Anda di halaman 1dari 13

ARTIKEL

ISU – ISU GENDER


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Sosiologi Gender

Dosen Pengampu : Nila Kusuma, S.Pd., M.Sosio

Oleh :

MIZAN PUJAISNA

(L1C020059)

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MATARAM

2021/2022
1. Pengertian Gender

Secara terminologis, gender bisa didefinisikan sebagai harapan-harapan budaya


terhadap laki-laki dan perempuan. Gender dipandang sebagai suatu konsep kultural
dipandang sebagai suatu konsep kultural yang dipaka yang dipakai untuk i untuk
membedakan peran, perilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional antara laki-laki dan
perempuan yang berkembang dalam masyarakat. Dipahami bahwa gender merupakan
suatu sifat yang dijadikan dasar untuk mengidentifikasi perbedaan antara laki-laki dan
perempuan dilihatdari segi kondisi sosial dan budaya, nilai dan perilaku, mentalitas, dan
emosi, serta faktor-faktor nonbiologis lainnya.

Gender sering diidentikkan dengan jenis kelamin (sex), padahal gender berbeda


dengan jenis kelamin. Gender sering juga dipahami sebagai pemberian dari Tuhan atau
kodrat Ilahi, padahal gender tidak semata-mata demikian. Gender berbeda dengan seks,
meskipun secara etimologis artinya sama sama dengan seks, etimologis artinya sama
sama dengan seks, yaitu jen yaitu jenis kelamin. is kelamin

Fakih (2012:7-8) membedakan kedua konsep ini lebih detail,  bahwa pengertian
seks merupakan persifatan atau pembagian dua jenis kelamin manusia yang ditentukan
secara biologis melekat pada jenis kelamin tertentu. Misalnya, bahwa manusia yang
memilki penis, dzakar dan memproduksi sperma adalah laki-laki. Sedangkan  perempuan
adalah manusia yang memiliki alat reproduksi seperti rahim dan saluran untuk melahirkn,
memproduksi telur, memiliki vagina dan alat untuk menyusui. Alat-alat tersebut secara
biologis melekat pada jenis perempuan dan laki-laki selamanya. Artinya secara  biologis
alat-alat tersebut tidak dapat dipcrtukarkan satu dengan yang lainnya. Secara permanen
tidak berubah dan merupakan ketentuan Tuhan atau kodrat.

Berbeda dengan seks, konsep gender adalah sifat yang melekat  pada laki-laki
maupun perempuan yang  pada laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksik
dikonstruksikan secara sosial an secara sosial maupun kultural. Misalnya, bahwa
perempuan itu dikenal lemah lembut, cantik, emosional dan keibuan. Sementara lembut,
cantik, emosional dan keibuan. Sementara laki-laki dianggap ki-laki dianggap kuat,
rasional, jantan dan perkasa (llandayani, 2006:5). Ciri dari sifat itu dapat dipertukarkan,
artinya laki-laki juga ada yang lemah lembut, emosional dan keibuan, sementara ada juga
perempuan yang kuat, rasional dan perkasa. Perubahan ciri sifat-sifat tersebut dapat
terjadi dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat dari waktu ke waktu dan dari
tempat ke tempat yang lain. Misalnya lain. Misalnya saja zaman dahulu di suatu tempat
tertentu perempuan lebih kuat dari laki-laki, tetapi pada zaman lain dan di laki-laki, tetapi
pada zaman lain dan di tempat yan tempat yang berbeda laki-laki g berbeda laki-laki
lebih kuat. Perubahan juga bisa terjadi dari kelas ke kelas masyarakatyang berbeda. Di
suku tertentu, perempuan kelas bawah di  pedesaan lebih kuat dibandingkan  pedesaan
lebih kuat dibandingkan laki- laki. Semua laki- laki. Semua hal tersebut dapat hal tersebut
dapat dipertukarkan antara sifat perempuan dan laki-Iaki dan bisa berubah dari waktu ke
waktu serta berbeda dari tempat dari waktu ke waktu serta berbeda dari tempat ke tempat
lainnya.

