Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dalam hirarki maslow yang paling dasar
atau merupakan kebutuhan fisiologi. Kebutuhan fisiologi sendiri harus terpenuhi terlebih
dahulu sebelum memenuhi kebutuhan yang ada diatasnya. Salah satu kebutuhan yang sangat
penting merupakan kebutuhan akan oksigenasi jika kebutuhan oksigenasi itu tidak terpenuhi
maka akan berakibat pada kematian. Untuk itu kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan
dasar yang harus terpenuhi. Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang
di gunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas
berbagai organ atau sel. Dalam keadaan biasa manusia membutuhkan sekitar 300 cc oksigen
setiap hari (24 jam) atau sekitar 0,5 cc tiap menit. Respirasi berperan dalam mempertahakan
kelangsungan metabolisme sel. Sehingga di perlukan fungsi respirasi yang adekuat. Respirasi
juga berarti gabungan aktifitas mekanisme yang berperan dalam proses suplai O² ke seluruh
tubuh dan pembuangan CO² (hasil pembakaran sel) (Hidayat, 2012)

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum

Tujuan dari laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan ini untuk mengetahui masalah
kebutuhan dasar manusia khususnya masalah kebutuhan oksigenasi.

2. Tujuan khusus

a. Mampu melakukan pengkajian mengenai kebutuhan oksigenasi.

b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada mengenai kebutuhan oksigenasi.

c. Mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada mengenai kebutuhan oksigenasi.

d. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada mengenai kebutuhan oksigenasi


sesuai dengan intervensi yang telah disusun sebelumnya.

e. Mampu melakukan evaluasi hasil tindakan keperawatan mengenai kebutuhan


oksigenasi.
BAB II

KONSEP DASAR

A. Pengertian

Oksigen merupakan gas yang sangat vital dalam kelangsungan sel dan jaringan tubuh
karena oksigen diperlukan untuk proses metabolisme tubuh secara terus-menerus. Oksigen
diperoleh dari atmosfer melalui proses bernapas. Pada atmosfer, gas selain oksigen juga
terdapat karbon dioksida (CO), Nitrogen (N), dan unsur-unsur lain seperti argon dan helium.
Pemenuhuan kebutuhan oksigen tubuh sangat ditentukan oleh adekuatnya sistem
pernapasan, sistem kardiovaskular, dan hematologi.

Proses oksigenasi dimulai dari pengambilan oksigen diatmosfer, kemudian oksigen


masuk melalui organ pernapasan bagian atas seperti hidung atau mulut, faring, laring, dan
selanjutnya masuk ke organ pernapasan bagian bawah seperti trakea, bronkus utama,
bronkussekunder, bronkus tersier (segmental), terminal bronkiolus, dan selanjutnya masuk
ke alveoli. Selain itu untuk jalan masuknya udara ke organ pernapasan bagian bawah, organ
pernapasan bagian atas juga berfungsi untuk pertukaran gas, proteksi terhadap benda asing
yang akan masuk ke pernapasan bagian atas juga berfungsi untuk pertukataran gas, proteksi
terhaadap benda asing yang akan masuk ke pernapasan bagian bawah, menghangatkan,
filtrasi, dan melembabkan gas. Sementara itu, fungsi organ pernapasan bagian bawah, selain
sebagai tempat untuk masuknya osigen, berperan juga dalam proses difusi gas (Tarwoto &
Wartonah, 2010).

Salah satu masalah dalam gangguan kebutuhan oksigenasi adalah hipoksia dan obstruksi
saluran nafas. Hipoksia merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan
oksigen dalam tubuh akibat defesiensi oksigen atau peningkatan penggunaan oksigen di
tingkat sel, sehingga dapat memunculkan tanda seperti kulit kebiruan (sianosis). Secara
umum, terjadinya hipoksia ini disebabkan oleh menurunnya kadar hemoglobin. Menurunnya
difusi O2 dari alveoli ke dalam darah, menurunnya perfusi jaringan,atau gangguan ventilasi
yang dapat menurunnya konsentrasi oksigen. Sedangkan Obstruksi jalan napas merupakan
suatu kondisi pada individu dengan pernapasan yang mengalami ancaman,terkait dengan
ketidakmampuan bentuk secara efektif. Hal ini dapat di sebabkan oleh secret yang kental
atau berlebihan akibat penyakit infeksi,immobilisasi, stasis sekresi, serta batuk tidak efektif
karena penyakit persarafan seperti cerebrovaskular accident (cva), akibat efek pengobatan
sedatif, dan lain-lain (Hidayat, 2012).

