Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PEMBAHASAN WAHYU ALLAH DAN NUZUL QURAN


DIAJUKAN SEBAGAI
TUGAS MATA KULIAH ULUMUL QURAN
Dosen Pembimbing : Bpk.Arison

Di susun oleh : Miska Salsabila (Nim : 21211710)

Kampus institut ilmu alquran (IIQ), Jakarta


Kelas IAT 1 C
TA. 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas rahmat allah swt, berkat rahmat serta karunia-nya sehingga makalah
dengan berjudul Wahyu Allah dan Nuzulul Quran ini dapat selesai. Makalah ini dibuat dengan
tujuan memenuhi tugas mata kuliah Ulumul Quran. Selain itu, penyusunan makalah ini bertujuan
menambah wawasan kepada pembaca tentang wahyu Allah dan nuzul Quran.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak Arison sebagai dosen pada mata
kuliah ini. Berkat tugas yang diberikan, dapat menambah wawasan penulis berkaitan dengan
topik yang diberikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada semua
pihak yang membantu dalam proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih melakukan banyak
kesalahan. Oleh karena itu penulis memohon maaf atas kesalahan dan ketaksempurnaan yang
pembaca temukan dalam makalah ini. Penulis juga mengharap adanya kritik serta saran dari
pembaca apabila menemukan kesalahan dalam makalah ini.

Tangerang, 23 Oktober, 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR………………………………………………………….i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………ii
BAB I : PENDAHULUAN……………………………………………………..1
A. Latar belakang……………………………………………………………1
B. Rumusan masalah………………………………………………………...2
C. Tujuan…………………………………………………………………….2
D. Manfaat…………………………………………………………………...2
BAB II : PEMBAHASAN………………………………………………………3
A. Pengertian wahyu………………………………………………………...3
B. Metode penyampaian wahyu………………………………………….….4
C. Pengertian nuzulul quran…………………………………………………8
D. Hikmah diturunkannya al-quran secara berangsur-angsur……………….10
BAB III : PENUTUP............................................................................................11
Kesimpulan……………………………………………………………………….11
Daftar pustaka…………………………………………………………………….12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Masalah “Wahyu” dan bagaimana hubungan seorang nabi dengan alam gaib
hingga ia dapat menerima wahyu, merupakan perkara metafisikal yang hakikatnya
sulit diketahui manusia.Mengenal hakikat wahyu bagi manusia merupakan sesuatu
yang mustahil, Faktor ketidakmampuan ini sangatlah jelas, karena memang manusia
akan selalu kewalahan dalam mendeteksi perkara yang tidak pernah dijamahnya.
Namun walaupun demikian, akal manusia yang selalu aktif bekerja terus
mendorongnya untuk mengkaji dan mengenal hakikat wahyu, dan dengan modal
premis dan basis pengetahuannya ia pun akan berupaya menafsirkan hakikat wahyu.
Mendifinisikan dan mengenal wahyu sangat berkaitan dengan masalah kenabian,
karena wahyu adalah salah satu produk inti kenabian.Begitu pula dengan al-quran,
banyak ayat al-quran yang diturunkan mula-mula berhubungan dengan tujuan umum
turunnya al-quran, yaitu sebagai petunjuk bagi manusia, sebagai hujjah yang jelas
dalam menjalankan kehidupan, membimbing manusia kejalan yang benar dan lurus,
menegakkan prinsip kehidupan yang utama diatas landasan iman kepada Allah.Salah
satu hal penting yang harus dipahami pada proses penafsiran ayat yang berhubungan
dengan pendidikan adalah asbabun nuzul.

1
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian Wahyu ?
2. Bagaimanakah metode penyampaian wahyu ?
3. Apa pengertian nuzulul qur’an ?
4. Apa saja hikmah diturunkannya al-Quran secara berangsur-angsur ?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengetian wahyu
2. Mengetahui metode penyampaian wahyu
3. Mengetahui pengertian nuzulul quran
4. Mengetahui hikmah diturunkannya al-Quran secara berangsur-angsur

D. Manfaat
Agar pembaca dapat memahami apa itu pengertian wahyu dan nuzulul quran serta
unsur-unsur yang berhubungan dengan turunnya al-Quran,

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Wahyu

Secara etimologi wahyu berasal dari kata Arab ‫ حيى ـ وحى وحيا ـ‬yang artinya petunjuk
atau isyarat,1 Menurut ibnu hajar al-Asqolani wahyu secara bahasa yaitu pemberitahuan
yang tersembunyi, Sedangkan secara istilah menurut Ibnu Hajar Al-Asqolani yaitu
pemberitahuan tentang syariat.adapun pengertian wahyu dalam al-quran yaitu “memberi
tahu dengan cepat dan tersembunyi”. Kata wahyu sendiri mempunyai arti yang umum,
dipakai untuk pengertian beberapa macam bentuk pemberitahuan yang halus dan khusus.
Diantara bentuk-bentuk wahyu itu ialah; Ar-Ru‟ya sh-Shadiqah (mimpi yang haqiqi),
bisikan dalam hati, ilham dan percakapan yang disampaikan malaikat, Kata wahyu dan
kata sejenisnya digunakan dalam Alquran sebanyak tujuh delapan kali. Makna dasar dari
kata wahyu secara bahasa adalah memahamkan sesuatu dengan cepat dan
tersembunyi.Makna ini terdapat dalam penggunaan kata wahyu secara keseluruhan.

Dalam al-Quran disebutkan, dalam surat an-Nahl ayat 68 yang berbunyi: Dan Tuhanmu
mewahyukan kepada lebah: “buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon kayu dan di
tempat-tempat yang bikin manusia”. Syekh Mufid menjelaskan, “Yang dimaksud dengan
wahyu adalah ilham yang tersembunyi.Lebah madu, tanpa ada ucapan tertentu,
memahami dan mengetahui tugas-tugasnya.”
Wahyu juga bermakna isyarat yaitu Al-Quran menerangkan, Zakariya berkata, “Tuhanku,
berilah aku tanda.”Allah berfirman, “Tandamu adalah jangan engkau berbicara dengan
manusia selama tiga hari tiga malam berturut-turut.” Kemudian dari mihrabnya, ia keluar
menjumpai kaumnya, lalu mewahyukan (mengisyaratkan) pada mereka untuk memuji
Allah sepanjang pagi dan petang (QS. Maryam:10-11). Dalam ayat yang lainnya, al-
Quran menjelaskan tentang kisah Nabi Zakariya sebagai berikut, Zakariya berkata,
“Tuhanku, berilah aku sesuatu sebagai tanda.”Allah berfirman, “Tandamu adalah jangan
kau berbicara dengan manusia selama tiga hari kecuali dalam bentuk simbol
1
Mochammad Irfan Achfandhy” Media Kajian dan Pengembangan Ilmu Dakwah”Jurnal Al-Bayan, Vol. . 26 No. 2
Juni - Desember 2020.

3
(isyarat).Banyaklah mengingat Tuhanmu dan bertasbihlah kepada-Nya di pagi dan
petang.” (QS. Ali Imran:41)
Pada kedua ayat di atas, pemberi wahyu (isyarat) adalah Nabi Zakariya dan penerima
wahyu adalah kaumnya.Wahyu juga bermakna memahamkan sesuatu dalam bentuk
isyarat yang hanya dipahami oleh orang yang dituju sebagaimana yang disebutkan pada
ayat ke-41 surah Ali Imran, yang menggunakan kalimat, illa ramza, “kecuali
simbol”.Kandungan dari wahyu juga berupa bertasbih pada Allah di setiap pagi dan
petang.2

Adapaun secara Syar’I dalam al-quran Menurut istilah syariat wahyu berarti kalam Allah
yang diturunkan kepara para Nabi. Hal ini ditunjukkan oleh beberapa ayat dalam Al-
Quran sebagai berikut :
ٌ ‫ق فِي ْال َجنَّ ِة َوفَ ِري‬
ِ ‫ق فِي ال َّس ِع‬
‫ير‬ ٌ ‫ْب فِي ِه فَ ِري‬ َ ‫ َو َك ٰ َذلِكَ أَوْ َح ْينَا إِلَ ْي‬ 
َ ‫ك قُرْ آنًا َع َربِيًّا لِّتُن ِذ َر أُ َّم ْالقُ َر ٰى َو َم ْن َحوْ لَهَا َوتُن ِذ َر يَوْ َم ْال َج ْم ِع اَل َري‬
 Demikianlah Kami wahyukan kepadamu Al Quran dalam bahasa Arab, supaya kamu
memberi peringatan kepada ummul Qura (penduduk Mekah) dan penduduk (negeri-
negeri) sekelilingnya serta memberi peringatan (pula) tentang hari berkumpul (kiamat)
yang tidak ada keraguan padanya. Segolongan masuk surga, dan segolongan masuk
Jahannam.
[QS. Asy-Syura : 7]

