre albumin serum nutrisi yang
karena factor biologis
3. Hematokrit dibutuhkan pasien.

4. Hemoglobin 3. Ajarkan pasien

5. Total iron binding bagaimana membuat

capacity catatan makanan

6. Jumlah liposit. harian.

7. Hidrasi baik 4. Monitor adanya

penurunan berat badan

dan gula darah

5. Monitor kekeringan

rambut kusam total

protein Hb

6. Monitor turgor kulit.


7. Monitor mual

muntahmonitor intake

nutrisi.

8. Atur posisi semi flower

atau flower tinggi

selama makan.

   

BAB III
RINGKASAN
Kandidiasis adalah infeksi atau penyakit akibat jamur Candida, khususnya

C. albicans. Penyakit ini biasanya akibat debilitasi (seperti pada penekan imun

dan khususnya AIDS), perubahan fisiologis, pemberian antibiotika

berkepanjangan, dan hilangnya penghalang (Stedman, 2005).

Kandidiasis meliputi infeksi yang berkisar dari yang ringan seperti sariawan mulut

dan vaginitis, sampai yang berpotensi mengancam kehidupan manusia. Infeksi

Candida yang berat tersebut dikenal sebagai candidemia dan biasanya menyerang

orang yang imunnya lemah, seperti penderita kanker, AIDS dan pasien

transplantasi.

Moniliasis atau kandidiasis sering disebabkan oleh 3 hal yaitu: jamur candida

albicans, keadaan hormonal (diabetes, kehamilan), dan faktor lokal (tidak adanya

gigi, gigi palsu yang tidak pas).

Infeksi mulut oleh spesies candida biasanya memunculkan kumpulan lapisan

kental berwarna putih atau krem pada membran mukosa (dinding mulut dalam).

Pada mukosa mulut yang terinfeksi mungkin muncul radang berwarna merah).

Candida albicans yang bermetastase dapat menjalar ke esofagus, usus halus, usus

besar dan anus. Infeksi sistemik lainnya berupa abses hati dan otak.
DAFTAR PUSTAKA

Nanda (NOC dan NIC).2000.Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta: EGC.

Wong,Donna.2009.Buku Ajar Keperawatan Pediatrik.Jakarta : EGC.

Herawati, Erna.(2008).Kandidiasis Rongga Mulut Gambaran Klinis dan

Terapinya. http://www.google.co.id/url?

sa=t&source=web&cd=5&ved=0CDEQFjAE&url=http%3A%2F

%2Fpustaka.unpad.ac.id%2Fwp-
CATATAN PERKEMBANGAN

No Hari / Diag Waktu Implementasi Evaluasi

Tanggal nosa
1 09.02.15 1 09.30 1. Memberikan posisi S : Klien mengatakan asupan

senyaman mungkin. nutrisi berkurang.

2.Memantau asupan nutrisi O : Wajah kelihatan

yang dibutuhkan. meringis, lemas dan

3. Memberikan pendidikan pucat.

makanan yang sehat A : Masalah belum teratasi

 Nafsu makan

berkurang

 Wajh keliatan pucat

 Meringis

P : Intervensi dilanjutkan.

 Pantau asupan nutrisi

masuk dan keluar.

 Kolaborasi dengan

dokter atas pemberian

obat.
2 09.02.15 2 11.00 1. Memberikan posisi S : Klien mengatakan masih

senyaman mungkin sering buang air besar.

2. Memantau asupan nutrisi. O :Wajah kelihatan

3. Memantau pola BAB meringis, pucat dan

setiap hari gelisah

4. Menganjurkan klien A : masalah belum teratasi


untuk makan setiap saat,  BAB

sedikit demi sedikit tetapi  Asupan nutrisi.

sering. P : Intervensi dilanjutkan.

 Pantau berat badan

 Asupan nutrisi

 Pola BAB

 Kolaborasi dengan

dokter dalam

pemberian analgetik.

3 09.02.15 3 12.00 1. Memberikan posisi S : Klien mengatakan masih

senyaman mungkin sering buang muntah.

2. Memantau asupan nutrisi. O :Wajah kelihatan

3. Memantau pola muntah meringis, pucat dan

setiap hari gelisah

4. Menganjurkan klien A : masalah belum teratasi

untuk makan setiap saat,  Mual

sedikit demi sedikit tetapi  Asupan nutrisi.

sering. P : Intervensi dilanjutkan.

 Pantau berat badan

 Asupan nutrisi

 Pola BAB

 Kolaborasi dengan

dokter dalam

pemberian analgetik.
4 10.02.15 1 10.00 1. Memberikan posisi S : Klien mengatakan asupan

senyaman mungkin. nutrisi berkurang.

2.Memantau asupan nutrisi O : Wajah kelihatan

yang dibutuhkan. meringis, lemas dan

3. Memberikan pendidikan pucat.

makanan yang sehat A : Masalah belum teratasi

 Nafsu makan

berkurang

 Wajh keliatan pucat

 Meringis

P : Intervensi dilanjutkan.

 Pantau asupan nutrisi

masuk dan keluar.

 Kolaborasi dengan

dokter atas pemberian

obat.
5 10.02.15 2 10.45 1. Memberikan posisi S : Klien mengatakan masih

senyaman mungkin sering buang air besar.

2. Memantau asupan nutrisi. O :Wajah kelihatan

3. Memantau pola BAB meringis, pucat dan

setiap hari gelisah

4. Menganjurkan klien A : masalah sebagian

untuk makan setiap saat, teratasi

sedikit demi sedikit tetapi  BAB berkurang


sering. P : Intervensi dilanjutkan.

 Pantau berat badan

 Asupan nutrisi

 Pola BAB

 Kolaborasi dengan

dokter atas pemberian

obat.

6 10.02.15 3 11.15 1. Memberikan posisi S : Klien mengatakan masih

senyaman mungkin sering buang muntah.

2. Memantau asupan nutrisi. O :Wajah kelihatan

3. Memantau pola muntah meringis, pucat dan

setiap hari gelisah

4. Menganjurkan klien A : masalah teratasi

untuk makan setiap saat,  Asupan nutrisi.

sedikit demi sedikit tetapi P : Intervensi dilanjutkan.

sering.  Pantau berat badan

 Asupan nutrisi

 Kolaborasi dengan

dokter dalam

pemberian analgetik.

7 11.02.15 1 10.00 1. Memberikan posisi S : Klien mengatakan asupan

senyaman mungkin. nutrisi berkurang.

2.Memantau asupan nutrisi O : Wajah kelihatan, lemas


yang dibutuhkan. dan pucat.

3. Memberikan pendidikan A : Masalah sebagian

makanan yang sehat teratasi

 Nafsu makan

berkurang

 Wajh keliatan pucat

P : Intervensi dilanjutkan.

 Pantau asupan nutrisi

masuk dan keluar.

 Kolaborasi dengan

dokter atas pemberian

obat.
8 11.02.15 2 11.00 1. Memberikan posisi S : Klien mengatakan sudah

senyaman mungkin jarang buang air besar.

2. Memantau asupan nutrisi. O :Wajah kelihatan

3. Memantau pola BAB meringis, pucat dan

setiap hari gelisah

4. Menganjurkan klien A : masalah sebagian

untuk makan setiap saat, teratasi

sedikit demi sedikit tetapi  BAB berkurang

sering. P : Intervensi dilanjutkan.

 Pantau berat badan

 Asupan nutrisi

 Pola BAB

 Kolaborasi dengan
dokter atas pemberian

obat.

Anda mungkin juga menyukai