Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PANCASILA

Di ajukan Sebagai
Tugas Mata Kuliah Pancasila, PKN dan PAK
Pembimbing :
Rahmatul Fadhil, MA.

Oleh kelompok 3 :
Nike Novia Ramayanti (21211732)
Nur Hasanah Sadiah (21211738)
Nada Mawaddah Ramadhania (21211717)
Neuis Amelia (21211729)

KAMPUS INSTITUT ILMU ALQURAN (IIQ) JAKARTA


Jl. Ir. H. Juanda No. 70 Ciputat 15419 Jakarta-Indonesia
Telp. +62-21 – 74705154
Fax. +62-21 – 7402703
Email: iiq@iiq.ac.id
Website: http//www.iiq.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas rahmat Allah SWT, berkat rahmat serta karunia-Nya sehingga
makalah dengan berjudul Pancasila ini dapat selesai. Makalah ini dibuat dengan tujuan
memenuhi tugas mata kuliah Pancasila, PKN dan PAK. Selain itu, penyusunan makalah
ini bertujuan menambah wawasan kepada pembaca tentang Pancasila.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak Rahmatul Fadhil sebagai dosen
pada mata kuliah ini. Berkat tugas yang diberikan, dapat menambah wawasan penulis
berkaitan dengan topik yang diberikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang
sebesarnya kepada semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih melakukan banyak
kesalahan. Oleh karena itu penulis memohon maaf atas kesalahan dan ketaksempurnaan
yang pembaca temukan dalam makalah ini. Penulis juga mengharap adanya kritik serta
saran dari pembaca apabila menemukan kesalahan dalam makalah ini.

Jakarta, 27 September 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
BAB II : PEMBAHASAN
A. Menjelaskan Pancasila
B. Pancasila Sebagai Dasar Negara dan Ideologi Terbuka
C. Pancasila Sebagai Sumber Nilai, Sumber Hukum
D. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan dan Melaksanakan Sikap Positif
E. Nilai Pancasila Dalam Kehidupan
BAB III : PENUTUP
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia mempunyai sebuah dasar negara yang kita kenal dengan nama Pancasila.
Sumber dasar negara tersebut berasal dari para leluhur bangsa Indonesia. Pancasila
memiliki peranan yang penting bagi bangsa Indonesia. Pancasila juga selain menjadi
dasar negara merupakan pandangan hidup bangsa Indonesia. Dalam menjalankan
kehidupan bernegara, Indonesia berpedoman terhadap Pancasila mulai dari sistem
pemerintahannya hingga pelaksanaan kehidupan sehari-hari warganya.
Pancasila memiliki lima arti yang dapat dijadikan sebagai pedoman hidup dan
landasan hidup bagi bangsa Indonesia. Namun dalam pelaksanaannya banyak pejabat
pemerintah dan masyarakat yang melakukan penyimpangan dari nilai-nilai Pancasila
seperti adanya penyalahgunaan narkoba, melakukan tindakan kriminal, dan lainnya.
Adanya penyimpangan tersebut akan menimbulkan berbagai macam pertentangan dari
masyarakat yang dapat menurunkan kepercayaannya terhadap Pancasila. Namun, hal
tersebut dapat kita cegah dengan menjunjung tinggi serta memahami nilai-nilai yang
terkandung di dalam Pancasila. Salah satunya yaitu dengan menerapakan nilai Pancasila
pada kehidupan sehari-hari. Seperti halnya beberapa tindakan tercela, apabila kita telah
menanamkan nilai-nilai Pancasila terhadap diri kita, maka tidak akan membuat kita
terjerumus ke dalam hal yang tidak diinginkan.
Dalam kehidupan sekarang banyak sekali tantangan dalam mengimplementasikan
Pancasila yang berasal dari dalam diri ataupun tantangan yang berasal dari luar.
Tantangan tersebut dapat dijadikan dorongan agar masyarakat Indonesia dapat
menjunjung tinggi nilai-nilai dari Pancasila yang memiliki manfaat yang sangat banyak.
Sehingga dengan begitu tantangan yang akan masuk ke dalam akan terhalang karena
warga Indonesia sudah memiliki kelekatan pada dasar negaranya yaitu Pancasila.
Pancasila memiliki nilai positif yang sangat banyak dan dapat dijadikan sebagai pedoman
hidup bangsa Indonesia. Saat ini banyak sekali peristiwa yang tidak diinginkan dan
menjadi ancaman dalam kehidupan bernegara. Sehingga dengan permasalahan yang telah
dipaparkan akan dibahas mengenai implementasi nilai-nilai pancasila pada kehidupan
sehari-hari di kalangan masyarakat serta upaya yang dapat dilakukan agar Pancasila dapat
terjaga dengan utuh dan berjalan sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Pancasila?
2. Apa Makna Pancasila Sebagai Dasar Negara dan Ideologi Terbuka?
3. Apa Makna Pancasila Sebagai Sumber Nilai, Sumber Hukum?
4. Bagaimana Mewujudkan Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan dan
Melaksanakan Sikap Positif Nilai Pancasila Dalam Kehidupan?