B. Metode Penyampaian Wahyu


1. Diturunkan langsung tanpa perantara malaikat, berikut ada dua cara cara turunnya
wahyu :
a. Mimpi yang benar

Diturunkannya wahyu tanpa perantara ini yaitu melalui mimpi


yang diterima oleh nabi secara langsung, Dari ‘Aisyah r.a. dia berkata:
“Sesungguhnya apa yang mula-mula terjadi bagi Rasulullah saw. adalah
mimpi yang benar di waktu tidur. Beliau tidaklah melihat mimpi kecuali
mimpi itu datang bagaikan terangnya pagi hari.”Hal itu merupakan
persiapan bagi Rasulullah saw. untuk menerima wahyu dalam keadaan

2
Arief Muammar “Konsep Wahyu Dalam Al-quran”, Jurnal At-Tibyan Vol. II No.2 Juli–Desember 2017

4
sadar, tidak tidur. Di dalam al-Qur’an wahyu diturunkan ketika beliau
dalam keadaan sadar, kecuali bagi orang yang mendakwakan bahwa Surah
al-Kautsar diturunkan melalui mimpi, karena adanya satu hadits mengenai
hal itu. Di dalam shahih Muslim, dari Anas r.a. dia berkata: “Ketika
Rasulullah saw. pada suatu hari berada di antara kami di dalam masjid,
tiba-tiba beliau mendengkur, lalu beliau mengankat kepala dalam keadaan
tersenyum. Aku tanyakan kepadanya: ‘Apakah yang menyebabkan engkau
tertawa wahai Rasulallah?’ Ia menjawab: ‘Tadi telah turun kepadaku
sebuah surah.’ Lalu beliau membaca: ‘Bismillaahirrahmaanir rahiim,
innaa a’thainaakal kautsar, fa shalli lirabbika wanhar, inna syaani-aka
Huwal abtar.” , Adapun dalilnya :

ِ َ‫ك فَانظُرْ َما َذا تَ َر ٰى ۚ قَا َل يَا أَب‬


ُ ‫ت ا ْف َعلْ َما تُ ْؤ َم ُر ۖ َستَ ِج ُدنِي إِن َشا َء هَّللا‬ َ ‫ي إِنِّي أَ َر ٰى فِي ْال َمن َِام أَنِّي أَ ْذبَ ُح‬
َّ َ‫فَلَ َّما بَلَ َغ َم َعهُ ال َّس ْع َي قَا َل يَا بُن‬
َ‫ِمنَ الصَّابِ ِرين‬
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-
sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat
dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa
pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang
diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk
orang-orang yang sabar".
[QS. Ash-Shaffat : 102].

b. Berbicara langsung dibalik hijab


Penyampaian wahyu dengan cara ini kepada Nabi dan Rasul- Nya
juga sifatnya langsung tidak melalui perantara malaikat. Penerima wahyu
hanya mendengar Kalam Ilahi akan tetapi ia tidak dapat melihat-Nya.
Contohnya seperti yang terjadi pada Nabi Musa AS. Firman Allah yang
terjemahannya ““Dan tidak mungkin bagi seseorang manusiapun bahwa
Allah berkata-kata dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau
dibelakang tabir atau dengan mengutus seseorang utusan (malaikat) lalu
diwahyukan kepadanyadengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki.
Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana”. (QS. asy-Syura
42: 51). yang dimaksud dengan perantaraan wahyu dalam ayat di atas
5
adalah melalui mimpi atau ilham. Sedangkan yang dimaksud dengan
dibelakang tabir ialah seorang dapat mendengar Kalam Ilahi akan tetapi
dia tidak dapat melihat-Nya seperti yang terjadi kepada Nabi Musa AS.
Rasul yang dimaksud dalam ayat di atas adalah malaikat seperti malaikat
Jibril AS.3

2. Metode Penyampaian Wahyu Dari Malaikat Jibril Kepada Nabi Muhammad


a. Malaikat menampakkan dirinya berupa seorang laki-laki

Malaikat mengucapkan kata-kata kepadanya sehingga beliau


mengetahui dan hafal benar kata-kata itu, 4Cara seperti ini lebih ringan
daripada cara sebelumnya, karena adanya kesesuaian anatara pembicara
dengan pendengar. Beliau mendengarkan apa yang disampaikan pembawa
wahyu itu dengan senang, dan merasa tenang seperti seseorang yang
sedang berhadapan dengan saudaranya sendiri.5

b. Wahyu datang kepadanya seperti gemerincingnya lonceng.