Secara umum seks digunakan untuk mengidentifikasi Secara umum seks


digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan erbedaan laki-laki dan perempuan dari segi
anatomi biologis, sedang gender lebih banyak berkonsentrasi kepada aspek sosial,
budaya, dan aspekaspek nonbiologis lainnya. Jika studi seks lebih menekankan kepada
perkembangan aspek biologis dan komposisi kimia dalam tubuh seorang laki-laki dan
seorang perempuan, maka studi gender lebih menekankan kepada perkembangan aspek
maskulinitas dan femininitas seseorang.

Gender merupakan bagian peran sosiokultural yang dididasarkan atas jenis


kelamin. Identitas gender baru muncul ketika manusia secara kodrati dilahirkan dengan
jenis kelamin tertentu sehingga gender tidak bersifat kodrati seperti halnya jenis kelamin.
Namun karena kemunculan identitas gender mengikuti kelahiran manusia dengan jenis
kelamin tertentu maka gender dianggap inheren dalam  jenis kelamin bahkan menjadi
identik dengan jenis kelamin.

Konsep gender yang dikembangkan Hubies (melalui Anshori, dkk, 1997:25] meliputi:

1) Gender difference, yaitu perbedaan-perbedaan karakter, perilaku, harapan yang


dirumuska untuk tiap-tiap orang menurut jenis kelamin.

2) Gender Gap, yaitu perbedaan dalam hubunga berpolitik dan  bersikap antara laki-
laki dan perempuan.

3) Genderization, yaitu acuan konsep penempatan jenis kelamin  pada identitas diri


dan pandangan orang lain.

4) Gender identity, yaitu perilaku yang seharusnya dimiliki seseorang menurut jenis


kelaminnya.
5) Gender Role, yaitu peran perempuan dan peran laki-laki yang diterapkan dalam
bentuk nyata menurut budaya setempat yang dianut (Rokhmansyah, A, 2016:1)

2. Isu-isu dan kasus Tentang Gender

Isu gender adalah suatu ketidakadilan terhadap laki-laki dan  perempuan yang
bersifat sistemik, dirasakan oleh sebagian besar orang di banyak tempat, mendesak untuk
diselesaikan dan memiliki daya ungkit kepada isu lain apabila isu tersebut diselesaikan.

Isu-isu gender dalam berbagai siklus kehidupan. Pada kesempatan ini ada 4
(empat) isu gender dalam berbagai kehidupan, yaitu :

1. Isu Gender Di Masa Kanak-Kanak.

Kanak-Kanak. Isu gender pada anak-anak laki-laki, misalnya: pada


beberapa suku tertentu, kelahiran bayi laki-laki sangat diharapkan dengan alasan,
misalnya laki-laki adalah penerus atau pewaris nama keluarga; laki-laki sebagai
pencari nafkah keluarga yang handal; laki-laki sebagai penyanggah orang tuanya
di hari tua., Dan perbedaan perlakuan juga berlanjut pada masa kanak-kanak. Pada
masa kanak-kanak, sifat agresif anak laki-laki serta perilaku yang mengandung
resiko diterima sebagai suatu kewajaran, bahkan didorong kearah itu, karena
dianggap sebagai sifat anak laki-laki. Sehingga data menunjukkan bahwa anak
laki-laki lebih sering terluka dan mengalami kecelakaan.

Isu Gender Pada Anak Perempuan. Secara biologis bayi  perempuan lebih
tahan daripada bayi laki-laki terhadap penyakit infeksi di tahun-tahun pertama
kehidupannya. Sebab itu jika data memperlihatkan kematian bayi perempuan lebih
tinggi dan bayi laki-laki, patut dicurigai sebagai dampak dari isu gender. Di masa
balita, kematian karena kecelakaan lebih tinggi dialami oleh balita laki-laki, karena
sifatnya yang agresif dan lebih banyak gerak. Data Survey Demografi Kesehatan
Indonesia (SDKI 1991-2002/2003) menunjukkan : menunjukkan : tren kematian
bayi lebih tinggi pada bayi laki-laki dari pada bayi perempuan, trend kematian
anak balita lebih tinggi pada  balita laki-laki dari pada balita perempuan.