C. Tujuan
1.Untuk mengetahui makna Pancasila
2. Untuk mengetahui makna Pancasila Sebagai Dasar Negara dan Ideologi
Terbuka
3. Untuk mengetahui Makna Pancasila Sebagai Sumber Nilai, Sumber Hukum
4. Untuk mengetahui Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan dan
Melaksanakan Sikap Positif Nilai Pancasila Dalam Kehidupan

D. Manfaat
Agar pembaca mampu memahami Pancasila sebagai dasar negara dan
menjalankan lima sila Pancasila dengan baik dan benar sehingga mampu menjadi
warga yang baik sesuai dengan Pancasila.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pancasila
Pancasila terdiri berasal dari bahasa sansekerta, yaitu Panca berarti lima dan sila
berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan
berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. Menurut Notonegoro, Pancasila
merupakan dasar falsafah dan ideologi negara yang diharapkan menjadi pandangan hidup
bangsa Indonesia sebagai pemersatu, lambang persatuan dan kesatuan serta sebagai
pertahanan bangsa dan negara Indonesia. Muhammad Yamin berpendapat Pancasila
berasal dari kata panca yang berarti lima dan sila yang berarti sendi, asas, dasar, atau
pengaturan tingkah laku yang penting dan baik. Ir. Soekarno mengemukakan bahwa
pancasila merupakan jiwa bangsa Indonesia yang turun menurun yang sekian lama
terpendam oleh kebudayaan barat. Pancasila tidak hanya menjadi falsafah negara, tetapi
falsafah bangsa Indonesia. 1
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pancasila merupakan lima dasar yang
berisi pedoman atau aturan tentang tingkah laku yang penting dan baik. Pancasila juga
dapat diartikan sebagai lima dasar yang dijadikan dasar negara serta pandangan hidup
bangsa. Suatu bangsa tidak akan dapat berdiri dengan kokoh tanpa dasar negara yang kuat
dan tidak dapat mengetahui arah tujuan yang akan dicapai tanpa pandangan hidup.
Dengan adanya dasar negara, suatu bangsa tidak akan terombang ambing dalam
menghadapi permasalahan baik dari dalam maupun dari luar.
Pada Sidang Pertama Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan
(BPUPK) 1 Juni 19454, untuk pertama kalinya Soekarno memperkenalkan dasar negara
Indonesia yang kelak merdeka yang disebut Pancasila. Soekarno menyebutnya sebagai
filosofishe gronslag atau pandangan hidup bangsa Indonesia. Oleh karena itu, Pancasila
memiliki dua kepentingan yaitu: pertama, Pancasila diharapkan senantiasa menjadi
pedoman dan petunjuk dalam menjalani keseharian hidup manusia Indonesia baik dalam
berkeluarga, bermasyarakat maupun berbangsa. Kedua, Pancasila diharapkan sebagai
dasar negara sehingga suatu kewajiban bahwa dalam segala tatanan kenegaraan entah itu
dalam hukum, politik, ekonomi maupun sosial masyarakat harus berdasarkan dan
bertujuan pada Pancasila. Apabila dicermati, Pancasila sebenarnya bukanlah hasil
konstruksi baru pemikiran Soekarno melainkan kenyataan hidup masyarakat dan bangsa
Indonesia. Untuk itu, tidak heran jika Soekarno menegaskan Ia bukanlah penemu
Pancasila tetapi hanyalah sebagai salah satu penggali Pancasila. Dasar negara yang
dinamakan Pancasila oleh Soekarno tersebut secara aklamasi diterima oleh para anggota
BPUPKI waktu itu yang kemudian disempurnakan secara bersama-sama agar lebih
sistematis. Untuk itu, sebelum sidang pertama berakhir dibentuklah panitia kecil untuk
merumuskan dasar negara berdasarkan pidato yang diucapkan Bung Karno pada 1 Juni
1945 serta berdasarkan pandanganpandangan yang disampaikan oleh para anggota
BPUPKI dalam rangkaian Sidang Pertama. Panitia kecil tersebut beranggotakan delapan

