Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

ISOLASI SOSIAL

Disusun Oleh

DIKI STIAWAN
2021207209027

PRODI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU
LAMPUNG
2021
1
LAPORAN PENDAHULUAN
ISOLASI SOSIAL

A. KASUS / MASALAH UTAMA : ISOSLASI SOSIAL


1. Pengertian
a. Isolasi sosial merupakan keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain
dianggap menilai, menyatakan, serta memperhatikan sikap negatif dan mengancam bagi
dirinya (Townsend, 2009)
b. Isolasi sosial adalah keadaan ketika seseorang klien mengalami penurunan bahkan sama
sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya (Keliat , 2010)
c. Isolasi sosial sebagai suatu pengalaman menyendiri dari seseorang dan perasaan segan
terhadap orang lain sebagai sesuatu yang negatif atau keadaan yang mengancam
(Herdman, 2012)
d. Isolasi sosial adalah suatu pengalaman menyendiri dari seseorang dan perasaan segan
terhadap orang lain sebagai sesuatu yang negatif atau keadaan yang mengancam (SAK,
FIK-UI, 2014)

2. Rentang respon
Adaptif maladaptive

1. Pikiran Logis 1. Kadang proses 1. Gangguan proses


2. Persepsi Akurat pikir terganggu pikir (waham)
3. Emosi konsisten 2. Ilusi 2. Halusinasi
dengan 3. Emosi 3. Kesulitan untuk
pengalaman 4. Perilaku tidak memproses emosi
4. Perilaku sesuai biasa 4. Perilaku tidak
5. Hubungan sosial 5. Menarik diri terorganisir
5. Isolasi sosial

B. PROSES TERJADINYA MASALAH


Menurut stuart (2009), masalah isolasi sosial dapat dijelaskan dengan menggunakan psikodinamika
masalah keperawatan jiwa seperti skema dibawah ini:
1. Faktor Predisposisi
Stuart (2009), mengatakan faktor predisposisi adalah faktor resiko timbulnya stress yang akan
mempengaruhi tipe dan sumber-sumber yang dimiliki klien untuk menghadapi stress. Stuart
(2009) membagi faktor predisposisi dalam tiga domain yaitu biologis, psikososial dan sosial
kultural.
2
a. Biologis
Faktor biologis berhubungan dengan kondisi fisiologis yang mempengaruhi timbulnya
gangguan jiwa.
1) Kerusakan pada area otak
Menurut penelitian beberapa area dalam otak yang berperan dalam timbulnya kejadian
skizoferania antara lain sistem limbik, korteks frontal, cerebelum dan ganglia basalis.
Keempat area tersebut saling berhubungan, sehingga disfungsi pada satu area akan
mengakibatkan gangguan pada satu area akan mengakibatkan gangguan pada area yang
lain (Arief, 2009)
2) Peningkatan aktivitas neurotransmiter
Peningkatan ini disebabkan karena beberapa faktor diantaranya adalah peningkatan
pelesapan dopamine, terlalu banyaknya reseptor dopamine, turunnya nilai ambang,
hipersensitivitas reseptor dopamine, atau kombinasi dan faktor-faktor tersebut.
Videback (2006)
3) Faktor genetika
Penelitian tentang faktor genetik telah membuktikan bahwa skizoferania diturunkan
secara genetika.
b. Psikologis
1) Teori psikoanalitik
Sigmund Freud melalui teori psiko analisa menjelaskan bahwa skizoferania merupakan
hasil dari ketidakmampuan menyelesaikan masalah dan konflik yang tidak disadari
antara impuls agresif atau kepuasan libido serta pengakuan terhadap ego.
2) Teori perilaku
Teori perilaku berasumsi bahwa perilaku merupakan hasil merupakan hasil
pengalaman yang dipelajari oleh klien sepanjang daur kehidupannya, dimaan setiap
pengalaman yang dialami akan mempengaruhi perilaku klien baik yang bersifat adaptif
dan maladaptif
3) Teori Interpersonal
Teori Interpersonal berasumsi bahawa skizoferania terjadi karena klien mengalami
ketakutan akan penolakan intrapersonal atau trauma dan kegagalan perkembangan
yang dialami pada masa pertumbuhan seperti kehilangan, perpisahan yang
mengakibatkan seseorang menjadi tidak berdaya, tidak percaya diri, tidak mapu
membina hubungan saling percaya dengan orang lain.
c. Sosial budaya

3
Faktor sosial budaya menyakini bahwa penyebab skizoferania adalah pengalaman seseorang
yang mengalami kesulitan beradabtasi terhadap tuntutan sosial budaya karena klien
memiliki harga diri rendah dan mekanisme koping mal adaptif.

2. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi adalah stimulus normal atau eksternal yang mengancam klien antara lain
dikarenakan adanya ketegangan peran, konflik peran, peran yang tidak jelas, peran berlebihan,
perkembangan transisi, situasi transisi peran dan transisi peran sehat-sakit (Stuart, 2009)
a. Psikologis
1) Internal
Stesor yang berasal dar dalam adalah kegagalan dan perasaan bersalah yang dialami
klien
2) Eksternal
Stesor eksternal adalah kurangnya dukungan dan lingkungan serta penolakan dari
lingkungan atau keluarga.
b. Sosial Budaya
Sosial Budaya merupakan ancaman terhadap sistem diri. Ancaman terhadap sistem diri
merupakan ancaman terhadap identitas diri, harga diri, dan fungsi integritas sosial. Ancaman
sistem diri berasal dari dua sumber yaitu eksternal dan interna. Sumber eksternal dapat
disebabkan karena kehilangan orang yang sangat dicintai karena kematian, perceraian,
perubahan status pekerjaan, dilema etik, ataupun tekanan sosial dan budaya. Sedangkan
sumber internal disebabkan karena kesulitan membangun hubungan interpersonal di
lingkungan sekitar seperti di lingkungan rumah atau di tempat kerja, dan ketidakmampuan
menjalankan peran baru sebagai orang tua, pelajar atau pekerja. Penelitian tentang faktor
lingkungan sebagai salah satu penyebab isolasi sosial menyimpulkan bahwa lingkungan
memiliki andil yang cukup besar terhadap timbulnya harga diri rendah pada klien seperti
lingkungan yang tidak kondusif dan selalu memojokkan klien yang pada akhirnya akan
mempengaruhi aktifitas klien termasuk hubungan dengan orang lain.
3. Penilaian stresor
Penilaian terhadap stresor yang dialami klien dengan isolasi sosial meliputi kogniti, affektif,
fisiologis perilaku dan sosial
a. Kognitif
Pada klien dengan isolasi sosial kemampuan kognitif klien sangat terbatas klien lebih
berfokus pada masalah bukan bagaimana mencari alternatif pemecahan masalah yang
dihadapi.
4
b. Alternatif
Respons afektif pada pasien isolasi sosial adalah adanya perasaan putus asa, sedih, kecea,
merasa tidak berharga dan merasa tidak diperhatikan menurut Stuart dan Larais (2005)
perasaan yang dirasakan klien tersebut dapat mengakibatkan sikap menarik diri dari
lingkungan sekitar.
c. Fisiologis
Respon perilaku dan sosial yang ditampilkan klein merupakan hasil belajar dari pengalaman
sosial pada masa kanak-kanak dan dewasa khususnya dalam menghadapi berbagai stresor
yang mengancam harga diri rendah.
d. Perilaku
Respon isolasi sosial teridentifikasi tiga perilaku yang maladaptif yaitu sering melamun,
tidak mau bergaul dengan klien lain, tidak mau mengemukakan pendapat, mudah menyerah
dan ragu-ragu dalam mengambil keputusan atau dalam melakukan tindakan.
e. Sosial
Respon perilaku dan sosial memperlihatkan bahwa klien isolasi sosial lebih banyak
memperlihatkan respon menghindar terhadap stresor yang dialaminya.

4. Mekanisme koping
Mekanisme kopng yang biasa digunakan adalah pertahanan koping jangka panjang serta
penggunaan mekanisme pertahanan ego.

5. Sumber Koping
Menurut Stuart (2009), sumber koping merupakan pilihan atau strategi bantuan untuk
memutuskan mengenai apa yang dapat dilakukan dalam menghadapi suatu masalah. Dalam
menghadapi stressor klien dapat menggunakan berbagai sumber koping yang dimilikinya baik
interna atau eksterna.

