Anda di halaman 1dari 4

IMPLEMENTASI NILAI DEMOKRASI DAPAT

MEWUJUDKAN PERSATUAN DAN KESATUAN BANGSA DI ERA MILLENIAL


Oleh : Aulia, S.SiT, MT*

I. PENDAHULUAN
Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) merupakan sumber hukum tertinggi dari
hukum yang berlaku di Indonesia. UUD 1945 ini dapat dikatakan sebagai fundamental law
karena wujudnya yang dapat dipersamakan dengan suatu piagam kelahiran pada suatu
negara baru. Didalam konstitusi ini tercakup pandangan hidup dan inspirasi bangsa indonesai.
Itulah sebabnya mengapa dokumen hukum yang sangat istimewa ini menjadi sumber hukum
utama, sehingga tidak ada satu peraturan perundang-undangan pun bertentangan dengan
UUD 1945. Sebagai Fundamental Law, didalamnya menjamin terhadap hak-hak azasi
manusia dan warga Negara, susunan ketatanegaraan suatu Negara yang bersifat
fundamental, pembagian dan pembatasan tugas ketatanegaraan yang juga bersifat
fundamental. Didalam UUD 1945 pada alinea ke-2 adalah berisi tentang cita-cita nasional
yakni Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur, sedangkan pada alinea
ke 4 berisi tujuan nasional yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, ikut
melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Disamping itu didalam pembukaan UUD 1945 juga tercantum Pancasila sebagai falsafah
kehidupan bangsa Indonesia.
Didalam UUD 1945 disebutkan bahwa salah satu nilai kebangsaan adalah nilai
demokrasi dimana menempatkan kedaulatan berada ditangan rakyat, dimana setiap warga
Negara memiliki kebebasan yang bertanggungjawab terhadap penyelenggaraan
pemerintahan. Sehingga kebebasan berpendapat baik secara lisan maupun tulisan menjadi
bagian dari kemajuan dalam arsitektur demokrasi pada masa sekarang. Seperti kita ketahui,
perkembangan teknologi informasi beberapa waktu terakhir ini telah membuat arus informasi
mengalir begitu deras. Masyarakat butuh informasi yang tidak hanya tepat dan akurat tapi
harus cepat dan mudah dimengerti. Dari data yang dirilis oleh Indonesian Digital Landscape
pada Januari 2018 menyebutkan bahwa total penduduk Indonesia adalah sebesar 265,4 Juta
(pria 50,3% dan wanita 49,7%) dan yang aktif menggunakan internet adalah 132,7 Juta (50%),
aktif menggunakan media sosial adalah 130 Juta (49%), jumlah orang yang menggunakan
Mobile Phone adalah 177,9 Juta (67%) dan aktif menggunakan media sosial melalui Mobile
Phone adalah 120 Juta (45%). Hal ini adalah peluang dimana pemerintah harus segera
merespon keinginan masyarakat melalui informasi yang cepat, tepat, obyektif dan berkualitas
baik. Jika tidak, pemerintah akan selalu dipandang lamban dalam merespon keadaan dan
tentunya akan berdampak negatif sehingga dapat menyebabkan disintegrasi bangsa melalui
berita-berita bohong (Hoax) dan ujaran kebencian (hate Speech).

II. PEMBAHASAN
A. POTRET/FAKTA-FAKTA
1. Indonesia adalah Negara besar dengan luas wilayah 1,92 Juta Km2, memiliki pulau
sebanyak 17.504 pulau, jumlah penduduk 262 Juta jiwa, jumlah suku 1340 suku,
jumlah bahasa lokal 9004 bahasa dan merupakan kekuatan ekonomi ke-8 dengan
PDB lebih dari 1 Trilyun;
2. Ada kekuatan asing yang selalu ingin mengambil keuntungan, memanfaatkan
kekayaan dan ekonomi Indonesia. Semakin Indonesia itu tidak mandiri dan lemah,
maka asing bisa “bermain”;
3. Ada kekuatan kelompok Agama Transnasional yang juga ingin masuk dan
“menguasai” Indonesia;
4. Ada kekuatan politik di dalam negeri, yang tidak “happy” dengan keberhasilan
pemerintah. Supaya mereka punya peluang menggantikan di Pemilu atau Pilpres
yang akan datang. Ini adalah hukum politik di negara demokrasi.