1 Ronto, Pancasila Sebagai Ideologi Dan Dasar Negara (Jakarta: PT. Balai Pustaka, 2012).
orang yang diketuai Soekarno. Di tengah rangkaian proses merumuskan dasar negara itu,
rupanya Soekarno berinisiatif untuk membentuk panitia kecil lagi untuk mempercepat
dirumuskannya dasar negara. Panitia kecil bentukan Soekarno beranggotakan sembilan
orang yang kemudian dikenal dengan sebutan Panitia Sembilan. Panitia Sembilan
menghasilkan rancangan Pembukaan yang kemudian dikenal dengan sebutan Piagam
Jakarta. Walaupun Pancasila yang dikemukakan Soekarno tersebut sudah mendapat
persetujuan mutlak oleh para founding fathers, bahkan kemudian dikaji secara sistematis
oleh panitia khusus, akan tetapi secara konstitusionalitas rumusan Pancasila yang hingga
saat ini dikenal ditetapkan baru pada 18 Agustus 1945 oleh PPKI. Menariknya, pada
waktu ditetapkan, pada Alinea Keempat Pembukaan UUD 1945 mengalami perubahan
pada rumusan sila pertama Pancasila yaitu dengan mencoret bagian kalimat “dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Dengan demikian, sila
pertama menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa sebagaimana dalam rumusan kelima
menurut pidato Soekarno. Di dalam perkembangannya, bangsa Indonesia menyadari
begitu maha pentingnya Pancasila, oleh sebab itu kedudukan Pancasila dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara adalah sebagai dasar negara, sebagai falsafah bangsa dan negara
Indonesia, sebagai ideologi negara dan sebagai rechtsidee atau cita hukum dalam
keberadaan Pancasila sebagai sumber segala sumber hukum.2

Simbol-simbol Pancasila :
1. Bintang, melambangkan sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Rantai, melambangkan sila kedua Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab
3. Pohon beringin, melambangkan sila ketiga Persatuan Indonesia
4. Kepala banteng, melambangkan sila keempat Kerakyatan Yang Dipimpin
Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan
5. Padi dan kapas, melambangkan sila ke lima Keadilan Sosial Bagi Seluruh
Rakyat Indonesia

2Fais Yonas Bo’a, “Pancasila sebagai Sumber Hukum dalam Sistem Hukum Nasional,” Jurnal Konstitusi
15, no. 1 (March 29, 2018): 21, https://doi.org/10.31078/jk1512.
B. Pancasila Sebagai Dasar Negara dan Ideologi Terbuka

1. Pancasila Sebagai Dasar Negara


Pancasila sebagai dasar negara berarti setiap sendi-sendi ketatanegaraan pada negara
Republik Indonesia harus berlandaskan pada nilai-nilai Pancasila. Artinya, Pancasila
harus senantiasa menjadi ruh yang menjiwai kegiatan dalam membentuk negara. Setijo
menyatakan bahwa konsep Pancasila sebagai dasar negara diajukan oleh Ir. Soekarno
dalam pidatonya pada hari terakhir sidang pertama BPUPKI tanggal 1 juni 1945, yang
isinya untuk menjadikan Pancasila sebagai dasar negara. Usulan tersebut ternyata dapat
diterima oleh seluruh anggota sidang. Hasil-hasil sidang selanjutnya dibahas oleh panitia
kecil atau Panitia 9 dan menghasilkan rumusan “Rancangan Mukadimah Hukum Dasar”
pada tanggal 22 juni 1945, yang selanjutnya oleh Muhammad Yamin disarankan diberi
nama Jakarta Charter, atau Piagam Jakarta, yang didalamnya terdapat Pancasila pada
alinea IV, Piagam Jakarta, selanjutnya disahkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan
indonesia menjadi Pembukaan UUD, dengan mengalami beberapa perubahan yang
bersamaan dengan Pancasila disahkan menjadi dasar negara.
Fungsi Pancasila Sebagai Dasar Negara. Berikut penjelasan mengenai fungsi-
fungsi Pancasila:
1. Pancasila sebagai pedoman hidup. Pancasila berperan sebagai dasar dari setiap
pandangan di Indonesia. Pancasila haruslah menjadi pedoman dalam mengambil
keputusan dalam menghadapi suatu masalah.
2. Pancasila sebagai jiwa bangsa. Pancasila haruslah menjadi jiwa bangsa Indonesia.
Pancasila yang merupakan jiwa bangsa harus terwujud dalam setiap lembaga maupun
organisasi dan insan yang ada di Indonesia.
3. Pancasila sebagai kepribadian bangsa. Kepribadian bangsa Indonesia sangatlah
penting dan juga sebagai identitas bangsa Indonesia. Oleh karena itu Pancasila harus ada
dalam diri tiap pribadi bangsa Indonesia agar bisa membuat pancasila sebagai kepribadian
bangsa.
4. Pancasila sebagai sumber hukum. Pancasila menjadi sumber hukum dari segala
hukum yang berlaku di Indonesia. Dengan kata lain Pancasila sebagai dasar negara tidak
boleh ada satu persatuan yang bertentangan dengan pancasila.
5. Pancasila sebagai cita-cita bangsa Pancasila yang dibuat sebagai dasar negara juga
dibuat untuk menjadi tujuan negara dan cita-cita bangsa. Kita sebagai bangsa Indonesia
tentu menginginkan sebuah negara yang punya Tuhan yang Maha Esa, punya rasa
kemanusiaan yang tinggi, bersatu serta solid, selalu bermusyawarah dan juga munculnya
keadilan sosial.3