2. Isu Gender Di Masa Remaja.

Isu gender yang berkaitan dengan remaja perempuan, antara lain: kawin
muda, kehamilan remaja, umumnya renmaja puteri kekurangan nutrisi, seperti zat
besi, anemia. Menginjak remaja, gangguan anemia merupakan gejala umum
dikalangan remaja putri. Gerakan serta interaksi social remaja puteri seringkali
terbatasi dengan datangnya menarche. Perkawinan dini pada remaja puteri dapat
member tanggung jawab dan beban melampaui usianya. Belum lagi  jika remaja
puteri mengalami kehamilan, menempatkan mereka pada resiko tinggi terhadap
kematian. Remaja putreri juga berisiko terhadap  pelecehan dan kekerasan seksual,
yang bisa terjadi di dalam rumah sendiri maupun di luar rumah. Remaja putri juga
bisa terkena isu berkaitan dengan kerentanan mereka yang lebih tinggi terhadap i
terhadap  perilaku-perilaku steriotipi maskulin, seperti merokok, tawuran,
kecelakaan dalam olah raga, kecelakaan lalu lintas, ekplorasi seksual sebelum
nikah yang berisiko terhadap penyakit-penyakit yang  berkaitan dengan :IMS,
HIV/AIDS.

3. Isu Gender Di Masa Dewasa.

Pada tahap dewasa, baik laki-laki maupun perempuan mengalami masalah-


masalah kesehatan yang berbeda, disebabkan karena faktor biologis maupun
karena perbedaan gender. Perempuan menghadapi masalah kesehatan yang
berkaitan dengan fungsi alat reproduksinya serta ketidaksetaraan gender. Masalah-
masalah tersebut, misalnya konsekwensi dengan kehamilan dan ketika melahirkan
seperti anemia, aborsi, puerperal sepsis (infeksi  postpartum), perdarahan, ketidak
berdayaan dalam memutuskan  bahkan ketika itu menyangkut tubuhnya sendiri.

Sebagai perempuan, dia juga rentan terpapar penyakit yang berkaitan


dengan IMS dan HIV/AIDS, meskipun mereka sering hanya sebagai korban.
Misalnya : metode KB yang hanya difokuskan pada akseptor  perempuan,
perempuan juga rentan terhadap kekerasan dalam rumah tangga, kekerasan
ditempat kerja, dan diperjalanan.

4. Isu Gender Di Masa Tua.

Di usia tua baik laki-laki maupun perempuan keadaan biologis semakin


menurun. Mereka merasa terabaikan terutama yang berkaitan dengan kebutuhan
mereka secara psikologis dianggap semakin meningkat. Secara umum, umur
harapan hidup perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Namun umur
panjang perempuan berisiko ringkih, terutama dalam situasi soaial-ekonomi
kurang. Secara kehidupan social biasanya mereka lebih terlantar lagi, terutama
yang berkaitan dengan kebutuhan yang semakin banyak dan semakin tergantung
terhadap sumber daya. Osteopo sumber daya. Osteoporosis banyak diderita oleh
perempuan di masa tua, yaitu delapan kali lebih banyak dari pada laki-laki.
Depresi mental juga lebih banyak diderita orang tua, terutama karena merasa
ditinggalkan (Diskes.baliprov.go.id).

Contoh Kasus Gender :

 Mahasiswi Jadi Korban Pelecehan Seksual di Busway (kutipan dari internet)


03 Aug 2010 Jakarta, Pelita Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah dan Trisakti
menjadi korban pelecehan seks oleh PNS BPKP DA, ketika korban naik bus
Trans Jakarta dari shelter Cempaka Putih menuju Harmoni. Tersangka pada
awalnya mencium tangan korban saat bus melakukan pengereman mendadak,
namun melihat korban tak melawan, tersangka melanjutkan aksinya lebih
jauh hingga meraba payudara. Akibat merasa dibiarkan, DA pun terus saja
menggerayangi kedua mahasiswi tersebut. Pelaku adalah seorang pegawai
negeri yang harusnya menjadi panutan masyarakat. Dikutip dari
(http://bataviase.co.id/no e.co.id/node/323608) via google.com Analisa :

- Dikategorikan sebagai kasus kekerasan gender. Kasus ini sering terjadi


dikalangan perempuan itu sendiri menunjukan ketidak setaraan gender
sering terjadi di masyarakat

- Kasus ini termasuk Teori konfik yang membahas tentang gagasan atau
nilai untuk dipergunakan dalam menguasai kedudukan laki laki
terhadap perempuan yang mengubah tingkatnya (menilai bahwa katnya
(menilai bahwa laki laki lebih tinggi derajatnya dari perempuan).