B. POKOK-POKOK PERSOALAN
Adanya upaya untuk melemahkan indonesia melalui :
1. Adu domba (devide et impera), membenturkan dengan Isu SARA, membangkitkan
Isu truma Komunis, membakar sentimen “Kelas Ekonomi”, merongrong Pancasila
dan Kebhinekaan, mendelegitimasi Pemerintah sah dan memasukkan paham
ideologi Asing;
2. Momentum Di Era Post Truth yakni ketika sebagian besar Publik aktif menggunakan
Komunikasi Digital, ketika Liberalisme mewarnai Komunikasi dan politik, ketika
terjadi Mass Self Communication, Ketika Komunikasi ada “di ruang gelap” Media
Sosial, ketika Publik sangat aktif, heterogen, sebagai komunikator, media, maupun
khalayak, ketika Negara “semakin lemah” dalam komunikasi serta ketika Opini
publik dan politik lebih didasarkan oleh emosi dan kepercayaan personal dan
kelompok.
3. Memanfaatkan Media Abal Abal dan Hoax yakni beberapa elite “berternak” media
abal abal, karena mudah, murah dan tidak perlu tanggung jawab; Dapat keuntungan
politik dan duit dari Google Adsense dan “iklan koneksi politik”; jadi ada motif
ekonomi dari situs abal abal; Motif politik, menciptakan opini publik di era Post
Truth; Ada sindikat membuatan ujaran kebencian dengan proposal anggaran 75-
100 juta per issue. https://goo.gl/HJD3JJ serta rekayasa berita di medsos sudah
menjadi senjata/peluru politik yang diperjual belikan.

C. POKOK-POKOK PEMECAHAN PERSOALAN


1. Dalam hal memaknai kebebasan berpendapat baik secara lisan maupun tulisan
didalam nilai demokrasi adalah kebebasan yang bertanggungjawab dan hal ini
dapat dilakukan melalui literasi dan sosialisasi wawasan kebangsaan melalui
budaya, teknologi informasi, dan lainnya;
2. Selalu bersikap positif dalam kehidupan sehari-hari dalam berbagai lingkungan, baik
itu lingkungan keluarga, masyarakat, sekolah maupun kehidupan bernegara;
3. Untuk mempertahankan nilai-nilai Persatuan Bangsa dapat dilakukan dengan lebih
bijak dalam berkomunikasi melalui media sosial melalui prinsip “BBM” yakni apakah
Berita itu Benar, apakah Berita itu Baik dan apakah Berita itu Bermanfaat. Jika
ketiga unsur itu tdk dipenuhi maka jangan sebar berita tersebut. Selain itu Nilai
religius dalam etika berkomunikasi melalui Medsos dapat dilakukan yakni melalui
“Tabayun Digital”, menjadi diri sendiri, menggunakan bahasa yang baik, berhati-hati
dalam mengunggah sesuatu yang bersifat pribadi, menghindari overposting serta
memperhatikan waktu dalam menggunakan medsos.
4. Mempersiapkan generasi muda yang cinta tanah air melalui gerakan bersama yang
dimulai dari diri sendiri, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan sosial
masyarakat.

III. PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam hal memaknai salah satu nilai demokrasi yakni kebebasan berpendapat adalah
kebebasan yang bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pemerintahan yang
berwawasan kebangsaan dengan selalu memaknai nilai-nilai dasar pemersatu bangsa
salah satunya nilai religius dan persatuan bangsa.
B. SARAN
Perlu adanya gerakan bersama dalam hal penanaman nilai dan wawasan kebangsaan
kepada generasi muda yang dimulai dari diri sendiri, lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah, lingkungan sosial masyarakat sehingga rasa memiliki dan cinta tanah air tidak
tergerus dalam arus globalisasi informasi dan teknologi sekarang ini.

DAFTAR PUSTAKA
1. Buku Induk, Nilai-Nilai Kebangsaan Yang Bersumber Dari Undang Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, Penerbit Lemhannas RI Tahun 2017, Jakarta
2. Bahan Ajar, Integritas dan Wawasan Kebangsaan, Diklat Kepemimpinan Tingkat III (Perka
Kepala LAN RI No. 19 Tahun 2015), BPSDM Aceh, 2018
3. Indonesian Digital Landscape, hasil survey pengguna internet di Indonesia, Indonesian Digital
Landscape, Jakarta, 2018
4. Henry Subiakto, Prof. Dr. H. SH. MA, Makalah Integrasi Kanal Untuk Komunikasi Publik, Medan,
2018
5. Syahrizal Abbas, Prof. Dr. SH. Makalah Wawasan Kebangsaan Dalam Kearifan Lokal di Provinsi
Aceh, Dialog Wawasan Kebangsaan, Lemhanas, 2019

*Aulia, S.SiT, MT
Kasi Pengelolaan Komunikasi Publik, Bidang Pengelolaan Komunikasi Publik - Dinas Kominfo dan
Persandian Aceh. aulia@acehprov.go.id, auliadishubaceh@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai