LP HalusinasiI 3
LP HalusinasiI 3
HALUSINASI
Disusun Oleh
DIKI STIAWAN
2021207209027
g. Halusinasi Kinesteteik
Terjadi ketika klien tidak bergerak tetapi melaporkan sensasi gerakan tubuh, gerakan tubuh
yang tidak lazim seperti melayang di atas tanah. Sensasi gerakan sambil berdiri tak bergerak
( Videbeck 2018; Stuart 2019).
Jenis Halusinasi serta Ciri Objektif dan Subjektif Klien yang Mengalami
Halusinasi
Jenis halusinasi Data Objektif Data Subjektif
Halusinasi Bicara atau tertawa Mendengar suara –
Dengar sendiri. suara atau kegaduhan.
( klien mendengar Marah – marah Mendengar suara
suara / bunyi yang tanpa sebab. yang mengajak
tidak ada Mendekatkan bercakap-cakap.
hubungannya telinga ke arah Mendengar suara
dengan stimulus tertentu. menyuruh melakukan
yang nyata / Menutup telinga. sesuatu yang
lingkungan ) berbahaya.
3. Fase Halusinasi
a. Comforting ( Halusinasi menyenangkan, cemas ringan)
Klien yang berhalusinasi mengalami emosi yang intense seperti cemas, kesepian, rasa
bersalah, dan takut dan mencoba untuk berfokus pada pikiran yang menyenangkan untuk
menghilangkan kecemasan.
Perilaku yang dapat diobservasi :
1) Tersenyum lebar, menyeringai tetapi tampak tidak tepat
2) Menggerakkan bibir tanpa membuat suarapengerakan mata yang cepat
3) Respon verbal yang lambat seperti asyik
4) Diam dan tampak asyik
b. Comdemning ( halusinasi menjijikan, cemas sedang)
Pengalaman sensori menjijikan dan menakutkan. Klien yang berhalusinasi mulai merasa
kehilangan control dan mungkin berusaha menjauhkan diri serta merasa malu dengan
adanya pengalaman sensori tersebut dan menarik diri dari orang lain.
Perilau yang dapat diobservasi :
1) Ditandai dengan peningkatan kerja system saraf autonomic yang menunjukan
kecemasan misalnya terdapat peningkatan nadi, pernafasan dan tekanan darah
2) Rentang perhatian menjadi sempit
3) Asyik dengan pengalaman sendori dan mungkin kehilangan kemampuan untuk
membedakan halusinasi dengan realitas
c. Controlling (pengalam sensori berkuasa, cemas berat)
Klien yang berhalusinasi menyerah untuk mencoba melawan pengalaman halusinasinya. Isi
halusinasi bisa menjadi menarik/ memikat.
Perilaku yang dapat diobservasi :
1) Arahan yang diberikan halusinasi tidak hanya dijadikan objek saja oleh klien tetapi
mungkin akan diikuti/dituruti
2) Klien mengalami kesulitan berhubungan dengan orang lain
3) Rentang perhatian hanya dalam beberapa detik atau menit
4) Tampak tanda kecemasan berat seperti berkeringan , tremor, tidak mampu mengikuti
peritah
1. Kadang proses
1. Pikiran Logis 1. Gangguan
pikir terganggu
2. Persepsi Akurat proses pikir
2. Ilusi
3. Emosi (waham)
3. Emosi
konsisten 2. Halusinasi
4. Perilaku tidak
dengan 3. RPK
biasa
pengalaman 4. Perilaku tidak
5. Menarik diri
4. Perilaku sesuai terorganisir
5. Isolasi sosial
2) Neurokimia
Penelitian di bidang neurotransmisi telah memperjelas hipotetsi disregulasi pada
skizofrenia, gangguan terus menerus dalam satu atau lebih neurotransmiter atau
neuromodulator mekanisme pengaturan homeostatic menyebabkan neurotransmisi
tidak stabil atau tidak menentu. Teori ini menyatakan bahwa area mesolimbik
overaktif terhadap dopamine, sedangkan area prefrontal mengalami hipoaktif
sehingga terjadi ketidakseimbangan antara sistem neurotransmiter dopamine dan
serotonin serta yang lain (Stuart, 2019). Pernyataan ini memberi arti bahwa
neurotransmitter mempunyai peranan yang penting menyebabkan terjadinya
skizofrenia.