- Dalam teori konflik menjelaskan kepentingan (interest) dan kekuatan


(power) yang merupakan hal terpenting dari hubungan antara laki laki
dan  perempuan. Oleh sebab itu contoh kasus diatas akan menimbulkan
konflik ulkan konflik yang berakibat mengubah posisi dan hubungan
antara laki laki dan  perempuan .

- Dua hal besar faktor konflik :

1) Kepentingan (interest) : Laki laki terhadap nafsu dan syahwat


untuk melecehkan perempuan itu muncul dari perempuannya itu
sendiri, karena penampilan atau style nya yang menimbulkan
nafsu syahwat laki-laki dan juga factor keadaan didalam angkutan
umum yang penuh sehingga menjadi peluang. Dalam aliran
feminis radikal menjelaskan  bahwa penguasaan fisik laki laki
terhadap perempuan dengan melecehkan kaum perempuan adalah
bentuk penindasan terhadap kaum perempuan.

2) Kekuatan (power) : Laki laki dasarnya memiliki kekuatan yang


lebih dibanding perempuan, tetapi setelah ada emansipasi wanita
muncul argument bahwa perempuan dengan laki laki derajatnya
sama tetapi pada dasarnya power yang menentukna derajat
seseorang jaman sekarang. Para laki laki mengaggap dirinya
paling kuat sehingga wanita selalu terkena kasus pelecehan
seksual karena laki laki merasa memiliki power yang  besar
terhadap perempuan, sehingga peristiwa itu dapat terjadi apalagi
terjadi di dalam busway yang sehari hari digunakan warga Jakarta
jika  pergi ke kampus atau kantor sisi padat nya menjadi tameng
tameng terhadap terhadap  power of men itu sendiri.

 Para Wanita Cantik Ini Kini Pilih Jadi Tukang Ojek

Himpitan ekonomi mampu mendorong seseorang untuk melakukan apa


saja agar pundi-pundi rupiah di kantongnya bertambah. Demi kelangsungan
hidup, seseorang tak ragu mengambil segala peluang berikut resiko yang ada.
Bahkan, di zaman modern seperti sekarang ini, tak sedikit perempuan
melakoni pekerjaan yang notabenenya hanya bisa atau normalnya dilakukan
oleh seorang laki-laki. Sebut saja kernet bus kota. Banyak kita ditemui
sejumlah bus kota di jalan raya dimana mempunyai kernet perempuan. Panas
dan debu Ibukota seakan menjadi hal biasa bagi  para perempuan hebat itu.
Tak lagi mereka berpikir akan riasan wajah, mendapatkan rezeki yang halal
lah yang kini menggelayut di dalam  pikirannya. Tergiur dengan penghasilan
yang lumayan tinggi, para perempuan rempuan cantik nan hebat ini tidak ragu
dan malu untuk mendaftarkan diri mereka sebagai pengemudi ojek online.
Seperti yang dilakoni Fathima, mahasiswi cantik mengatakan motivasinya
mendaftarkan diri sebagai pengemudi ojek online yakni demi membantu
meringankan beban orang tuanya. Dikutip
(http://archives.portalsatu.com/ekbis/para-wanita-cantik-ini-kini-pilih-
jaditukang-ojek/)

 Penghasilan Istri Lebih Tinggi dari Suami

Pada zaman modern saat ini, banyak dijumpai suami dan istri yang
sama-sama bekerja dan berkarier di luar rumah. Selain menjawab tuntutan
kebutuhan kehidupan yang semakin besar dan kompleks, juga terkait dengan
aktualisasi diri dan menunjukkan eksistensi. Tidak jarang dijumpai suami dan
istri menjadi bersaing atau berkompetisi secara tidak disadari. Mungkin saja
mereka tidak bermaksud berkompetisi atau berusaha saling mengalahkan
dalam kenaikan gaji dan posisi, namun tanpa sengaja hal itu  bisa saja terjadi.
Maka tidak jarang ditemukan istri memiliki posisi lebih tinggi dari suami,
memiliki penghasilan lebih besar dari suami, memiliki karier yang menanjak
lebih cepat dari suami, mencapai kedudukan, jabatan dan pangkat yang lebih
hebat dari suami, memiliki gelar kesarjanaan lebih tinggi dari suami,
memiliki relasi lebih luas dari suami, terbang lebih tinggi dari suami, pergi
lebih jauh dari suami.

