Anda di halaman 1dari 2

Media Sosial

Thomas Brodie - Sangster bukan satu-satunya, melainkan salah satu Public Figure yang memilih
tidak aktif di Media Sosial. Contoh lain adalah Yoo Jaesuk (Korea) atau Reza Rahardian
(Indonesia). Pertanyaannya adalah 'kenapa?'
Mengutip dari Wikipedia, Media Sosial adalah sebuah media daring, dengan para penggunanya
bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi blog, jejaring sosial, wiki, forum
dan dunia virtual. Dewasa ini, popularitas Media Sosial semakin meningkat pesat. Berdasarkan
laporan terbaru We Are Social, pada tahun 2020 disebutkan bahwa ada 175,4 juta pengguna
internet di Indonesia. Dibandingkan tahun sebelumnya, ada kenaikan 17% atau 25 juta pengguna
internet di negeri ini. Adapun medsos yang paling banyak 'ditongkrongi' oleh pengguna internet
Indonesia dari paling teratas adalah YouTube, WhatsApp, Facebook, Instagram, Twitter, Line,
FB Messenger, LinkedIn, Pinterest, We Chat, Snapchat, Skype, Tik Tok, Tumblr, Reddit, dan
Sina Weibo. Namun, yang menjadi pertanyaan adalah ‘mengapa ada orang-orang tertentu yang
tidak terikut arus perkembangan Media Sosial?’. Uniknya, beberapa dari orang-orang tersebut
adalah golongan dari masyarakat kelas atas yang pastinya mumpuni untuk mengikuti
perkembangan teknologi dan Media Sosial. Orang-orang tersebut berprofesi sebagai Public
Figure dan tentunya memerlukan adsense melalui Media Sosial guna memperlancar pekerjaan
mereka.
Jika dipikirkan secara logis, Public Figure tentunya perlu untuk eksis di Media Sosial. Mereka
memiliki banyak penggemar dan orang-orang yang selalu ingin tahu informasi terkini bahkan
sampai ranah privasi. Beberapa Public Figure menggunakan kesempatan berinteraksi dengan
penggemar melalui Media Sosial atau yang sering disebut Fan Service. Selain berinteraksi, poin
penting lainnya dari Media Sosial bagi mereka sebagai Public Figure adalah Personal Branding.
“Bagaimana cara kamu memperkenalkan diri kamu terhadap publik” adalah inti dari Personal
Branding. Dengan kata lain, Personal Branding yaitu bagaimana seseorang mengembangkan dan
memaksimalkan potensi/ketrampilan diri (skill), perilaku (behaviour) dan memahami nilai
unggul (value) apa yang ingin dilakukan dan ingin dicapai dalam dirinya. Hal ini tentunya akan
mendongkrak popularitas mereka selaku Public Figure.
Beberapa Public Figure memilih untuk tidak menggunakan Media Sosial. Tentunya, mereka
memiliki alasan masing-masing yang memperkuat pilihan mereka. Bagi Bradley Cooper, Media
Sosial akan mempersulitnya untuk mendalami karakter yang dia lakoni. Karena orang-orang
pasti akan melihat kepribadiannya sehari-hari. Berbeda dengan Yoo Jaesuk yang meyakini
bahwa menggunakan Media Sosial akan menggangu fokusnya dan membuat kecanduan.
Sehingga, dia memilih tidak memiliki akun Media Sosial pribadi dan menyerahkan urusan
promosi serta kepentingan lainnya kepada agensi yang menaunginya.
Thomas Sangster juga mempunyai pemikiran sendiri terkait Media Sosial. Baginya, ‘live in the
moment’ lebih menyenangkan dari pada bermain Media Sosial. Public Figure lain yang juga
memilih tidak eksis di Media Sosial karena banyaknya kesibukan adalah Reza Rahardian.
Beberapa Public Figure juga mengaku tidak mengerti menggunakan teknologi Media Sosial
terkini. Sehingga, mereka tidak memiliki akun Media Sosial pribadi.
Media Sosial, baik secara khusus ataupun umum, pastinya memberikan dampak bagi pengguna-
penggunanya dan tentunya bagi Social Culture dalam masyarakat. Apakah Media Sosial itu
buruk? Tentu saja tidak. Media Sosial akan menjadi buruk jika cara menggunakannya juga
buruk. Tetapi, apa poin penting yang ingin disampaikan melalui Public Figure yang telah
disebutkan diatas? Jawabannya adalah pilihan. Semua orang berhak untuk memilih apa yang
ingin dia lakukan dan apa yang ingin dia yakini. Seperti contoh Public Figure yang memilih
tidak menggunakan Media Sosial. Mereka sadar pilihan mereka dengan tidak menggunakannya
dan mereka nyaman dengan gagasan itu. Tidak ada yang salah dengan beberapa Public Figure
yang seakan-akan tidak suka berinteraksi dengan penggemar melalui akun Media Sosial. Karena,
mereka punya kehidupan pribadi dan dapat mempertanggungjawabkan pilihan mereja.
Di satu sisi, tidak ada yang salah dengan Public Figure yang aktif menggunakan Media Sosial.
Mereka rajin menyapa penggemarnya dan berbagi kabar karena memiliki alasan dibalik itu.
Setiap orang harus mengapresiasi pilihan sesamanya, tidak merasa lebih benar dan
mengkesampingkan keputusan masing-masing orang. Hal ini juga berlaku untuk kita, orang
awam yang menggunakan Media Sosial. Kita secara sadar memilih menggunakan Media Sosial
dan harus secara bertanggungjawab juga menggunakannya dengan baik. Hal apa yang ingin kita
tunjukkan melalui Media Sosial dan bagaimana sikap kita terkait publikasi diri.
Teknologi akan selalu berkembang dari waktu ke waktu, karena sifatnya dinamis. Sehingga, kita
sebagai subjek dari teknologi, harus mengerti menempatkan diri dan menggunakan teknologi
sesuai kebutuhan kita. Sama halnya dengan beberapa Public Figure yang mengerti menempatkan
diri mereka ditengah-tengah perkembangan teknologi dan tidak tenggelam di dalamnya. Mereka
mengerti pilihan mereka dengan baik. Sehingga, ketika ditanyakan 'mengapa?' mereka bisa
menjelaskan dengan lugas.
Opini singkat ini saya tulis karena keisengan kecil menelusuri Media Sosial. Banyak wajah yang
tampak dari satu akun Media Sosial. Mungkin saja dia masih mencari jati diri melalui Media
Sosial, atau karena hal yang lain. namun, yang terpenting adalah kita sadar dan paham akan
pilihan yang kita ambil dalam mengelola Media Sosial. Mempergunakannya sesuai kebutuhan
kita dan tidak terbawa arus sehingga justru dikendalikan oleh maraknya kecanduan Media Sosial.

Thank's.

Anda mungkin juga menyukai