3 Ronto, Pancasila Sebagai Ideologi Dan Dasar Negara.


Pancasila memenuhi syarat sebagai dasar negara bagi negara kesatuan
Republik Indonesia dengan alasan sebagai berikut:
1. Pancasila memiliki potensi menampung keadaan pluralistik masyarakat Indonesia
yang beraneka ragam suku, agama, ras dan antar golongan secara berkeadilan yang sesuai
dengan kemampuan dan hasil usahanya. Hal ini ditunjukkan dengan sila kemanusiaan
yang adil dan beradab.
2. Pancasila memiliki potensi menjamin keutuhan negara kesatuan republik Indonesia
yang terbentang dari sabang sampai merauke, yang terdiri atas ribuan pulau sesuai sila
Persatuan Indonesia.
3. Pancasila memberikan jaminan berlangsungnya demokrasi dan hak asasi manusia
sesuai dengan budaya bangsa. Hal ini selaras dengan Kerakyatan yang Dipimpin Oleh
Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan.
4. Pancasila menjamin terwujudnya masyarakat yang adil dan sejahtera sesuai dengan
sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia sebagai acuan dalam mencapai tujuan
tersebut. Pancasila sebagai kaidah negara fundamental yang berarti bahwa pada sila
Ketuhanan Yang Maha Esa, menjamin kebebasan untuk beribadah sesuai agama dan
keyakinan masing-masing. Kemudian pada sila persatuan Indonesia, bangsa yang tetap
menghormati sifat masing-masing seperti apa adanya.4

2. Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka


Ciri khas ideologi terbuka ialah bahwa nilai-nilai dan cita-citanya tidak dipaksakan
dari luar, melainkan digali dan diambil dari kekayaan rohani, moral dan budaya
masyarakatnya sendiri. Dasarnya dari konsensus masyarakat, tidak diciptakan oleh
negara, melainkan ditemukan dalam masyarakatnya sendiri. Oleh sebab itu, ideologi
terbuka adalah milik dari semua rakyat dan masyarakat dapat menemukan dirinya di
dalamnya. Ideologi terbuka bukan hanya dapat dibenarkan melainkan dibutuhkan. Nilai-
nilai dasar menurut pandangan negara modern bahwa negara modern hidup dari nilai-
nilai dan sikap-sikap dasarnya. Ideologi terbuka adalah ideologi yang dapat berinteraksi
dengan perkembangan zaman dan adanya dinamika secara internal. Sumber semangat
ideologi terbuka itu sebenarnya terdapat dalam Penjelasan Umum UUD 1945.
Pancasila sebagai suatu ideologi yang bersifat terbuka memiliki tiga dimensi
yaitu :
(1) Dimensi Idealistis, yaitu nilai-nilai dasar yang terkandung dalam Pancasila yang
bersifat sistematis, rasional dan menyeluruh, yaitu hakikat nilai-nilai yang terkandung
dalam sila-sila Pancasila yaitu Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan
Keadilan.
(2) Dimensi Normatif, yaitu nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila perlu dijabarkan
dalam suatu sistem norma, sebagaimana terkandung dalam norma-norma kenegaraan.
4 Ronto.
Dalam pengertian ini Pancasila terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 yang
merupakan norma tertib hukum tertinggi dalam negara Indonesia serta merupakan pokok
kaidah negara yang fundamental.
(3) Dimensi Relistis, yaitu suatu ideologi harus mampu mencerminkan realitas yang
hidup dan berkembang dalam masyarakat. Oleh karena itu Pancasila selain memiliki
dimensi nilai-nilai ideal serta normatif maka Pancasila harus mampu dijabarkan dalam
kehidupan masyarakat secara nyata (kongkrit) baik dalam kehidupan sehari-hari maupun
dalam penyelenggaraan negara.
Faktor Pendorong Keterbukaan Ideologi Pancasila Faktor yang mendorong
pemikiran mengenai keterbukaan ideologi Pancasila adalah sebagai berikut :
1. Kenyataan dalam proses pembangunan nasional dan dinamika masyarakat yang
berkembang secara cepat.
2. Kenyataan menunjukkan, bahwa bangkrutnya ideologi yang tertutup dan beku
dikarenakan cenderung meredupkan perkembangan dirinya.
3. Pengalaman sejarah politik kita di masa lampau.
4. Tekad untuk memperkokoh kesadaran akan nilai-nilai dasar Pancasila yang bersifat
abadi dan hasrat mengembangkan secara kreatif dan dinamis dalam rangka mencapai
tujuan nasional.
Dengan demikian Pancasila sebagai ideologi terbuka tidak bersifat ‘utopis’ yang
hanya berisi ide-ide yang bersifat mengawang, melainkan suatu ideologi yang bersifat
‘realistis’ artinya mampu dijabarkan dalam segala aspek kehidupan nyata. Berdasarkan
dimensi yang dimiliki oleh Pancasila sebagai ideologi terbuka, maka sifat ideologi
Pancasila tidak bersifat ‘utopis’ yaitu hanya merupakan sistem ide-ide belaka yang jauh
dari kehidupan sehari-hari secara nyata. Demikian pula ideologi Pancasila bukanlah
merupakan suatu ‘doktrin’ belaka yang bersifat tertutup yang merupakan norma-norma
yang beku, melainkan di samping memiliki idealisme Pancasila juga bersifat nyata dan
mampu melakukan perubahan. Pancasila juga bukan merupakan suatu ideologi yang
‘pragmatis’ yang hanya menekankan segi praktis-praktis belaka tanpa adanya aspek
idealisme. Maka ideologi Pancasila yang bersifat terbuka pada hakikatnya, nilai-nilai
dasar (hakikat sila-sila Pancasila) yang bersifat universal dan tetap, adapun penjabaran
dan realisasinya senantiasa mampu melakukan perubahan sesuai dengan dinamika
aspirasi masyarakat. 5