Beberapa referensi menunjukkan bahwa neurotransmiter yang bereperan
menyebabkan skizofrenia adalah dopamin dan serotonin. Satu teori yang terkenal
memperlihatkan dopamin sebagai faktor penyebab, ini dibuktikan dengan obat-
obatan yang menyekat reseptor dopamin pascasinaptik mengurangi gejala gejala
psikotik dan pada kenyataan nya semakin efektif obat tersebut dalam
mengurangigejala skizofrenia. Sedangkan serotonin berfungsi sebagai modulasi
dopamine, yang membantu mengontrol kelebihan dopamine, beberapa peneliti
yakin bahwa kelebihan serotonin itu sendiri bereperan dalam perkembangan
skizofrenia, ini dibuktikan dengan penggunaan obat antipsikotik atipikal seperti
klozapin (clorazil) yang merupakan antagonis dopamine dan serotonin. Penelitian
menunjukkan bahwa klozapin dapat menghasilkan penurunan gejala psikotik
secara dramatis dan mengurangi tanda-tanda negatif skizofrenia (O’Connor, 2018;
Marder, 2014 dalam Videbeck, 2018).
adanya overload reuptake neurotransmiter dopamin dan serotonin mengakibatkan
kerusakan komunikasi antar sel otak, sehingga jalur penerima dan pengiriman
informasi di otak terganggu. Keadaan inilah yang mengakibatkan informasi tidak
dapat diproses sehingga terjadi kerusakan dalam persepsi yang berkembang
menjadi halusinasi dan kesalahan dalam membuat kesimpulan yang berkembang
menjadi delusi.
3) Imunovirologi
Sebuah penelitian untuk menemukan “virus Skizofrenia” telah berlangsung (Torrey
et al, 2017; alman et al, 2018). Bukti campuran menunjukkan bahwa paparan
prenatal terhadap virus influenza, terutama selama trimester pertama, mungkin
menjadi salah satu faktor penyebab skizofrenia pada beberapa orang tetapi tidak
pada orang lain (Brown et al, 2014). Teori ini didukung oleh temuan riset yang
memperlihatkan lebih banyak orang dengan skiofrenia lahir di musim dingin atau
awal musim semi dan di daerah perkotaan (Van Os et al, 2014). Temuan ini
menunjukkan musim potensial dan tempat lahir dampak terhadap resiko untuk
skizofrenia. Infeksi virus lebih sering terjadi pada tempat-tempat keramaian dan
musim dingin dan awal musing semi dan dapat terjadi in utero atau pada anak usia
dini pada beberapa orang yang rentan (Gallagher et al, 2017; Velling et al, 2018
dalam Stuart, 2019)
b. Psikologis
Awal terjadinya skizofrenia difokuskan pada hubungan dalam keluarga yang mempengaruhi
perkembangan gangguan ini, teori awal menunjukkan kurangnya hubungan antara orangtua
dan anak, serta disfungsi sistem keluarga sebagai penyebab skizofrenia. Dalam penelitian
lain, beberapa anak dengan skizofrenia menunjukkan kelainan halus yang meliputi
perhatian, koordinasi, kemampuan sosaial, fungsi neuromotordan respon emosional jauh
sebelum mereka menunjukkan gejala yang jelas dari skizofrenia (Schiffman et al, 2014
dalam Stuart, 2019). Hal di atas dukung oleh Sinaga., (2017) yang menyebutkan bahwa
lingkungan emosional yang tidak stabil mempunyai resiko yang besar terhadap
perkembangan skizofrenia, pada masa kanak disfungsi situasi sosial seperti trauma masa
kecil, kekerasan, hostilitas dan huungan interpersonal yang kurang hangat diterima oleh
anak sangat mempengaruhi perkembangan neurologikal anak sehingga lebih rentan
mengalami skizofrenia dikemudian hari.
