Anda di halaman 1dari 8

KABAR TERKINI DPR

(DEWAN PERAKILAN RAKYAT)


MUHAMMAD ABDUL ROUF
Pengacara Terdakwa Suap Politikus
Demokrat Diduga Ancam Saksi

Tersangka dugaan suap proyek 12 ruas jalan di Sumatera Barat, Suhemi dihadirkan menjadi
saksi. Suhemi bersaksi untuk terdakwa Kadis Prasarana Jalan, Tata Ruang dan Permukiman
Provinsi Sumbar, Suprapto dan pengusaha Yogan Askan.

Saat sidang diskors Majelis Hakim, Suhemi diduga mendapat ancaman dari pengacara kedua
terdakwa. Pengacara dua terdakwa penyuap anggota Komisi III Fraksi Partai Demokrat, I
Putu Sudiartana itu juga mengeluarkan kata-kata bernada ancaman.

"Mohon izin Yang Mulia, saksi atas nama Suhemi menyampaikan bahwa dia diancam oleh
pengacara terdakwa," ujar Jaksa KPK ketika Majelis Hakim membuka kembali persidangan
di Pengadilan Negeri (PN) Tipikor, Jakarta, Senin (10/10/2016).

Menurut Jaksa, hal itu penting karena menyangkut keterbukaan saksi. Jaksa menilai hal
tersebut penting disampaikan kepada Majelis Hakim mengingat, dugaan ancaman itu datang
dari pengacara terdakwa.

"Bagi kami ini penting yang Mulia. Karena ini tidak patut, apalagi dilakukan oleh
pengacara," ucap Jaksa.

Ketua Majelis Hakim Aswijon kemudian menanyakan kepada Suhemi mengenai perlakuan
yang dialami dari salah satu pengacara terdakwa.

"Tadi ada salah satu pengacara yang mengucapkan 'Awas, ku makan kau nanti'. Itu juga
didengar oleh pengawal tahanan dari KPK," kata Suhemi.
Majelis Hakim pun merespons apa yang disampaikan Jaksa. Ketua Majelis Hakim Aswijon
pun meminta agar Suhemi melapor kepada aparat penegak hukum jika mendapat ancaman.

"Ini kan perkara korupsi. Sangat spesialis. Sehingga hal-hal yang menghalangi penyidikan
saja tidak dibolehkan Undang-Undang. Kalau ada (ancaman) lagi, saksi nanti lapor saja.
Saksi kan bisa meminta perlindungan," ucap Hakim.

Jaksa Penuntut Umum (JPU) dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mendakwa Yogan
Askan telah memberikan suap Rp 500 juta kepada I Putu Sudiartana secara bersama-sama
terkait 12 proyek ruas jalan di Sumbar.

Yogan yang merupakan pendiri Partai Demokrat di Sumbar itu didakwa bersama-sama
dengan Kadis Prasarana Jalan, Tata Ruang dan Pemukiman Provinsi Sumbar, Suprapto
memberi suap kepada Putu.

Uang Rp 500 juta dimaksudkan untuk menggerakkan anggota Komisi III Fraksi Partai
Demokrat. Uang tersebut, untuk mengurus penambahan dana alokasi khusus (DAK) kegiatan
sarana dan prasarana penunjang tahun 2016 untuk Sumbar yang berasal dari APBNP 2016.

Yogan dan Suprapto didakwa melanggar Pasal 5 ayat 1 huruf a atau Pasal 13 Undang-
Undang Nomor 31 tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20
tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (UU Tipikor) juncto Pasal 55 ayat
1 ke-1 KUHP.

Komentar: Menurut saya hal ini perlu di tindak lanjuti karena dapat
mengganggu proses keadilan dalam memberikan hukuman.
DPR Minta Pemerintah Juga Atur Sanksi
Pejabat Kampanye Pilkada

Wakil Ketua DPR Taufik Kurniawan mengimbau seluruh komponen dan elemen bangsa agar
tetap menjaga persatuan dan kesatuan jelang Pilkada serentak 2017 mendatang. Walaupun di
antara masyarakat ada perbedaan pandangan terkait calon kepala daerah yang akan dipilih.