B. Etiologi

1. Gangguan jantung, yang meliputi : ketidakseimbangan jantung seperti


ketidakseimbangan konduksi, kerusakan fungsi valvular, hipoksia miokard, kondisi-
kondisi kardiomiopati, dan hipoksia jaringan perifer (Tarwoto & Wartonah, 2010).

2. Alergi pada Saluran Napas : Banyak faktor yang dapat menimbulkan alergi, antara lain
debu yang terdapat dalam hawa pernapasan, bulu binatang, serbuk benang sari bunga,
kapuk, makanan, dan lain-lain. Faktor-faktor ini menyebabkan bersin bila terdapat
rangsangan di daerah nasal; batuk bila di saluran bagian atas; bronkhokontriksi pada
asma bronkhiale; dan rhinitis bila terdapat di saluran pernapasan bagian bawah. Zat
alergan tadi merangsang membran mukosa saluran, pernapasan sehingga mengakibatkan
vasokontraksi dan vasodilatasi pembuluh darah, seperti pembuluh darah, seperti pada
pasien asma (Tarwoto & Wartonah, 2010).

3. Gaya hidup dan kebiasaan : Kebiasaan merokok dapat menyebabkan penyakit pernapasan
seperti emfisema, bronkitis, kanker, dan infeksi lainnya. Pengguna alkohol dan obat-
obatan memengaruhi susunan saraf pusat yang akan mendepresi pernapsan sehingga
menyebabkan frekuensi pernapasan menurun (Tarwoto & Wartonah, 2010).

4. Peningkatan aktivitas tubuh : Aktivitas tubuh membutuhkan metabolisme untuk


menghasilkan energi. Metabolisme membutuhkan oksigen sehingga peningkatan
metabolisme akan meningkatkan kebutuhan lebih banyak oksigen (Tarwoto & Wartonah,
2010).

5. Gangguan pergerakan paru : Kemampuan pengembangan paru juga berpengaruh terhadap


kemampuan kapasitas dan volume paru. Penyakit yang mengakibatkan gangguan
pengembangan paru diantaranya adalah pneumothoraks dan penyakit infeksi paru
menurun (Tarwoto & Wartonah, 2010).

6. Obstruksi saluran pernapasan : Obstruksi saluran pernapasan seperti pada penyakit seperti
pada penyakit asma dapat menghambat aliran udara masuk ke paru-paru. Hal ini dapat di
sebabkan oleh secret yang kental atau berlebihan akibat penyakit infeksi, immobilisasi,
stasis sekresi, serta batuk tidak efektif (Tarwoto & Wartonah, 2010)

7. Faktor fisiologi

a. Menurunnya kapasitas O2 seperti pada anemia.

b. Menurunnya konsentrasi O2 yang di inspirasi seperti pada obstruksi napas bagian


atas, penyakit asma.

c. Hipovelimia sehingga tekanan arah menurun mengakibatkan transpor O2 terganggu


seperti pada hipotensi, syok, dan dehidrasi.

d. Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada obesitas,


muskuloskeletal, yang abnormal serta penyakit kronis seperti TB paru (Tarwoto &
Wartonah, 2010).

C. Patofisiologi

Untuk kelangsungan hidupnya manusia butuh bernafas. Sistem pernafasan sangat penting
dimana terjadi pertukaran gas oksigen dan karbondioksida. Salah satu organ yang sangat
mebutuhkan oksigen dan peka terhadap kekurangannya adalah otak. Tidak adanya oksigen
dalam 3 menit akan mengakibatkan seseorang kehilangan kesadaran. 5 menit tidak
mendapatkan oksigen sel otak akan rusak secara irreversibel (tidak bisa kembali
ataudiperbaiki). Oksigen dalamudara dibawamasuk ke dalamparu-paru dan berdifusi dalam
darah.