a. Kemampuan personal
Pada klien dengan isolasi sosial kemampuan personal yang harus dimiliki meliputi
kemampuan secara fisik dan mental. Kemampuan secara fisik teridentifikasi dari kondisi
fisik yang sehat. Kemampuan mental meliputi kemampuan kognitif, afektif , perilaku dan
sosial. Kemampuan kognitif meliputi kemampuan yang sudah ataupun yang belum dimiliki
klien didalam mengidentifikasi masalah, menilai dan menyelesaikan masalah, sedangkan
konsep diri klien dan kemampuan perilaku terkait dengan kemampuan melakukan tindakan
yang adekuat dalam menyelesaikan stressor yang dialami. Kurangnyadukungan,
5
penghargaan dan kesempatan untuk melatih kemampuan yang dimiliki klien dari lingkungan
sekitar klien akan mengakibatkan rendahnya motivasi klien untuk menyelesaikan masalah
yang sedang dihadapi, timbulnya rasa rendah diri yang pada akhirnya akan mengakibatkan
gangguan dalam berinteraksi dngan lingkungan sekitar. Temuan ini sesuai dengan pendapat
yang dikemukakan oleh maslim (2001), bahwa gejala negatif pada klien dengan gangguan
jiwa kronik adalah kurang atau tidak adanya motivasi.
b. Dukungan Sosial
Taylor, dkk (2003) menyatakan bahwa dukungan social akan membantu klien untuk
meningkatkan pemahaman terhadap stressor dalam mencapai keterampilan koping yang
efektif. Pendapat lain yang mendukung pernyataan diatas mengenai pentingnya dukungan
social didalam proses penyembuhan klien adalah pernyataan yang diungkapkan oleh
sarafino (2002), yang menyatakan bahwa dukungan social merupakan perasaan caring,
penghargaan yang akan membantu klien untuk dapat menerima orang lain yang berasal dari
keyakinan yang berbeda. Pendapat senada yang diuraikan oleh Tomaras. Et.al,.(2001 dalam
keliat,2003) yang mengatakan bahwa dukungan anggota keluarga didalam membantu
merawat klien dengan skizofrenia akan mengurangi frekuensi kekambuhan klien.
c. Aset Material
Asset material yang dapat diperoleh meliputi dukungan financial, system pembiayaan
layanan kesehatan seperti asuransi kesehatan ataupun program layanan kesehatan bagi
masyarakat miskin, kemudahan mendapatkan fasilitas dan layanan kesehatan serta
keterjangkauan pembiayaan pelayanan kesehatan dan ketersediaan sarana transportasi untuk
mencapai layanan kesehatan selama dirumah sakit maupun setelah pulang.
d. Keyakinan Positif
Keyakinan positif adalah keyakinan diri yang menimbulkan motivasi dalam menyelesaikan
segala stressor yang dihadapi. Keyakinan positif diperoleh dari keyakinan terhadap
kemampuan diri dalam mengatasi ketidakmampuan klien dalam beinteraksi dengan
lingkungan sekitar. Adanya keyakinan positif yang dimiliki klien akan memotivasi dan
membantu klien untuk menggunakan mekanisme koping yang adaptif, kegiatan spiritusl
seperti berdoa, mengikuti kegiatan keagamaan yang ada merupakan salah satu mekanisme
koping adaptif yang dilakukan oleh klien dalam menilai stressor yang dialami.

C. POHON MASALAH
1. Pohon Masalah
Resiko gangguan sensori persepsi : Halusinasi

6
Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah

Tidak efektifnya koping individu, koping defensif

2. Daftar Masalah Keperawatan Dan Data Yang Perlu Dikaji

NO DATA YANG PERLU DIKAJI MASALAH


1 Subjektif Isolasi Sosial
Pasien mengatakan tentang :
1. Perasaan sepi
2. Perasaan tidak aman
3. Perasaan bosan dan waktu terasa lambat
4. Ketidakmampuan berkonsentrasi
5. Perasaan ditolak
Objektif
1. Banyak diam
2. Tidak mau bicara
3. Menyadari
4. Tidak mau berinteraksi
5. Tampak sedih
6. Ekspresi datar dan dangkal

D. DIAGNOSIS
1. Diagnosa keperawatan : isolasi sosial
2. Diagnosa medis : skizoferenia

7
8
E. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN (TULIS SESUAI DENGAN MASALAH UTAMA)
DENGAN DIAGNOSA KEPERAWATAN : DEFISIT PERAWATAN DIRI

Perencanaan
No Rasional
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
1 1. Membina Setelah 3x pertemuan, SP 1
hubungan saling pasien dapat menjelaskan 1) Identifikasi penyebab isolasi sosial: 1) Untuk mencari tahu atau menggali apa
percaya pentingnya : siapa yang serumah, siapa yang dekat penyebab isolasi sosial
2. Dapat 1) Berkenalan dengan dan apa sebabnya
mengidentifikasi anggota keluarga 2) Jelaskan keuntungan punya teman 2) Memberi pengetahuan
penyebab isolasi 2) Berkenalan 2-3 orang dan bercakap-cakap
sosial: siapa tetangga atau tamu, 3) Jelaskan kerugian tidak punya teman 3) Memberi pengetahuan
yang serumah, berbicara saat dan tidak bercakap-cakap
siapa yang dekat melakukan kegiatan 4) Latih cara berkenalan dengan pasien, 4) Melatih untuk berinteraksi dengan orang
dan apa 3) Berkenalan dengan 4- perawat dan tamu lain
sebabnya 5 orang, berbicara 5) Masukan pada jadwal kegiatan untuk 5) Membiasakan kegiatan untuk latihan
3. Dapat saat melakukan 4 latihan berkenalan berkenalan
SP 2
memberitahukan kegiatan harian
1) Evaluasi kegiatan berkenalan dengan 1) Mengetahui capaian kegiatan yang
kepada klien 4) Berkenalan > 5orang
beberapa orang, beri pujian dilakukan
keuntungan baru, berbicara saat
2) Latih cara berbicara saat melakukan 2) Untuk menambah percaya diri klien
punya teman dan melakukan kegiatan
kegiatan harian (latih 2 kegiatan)
bercakap-cakap harian dan
3) Masukkan pada jadwal kegiatan 3) Untuk membiasakan kegiatan latihan