5 A Aco Agus, “RELEVANSI PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA DI ERA REFORMASI,” n.d., 10.
C. Pancasila Sebagai Sumber Nilai dan Sumber Hukum
1. Pancasila Sebagai Sumber Nilai
Diterimanya pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional membawa
konsekuensi logis bahwa nilai-nilai pancasila dijadikan landasan pokok, landasan
fundamental bagi penyelenggaraan negara Indonesia. Pancasila berisi lima sila
yang pada hakikatnya berisi lima nilai dasar yang fundamental. Nilai-nilai dasar
dari pancasila tersebut adalah nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, Nilai Kemanusiaan
Yang Adil dan Beradab, nilai Persatuan Indonesia, nilai Kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalan permusyawaratan/perwakilan, dan nilai Keadilan
sosial bagi seluruh rakyat indonesia. Dengan pernyataan secara singkat bahwa
nilai dasar Pancasila adalah nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai
persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan.
a. Nilai Ketuhanan
Nilai ketuhanan Yang Maha Esa Mengandung arti adanya pengakuan dan keyakinan
bangsa terhadap adanya Tuhan sebagai pencipta alam semesta. Dengan nilai ini,
menyatakan bangsa Indonesia merupakan bangsa yang religius bukan bangsa yang
ateis. Nilai ketuhanan juga memilik arti adanya pengakuan akan kebebasan untuk
memeluk agama, menghormati kemerdekaan beragama, tidak ada paksaan serta tidak
berlaku diskriminatif antar umat beragama.

b. Nilai Kemanusiaan

Nilai kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung arti kesadaran sikap dan
perilaku sesuai dengan nilai-nilai moral dalam hidup bersama atas dasar tuntutan
hati nurani dengan memperlakukan sesuatu hal sebagaimana mestinya.

c. Nilai Persatuan

Nilai persatuan indonesia mengandung makna usaha ke arah bersatunya


masyarakat untuk membina rasa nasionalisme dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Persatuan Indonesia sekaligus mengakui dan menghargai sepenuhnya terhadap
keanekaragaman yang dimiliki bangsa indonesia.

d. Nilai Kerakyatan

Nilai kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam


permusyawaratan/perwakilan mengandung makna suatu pemerintahan dari rakyat, oleh
rakyat, dan untuk rakyat dengan cara musyawarah mufakat melalui lembaga-lembaga
perwakilan.
e. Nilai Keadilan

Nilai Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia mengandung makna sebagai
dasar sekaligus tujuan, yaitu tercapainya masyarakat Indonesia Yang Adil dan
Makmur secara lahir maupun batin.