Berdasarkan Stuart dan Laraia (2015) faktor psikologis yang dapat mempengaruhi adalah
tingkat intelegensi, kemampuan verbal, moral, kepribadian, pengalaman masa lalu, konsep
diri dan motivasi. Selain itu faktor penyebab terjadinya skizofrenia berdasarkan teori
interpersonal berpendapat bahwa s skizofrenia muncul akibat hubungan disfungsional pada
masa kehidupan awal dan masa remaja, skizofrenia terjadi akibat ibu yang cemas atau ayah
yang jauh dan suka mengonbtrol (Torrey, 2015 dalam Videbeck, 2018). Halini memberiarti
bahwa anak akan belajar pada orangtua nya yang mengalami skizofrenia dan akan
mempraktekkan apa yang dilihatnya setelah ia besar dalam setiap ia mengalami masalah.
c. Sosial Budaya
sosial budaya yang dapat menyebabkan terjadinya skizofrenia adalah adanya double bind
didalam keluarga dan konflik dalam keluarga. Torrey (2015 dalam Videbeck , 2018)
menyebutkan bahwa salah satu faktor sosial yang dapat menyebabkan terjadinya skizofrenia
adalah asnya disfungsi dalam pengasuhan anak maupun dinamika keluarga.
Seaward (2017, dalam Videbeck 2018) menyebutkan bahwa fakor budaya dan sosial dapat
menyebabkan terjadinya skizofrenia adalah karena tidak adanya penghasilan, adanya
kekerasan , tidak memiliki tempat tinggal, kemiskinan dan diskriminasi ras, golongan , usia
maupun jenis kelamin.
2. Faktor Presipitasi
Faktor pencetus halusinasi diakibatkan gangguan umpan balik di otak yang mengatur jumlah
dan waktu dalam proses informasi. Stimulasi pemglihatan dan pendengaran pada awalnya di
saring oleh hipotalamus dan dikirim untuk diproses oleh lobus frontal dan bila informasi yang
disampaikan terlalu banyak pada suatu waktu atau jika informasi tersebut salah, lobus frontal
mengirimkan pesan overload ke ganglia basal dan di ingatkan lagi hipotalamus untuk
mmeperlambat transmisi ke lobus frontal. Penurunan fungsi dari lobus frontal menyebabkan
gangguan pada proses umpan balik dalam penyampaian informasi yang menghasilkan proses
informasi overload ( Stuart & Laraia 2015 ; Stuart 2019). Selain itu , penurunan pintu
mekanisme / gatting proses ini ditunjukkan dengan ketidakmampuan individu dalam memilih
stimuli secara selektif ( Hong et al, 20127 dalam Stuart 2019).
4. Sumber Koping
Berdasarkan Stuart dan Laraia (2015), sumber koping merupakan hal yang penting dalam
membantu klien dalam mengatasi stressor yang dihadapinya. Sumber koping tersebut meliputi
aset ekonomi, sosial support, nilai dan kemampuan individu mengatasi masalah. Apabila
individu mempunyai sumber koping yang adekuat maka ia akan mampu beradaptasi dan
mengatasi stressor yang ada.
Keluarga merupakan salah satu sumber koping yang dibutuhkan individu ketika mengalami
stress. Hal terseut sesuai dengan Videbeck (2018) yang menyatakan bahwa keluarga memang
merupakan salah satu sumber pendukung yang utama dalam penyembuhan klien skizofrenia.