Kondisi ini secara umum tampak wajar, namun bisa memunculkan


potensi masalah apabila tidak disikapi secara tepat. Sebuah studi di disikapi
secara tepat. Sebuah studi di Inggris mengungkap bahwa 40% perempuan
memiliki penghasilan lebih tinggi dari suami mereka. Hal ini diketahui
melalui polling yang dilakukan oleh LV terhadap 3.930 laki-laki dan
perempuan berusia 25-59 tahun. Walaupun bagi beberapa orang hal ini
dianggap biasa dan wajar, namun perempuan yang memiliki  penghasilan
lebih tinggi dari suami bisa menyebabkan masalah dalam masalah dalam
keluarga. Rata-rata perempuan Inggris memiliki penghasilan lebih  banyak
14.000 poundsterling atau sekitar Rp215,6 juta per tahun dari pada suami
mereka. Uniknya, untuk menjaga harga diri suami mereka, satu dari sepuluh
setuju untuk membiarkan suami mereka terlihat memiliki  penghasilan lebih
di hadapan keluarga, teman, atau kenalan. Demikian hasil studi yang
diungkap oleh kepala LV, Mark Jones, dan dilansir oleh Daily Mail. Dikutip:
(http://www.kompasiana.com/pakcah/ketika-penghasilan-istri-lebih-tinggi-
dari-suami_54f34cdf7455137c2b6c705f)

 Pemimpin wanita

Jika berbicara tentang kepemimpinan pasti dipikiran masyarakat


umumnya identik dengan kaum adam atau pria padahal jika kita menelaah
perempuan juga mempunyai jiwa kepemimpinan, yang tidak jauh berbeda
keahliannya dalam memberi arahan, dalam berorasi maupun beretorika atau
bahkan memberi gagasan. Pada dasarnya semua orang dapat menjadi
pemimpin(leadership), Wanita tidak semuanya lemah ia ibarat sebuah
banguan yang kokoh dan merupakan fondasi yang berstruktur kuat. Hal ini
dapat dilihat dari perannya pada kehidupan bermasyarakat, dalam konsumen
pembangunan bukan hanya sebagai proses pembangunannya saja, sungguh
menyedihkan apabila kita melihat dari sudut pandang yang berlainan bahkan
sudah banyak kenyataannya peran seorang perempuan tradisional dianggap
sebagai “cadangan” contohnya umur belia sudah diharuskan menikah tanpa
diharuskan menikah tanpa mengenyam pendidikan wajib, umumnya
masyarakat yang masih paguyuban(pedesaan).

Namun semakin  berkembangnya zaman yang diawali dengan sosok


seorang perempuan yang berjuang khususnya dalam peregerakan emansipasi
wanita yaitu R.A Kartini dampaknya sekarang telah banyak dirasakan.
Keberadaan wanita kini mulai dihargai dan disetarakan walaupun masih
banyak pro dan kontranya. Contoh wanita yang berhasil membuktikan
perempuan dapat menjadi salah satu pemimpin dalam seja menjadi salah satu
pemimpin dalam sejarah Indonesia rah Indonesia yaitu Megawati Soekarno
Putri, ini merupakan bukti nyata wanita dapat menjadi seorang pemimpin
yaitu sebagai Kepala Negara. Pendapat tersebut tentu saja dapat diartikan
bahwa peranan wanita dalam kepemimpinan bukanlah suatu hal yang aneh.
Dalam hal kesetaraan gender dapat diartikan bahwa dengan adanya kesamaan
kondisi laki-laki maupun perempuan dalam mendapatkan hak-haknya sebagai
makhluk sosial atau manusia.
Dikutip : (http://www.kompasiana.com/widyaningsih/peran-dan-arti-
wanitadalam-kepemimpinan_5529971c6ea8340717552d12)

3. Peran Gender Di Masyarakat

Dalam keluarga di Indonesia pada umumnya, orangtua atau lingkungan, secara


langsung maupun tidak langsung telah mensosialisasikan peran anak laki-laki dan
perempuannya secara  berbeda. Anak laki-laki diminta membantu orang  berbeda.
Anak laki-laki diminta membantu orang tua dalam hal-hal tertentu saja, bahkan
seringkali diberi kebebasan untuk bermain dan tidak dibebani tanggung jawab
tertentu. Anak perempuan sebaliknya sebaliknya diberi tanggung jawab untuk
membantu pekerjaan yang menyangkut urusan rumah (membersihkan rumah,
memasak, dan mencuci).

