LP Seminar Fiks
LP Seminar Fiks
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dalam hirarki maslow yang paling dasar
atau merupakan kebutuhan fisiologi. Kebutuhan fisiologi sendiri harus terpenuhi terlebih
dahulu sebelum memenuhi kebutuhan yang ada diatasnya. Salah satu kebutuhan yang sangat
penting merupakan kebutuhan akan oksigenasi jika kebutuhan oksigenasi itu tidak terpenuhi
maka akan berakibat pada kematian. Untuk itu kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan
dasar yang harus terpenuhi. Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang
di gunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas
berbagai organ atau sel. Dalam keadaan biasa manusia membutuhkan sekitar 300 cc oksigen
setiap hari (24 jam) atau sekitar 0,5 cc tiap menit. Respirasi berperan dalam mempertahakan
kelangsungan metabolisme sel. Sehingga di perlukan fungsi respirasi yang adekuat. Respirasi
juga berarti gabungan aktifitas mekanisme yang berperan dalam proses suplai O² ke seluruh
tubuh dan pembuangan CO² (hasil pembakaran sel) (Hidayat, 2012)
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Tujuan dari laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan ini untuk mengetahui masalah
kebutuhan dasar manusia khususnya masalah kebutuhan oksigenasi.
2. Tujuan khusus
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Oksigen merupakan gas yang sangat vital dalam kelangsungan sel dan jaringan tubuh
karena oksigen diperlukan untuk proses metabolisme tubuh secara terus-menerus. Oksigen
diperoleh dari atmosfer melalui proses bernapas. Pada atmosfer, gas selain oksigen juga
terdapat karbon dioksida (CO), Nitrogen (N), dan unsur-unsur lain seperti argon dan helium.
Pemenuhuan kebutuhan oksigen tubuh sangat ditentukan oleh adekuatnya sistem
pernapasan, sistem kardiovaskular, dan hematologi.
Salah satu masalah dalam gangguan kebutuhan oksigenasi adalah hipoksia dan obstruksi
saluran nafas. Hipoksia merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan
oksigen dalam tubuh akibat defesiensi oksigen atau peningkatan penggunaan oksigen di
tingkat sel, sehingga dapat memunculkan tanda seperti kulit kebiruan (sianosis). Secara
umum, terjadinya hipoksia ini disebabkan oleh menurunnya kadar hemoglobin. Menurunnya
difusi O2 dari alveoli ke dalam darah, menurunnya perfusi jaringan,atau gangguan ventilasi
yang dapat menurunnya konsentrasi oksigen. Sedangkan Obstruksi jalan napas merupakan
suatu kondisi pada individu dengan pernapasan yang mengalami ancaman,terkait dengan
ketidakmampuan bentuk secara efektif. Hal ini dapat di sebabkan oleh secret yang kental
atau berlebihan akibat penyakit infeksi,immobilisasi, stasis sekresi, serta batuk tidak efektif
karena penyakit persarafan seperti cerebrovaskular accident (cva), akibat efek pengobatan
sedatif, dan lain-lain (Hidayat, 2012).
B. Etiologi
2. Alergi pada Saluran Napas : Banyak faktor yang dapat menimbulkan alergi, antara lain
debu yang terdapat dalam hawa pernapasan, bulu binatang, serbuk benang sari bunga,
kapuk, makanan, dan lain-lain. Faktor-faktor ini menyebabkan bersin bila terdapat
rangsangan di daerah nasal; batuk bila di saluran bagian atas; bronkhokontriksi pada
asma bronkhiale; dan rhinitis bila terdapat di saluran pernapasan bagian bawah. Zat
alergan tadi merangsang membran mukosa saluran, pernapasan sehingga mengakibatkan
vasokontraksi dan vasodilatasi pembuluh darah, seperti pembuluh darah, seperti pada
pasien asma (Tarwoto & Wartonah, 2010).
3. Gaya hidup dan kebiasaan : Kebiasaan merokok dapat menyebabkan penyakit pernapasan
seperti emfisema, bronkitis, kanker, dan infeksi lainnya. Pengguna alkohol dan obat-
obatan memengaruhi susunan saraf pusat yang akan mendepresi pernapsan sehingga
menyebabkan frekuensi pernapasan menurun (Tarwoto & Wartonah, 2010).