Bersamaan dengan itu dikeluarkannya karbondioksida yang juga berdifusi dari darah dan
kemudian dikeluarkan bersama udara. Oksigen dibutuhkan oleh semua sel dalam tubuh
untuk kelangsungan hidupnya. Sedangkan karbondioksida merupakan sisa hasil
metabolisme yang tidak digunakan lagi dan harus dikeluarkan dari dalam tubuh.
Perjalanan oksigen dan karbondioksida. Dari atmosfer (udara) oksigen masuk melalui
mulut/hidung, faring, laring, trakea, bronkus, bronkiolus sampai dengan alveoli. Dari alveoli
oksigen berdifusi masuk ke dalam darah dan dibawa oleh eritrosit (sel darah merah). Dalam
darah oksigen dibawa ke jantung kemudian dipompakan oleh jantung diedarkan ke seluruh
tubuh untuk digunakan sampai tingkat sel. Oksigen masuk ke dalam sel dan di dalam
mitokondria digunakan untuk proses-proses metabolisme yang penting untuk
kelangsunganhidup. Sedangkan karbondioksida berjalan arah sebaliknya dengan oksigen.

Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan trasportasi. Proses ventilasi
(proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari dan ke paru-paru), apabila
pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak dapat tersalur dengan baik dan
sumbatan tersebut akan direspon jalan nafas sebagai benda asing yang menimbulkan
pengeluaran mukus. Proses difusi (penyaluran oksigen dari alveoli ke jaringan) yang
terganggu akan menyebabkan ketidakefektifan pertukaran gas. Selain kerusakan pada proses
ventilasi, difusi, maka kerusakan pada transportasi seperti perubahan volume sekuncup,
afterload, preload, dan kontraktilitas miokard juga dapat mempengaruhi pertukaran gas
(Nurjanah, 2014).
Pathway

Faktor lingkungan (udara, bakteri,


virus, jamur) Masuk melalui saluran nafas atas

Terjadi infeksi dan proses


peradangan

Hipersekresi kelenjar mukosa Kontraksi otot-otot polos saluran


pernafasan

Akumulasi secret berlebih


Penyempitan saluran pernafasan

Secret mengental di jalan


napas Keletihan otot pernafasan

Obstruksi jalan Dispnea


Gangguan penerimaan
o2 dan pegeluaran co2 nafas Gas darah arteri abnormal
Hiperkapnia Hipoksemia
Hipoksia
Batuk yang tidak efektif
Ketidakseimbangan
Penurunan bunyi nafas Konfusi
ventilasi dan perfusi Sputum dalam jumlah
yang berlebih Perubahan Nafas cuping hidung Pola
pola nafas Suara nafas pernafasan abnormal
Dispnea (kecepatan, irama, kedalaman)
tambahan
sianosis
(ronchi,wheezing,
Fase ekspirasi memanjang
Ortopnea crackles)
KETIDAK EFEKTIFAN
Penurunan kapasitas paru Pola
POLA NAFAS
nafas abnormal Takipnea KETIDAKEFEKTIFAN

Hiperventilasi BERSIHAN JALAN NAFAS

Pernafasan sukar

GANGGUAN

PERTUKARAN GAS
D. Manifestasi Klinis

Adanya penurunan tekanan inspirasi/ ekspirasi menjadi tanda gangguan


oksigenasi. Penurunan ventilasi permenit, penggunaaan otot nafas tambahan untuk bernafas,
pernafasan laring (nafas cuping hidung), dispnea, ortopnea, penyimpangan dada,
nafas pendek, nafas dengan bibir, ekspirasi memanjang, peningkatan diameter
anterior-posterior, frekuensi nafas kurang, penurunan kapasitas vital menjadi tanda dan
gejala adanya pola nafas yang tidak efektif sehingga menjadi gangguan oksigenasi. Selain
itu terdapat tanda dan gejala lainnya seperti :