Nilai-nilai dasar itu sifatnya abstrak dan normatif. Karena sifatnya abstrak dan
normatif, isinya belum dapat di operasionalkan. Agar dapat bersifat operasional
dan eksplisit, perlu dijabarkan ke dalam nilai instrumental. Contoh nilai
instrumental tersebut adalah UUD 1945 dan peraturan perundang-undangan lainnya.
Sebagai nilai dasar, nilai-nilai tersebut menjadi sumber nilai. Artinya, dengan
bersumber pada kelima nilai dasar diatas dapat dibuat dan dijabarkan nilai-nilai
instrumental penyelenggaraan negara Indonesia. 6

2. Pancasila Sebagai Sumber Hukum


Pancasila sebagai sumber hukum pada hakikatnya adalah tempat kita dapat
menemukan dan menggali hukumnya. Sumber hukum menurut Zevenbergen dapat dibagi
menjadi sumber hukum materiil dan sumber hukum formil. Sumber hukum materiil
merupakan tempat dari mana materi hukum itu diambil. Sumber hukum materiil ini
merupakan faktor yang membantu pembentukan hukum misalnya: hubungan sosial,
hubungan kekuatan politik, situasi sosial ekonomis, tradisi (pandangan keagamaan,
kesusilaan), perkembangan internasional, keadaan geografis. Sumber hukum formil
merupakan tempat atau sumber dari mana suatu peraturan memperoleh kekuatan hukum.
Ini berkaitan dengan bentuk atau cara yang menyebabkan peraturan itu formil itu berlaku.
Apabila dikaitkan dengan dua jenis sumber hukum di atas, maka Pancasila termasuk
sumber hukum yang bersifat materiil sedangkan yang bersifat formil seperti peraturan
perundang-undangan, perjanjian antarnegara, yurisprudensi dan kebiasaan.
Pancasila sebagai sumber hukum materiil ditentukan oleh muatan atau bobot materi
yang terkandung dalam Pancasila. Setidaknya terdapat tiga kualitas materi Pancasila
yaitu: pertama, muatan Pancasila merupakan muatan filosofis bangsa Indonesia. Kedua,
muatan Pancasila sebagai identitas hukum nasional. Ketiga, Pancasila tidak menentukan
perintah, larangan dan sanksi melainkan hanya menentukan asas-asas fundamental bagi
pembentukan hukum. Ketiga kualitas materi inilah yang menentukan Pancasila sebagai
sumber hukum materiil. Adanya sumber hukum sebagai tempat untuk menggali dan
menemukan hukum dalam suatu masyarakat dan negara, mengakibatkan hukum memiliki
tatanan tersendiri. Terkait hal ini, khasanah hukum di era modern maupun kontemporer
sangat dipengaruhi oleh teori hukum Hans Kelsen mengenai grundnorm (norma dasar)
dan stufenbautheorie (tata urutan norma). Norma dasar yang menjadi sumber utama ini
merupakan pengikat diantara semua norma yang berbeda-beda yang membentuk suatu
tatanan norma. Oleh karena itu, Pancasila sebagai norma dasar berada pada puncak
piramida norma. Dengan demikian, Pancasila kemudian menjadi sumber tertib hukum

6 “Herwnpancasila-Sbg-Nilai.Doc,” n.d.
atau yang lebih dikenal sebagai sumber dari segala sumber hukum. Hal demikian, telah
dikukuhkan oleh memorandum DPR-GR yang kemudian diberi landasan yuridis melalui
Ketetapan MPR No. XX/MPRS/1966 jo Ketetapan MPR No. V/MPR/1973 jo Ketetapan
MPR No. IX/MPR/1978.15 Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum
dimaksudkan sebagai sumber dari tertib hukum negara Indonesia.
Fungsi Pancasila sebagai sumber segala sumber hukum mangandung arti
bahwa Pancasila berkedudukan sebagai:
1. Ideologi hukum Indonesia,
2. Kumpulan nilai-nilai yang harus berada di belakang keseluruhan hukum Indonesia,
3. Asas-asas yang harus diikuti sebagai petunjuk dalam mengadakan pilihan hukum di
Indonesia,
4. Sebagai suatu pernyataan dari nilai kejiwaan dan keinginan bangsa Indonesia, juga
dalam hukumnya.
Keberadaan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum kemudian
kembali dipertegas dalam Ketetapan MPR No. III/MPR/2000 Tentang Sumber
Hukum Dan Tata Urutan Peraturan Perundang-Undangan Pasal 1 TAP MPR itu
memuat tiga ayat:
1. Sumber hukum adalah sumber yang dijadikan bahan untuk penyusunan peraturan
perundang-undangan
2. Sumber hukum terdiri dari sumber hukum tertulis dan hukum tidak tertulis
3. Sumber hukum dasar nasional adalah Pancasila sebagaimana tertulis dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil
dan beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dan batang tubuh Undang-Undang Dasar
1945.7

