Anda di halaman 1dari 6

MANAJEMEN KONFLIK TENTANG FAKTA DI BALIK VIRAL VIDEO PASIEN

MENINGGAL DIDUGA DITOLAK RS DI TANGERANG

Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Pengembangan Kepribadian

OLEH :

MAULUDINA ZAHROH
2134008

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN
TAHUN 2021
Fakta di balik viral video pasien meninggal diduga ditolak RS di
Tangerang

Merdeka.com - Video berisi aksi sewenang-wenang terduga anggota LSM Komunitas


Pengawas Korupsi (KPK) terhadap petugas Rumah Sakit Arya Medika, menjadi viral di
dunia maya. Ulah sekelompok orang tersebut dipicu meninggalnya seorang pasien. Dalam
video yang menyebar sejak pekan kemarin, terlihat petugas jaga RS mendapat perlakuan
kasar beberapa orang berpakaian hitam yang membentak dan memukul meja petugas jaga.
Mereka menyalahkan pihak rumah sakit karena dianggap lalai telah membiarkan pasien itu
meninggal dunia. Hasil audit yang dilakukan Dinas Kesehatan Kota Tangerang menyebut RS
Arya Medika tidak menyalahi aturan. Justru Dinkes beranggapan ormas tersebut yang
bertindak arogan terhadap petugas rumah sakit. "Setelah diaudit, kami lihat tidak ada
kesalahan dari pihak rumah sakit. Malahan mereka menerima ancaman dan perlakuan kasar
dari LSM KPK itu. Seperti yang terlihat pada video yang viral itu," kata Liza, Selasa (17/10).
Liza menjelaskan, penggerudukan yang terjadi Selasa (10/10), dini hari itu berawal dari
kehadiran pasien ke RS Arya Medika yang dalam kondisi kritis.

"Pasien ini sebenarnya sudah berkeliling, sebelumnya sempat ke klinik, dari klinik ke rumah
sakit itu (RS Arya Medika), tapi, waktu datang ke Rumah Sakit Arya Medika, kondisi
pasiennya sudah memburuk," kata Liza.

Dia menyebutkan, tak ada penolakan pihak RS Arya Medika terhadap pasien kritis itu,
korban saat itu juga segera ditangani di ruang IGD.

Setelah pemeriksaan medis, diketahui pasien mengalami penurunan tingkat kesadaran yang
sangat dalam atau sudah koma, sehingga dokter terlebih dahulu melakukan upaya
penyelamatan.

"Sakit pasien belum sempat terdeteksi, datang sudah koma, yang dipentingkan adalah life
saving, belum periksa apa-apa. Life saving, dibebaskan jalan napas dan sebagainya," kata dia.
Kemudian dengan mempertimbangkan beberapa hal, pihak RS Arya Medika merujuk pasien
ke rumah sakit yang lebih mapan. Karena saat itu, pasien tak mungkin mendapat pertolongan
medis di RS Arya Medika.

"Hal itu dikarenakan keterbatasan alat dan kompetensi dokter di sana, ditambah lagi rumah
sakit tersebut baru rumah sakit Tipe C Pratama, satu tingkat di atas klinik pada umumnya.
Sebelum dirujuk, sudah dilakukan intervensi melakukan life saving. Dokter juga
berkomunikasi dengan keluarga untuk ini bisa dirujuk, dan keluarga pasien juga
menyetujuinya pada waktu itu," ucap dia.

Setelah dirujuk ke RS yang lebih baik, tak lama kemudian keluarga dan pasien kembali lagi
ke RS Arya Medika bersama sejumlah orang berpakaian hitam dengan tulisan KPK. Saat
pasien diterima kembali oleh dokter jaga, ternyata sudah meninggal dunia.

"Diperiksa, sudah death on arrival, meninggal di jalan. Ngamuk LSM KPK itu. Itu yang
kemudian jadi heboh," kata Liza.

Video tersebut sempat viral di media sosial, yang pertama kali diunggah oleh
akun Facebook atas anam kaleng. Polisi juga masih menyelidiki video tersebut. Kabid
Humas Polda Metro Jaya Kombes Raden Prabowo Argo Yuwono juga
menyebutkan polisi belum menerima laporan dari pihak yang dirugikan. "Masih didalami,
apakah yang dilakukan seperti apa, kejadiannya seperti apa. Kita tunggu dulu," ujar Argo di
Polda Metro Jaya kemarin. Hingga berita ini diturunkan, belum ada tanggapan dari LSM
KPK terkait video tersebut dan dugaan aksi sewenang-wenang yang dilakukan. 
PENYELESAIAN KASUS

Hampir semua lini pelayanan tak luput dari terjangan kesalah pahaman dan ketidakpuasan
masyarakat, mulai dari penerimaan pertama pasien di Unit Gawat Darurat atau Poliklinik
umum, pelayanan dokter dan asuhan perawatan, hingga pada masalah penebusan biaya
selama perawatan dan pelayanan pasien di rumah sakit. Inilah realitas rumah sakit.

Rumah sakit didirikan sebagai sentral pelayanan kesehatan-terutama kuratif dan rehabilitatif
bagi masyarakat disekitarnya. Paradigma yang dikembangkan dalam tradisi seni pengobatan
menjadi karakteristik khas yang seharusnya ada pada setiap aktivitas RS. Pasien adalah
manusia yang setara kedudukannya secara fitrawi dengan dokter dan paramedik lain,
sehingga relasi yang terbangun antar mereka mestinya bersifat humanis, bukan eksploitatif.
Dalam konteks relasi dokter-pasien ini, berbagai ketimpangan dan ketidakpuasan selalu
muncul dan dirasakan oleh kedua belah pihak.

