0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
5 tayangan2 halaman
Dokumen ini membahas tentang pengertian, tujuan, dan tatalaksana kasus asma bronkhiale di Puskesmas Cigadung. Asma bronkhiale adalah kelainan saluran nafas berupa peradangan kronis yang menyebabkan gejala episodik berulang seperti batuk dan sesak nafas. Tatalaksananya meliputi pemeriksaan fisik, penentuan derajat serangan, pemberian oksigen dan obat, serta konseling dan edukasi untuk pencegahan.
Dokumen ini membahas tentang pengertian, tujuan, dan tatalaksana kasus asma bronkhiale di Puskesmas Cigadung. Asma bronkhiale adalah kelainan saluran nafas berupa peradangan kronis yang menyebabkan gejala episodik berulang seperti batuk dan sesak nafas. Tatalaksananya meliputi pemeriksaan fisik, penentuan derajat serangan, pemberian oksigen dan obat, serta konseling dan edukasi untuk pencegahan.
Dokumen ini membahas tentang pengertian, tujuan, dan tatalaksana kasus asma bronkhiale di Puskesmas Cigadung. Asma bronkhiale adalah kelainan saluran nafas berupa peradangan kronis yang menyebabkan gejala episodik berulang seperti batuk dan sesak nafas. Tatalaksananya meliputi pemeriksaan fisik, penentuan derajat serangan, pemberian oksigen dan obat, serta konseling dan edukasi untuk pencegahan.
1. Pengertian Asma Bronkhiale adalah suatu kelainan berupa inflamasi
(peradangan) kronis saluran nafas yang menyebabkan hiperreaktifitas bronkhus, sehingga menyebabkan gejala episodik berulang berupa ,mengi, sesak nafas, rasa berat di dada, dan batuk terutama malam atau dini hari. 2. Tujuan Sebagai acuan tatalaksana penanganan kasus asma bronkhiale
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Nomor tentang standar pelayanan
klinis 4. Referensi Permenkes RI NO 5 Tahun 2014 tentang Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer 5. Prosedur/langkah- 1. Anamnesis : Pada saat dilakukan anamnesa ditemukan gejala langkah : batuk dan atau mengi berulang yang mempunyai karakteristik episodik, terjadi pada malam hari (nokturnal), musiman, berkaitan dengan aktifitas atau pencetus, reversibel, adanya riwayat atopi dalam keluarga. Sesak nafas terutama saat ekspirasi.
2. Pemeriksaan fisik : Pada saat serangan tampak pasien duduk
berjuang untuk menghirup udara, dada dalam posisi inspirasi dan menggunakan otot bantu pernafasan. Ditemukan wheezing, ronkhi pada saat pemeriksaan auskultasi. Terjadi peningkatan frekuensi nafas dan denyut nadi.
3. Penentuan derajat asma berdasarkan anamnesa dan
pemeriksaan fisik pasien. Derajat asma terbagi menjadi asma serangan ringan, sedang, berat 4. Tatalaksana pasien asma berdasarkan derajat serangan asma.
Inhalasi agonis beta-2 kerja singkat (nebulisasi) setiap 20
menit dalam satu jam atau agonis beta-2
Kortikosteroid sistemik: Serangan asma berat, tidak ada
respon segera dengan pengobatan bronchodilator
Penilaian ulang setelah satu jam (pemeriksaan fisik,
saturasi O2)
Apabila perbaikan pasien diperbolehkan pulang
pengobatan dilanjutkan dengan inhalasi agonisbeta-2, pemberian kortikosteroid
Asma serangan sedang dan berat dirujuk ke RS
5. Melakukan konseling dan edukasi :
Memberikan informasi kepada individu dan keluarga mengenai penyakit asma Kontrol secara teratur antara lain untuk menilai dan monitor berat asma secara berkala Pola hidup sehat Menjelaskan pentingnya melakukan pencegahan 6. Melakukan dokumentasi dalam rekam medis
Unit terkait Poli BP Umum, Poli KIA/KB, Poli TB
7. Rekaman Historis No Yang Dirubah Isi Perubahan Tgl.Mulai