6. Obstruksi saluran pernapasan : Obstruksi saluran pernapasan seperti pada penyakit seperti
pada penyakit asma dapat menghambat aliran udara masuk ke paru-paru. Hal ini dapat di
sebabkan oleh secret yang kental atau berlebihan akibat penyakit infeksi, immobilisasi,
stasis sekresi, serta batuk tidak efektif (Tarwoto & Wartonah, 2010)
7. Faktor fisiologi
C. Patofisiologi
Untuk kelangsungan hidupnya manusia butuh bernafas. Sistem pernafasan sangat penting
dimana terjadi pertukaran gas oksigen dan karbondioksida. Salah satu organ yang sangat
mebutuhkan oksigen dan peka terhadap kekurangannya adalah otak. Tidak adanya oksigen
dalam 3 menit akan mengakibatkan seseorang kehilangan kesadaran. 5 menit tidak
mendapatkan oksigen sel otak akan rusak secara irreversibel (tidak bisa kembali
ataudiperbaiki). Oksigen dalamudara dibawamasuk ke dalamparu-paru dan berdifusi dalam
darah.
Bersamaan dengan itu dikeluarkannya karbondioksida yang juga berdifusi dari darah dan
kemudian dikeluarkan bersama udara. Oksigen dibutuhkan oleh semua sel dalam tubuh
untuk kelangsungan hidupnya. Sedangkan karbondioksida merupakan sisa hasil
metabolisme yang tidak digunakan lagi dan harus dikeluarkan dari dalam tubuh.
Perjalanan oksigen dan karbondioksida. Dari atmosfer (udara) oksigen masuk melalui
mulut/hidung, faring, laring, trakea, bronkus, bronkiolus sampai dengan alveoli. Dari alveoli
oksigen berdifusi masuk ke dalam darah dan dibawa oleh eritrosit (sel darah merah). Dalam
darah oksigen dibawa ke jantung kemudian dipompakan oleh jantung diedarkan ke seluruh
tubuh untuk digunakan sampai tingkat sel. Oksigen masuk ke dalam sel dan di dalam
mitokondria digunakan untuk proses-proses metabolisme yang penting untuk
kelangsunganhidup. Sedangkan karbondioksida berjalan arah sebaliknya dengan oksigen.
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan trasportasi. Proses ventilasi
(proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari dan ke paru-paru), apabila
pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak dapat tersalur dengan baik dan
sumbatan tersebut akan direspon jalan nafas sebagai benda asing yang menimbulkan
pengeluaran mukus. Proses difusi (penyaluran oksigen dari alveoli ke jaringan) yang
terganggu akan menyebabkan ketidakefektifan pertukaran gas. Selain kerusakan pada proses
ventilasi, difusi, maka kerusakan pada transportasi seperti perubahan volume sekuncup,
afterload, preload, dan kontraktilitas miokard juga dapat mempengaruhi pertukaran gas
(Nurjanah, 2014).
Pathway
Pernafasan sukar
GANGGUAN
PERTUKARAN GAS
D. Manifestasi Klinis
E. Komplikasi
1. Penurunan kesadaran
Penurunan kesadaran adalah keadaan dimana penderita tidak sadar dalam arti tidak
terjaga/ tidak terbangun secara utuh sehingga tidak mampu memberikan respons yang
normal.
2. Hipoksia
Hipoksia adalah kondisi kurangnya pasokan oksigen di sel dan jaringan tubuh untuk
menjalankan fungsi normalnya. Hipoksia merupakan kondisi berbahaya karena dapat
mengganggu fungsi otak, hati, dan organ lainnya dengan cepat.
3. Disorientasi
Meliputi disorientasi waktu, tempat, dan orang. Pasien tidak mampu mengenali kondisi
atau suasana yang ada (Nurjanah, 2014).
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Bronkosopi : Untuk memperoleh sempel biopsi dan cairan atau sampel sputum/ benda
asing yang menghambat jalan nafas.
6. Kecepatan aliran ekspirasu puncak : Kecepatan aliran ekspirasi puncak adalah titik aliran
tertinggi yang dicapai selama ekspirasi dan titik ini mencerminkan terjadinya perubahan
ukuran jalan napas menjadi besar (Andarmoyo, 2012).