Dari kasus diatas dapat disimpulkan bahwa keawaman keluarga pasien tentang alur
penanganan pasien darurat di RS sangat minim, padahal pihak RS sudah melakukan
penanganan sesuai SOP RS. Dari sini sebenarnya masyarakat harus disadarkan bahwa
berobat atau periksa jika keluahan masih ringan , jika ke RS ketika sudah parah akan
menimbulkan kasus salah paham seperti diatas.

Idealnya, dalam harapan banyak orang, ketika masuk RS kita akan mendapat pengobatan dan
perawatan yang baik sehingga dapat segera sembuh dan sehat kembali. Jika pengobatan yang
dilakukan oleh seorang dokter terhadap pasiennya tidak menunjukkan hasil memuaskan,
maka pasien dalam keawamannya sering berpikir bahwa pelayanan RS tersebut tidak bagus.

Kondisi negatif seperti ini semakin mudah tersulut jika “kesan pertama” yang ditunjukkan
oleh pihak manajemen RS tidak berkenan di hati pasien yang baru masuk. Padahal, yang
diharapkan selain kesembuhan pasien pada aktivitas di RS adalah kepuasan (satisfaction)
yang dirasakan oleh semua pihak selama proses pengobatan dan perawatan berlangsung.

Dalam tradisi pengobatan, relasi dokter-pasien mesti memungkinkan terjadinya komunikasi


manusiawi yang memberikan kesempatan kepada pasien agar lebih merdeka dan leluasa
mengungkapkan perjalanan penyakitnya. Hal ini sangat dibutuhkan oleh seorang dokter agar
dapat mendiagnosa penyakit yang diderita pasiennya. Komunikasi pasien-dokter hanya dapat
berlangsung positif jika kondisi psiologis pasien benar-benar merasa “nyaman”. Nah,
kenyamanan ketika masuk RS inilah yang menjadi permasalahan saat ini.

Pada sisi lain, bagi sebagian orang, masuk RS itu menjadi pilihan terakhir jika penyakit yang
diderita sudah tidak bisa ditahan lagi. Mereka beranggapan akan sangat beresiko cepat-cepat
masuk RS. Selain karena biaya yang cukup mahal, juga rentan dengan resiko terjadinya
infeksi nosokomial (penularan penyakit dari RS terhadap orang-orang yang beraktivitas di
dalamnya).

Asumsi ini semakin diperparah jika masyarakat pernah trauma atau mengalami pengalaman
“tidak mengenakkan” atas pelayanan dokter atau paramedik yang bertugas di RS tersebut.
Banyak orang masuk RS ketika penyakitnya sudah sangat parah. Akibatnya penyakit pasien
sulit disembuhkan dan tentunya biaya pengobatan/perawatan juga ikut membengkak.

Berbagai peraturan yang menjelaskan hubungan pengobatan, hak-hak pasien dan hak-hak
dokter/paramedik relatif cukup jelas dan mudah dimengerti. Hanya saja, pasien atau keluarga
pasien yang masuk di RS cenderung tidak memperhatikan hal ini atau memang tidak tahu
sama sekali.

Untuk menyikapi hal ini, maka pihak RS melalui dokter/paramedik yang merawat pasien
mestinya memberikan penjelasan dan penyadaran kepada pasien-pasiennya, terutama
menyangkut hak mereka atas informasi pra pengobatan dari dokter (informed concent) dan
kerahasiaan penyakit yang mereka derita.

Kenyataannya, meskipun UU Praktik Kedokteran telah diterapkan, berbagai indikasi


pelanggaran atas hak pasien masih juga mencuat ke permukaan. Artinya, pihak RS, termasuk
dokter dan paramedik yang bekerja di dalamnya, harus menyadari bahwa saat ini masyarakat
kita perlahan semakin sadar atas hak mereka mendapatkan “pengobatan yang benar”.
Karenanya, otoritas RS mesti giat memperbaiki pelayanan dan “keramahan”-nya terhadap
pasien-pasien mereka.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Assaf, A.F. 2009. Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta : EGC

Bustami. 2011. Penjaminan Mutu Pelayanan Kesehatan & Askeptabilitasnya. Jakarta :


Erlangga

Darmawansyah at al. 2013. Hubungan Mutu Pelayanan Kesehatan Dengan Kepuasan Pasien
Rawat Jalan Di Puskesmas Aeng Towa Kabupaten Takalar. Bagian Administrasi Dan
Kebijakan Kesehatan FKM Universitas HasanuddinMuninjaya, A.A Gde. 2015.
Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta : EGC

Firdaus, F.F. dan Dewi, A., 2015. Evaluasi Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Pasien
Rawat Jalan Peserta BPJS di RSUD Panembahan Senopati Bantul. JMMR (Jurnal
Medicoeticolegal dan Manajemen Rumah Sakit),4(2).

Nepe, L., Mudayati, S. dan Susmini, S., 2017. Hubungan Pelayanan Kesehatan Dengan
Kepuasan Pasien Peserta BPJS di Rumah Sakit Umum Daerah Kefamenanu Kabupaten
Timor Tengah Utara. Nursing News: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Keperawatan, 2(2).

Berita dikutip dari : https://www.merdeka.com/peristiwa/fakta-di-balik-video-viral-pasien-


meninggal-diduga-ditolak-rs-di-tangerang.html

Anda mungkin juga menyukai