1. Pola napas abnormal (irama, frekuensi, kedalaman)

2. Suara napas tidak normal.

a. Stridor : adalah suara yg terdengar kontinu (tidak terputus-putus), bernada tinggi yg


terjadi baik pada waktu inspirasi ataupun pada waktu ekspirasi, akan terdengar tanpa
menggunakan alat stetoskop, biasanya bunyi ditemukan pada lokasi saluran nafas
atas (laring) atau trakea, disebabkan lantaran adanya penyempitan pada saluran nafas
tersebut. Pada orang dewasa, kondisi ini mengarahkan pada dugaan adanya edema
laring, tumor laring, kelumpuhan pita suara, stenosis laring yg umumnya disebabkan
oleh tindakan trakeostomi atau dapat pula akibat pipa endotrakeal (Nurjanah, 2014).

b. Wheezing (mengi) : Merupakan bunyi seperti bersiul, kontinu, yg durasinya lebih


lama dari krekels. Terdengar selama : inspirasi & ekspirasi, secara klinis lebih jelas
pada saat melakukan ekspirasi. Penyebab : akibat udara melewati jalan napas yg
menyempit/tersumbat sebagian. Bisa dihilangkan dengan cara batuk. Dengan
karakter suara nyaring, suara terus menerus yg berhubungan dengan aliran udara
melalui jalan nafas yg menyempit (seperti pada asma & bronchitis kronik).
Wheezing dapat terjadi oleh lantaran perubahan temperature, allergen, latihan
jasmani, & bahan iritan pada bronkus.

c. Ronchi : Merupakan bunyi gaduh yg dalam. Terdengar sewaktu ekspirasi.


Penyebab : gerakan udara melewati jalan napas yg menyempit akibat terjadi
obstruksi nafas.
3. Perubahan jumlah pernapasan.

4. Batuk disertai dahak.

5. Penggunaan otot tambahan pernapasan.

6. Dispnea (sesak napas).

7. Penurunan haluaran urin..

8. Takhipnea (Tarwoto & Wartonah, 2010).

E. Komplikasi

1. Penurunan kesadaran

Penurunan kesadaran adalah keadaan dimana penderita tidak sadar dalam arti tidak
terjaga/ tidak terbangun secara utuh sehingga tidak mampu memberikan respons yang
normal.

2. Hipoksia

Hipoksia adalah kondisi kurangnya pasokan oksigen di sel dan jaringan tubuh untuk
menjalankan fungsi normalnya. Hipoksia merupakan kondisi berbahaya karena dapat
mengganggu fungsi otak, hati, dan organ lainnya dengan cepat.

3. Disorientasi

Meliputi disorientasi waktu, tempat, dan orang. Pasien tidak mampu mengenali kondisi
atau suasana yang ada (Nurjanah, 2014).

F. Pemeriksaan Penunjang

1. Bronkosopi : Untuk memperoleh sempel biopsi dan cairan atau sampel sputum/ benda
asing yang menghambat jalan nafas.

2. Endoskopi : Untuk melihat lokasi kerusakan dan adanya lesi.


3. Fluroskopi : Untuk mengetahui mekanisme radiopulmonal, misal: kerja jntung dan
kontraksi paru.

4. CT-Scan : Untuk mengetahui adanya massa abnormal.

5. Pemeriksaan fungsi paru dengan spirometri : Pemeriksaan fungsi paru menentukan


kemampuan paru untuk melakukan pertukaran oksigen dan karbondioksida pemeriksaan
ini dilakukan secara efisien dengan menggunakan masker mulut yang dihubungkan
dengan spirometer yang berfungsi untuk mencatat volume paru, cadangan inspirasi,
volume rasidual dan volume cadangan ekspirasi (Andarmoyo, 2012).

6. Kecepatan aliran ekspirasu puncak : Kecepatan aliran ekspirasi puncak adalah titik aliran
tertinggi yang dicapai selama ekspirasi dan titik ini mencerminkan terjadinya perubahan
ukuran jalan napas menjadi besar (Andarmoyo, 2012).

7. Pemeriksaan gas darah arteri : Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil sampel
darah dari pembuluh darah arteri yang digunakan untuk mengetahui konsentrasi ion
hydrogen, tekanan parsial oksigen dan karbondioksida dan saturasi hemoglobin,
pemeriksaan ini dapat menggambarkan bagaimana difusigas melalui kapiler alveolar dan
keadekuatan oksigenasi jaringan (Andarmoyo, 2012).