7. Pemeriksaan gas darah arteri : Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil sampel
darah dari pembuluh darah arteri yang digunakan untuk mengetahui konsentrasi ion
hydrogen, tekanan parsial oksigen dan karbondioksida dan saturasi hemoglobin,
pemeriksaan ini dapat menggambarkan bagaimana difusigas melalui kapiler alveolar dan
keadekuatan oksigenasi jaringan (Andarmoyo, 2012).
9. Pemeriksaan darah lengkap : Hitung darah lengkap menentukan jumlah dan tipe sel darah
merah dan sel darah putih per mm3 darah. Hitung darah lengkap mengukur kadar
hemoglobin dalam sel darah merah. Defisiensi sel darah merah akan menurunkan
kapasitas darah yang menurunkan kapasitas darah yang membawa oksigen karena
molekul hemoglobin yang terseda untuk mengangkut ke jaringan lebih sedikit. Apanila
jumlah sel darah merah meningkat kapasitas darah yang mengangkut oksigen meningkat.
Namun peningkatan jumlah sel darah merah akan meningkatkan kekentalan dan risiko
terbentuknya trombus (Andarmoyo, 2012).
10. X-Ray Thorax : Pemeriksaan sinar X-Ray terdiri dari radiologi thoraks, yang
memungkinkan perawat dan dokter mengobservasi lapang paru untuk mendeteksi adanay
cairan (misalnya fraktur klavikula dan tulang iga dan proses abnormal lainnya
(Andarmoyo, 2012)
11. Bronskokopi : Bronskokopi adalah pemeriksaan visual pada pohon trakeobonkeal melalui
bronskokop serat optic yang fleksibel, dan sempit. Bronskokopi dilakukan untuk
memperoleh sampel biopsi dan cairan atau sampel sputum untuk mengangkat plak lender
atau benda asing yang menghambat jalan napas (Andarmoyo, 2012).
12. Pemindaian paru : Pemindaian paru yang paling umum adalah pemindaian Computed
Tomografi (CT) Scan paru. Sebuah pemindaian CT paru dapat mengidentifikasikan
massa abnormal melalui ukuran dan lokasi tetapi tidak dapat mengidentifikasikan tipe
jaringan maka harus dilakukan biposi (Andarmoyo, 2012).
13. Spesimen Sputum : Spesimen sputum diambil untuk mengidentifikasi tipe organisme
yang berkembang dalam sputum (misalnya TB Paru). Sputum untuk sitologi adalah
spesimen sputum yang diambil untuk mengidentifikasi kanker pau abnormal dan dengan
tipe sel yang ada didalamnya (Andarmoyo, 2012).
G. Penatalaksanaan
1. Medis
a. Terapi Pemberian Oksigenasi
b. Pemantauan Hemodinamika
Hemodinamika adalah aliran darah dalam system peredaran tubuh kita baik melalui
sirkulasi magna (sirkulasi besar) maupun sirkulasi parva ( sirkulasi dalam paru-paru).
Pemantauan Hemodinamika adalah pemantauan dari hemodinamika status
c. Pengukuran bronkodilator
Ventilator mekanik adalah merupakan suatu alat bantu mekanik yang berfungsi
bermanfaat dan bertujuan untuk memberikan bantuan nafas pasien dengan cara
memberikan tekanan udara positif pada paru-paru melalui jalan nafas buatan.
2. Keperawatan
a. Pelatihan batuk efektif
b. Fisioterapi dada.
Fisioterapi dada merupakan tindakan keperawatan dengan melakukan drainase
postural, tepukan dan vibrasi pada pasien yang mengalami gangguan sistem
pernafasan. Tujuan Tindakan ini bertujuan meningkatkan efisiensi pola pernafasan
dan membersihkan jalan nafas.
c. Atur posisi pasien (semi fowler)
d. Tekhnik bernapas dan relaksasi (Tarwoto & Wartonah, 2010).
H. Asuhan Keperawatan Teori
1. Riwayat Keperawatan
e. Aktivitas apa saja yang menyebabkan terjadinya gejala-gejala di atas (Tarwoto &
Wartonah, 2015).
a. apakah sering mengalami ISPA, alergi, batuk, asma, TBC, dan lain-lain.
3. Riwayat kardiovaskuler
pernah mengalami penyakit jantung (gagal jantung, gagal ventrikel kanan,dll) atau
peredaran darah (Tarwoto & Wartonah, 2015).
4. Gaya hidup
6. Intervensi