9
4. Dapat sosialisasidiri. untuk latihan berkenalan dengan 2-3 berkenalan
memberitahukan orang pasien, perawat dan tam,
kepada klien berbicara saat melakukan kegiatan
kerugian tidak harian
SP 3
punya teman dan
tidak bercakap-
1) Evaluasi kegiatan, latih berkenalan
cakap
(beberapa orang) dan berbicara saat
5. Klien dapat
melakukan duan kegiatan harian.
berkenalan
berikan pujian
dengan pasien,
2) Latih cara berbicara saat melakukan
perawat, dan
kegiatan harian (2 kegiatan baru)
tamu.
3) Masukan dalam jadwal kegiatan
harian untuk latihan berkenalan 4-5
orang, berbicara saat melakukan 4
kegiatan harian

SP 4
1) Evaluasi kegiatan latihan berkenalan, 1) Membandingkan hasil dan harapan.
bicara saat melakukan empat
kegiatanharian. Berikan pujian 2) Memberikan latihan praktik langsung untuk
2) Latih cara bicara sosial: meminta meningkatkan kemampuan motorik klien.
sesuatu menjawab pertanyaan 3) Memberi pengetahuan
10
3) Masukkan pada jadwal kegiatan
untuk latihan berkenalan > 5orang, 4) Memberi pengetahuan.
orang baru, berbicara saat melakukan
kegiatan harian dan sosialisasi

Terapi Spesialis
1. Terapi infivisu : Terapi perilaku : Token Ekonomi.
2. Terapi kelompok : Support Group Theraphy.
3. Terapi keluarga : Terapi Triangel.
4. Terapi komunitas : ACT

A. Individu
 SP 1 :Berkenalan dengan anggota keluarga
 SP 2 :Berkenalan 2-3 orang tetangga atau tamu, berbicara saat melakukan kegiatan
 SP 3 :Berkenalan dengan 4-5 orang, berbicara saat melakukan 4 kegiatan harian
 SP 4 :Berkenalan > 5orang baru, berbicara saat melakukan kegiatan harian dan sosialisasi

B. Keluarga
 SP 1 : Diskusikan Masalah Yang Dalam Merawat Pasien
 SP 2 : Evaluasi Kegiatan Keluarga Dalam Melatih Pasien Berkenalan Dan Berbicara Saat Melakukan Kegiatan Harian
 SP 3 : Evaluasi Kegiatan Keluarga Dalam Merawat /Melatih Pasien Melakukan Kegiatan Harian Dan RT
 SP 4 : Evaluasi Kegiatan Keluarga Dalam Merawat/Melatih Pasien Berkenalan, Berbicara Saat Melakukan Kegiatan

11
C. Terapi Aktifitas Kelompok
 Sesi 1 : Kemampuan Memperkenalkan Diri
 Sesi 2 : Kemampuan Berkenalan
 Sesi 3 : Kemampuan Bercakap- Cakap
 Sesi 4 : Kemampuan Bercakap-Cakap Dengan Topik Tertentu

12
DAFTAR PUSTAKA

Depkes. (2000). Standar Pedoman Jiwa


Nurjanah, Intisari. 2001. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta : Momedia
Fik-Ui (2014). Standar Asuhan Keperawatan: Spesialis Keperawatan Jiwa. Workshops Ke- 7,
Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Jakarta.
Perry, Potter. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta. EGC
Stuart, G.W., And Laraia (2005), Principles And Practice Of Psychiaatric Nursing, (7th Ed.) St.
Louis : Mosby Year Book.
Stuart, G.W. (2009). Principles And Pratice Of Psichiatric Nursing. ( 9th Ed.) St. Louis : Mosby
Suliswati, Dkk (2005). Konsep Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC

13

Anda mungkin juga menyukai