7 Bo’a, “Pancasila sebagai Sumber Hukum dalam Sistem Hukum Nasional.”


D. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan
Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional memiliki arti bahwa segala
aspek pembangunan nasional harus berlandaskan nilai-nilai Pancasila. Oleh sebab itu
pembangunan nasional ditujukan untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia yang
meliputi aspek rohani, jasmani, aspek individu, sosial, dan ketuhanan.
Pancasila Sebagai Paradigma dalam Berbagai Bidang Pembangunan :
• Pembangunan Bidang Politik
Pembangunan ditujukan untuk membentuk pemerintahan demokratis yang
menjunjung kebebasan berpendapat serta melayani tuntutan rakyat secara adil, terbuka,
jujur, dan akuntabel. Dalam hal ini Pancasila memberikan dasar-dasar moralitas politik
negara yang berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa dan kemanusiaan yang adil dan
beradab.
• Pembangunan Bidang Ekonomi
Dalam pembangunan ekonomi, pemerintah harus berlandaskan Pancasila
terutama sila kelima, yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam ekonomi
kerakyatan, kebijakan ekonomi harus ditujukan sebesar-besarnya untuk kemakmuran
rakyat. Selain itu, pembangunan ekonomi harus berdasarkan moralitas kemanusiaan dan
Ketuhanan.
• Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Sosial Budaya
Pembangunan sosial budaya harus mampu meningkatkan harkat dan martabat
manusia, yaitu menjadi manusia yang berbudaya dan beradab. Kemudian berdasarkan sila
persatuan Indonesia, pembangunan sosial budaya dikembangkan atas dasar penghargaan
terhadap budaya-budaya yang beragam di Nusantara.
• Sebagai Paradigma Pembangunan Hukum
Salah satu tujuan negara Indonesia adalah melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia. Untuk mewujudkannya, diperlukan perlindungan
hukum kepada semua warga negara tanpa diskriminasi. Dengan demikian, substansi
hukum yang dikembangkan harus merupakan perwujudan sila-sila yang terkandung
dalam Pancasila. 8

8 BPIP, “Arti Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan,” 2021.


E. Nilai Pancasila Dalam Kehidupan
Agar dapat memperkuat dalam kesadaran serta menumbuhkan keyakinan terhadap
kebutuhan mengenai Pancasila. Karena Pancasila merupakan pengikat dalam persatuan
serta kesatuan Indonesia. Dengan tujuan mengantarkan bangsa Indonesia menuju
kesejahteraan. Sehingga diperlukan beberapa upaya yang akan membuat pemahaman
yang mendalam terhadap prinsip-prinsip yang terkandung dalam Pancasila. Salah satunya
adalah kita harus memahami arti yang terdapat dalam Pancasila. Sehingga, ketika kita
telah memahami dalam Pancasila maka akan memudahkan kita dalam mengamalkannya
dengan baik. (Zabda, 2017) menyatakan bahwa implementasi pancasila diantaranya
adalah:
1. Sila Pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa. Salah satunya yaitu dengan mengamalkan
ibadah dari agama yang dianutnya. Seperti dalam agama islam mengajarkan kita untuk
senantiasa beribadah kepada Allah SWT dengan kita melaksanakan semua yang
diperintahnya dan menjauhi serta meninggalkan larangannya. Selain beribadah, bisa
dilakukan dengan cara saling menghormati serta menghargai agama yang lainnya. Agar
memiliki kerukunan antar umat beragama yang baik di Indonesia.
2. Sila Kedua : Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab. Implementasi yang bisa kita
lakukan diantaranya dengan menjalankan sebuah kegiatan yang didasari dengan nilai-
nilai kejujuran. Karena dengan kita bersifat jujur maka kita akan memiliki sifat yang adil
dengan begitu implementasi dari sila yang kedua ini akan terwujud. Selain itu sila
kemanusiaan ini juga dapat diimplementasikan kedalam bentuk yang akan membuat
sebuah perilaku yang akan saling menghargai dan menghormati martabat manusia serta
kesamaan dalam hukum. Sehingga dengan begitu akan tercipta sebuah keadilan karena
semuanya memiliki kesamaan tanpa membedakan suku, ras, agama dan budayanya.
3. Sila Ketiga : Persatuan Indonesia. Dalam sila ketiga ini dapat diwujudkan dan
diimplementasikan dalam bentuk sebuah persatuan dan kebersamaan mengenai
masyarakat Indonesia. Serta dalam sila ketiga juga dijelaskan tidak adanya diskriminasi
individu atau diskriminasi antar golongan. Selain itu dalam sila ketiga juga diharapkan
tiap masyarakat dapat memiliki rasa dalam sebuah bentuk kerjasama dan gotong royong,
rela berkorban serta selalu menciptakan kehidupan yang rukun. Serta memiliki rasa
nasionalisme yang sangat tinggi merupakan hal yang paling utama. Rasa nasionalisme
tersebut dapat kita lakukan dengan mencintai produk dalam negeri dan memajukan
UMKM yang ada di Indonesia. Sehingga dengan begitu masyarakat Indonesia dapat
memiliki sebuah kemajuan dalam hal ekonomi .
4. Sila Keempat : Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan. Pada sila keempat ini dapat kita wujudkan salah satunya
dalam bentuk menyelesaikan permasalahan secara mufakat. Atau setiap anggota yang
mengikuti musyawarah tersebut dapat mengeluarkan pendapatnya dengan demokrasi.
Karena Indonesia termasuk negara yang demokrasi. Maka dalam berpendapat boleh
dikeluarkan apa saja melainkan tidak menyimpang dari topik yang sedang dibahas. Serta
dalam sila keempat ini juga tidak boleh ada pihak yang memaksakan kehendak pribadinya
karena dalam sila ini lebih menekankan terhadap sikap yang menunjung nilai-nilai
kebersamaan.
5. Sila Kelima : Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia Pada sila kelima dapat
diimplementasikan dan juga diwujudkan dalam perilaku yang dapat menghargai hak
berikut juga kewajiban dari orang lain. Selain itu, hak akan kita dapatkan harus dijalankan
kewajibannya agar pelaksanaan tersebut dapat seimbang dan tidak berat sebelah.
Sehingga akan tercipta kehidupan yang adil dan juga rukun serta nyaman. 9