Cara inilah yang amat berat dirasakan oleh Rasulullah. Kadang-


kadang pada keningnya berpancaran keringat, meskipun turunnya wahyu
itu dimusim yang sangat dingin. Kadang-kadang unta beliau terpaksa
berhenti dan duduk karena merasa berat. Bila wahyu itu turun ketika
beliau sedang mengendarai unta. Diriwayatkan oleh Zaid bin Tsabit; “aku
adalah penulis wahyu yang diturunkan kepada Rasulullah. Aku lihat
Rasulullah ketika turunnya wahyu seakan-akan diserang oleh demam yang
keras dan keringatnya bercucuran seperti permata. Kemudian setelah
selesai turunya wahyu, barulah beliau kembali seperti biasa6.

c. Malaikat menampakkan dirinya pada Rasulullah dalam rupa yang


aslinya
3
Abd. Rahman L “Hakikat Wahyu”, Jurnal Ulunnuha, Vol.6 No.1/Juni 2016.
4
Mochammad Irfan Achfandhy “Media Kajian dan Pengembangan Ilmu Dakwah” Vol. 26 No. 2 Juni - Desember
2020
5
Abd. Rahman L “Hakikat Wahyu”, Jurnal Ulunnuha, Vol.6 No.1/Juni 2016
6
Mochammad Irfan Achfandhy “Media Kajian dan Pengembangan Ilmu Dakwah” Vol. 26 No. 2 Juni - Desember
2020

6
Hal ini disebut dalam al-Qur‟an surah An-Najm 13 dan 14 yang
Artinya; “sesungguhnya Muhammad telah melihatnya pada kali yang
lain (kedua). Ketika ia berada di sidaratulmuntaha”. Allah SWT memilih
beberapa nama untuk wahyu-Nya, pemilihan bahasa penamaan ini
berbeda dengan bahasa yang sering digunakan oleh masyarakat Arab,
Nama-nama itu mengandung sebuah makna bias dan memiliki akar kata.
Diantara beberapa nama itu adalah al-quran dan al kitab.

3. Perbedaan Wahyu, Ilham, dan Ta’lim

a. Wahyu menurut bahasa yaitu waha, yahi, wahyan. Secara harfiyah


berarti suara, api, kecepatan, bisikan, rahasia, syarat, tulisan dan
kitab. Al-wahyu atau wahyu adalah masdar dan materi kata itu
menunjukkan dua pengertian dasar, yaitu : tersembunyi dan cepat.
Oleh karena itu, maka wahyu dikatakan sebagai pemberitahuan
secara tersembunyi dan cepat yang khusus ditunjukkan kepada orang
yang diberitahu tanpa diketahui orang lain,  Syeikh Muhammad
Abduh mengemukakan pendapatnya mengenai wahyu adalah
pengetahuan yang didapat seseorang pada dirinya sendiri dengan
keyakinan yang penuh bahwa pengetahuan itu datang dari Allah
SWT baik penyampaiannya melalui perantara atau tidak
b. Ilham adalah perasaan emosional yang diyakini oleh jiwa yang oleh
karenanya jiwa itu terdorong untuk segera melakukan apa yang
dikehendaki oleh ilham itu tanpa disertai kesadaran dari jiwa sendiri,
darimana dia datang, keadaan hampir sama dengan perasaan lapar,
dahaga, sedih, senang dan sebagainya.
c. Kata Ta’lim dalam bahasa arab berwazan Taf’il terambil dari
‘Allama, yu’allimu, ta’liman, yang secara terminologis ta’lim
merupakan suatu pemberian pengetahuan atau kesan batin yang
berupa ilmu, melalui serangkaian usaha dan penyelidikan, bahwa
kadar pengetahuan yang diperoleh seseorang, sedikit atau banyak
sangat tergantung pada seberapa tinggi kadar intensitas belajar yang

7
dilakukannya serta seberapa luas dan mendalam penyelidikan yang
dikerjakannya7.

C. Pengertian Nuzul Quran

Nuzul Secara bahasa yaitu “menetap disuatu tempat” atau “turun dari suatu tempat yang
tinggi “ Sedangkan kata Quran sendiri adalah kitab suci umat islam, jadi nuzulul quran
menurut istilah ialah Peristiwa diturunkannya wahyu allah (Al-quran) kepada Nabi
Muhammad melalui Malaikat Jibril AS Secara berangsur-angsur.