Psikosis atau skizofrenia adalah penyakit menakutkan dan sangat menjengkelkan yang
memerlukan penyesuaian baik bagi klien dan keluarga. Proses penyesuaian psikotik terdiri dari
empat fase : (1) disonansi kognitif (psikosis aktif), (2) pencapaian wawasan, (3) stabilitas dalam
semua aspek kehidupan (ketetapan kognitif), dan (4) bergerak terhadap prestasi kerja atau
tujuan pendidikan. Proses multifase penyesuaian dapat berlangsung 3 sampai 6 tahun (Moller,
2016 dalam Stuart,2019) :
a) Efikasi/ Kemanjuran pengobatan untuk secara konsisten mengurangi gejala dan
menstabilkan disonansi kognitif setelah episode pertama memakan waktu 6 sampai 12
bulan.
b) Awal penegenalan diri/ insight sebagai proses mandiri melakukan pemeriksaan realitas
yang dapat diandalkan. Pencapaian keterampilan ini memakan waktu 6 sampai 18 bulan
dan tergantung pada keberhasilan pengobatan dan dukungan yang berkelanjutan.
c) Setelah mencapai pengenalan diri/ insight, proses pencapaian kognitif meliputi keteguhan
melanjutkan hubungan interpersoanl normal dan reengaging dalam kegiatan yang sesuai
dengan usia yang berkaitan dengansekolah dan bekerja. Fase ini berlangsung 1 sampai 3
tahun.
d) Ordinariness/ kesiapan kembali seperti sebelum sakit ditandai dengan kemampuan untuk
secara konsisten dan dapat diandalkan dan terlibat dalam kegiatan yang sesuai dengan usia
lengkap dari kehidupan sehari-hari mencerminkan tujuan prepsychosis. Fase ini
berlangsung minimal 2 tahun. Sumber daya keluarga, seperti pemahaman orang tua
terhadap penyakit, keuangan, ketersediaan waktu dan energi, dan kemampuan untuk
menyediakan dukungan yang berkelanjutan, mempengaruhi jalannya penyesuaian
pospsychotic.
5. Mekanisme Koping
Menurut Stuart & Laraia, 2015 ; Stuart, 2019), pada klien skizofrenia, klien berusaha untuk
melindungi dirinya dan pengalaman yang disebabkan oleh penyakitnya. Klien akan melakukan
regresi untuk mengatasi kecemasan yang dialaminya, melakukan proyeksi sebagai usaha untuk
menjelaskan persepsinya dan menarik diri yang berhubungan dengan masalah membangun
kepercayaan dan keasyikan terhadap pengalaman internal.
C. POHON MASALAH
1. Pohon Masalah
Isolasi Sosial
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko perilaku kekerasan
2. Gangguan sensori persepsi : Halusinasi
3. Isolasi sosial
4. Harga diri rendah
E. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN (TULIS SESUAI DENGAN MASALAH UTAMA)
Dengan Diagnosa Keperawatan : Gangguan sensori persepsi : Halusinasi
Perencanaan
No Rasional
Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
1 Pasien Mampu : Setelah 4x pertemuan, SP 1
1) Mengontrol pasien dapat menjelaskan 1) Membantu pasien mengenal 1) Mencari tahu apa yan g terjadi ketika pasien
halusinasi dengan tentang: halusinasi ( isi, frekuensi, waktu halusinasi.
cara menghardik. 1) Cara Menghardik terjadinya, situasi pencetus, perasaan
2) Mengontrol 2) Cara minum obat (6 saat terjadi halusinasi)
halusinasi dengan Benar) 2) Menjelaskan cara mengontrol 2) Memberi pengetahuan
cara minum obat 3) Bercakap-cakap halusinasi : hardik, obat, bercakap-
(6 Benar) dengan orang lain. cakap, melakukan kegiatan harian
3) Mengontrol 4) Melakukan Kegiatan 3) Mengajarkan pasien mengontrol 3) Memberikan latihan praktik langsung untuk
halusinasi dengan Harian. halusinasi dengan cara menghardik mencegah datangnya halusinasi
cara bercakap- halusinasi
cakap dengan 4) Masukan oada jadwal kegiatan untuk 4) Mengontrol/evaluasi apa saja yang sudah
orang lain. latihan menghardik pasien lakukan.
SP 2
4) Mengontrol
1) Evaluasi kegiatan menghardik, beri 1) Membandingkan hasil dan harapan.
halusinasi dengan
pujian
cara melakukan
2) Latih cara mengontrol halusinasi' 2) Memberikan latihan praktik langsung untuk
kegiatan harian.
mencegah datangnya halusinasi.