Peran gender terbentuk melalui berbagai sistem nilai termasuk nilai-nilai adat,
pendidikan, agama, politik, nilai adat, pendidikan, agama, politik, ekonomi, dan
sebagainya. Sebagai hasil bentukan sosial, peran gender dapat berubah-ubah dalam
waktu, kondisi, dan tempat yang berbeda sehingga peran laki-laki dan  perempuan
mungkin dapat dipertukarkan. Mengurus anak, mencari nafkah, mengerjakan
pekerjaan rumah tangga (memasak, mencuci, dan lain-lain) adalah peran yang bisa
dilakukan oleh laki-laki maupun perempuan, sehingga bisa bertukar tempat tanpa
menyalahi menyalahi kodrat. Dengan demikian, pekerjaan-pekerjaan tersebut bisa kita
istilahkan sebagai istilahkan sebagai peran gender. Jika peran gender dianggap sebagai
sesuatu yang bisa berubah dan bisa disesuaikan dengan kondisi yang dialami
seseorang, maka tidak ada alasan lagi bagi kita untuk menganggap aneh seorang suami
yang  pekerjaan sehari-harinya memasak dan mengasuh anak-anaknya, sementara
istrinya bekerja di luar rumah. Karena di lain waktu dan kodisi,ketika sang suami
memilih bekerjadi luar rumah dan istrinya memilih untuk melakukan tugas-tugas
rumah tangga juga bukan hal yang di anggap aneh (bengkelappek.org )

4. Diskriminasi yang berhubungan dengan Gender

Pada dasarnya semua orang sepakat bahwa perempuan dan laki – laki berbeda.


Namun, gender bukanlah jenis kelamin laki-laki dan perempuan sebagai pemberian
Tuhan. Gender lebih ditekankan pada perbedaan peranan dan fungsi yang ada dan
dibuat oleh masyarakat. Oleh karena itu, gender penting di pahami dan dianalisa untuk
melihat apakah perbedaan tersebut menimbulkan diskriminasi dalam artian perbedaan
yang membawa kerugian dan penderitaan terhadap pihak perempuan. Sebenarnya, kita
telah mempunyai basis legal yang menjamin hak - hak dan kesempatan bagi
laki –  laki dan perempuan. Hal tersebut terlihat dari Deklarasi Penghapusan
Kekerasan terhadap Perempuan yang di buat oleh PBB pada tahun 1993. Namun,
deklarasi tersebut tidak begitu dikenal oleh masyarakat masyarakat di Indonesia,
sehingga jarang di buat sebagai acuan dalam kegiatan penyelesaian masalah yang
berbasis gender (Sunanti Zalbawi, 2004).

Permasalah gender di Indonesia mengakar sejak dahulu yang diawali dengan


kebijakan pemerintah yang berlaku saat itu. Berdasarkan permasalahan yang terjadi,
sudah waktunya perempuan dan laki –  laki di Indonesia sama –  sama  berfungsi
sebagai pengatur rumah tangga pada khususnya dan pengatur beberapa kebijakan
negara pada umumnya. Dengan tercapainya kondisi ini, dapat terjalin dengan
harmonis bagi perempuan dan laki – laki di Indonesia. Perempuan juga harus
mendapatkan kesempatan yang sama memilih dan meraih posisi yang sejajar dengan
laki laki di masyarakat. Untuk mewujudkan kondisi ini, mau tidak mau, kaum
perempuan Indonesia harus sadar bahwa selama ini konsep yang berlaku adalah
konsep yang berorientasi gender yang membuat membedakan peran antara perempuan
dan laki –  laki di Indonesia, menghambat kesempatan mereka. Kesadaran perempuan
lah yang sangat di butuhkan untuk dapat meningkatkan kondisinya sendiri di bidang
kesehatan, pendidikan,  pekerjaan, dll. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara
melakukan perubahan keputusan bagi dirinya sendiri tanpa harus di bebani konsep
gender.