Kata ‫ اَ ْنزَ َل‬berarti menurunkan secara keseluruhan. Kata ini digunakan dalam ayat yang
menerangkan tentang penurunan ke lauhil mahfudh dan baitul izaah. Selain itu kata ini
juga digunakan dalam ayat yang menyebutkan tentang diturunkannya kitab selain al-
Qur’an, yaitu Zabur, Injil, dan Taurat. Hal itu menunjukkan bahwa kitab selain al-Qur’an
diturunkan oleh Allah secara keseluruhan. Sedangkan kata ‫ نَ َّز َل‬berarti menurunkan secara
berangsur-angsur atau sedikit demi sedikit. Kata ini digunakan dalam ayat-ayat yang
menerangkan tentang diturunkannya al-Qur’an pada Nabi, sebagaimana Allah berfirman
dalam surat al-Imran : 3

‫نزل عليك الكتاب با الحق مصد قا لما بين يديهـ و انزل التوراة و االءنجيل‬
Artinya : Dia menurunkan al-Kitab kepadamu dengan sebenarnya dan
membenarkan kitab yang diturunkan sebelumnya, dan Dia menurunkan kitab
Taurat dan Injil.

Adapun tahap-tahap turunnya al-Quran yaitu sebagai berikut :


1. al-Quran diturunkan di Lauh Mahfuz secara sekaligus, Hal ini sebagaimana
firman Allah :
‫ في لوح محفوظ‬. ‫بل هو قران مجيد‬.
Artinya : Bahkan yagn didustakan oleh mereka itu ialah al-Qur’an yang mulia,
yang ada di lauhil mahfudh. (QS. Al-Buruj : 22-23)
Dalam sebagian tafsir lauhil mahfudh disamakan dengan kitabin maknun yang
berarti kitab yang terjaga. Akan tetapi secara umum lauhil mahfudh diartikan
7
Adi Prayitno “Perbedaan Wahyu, Ilham, Ta’lim” Dalam Flexzine, Maret 27.2017.

8
sebagai sebuah tempat yang di dalamnya tersimpan segala sesuatu yang berkaitan
dengan qodlo dan qodar Allah, semua perkara yagn sudah terjadi ataupun yang
akan terjadi di masa yang akan datang. Ketika al-Qur’an di lauhil mahfudh ini
tidak ada yang tahu persis bagaimana wujudnya. Hal itu dikarenakan lauhil
mahfudh adalah alam yang tidak terjangkau oleh manusia. Selain itu juga tidak
ada dalil tentang kepastiannya.
2. Dari Lauh Mahfuz ke Baitul Izzah
Menurut pendapat yang paling shohih baitul izzah ini ada di langit yang paling
bawah atau langit dunia, Tahap kedua ini berdasarkan firman Allah surat al-
Qadr : 1 yaitu
‫انا انزلنزلناه في ليلة القدر‬
Artinya : Sesungguhnya telah kami turunkan al-Qur’an pada malam kemuliaan.

ayat di atas menerangkan bahwa pada malam kemuliaan atau lailatul qadar pada
bulan Ramadhan al-Qur’an diturunkan ke langit dunia (baitul izzah). Inilah
malam yang sering disebut dengan malam nuzulul qur’an, karena malam yang
diberkahi adalah malam Lailatul Qadar dalam bulan Ramadhan. Tetapi lahir
(zahir) ayat-ayat itu bertentangan dengan kehidupan nyata Rasululalh SAW, di
mana Qur’an turun kepadanya selama dua puluh tiga tahun8
3. Dari Baitul Izzah kepada Nabi Muhammad melalui perantara Malaikat Jibril
Pada tahap ini al-Quran tidak turun sekaligus tetapi secara bertahap, dan ayat
pertama kali yang diterima Rosulullah adalah surat al-Alaq ayat 1-5 yang
bertepatan di Gua Hira pada 610 M, Selanjutnya wahyu kedua yang diterima
Rosulullah adalah surat al-Mudassir ayat 1-7 dan seterusnya al-Quran diturunkan
secara bertahap susuai dengan problematika social, krisis moral, keagamaan serta
kisah-kisah para Nabi terdahulu.Dan ayat terakhir yang Nabi Muhammad terima
adalah surat al-Maidah ayat 3 ayat ini turun pada musim haji terakhir, Adapun
menjelang wafatnya Rasulullah al-Quran sudah selesai diturunkan yaitu pada
tanggal 9 dzulhijah tahun 10 H/ 27 Oktober 632 M, dalam proses penurunan al-