3) Latih cara mengontrol halusinasi 3) Memberikan latihan praktik langsung untuk
dengan obat ( jelaskan 5 benar : jenis, mencegah datangnya halusinasi.
guna, dosis, frekuensi,
cara,kontinuitas minum obat)
4) Masukan pada jadwal kegiatan untuk 4) Mengontrol/evaluasi apa saja yang sudah
latihan menghardik dan minum obat pasien lakukan.
SP 3
1) Evaluasi kegiatan harian menghardik 1) Membandingkan hasil dan harapan.
dan obat, beri pujian
2) Latih cara mengontrol halusinasi 2) Memberikan latihan praktik langsung
bercakap-cakap saat terjadi halusinasi untukmencegah datangnya halusinasi.
3) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk 3) Mengontrol/evaluasi apa saja yang sudah
latihan menghardik, minum obat dan pasien lakukan.
bercakap-cakap.
SP 4
1) Evaluasi kegiatan harian menghardik, 1) Membandingkan hasil dan harapan.
minum obat dan bercakap-cakap, beri
pujian
2) Latih cara mengontrol halusinasi 2) Memberikan latihan praktik langsung
dengan melakukan kegiatan harian untukmencegah datangnya halusinasi.
(mulai 2 kegiatan)
3) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk 3) Mengontrol/evaluasi apa saja yang sudah
latihan menghardik, minum obat, pasien lakukan.
bercakap-cakap dan kegiatan harian.
2 Keluarga mampu Setelah 4x pertemuan SP 1
merawat anggota keluarga mampu 1) Diskusikan masalah yang dirasakan 1) Mengetahui masalah yang dirasakan dalam
keluarga yang meneruskan melatih dalam merawat klien merawat klien.
mengalami pasien dan mendukung 2) Jelaskan pengertian, tanda dan gejala 2) Memberi pengetahuan.
masalah gangguan agar kemampuan dan proses terjadinya halusinasi
persepsi sensori : mengontrol halusinasinya 3) Jelaskan cara merawat halusinasi 3) Memberi pengetahuan.
halusinasi meningkat. 4) Latih cara merawat halusinasi : hardik 4) Memberi latihan praktik langusng dalam
mengontrol halusinasi.
5) Anjurkan membantu klien sesuai 5) Mengontrol apa-apa saja yang pasien
jadwal dan memberi pujian lakukan untuk latihannya
SP 2
1) Evaluasi kegiatan keluarga dalam 1) Membandingkan hasil dan harapan.
merawat/melatih klien menghardik,
beri pujian
2) Jelaskan 6 benar cara memberikan 2) Memberi pengetahuan.
obat
3) Latih cara memberikan/ membimbing 3) Memberi latihan praktik langusng dalam
minum obat. mengontrol halusinasi.
4) Anjurkan membantu klien sesuai 4) Mengontrol apa-apa saja yang pasien
jadwal dan memberi pujian lakukan untuk latihannya
SP 3
1) Evaluasi kegiatan keluarga dalam 1) Membandingkan hasil dan harapan.
merawat/melatih klien menghardik
dan memberikan obat, beri pujian
2) Jelaskan cara bercakap-cakap dan 2) Memberi pengetahuan.
melakukan kegiatan untuk mengontrol
halusinasi
3) Latih dan sediakan waktu bercakap- 3) Memberi latihan praktik langusng dalam
cakap dengan klien terutama pada saat mengontrol halusinasi.
halusinasi
4) Anjurkan membantu klien sesuai 4) Mengontrol apa-apa saja yang pasien
jadwal dan memberikan pujian lakukan untuk latihannya
SP 4
1) Evaluasi kegiatan keluarga dalam 1) Membandingkan hasil dan harapan.
merawat/ melatih klien menghardik,
memberikan obat, dan bercakap-
cakap, beri pujian
2) Jelaskan follow up ke RSJ/PKM, 2) Memberi pengetahuan.
tanda kambuh, rujukan
3) Anjurkan membantu klien sesuai 3) Mengontrol apa-apa saja yang pasien
jadwal dan memberikan pujian lakukan untuk latihannya