5. Kasus-kasus tentang Gender

 Ketimpangan gender yang masih terjadi di Indonesia, di antaranya ada pada  pasar
kerja, yaitu adanya akses perempuan terhadap kesempatan yang mendatangkan
pendapatan lebih rendah daripada akses laki-laki. Perempuan lebih kecil
kemungkinannya untuk bekerja, dan sebaliknya lebih besar kemungkinannya
untuk tidak dipekerjakan. Perempuan cenderung mendapatkan upah lebih kecil
daripada laki-laki.
 Lingkungan keluarga Posisi perempuan dalam keluarga pada umumnya di
masyarakat Indonesia pada khususnya, masihlah berada di bawah laki –  laki.
Seperti kasus istri yang bekerja di luar laki. Seperti kasus istri yang bekerja di luar
rumah harus mendapat persetujuan dari suami, namun pada umumnya, meskipun
istri bekerja, haruslah tidak boleh memiliki memiliki penghasilan dan posisi lebih
tinggi dari suaminya. Meskipun perempuan sudah bekerja di luar rumah, mereka
juga harus memperhitungkan segala kegiatan yang ada di rumah, mulai dari
memasak hingga mengurus anak

 Lingkungan pendidikan Di bidang pendidikan, perempuan menjadi pilihan


terakhir untuk mendapatkan akses. Oleh karena itu, tingkat buta huruf tertinggi di
Indonesia juga masih didominasi oleh kaum perempuan (kompas, 29 Juli 2010).

 Lingkungan pekerjaan Perempuan yang memiliki akses pendidikan yang tinggi


pada umumnya bisa mendapatkan pekerjaan yang layak. namun,  pemilihan
pekerjaan tersebut masih berbasis gender. Perempuan dianggap kaum yang lemah,
pasif dan dependen. Pekerjaan seputar bidang pelayanan jasa seperti bidang
administrasi, perawat, atau pelayan toko dan pekerjaan dengan sedikit ketrampilan
seperti pegawai administrasi dan hanya sedikit saja yang menduduki jabatan
manajer atau pengambil keputusan (Abbott dan Sapsford, 1987).

 Kekerasan gender, diantaranya bentuk pemerkosaan terhadap perempuan,


termasuk pemerkosaan dalam perkawinan, tindakan pemukulan dan serangan fisik
yang terjadi dalam rumah tangga (domestic violence) , termasuk tindak kekerasan
dalam bentuk penyiksaan terhadap anak-anak (child abuse), bentuk penyiksaan
yang mengarah kepada organ alat kelamin (genital mutilation), kekerasan dalam
bentuk pelacuran (prostitution), kekerasan dalam bentuk  pornografi, kekerasan
dalam bentuk pemaksaan sterilisasi dalam Keluarga Berencana (enforced
sterilization), kekerasan terselubung (molestation), serta  pelecehan seksual
(sexual and emotional harassment).

REFERENSI :

Bengkelappek.org/opini/174-kesetaraan-gender-peran-antara-laki-laki-dan-perempuan-yang-
seimbang.html. Diakses tanggal 1 Desember 2021
Diskes.baliprov.go.id/id/ISU-GENDER-DALAM-BIDANG-KESEHATAN. Diakses pada
tanggal 1 Desember 2021

Echy Rosalia Putri /echyrosalia. 2008. “IKUTI Permasalahan Gender di Indonesia” dalam
Indonesia” dalam http://m.kompasiana.com/echyrosalia/permasalahangender-di-
indonesia_5510da6ba333110237ba8f47. Diakses tanggal 3 Desember

Pratama, A. 2010. Contoh Kasus Gender dan Pengertian Teori Konflik,


(http://www.kompasiana.com/azispratama/contoh-kasus-gender-dan-pengertian-teori-
konflik_550058e5a33311a872510c45) diakses pada 3 Desember 2021.

Rokhmansyah, A. 2016. Pengantar Gender da  Pengantar Gender dan Feminisme. n


Feminisme. Yogyakarta: Garudhawaca.
(http://www.kompasiana.com/widyaningsih/peran-dan-arti-wanita-
dalamkepemimpinan_5529971c6ea8340717552d12)

http://www.kompasiana.com/pakcah/ketika-penghasilan-istri-lebih-tinggi-dari-
suami_54f34cdf7455137c2b6c705f) Diakses tanggal 3 Desember 2021

http://archives.portalsatu.com/ekbis/para-wanita-cantik-ini-kini-pilih-jadi-tukangojek/.
Diakses tanggal 3 Desember 2021

Anda mungkin juga menyukai