8. Oksimetri : Pengukuran saturasi oksigen kapiler dapat dilakukan dengan menggunakan


oksimetri. Saturasi oksigen adalah prosentase hemoglobin yang disaturasi oksigen.
Keuntungannya; mudah dilakukan, tidak invasive, dan dengan mudah diperoleh, dan
tidak menimbulkan nyeri. klien yang bisa dilakuakn pemeriksaan ini adalah klien yang
mengalami kelainan perfusi/ ventilasi, seperti Pneumonia, emfisema, bronchitis kronis,
asma embolisme pulmunar, dan gagal jantung congestive (Andarmoyo, 2012).

9. Pemeriksaan darah lengkap : Hitung darah lengkap menentukan jumlah dan tipe sel darah
merah dan sel darah putih per mm3 darah. Hitung darah lengkap mengukur kadar
hemoglobin dalam sel darah merah. Defisiensi sel darah merah akan menurunkan
kapasitas darah yang menurunkan kapasitas darah yang membawa oksigen karena
molekul hemoglobin yang terseda untuk mengangkut ke jaringan lebih sedikit. Apanila
jumlah sel darah merah meningkat kapasitas darah yang mengangkut oksigen meningkat.
Namun peningkatan jumlah sel darah merah akan meningkatkan kekentalan dan risiko
terbentuknya trombus (Andarmoyo, 2012).

10. X-Ray Thorax : Pemeriksaan sinar X-Ray terdiri dari radiologi thoraks, yang
memungkinkan perawat dan dokter mengobservasi lapang paru untuk mendeteksi adanay
cairan (misalnya fraktur klavikula dan tulang iga dan proses abnormal lainnya
(Andarmoyo, 2012)

11. Bronskokopi : Bronskokopi adalah pemeriksaan visual pada pohon trakeobonkeal melalui
bronskokop serat optic yang fleksibel, dan sempit. Bronskokopi dilakukan untuk
memperoleh sampel biopsi dan cairan atau sampel sputum untuk mengangkat plak lender
atau benda asing yang menghambat jalan napas (Andarmoyo, 2012).

12. Pemindaian paru : Pemindaian paru yang paling umum adalah pemindaian Computed
Tomografi (CT) Scan paru. Sebuah pemindaian CT paru dapat mengidentifikasikan
massa abnormal melalui ukuran dan lokasi tetapi tidak dapat mengidentifikasikan tipe
jaringan maka harus dilakukan biposi (Andarmoyo, 2012).

13. Spesimen Sputum : Spesimen sputum diambil untuk mengidentifikasi tipe organisme
yang berkembang dalam sputum (misalnya TB Paru). Sputum untuk sitologi adalah
spesimen sputum yang diambil untuk mengidentifikasi kanker pau abnormal dan dengan
tipe sel yang ada didalamnya (Andarmoyo, 2012).

G. Penatalaksanaan

1. Medis
a. Terapi Pemberian Oksigenasi

1) Kateter nasal : Kecepatan aliran yang disarankan (L/menit): 1-6. Keuntungan


pemberian O2 stabil, klien bebas bergerak, makan dan berbicara, murah dan
nyaman serta dapat juga dipakai sebagai kateter penghisap.

2) Kanul nasal : Kecepatan aliran yang disarankan (L/menit): 1-6. Keuntungan


Pemberian O2 stabil dengan volume tidal dan laju pernafasan teratur, mudah
memasukkan kanul dibanding kateter, klien bebas makan, bergerak, berbicara,
lebih mudah ditolerir klien.

3) Sungkup muka sederhana : Kecepatan aliran yang disarankan (L/menit):5-8.

4) Sungkup muka dengan kantong rebreathing. Kecepatan aliran yang disarankan


(L/menit): 8-12.