9Mila Andriani Nurcahya and Dinie Anggraeni Dewi, “Implementasi Nilai Dasar Pancasila Dalam Upaya
Mewujudkan Tujuan Negara di Kehidupan Sehari-Hari” 3, no. 3 (2021): 9.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pancasila sebagai ideologi bangsa dalam berbagai bidang dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa maupun bernegara. Dengan kata lain, seluruh tatanan
kehidupan masyarakat, bangsa dan negara Indonesia menggunakan pancasila sebagai
dasar moral atau norma dan tolak ukur tentang baik buruk dan benar salahnya sikap,
perbuatan dan tingkah laku bangsa Indonesia. Pancasila merupakan jiwa seluruh rakyat
Indonesia, kepribadian bangsa Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia dan
pancasila menjadi tujuan hidup bangsa Indonesia. Pancasila bagi bangsa Indonesia
merupakan pandangan hidup kesadaran dan cita-cita moral yang meliputi kejiwaan dan
watak yang sudah berurat akar dalam kebudayaan bangsa Indonesia.
Pancasila sudah menjadi akar dalam kepribadian bangsa, maka dapat diterima sebagai
dasar negara yang mengatur hidup ketatanegaraan. Pancasila sebagai dasar negara, maka
mengamalkan dan mengamankan pancasila sebagai dasar negara mempunyai sifat
memaksa, artinya setiap warga negara Indonesia harus tunduk dan taat kepadanya.
Artinya siapa saja yang melanggar hukum harus ditindak menurut hukum yang berlaku
di negara Indonesia. Penanaman nilai-nilai pancasila khususnya nilai persatuan Indonesia
dirasa perlu untuk dilakukan bukan hanya sekedar teori dan formalitas tetapi
pelaksanaannya dalam penyelesaian permasalahan yang tengah dihadapi oleh Bangsa
Indonesia. Kenyataan menunjukkan bahwa kebersamaan masyarakat sebenarnya
dibangun diatas keanekaragamaan (budaya, etnis, bahasa, agama dan sebagainya),
sehingga perpecahan merupakan benih yang subur.
Mengingat pentingnya ideologi bagi sebuah negara, maka pembinaan secara terus
menerus agar ideologi yang diterimanya semakin mengakar dan pada gilirannya mampu
membimbing masyarakat menuju pemikiran yang relatif sama. Upaya memahami
ideologi bagi suatu bangsa juga dapat dilakukan melalui pemahaman tentang fungsi
ideologi yang dianut oleh suatu negara.
DAFTAR PUSTAKA

Agus, A Aco. “RELEVANSI PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA DI


ERA REFORMASI,” n.d., 10.
Bo’a, Fais Yonas. “Pancasila sebagai Sumber Hukum dalam Sistem Hukum Nasional.”
Jurnal Konstitusi 15, no. 1 (March 29, 2018): 21. https://doi.org/10.31078/jk1512.
BPIP. “Arti Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan,” 2021.
“Herwnpancasila-Sbg-Nilai.Doc,” n.d.
Nurcahya, Mila Andriani, and Dinie Anggraeni Dewi. “Implementasi Nilai Dasar
Pancasila Dalam Upaya Mewujudkan Tujuan Negara di Kehidupan Sehari-Hari” 3, no.
3 (2021): 9.
Ronto. Pancasila Sebagai Ideologi Dan Dasar Negara. Jakarta: PT. Balai Pustaka,
2012.

Anda mungkin juga menyukai