"Selain itu, peraturan dan perundang-undangan yang berlaku seyogyanya dijadikan acuan
oleh seluruh stakeholder atau pihak-pihak yang berkaitan dengan perhelatan akbar demokrasi
rakyat tersebut, agar ke depan tidak menimbulkan masalah atau persoalan," ungkap Taufik di
Kompleks Parlemen Senayam Jakarta, Jumat (7/10/2016).

Sebagai pimpinan DPR, Taufik mengapresiasi langkah pemerintah, dalam hal ini Presiden
JokoWidodo yang melarang seluruh menteri, pejabat, pimpinan, petinggi lembaga negara
termasuk nonpemerintah untuk kampanye dalam Pilkada 2017 mendatang.

"Akan tetapi, warning ini seharusnya bukan hanya sekadar peringatan, imbauan, atau
pelarangan semata, harus ada sanksi yang tepat bagi siapapun yang melanggarnya," ujar dia.

Politikus PAN ini mengharapkan pemerintah melegalkan larangan tersebut, seperti dengan
mengeluarkan Keputusan Presiden (Keppres) atau Peraturan Presiden (Perpres) yang isinya
melarang seluruh menteri, pejabat, pimpinan, petinggi lembaga negara termasuk
nonpemerintah untuk kampanye Pilkada 2017, serta sanksi bagi yang melanggar peraturan
tersebut.

"Dengan adanya Perpress atau Keppres ini, kita harapkan tidak ada lagi alasan bagi menteri,
pejabat, pimpinan, petinggi lembaga negara termasuk nonpemerintah yang tentunya memiliki
pengaruh dan instrumen kelembagaan karena jabatannya tersebut, untuk berani ikut
kampanye Pilkada," papar Taufik.

Ia menilai, nilai Pilkada Serentak sebagai perhelatan akbar demokrasi rakyat Indonesia akan
tercoreng serta tidak lagi murni dan otomatis terdegradasi di mata publik apabila menteri,
pejabat, pimpinan, petinggi lembaga negara termasuk nonpemerintah tetap nekat ikut
kampanye.

"Saya mengimbau kepada kita semua rakyat Indonesia untuk menggunakan hak suaranya
dalam pilkada nanti, jangan golput, pilih calon kepala daerah yang benar-benar dapat
mengemban amanat rakyat, memiliki program-program yang mengedepankan kepentingan
rakyat, dan mampu mengembangkan daerah yang akan mereka pimpin ke depan," terangnya.

"Jangan terpengaruh bujuk rayu apapun, apalagi sampai menjual suara kepada calon kepala
daerah yang bermain money politik, Karena saya pastikan calon kepala daerah yang
menggunakan money politik, tidak akan mengimplementasikan suara rakyat dalam setiap
keputusan atau kebijakan yang akan mereka lakukan jika terpilih menjadi kepala daerah,"
Taufik menutup.

Komentar: Menurut saya hal ini sangat penting karena akan berdampak kepada terpilihnya
kepala daerah yang sangat penting pernannya dalam proses pemerintahan

Taufiqulhadi DPR Dukung KPK Buka


Cabang di 6 Provinsi

Anggota Komisi III DPR Taufiqulhadi mendorong Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
membuka kantor cabang di enam provinsi. Hal tersebut baik dilakukan, agar pemberantasan
tindak pidana korupsi di Tanah Air bisa lebih efektif.
"Pada pertemuan terakhir kami dengan KPK, (KPK) telah menyampaikan gagasan ini pada
Komisi III dan Komisi III akan mendukung wacana ini. Karena Komisi III melihat gagasan
yang akan membuka cabang maka itu akan membuat aktivitas daripada KPK lebih baik," kata
Taufiqulhadi di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu 5 Oktober 2016.