5) Sungkup muka dengan kantong non rebreathing. Kecepatan aliran yang


disarankan (L/menit): 8-12 (Asmadi, 2008).

b. Pemantauan Hemodinamika

Hemodinamika adalah aliran darah dalam system peredaran tubuh kita baik melalui
sirkulasi magna (sirkulasi besar) maupun sirkulasi parva ( sirkulasi dalam paru-paru).
Pemantauan Hemodinamika adalah pemantauan dari hemodinamika status

c. Pengukuran bronkodilator

Bronkodilator adalah sebuah substansi yang dapat memperlebar luas permukaan


bronkus dan bronkiolus pada paru-paru, dan membuat kapasitas serapan oksigen
paru-paru meningkat. Senyawa bronkolidator dapat tersedia secara alami dari dalam
tubuh, maupun didapat melalui asupan obat-obatan dari luar.

d. Pemberian medikasi seperti nebulizer, kanula nasal, masker untuk membantu


pemberian oksigen bila diperlukan.

e. Penggunaan ventilator mekanik.

Ventilator mekanik adalah merupakan suatu alat bantu mekanik yang berfungsi
bermanfaat dan bertujuan untuk memberikan bantuan nafas pasien dengan cara
memberikan tekanan udara positif pada paru-paru melalui jalan nafas buatan.

2. Keperawatan
a. Pelatihan batuk efektif
b. Fisioterapi dada.
Fisioterapi dada merupakan tindakan keperawatan dengan melakukan drainase
postural, tepukan dan vibrasi pada pasien yang mengalami gangguan sistem
pernafasan. Tujuan Tindakan ini bertujuan meningkatkan efisiensi pola pernafasan
dan membersihkan jalan nafas.
c. Atur posisi pasien (semi fowler)
d. Tekhnik bernapas dan relaksasi (Tarwoto & Wartonah, 2010).
H. Asuhan Keperawatan Teori
1. Riwayat Keperawatan

a. Masalah keperawatan yang pernah dialami

b. Pernah mengalami perubahan pola pernapasan.

c. Pernah mengalami batuk dengan sputum.

d. Pernah mengalami nyeri dada.

e. Aktivitas apa saja yang menyebabkan terjadinya gejala-gejala di atas (Tarwoto &
Wartonah, 2015).

2. Riwayat penyakit pernapasan

a. apakah sering mengalami ISPA, alergi, batuk, asma, TBC, dan lain-lain.

b. bagaimana frekuensi setiap kejadian.

3. Riwayat kardiovaskuler

pernah mengalami penyakit jantung (gagal jantung, gagal ventrikel kanan,dll) atau
peredaran darah (Tarwoto & Wartonah, 2015).

4. Gaya hidup

merokok , keluarga perokok, lingkungan kerja dengan perokok.

5. Diagnosa yang mungkin muncul

a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas.


b. Ketidakefektifan pola nafas.

c. Hambatan pertukaran gas. (NANDA, 2018).

6. Intervensi

a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas.

Nic :monitor pernafasan (3350)


- Monitor kecepatan,irama,kedalaman dan kesulitan bernafas
- Auskultasi suara nafas,catat area dimana terjadi penurunan atau tidak adanya
ventilasi dan keberadaan suara nafas tambahan
- Posisikan pasien miring e samping,sesuai indikasi untuk mencegah aspirasi
- Berikan bantuan terapi jika diperlukan (Nebulizer) (NIC, edisi keenam)

b. Ketidakefektifan pola nafas.

Nic : terapi oksigen (3320)


- Monitor peralatan oksigen untuk memastikan bahwa alat tersebut tidak mengganggu
upaya pasien untuk bernafas
- Berikan oksigen seoerti ang diperintahkan
- Batasi aktivitas merokok
- Konsultasi dengan tenaga kesehatan lainnya mengenai penggunaan oksigen
tambahan selama kegiatan dan/atautidur (NIC, edisi keenam)

c. Hambatan pertukaran gas.

Nic : monitor pernafasan (3350)

- Monitor kecepatan,irama,kedalaman dan kesulitan bernafas


- Auskultasi suara nafas,catat area dimana terjadi penurunan atau tidak adanya
ventilasi dan keberadaan suara nafas tambahan
- Posisikan pasien miring e samping,sesuai indikasi untuk mencegah aspirasi
- Berikan bantuan terapi jika diperlukan (Nebulizer) (NIC, edisi keenam)

Anda mungkin juga menyukai