8
Abu Bakar, MS “Nuzulul Quran Proses Gradualisasi” Jurnal Madania, Vol.4.No.2.2014.

9
Quran secara berangsur-angsur ini memakan waktu 22 tahun 2 bulan 22 hari
sampai al-Quran utuh dengan sempurna.

D. Hikmah Diturunkannya al-Quran Secara Berangsur-Angsur


1. Meneguhkan hati Rasulullah dalam melaksanakan tugasnya, ketika ia
menghadapi hambatan dan tantangan
2. Untuk memudahkan Nabi Muhammad dalam menghafal lafad al-Qur’an.
3. Agar lebih mudah dimengerti dan dilaksanakan perintahnya oleh masyarakat
4. Untuk meneguhkan dan menghibur hati umat islam yang hidup semasa
dengan nabi.
5. Untuk membuktikan bahwa al-Qur’an benar-benar kalam Allah, bukan kalam
Muhammad. Jadi, al-Qur’an secara berangsur-angsur ini utuk menepis
anggapan tersebut.
9

BAB III
9
Abu Bakar, MS “Nuzulul Quran Proses Gradualisasi” Jurnal Madania, Vol.4.No.2.2014.

10
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas, dapat kita ambil kesimpulan yaitu pengertian
wahyu secara bahasa adalah petunjuk atau isyarat, sedangkan menurut istilah
yaitu pemberitahuan tentang syariat.adapun pengertian wahyu dalam al
quran.Adapun metode penyampaian wahyu melalui berbagai cara yaitu ada
yang diturunkan secara langsung dan ada juga melalui malaikat jibril, wahyu
yang diturunkan secara langsung diantaranya adalah melalui mimpi yang
benar, dan dari balik tabir/hijab.Sedangkan wahyu yang diturunkan melalui
perantara Malaikat Jibril yaitu Malaikat yang menampakan dirirnya seperti
laki-laki, melalui gemerincing lonceng, dan yang terakhir Malaikat
menampakan wujud aslinya kepada Rasulullah.
Adapun pengertian nuzulul qura’an yaitu secara bahasa menetap disuatu
tempat dan menurut istilah Peristiwa diturunkannya wahyu allah (Al-quran)
kepada Nabi Muhammad melalui Malaikat Jibril AS Secara berangsur-
angsur.al-Quran turun secara bertahap yaitu pertama kali diturunkan di Lauh
Mahfuz sekaligus lalu dari Lauh Mahfuz ke Baitul Izzah setelah dari Baitul
Izzah lalu diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui perantara malaikat
Jibril dan memakan waktu 22 tahun 2 bulan 22 hari.Hikmah diturunkannya al-
Quran secara berangsur-angsur sangat banyak salah satunya adalah untuk
membuktikan bahwa al-Quran itu adalah kalam Allah bukan kalam Nabi
Muhammad itulah sebabnya al-Quran diturunkan secara berangsur-angsur.

DAFTAR PUSTAKA

11
Archfandhy, Irfan Muhammad., “Media kajian dan Pengembangan ilmu da’wah”, Vol. 26 No. 2
Juni - Desember 2020.(Tanggal akses 25 Oktober)
https://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/bayan/issue/view/675

Muammar, Arief., “Konsep Wahyu Dalam al-Quran”, Jurnal At-Tibyan Vol. II No.2 Juli–
Desember 2017.(Tanggal akses 25 Oktober)
https://journals.indexcopernicus.com/api/file/viewByFileId/417070.pdf

Rahman L, Abd., “Hakikat Wahyu”, Jurnal Ulunnuha, Vol.6 No.1/Juni 2016.(Tanggal akses 25
Oktober)

https://ejournal.uinib.ac.id › article ›

Prayitno, Adi., “Perbedaan Wahyu, Ilham, Ta’lim”, Dalam Flexzine, Maret 27.2017(Tanggal
akses 25 Oktober)
http://adiiprayitno.blogspot.com/2017/03/artikel-ulumul-quran-perbedaan-wahyu.html

Ms, Abu Bakar.,”Nuzulul Quran”, Jurnal Madania, Vol.4.No.2.2014.(Tanggal Akses 25


Oktober)
http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/madania/article/view/4785

12

Anda mungkin juga menyukai