Politikus Partai Nasdem ini meyakini, dengan dibukanya kantor cabang KPK di daerah, akan
membantu kinerja KPK dalam pemberantasan korupsi di daerah.

"Korupsi di daerah itu harus dilakukan KPK harus melalui pengembangan. Jadi dia harus
melakukan penyelidikan dan penyidikan. Kalau hanya tangkap tangan melalui penyadapan
itu akan terbatas sekali, maka salah satu jalan melalui struktur untuk memperluas ke daerah-
daerah yang menjadi efektif," papar Taufiqulhadi.

Dia juga menilai pemberantasan korupsi di Indonesia harus didukung oleh seluruh elemen
masyarakat Indonesia. Pasalnya, KPK tidak bisa melakukan sendiri tanpa dukungan dari
masyarakat Indonesia.

"Jadi keluarga-keluarga itu harus terlibat, perguruan tinggi di Indonesia itu tidak seperti
sekarang ini yang kemudian menghasilkan sarjana-sarjana korupsi jadi semua bertanggung
jawab, tetapi secara resmi yang ditugaskan oleh negara adalah KPK," tandas Taufiqulhadi.

Sebelumnya, KPK berencana membuka perwakilan di enam provinsi. Keenam provinsi itu
yakni Aceh, Sumatera Utara, Riau, Banten, Papua, dan Papua Barat. Sementara ini,
perwakilan KPK sudah berjalan di Sumatera Utara, Riau, dan Bantek

Komentar: Menurut saya hal ini perl dilakukan untuk mencegah terjadinya
korupsi di beberapa daerah yang masih melakukan pembangunan sarana dan
prasarana daerah tersebut
DPR Usul Penetapan Anggaran
Kementerian Didasarkan Laporan BPK

Wakil Ketua DPR Taufik Kurniawan mengusulkan, penetapan anggaran dalam suatu


kementerian atau lembaga didasarkan pada laporan hasil pemeriksaan (LHP) Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK).

Menurut Taufik, penetapan anggaran dalam sebuah kementerian atau lembaga, hendaknya
didasarkan pada seberapa efektif dalam penyerapan anggaran.

"Ke depan kami mengusulkan besaran anggaran kementrian dan lembaga juga diikutsertakan
sistem reward and punishment. Jadi penetapan anggaran tidak semata-mata bersifat politis
saja," kata Taufik di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa 4 Oktober 2016.

Taufik menilai, kementerian atau lembaga yang mendapatkan predikat wajar tanpa
pengecualian (WTP) harus lebih besar dari mereka yang dinilai BPK wajar dengan
pengecualian (WDP).

Sama halnya dengan kementerian atau lembaga yang mendapat predikat tidak wajar (TW)
dan opini tidak memberikan pendapat (TMP), juga harus dibedakan besaran anggarannya.

"Karena hasil penilaian dari BPK merupakan cerminan kinerja dari kementerian atau lembaga
tersebut. Penetapan anggaran harus berdasarkan pertanggungjawaban terhadap anggaran yang
berhasil diserap sebelumnya," jelas Taufik.

Politikus Partai Amanat Nasional (PAN) ini menilai, hasil laporan BPK harus ditindak lanjuti
agar kinerja BPK tidak sia-sia. Kementerian atau lembaga yang periode sebelumnya
penyerapan anggarannya sedikit, harus menerima jika anggaran berikutnya berkurang.
"Jadi kami mengharapkan ke depan faktor penyerapan anggaran diterapkan, menjadi salah
satu faktor untuk mengapresiasi kementrian dan lembaga dengan benar. Saya mengusulkan
itu agar aspek transparansi serta kinerja diapresiasi," tandas Taufik.

Komentar: Menurut saya hal ini perlu dilakukan agar kinerja sebuah lembaga
negara mendapat apresiasi.

Anda mungkin juga menyukai