KELOMPOK / KELAS : 14 / 4D
ANGGOTA :
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Karena atas berkat
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah Asuhan Keperawatan pada Kasus
Batu Ginjal dengan format pengkajian Doengus tepat pada waktunya.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki, untuk itu,
kami mengharapkan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini,
sehingga dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...........................................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................1
1.1. Latar Belakang...................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.............................................................................................2
1.3. Tujuan................................................................................................................3
1.4. Manfaat.............................................................................................................3
BAB II LAPORAN PENDAHULUAN...................................................................................4
2.1. Definisi....................................................................................................................4
2.2. Anatomi Fisiologi....................................................................................................6
2.3. Etiologi....................................................................................................................8
2.4. Manifestasi Klinis Secara Umum............................................................................9
2.5. Patofisiologis........................................................................................................10
2.6. Pathway Batu Ginjal.............................................................................................12
2.7. Pemeriksaan Penunjang.......................................................................................13
2.8.Penatalaksanaan...................................................................................................15
2.9.Asuhan Keperawatan pada Penderita Batu Ginjal...............................................17
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN..................................................................................30
3.1. Tinjauan Kasus......................................................................................................30
3.2. Asuhan Keperawatan...........................................................................................32
3.3.Prognosis...............................................................................................................64
3.4.Komplikasi.............................................................................................................64
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................66
LAMPIRAN...................................................................................................................68
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
1.4. Manfaat
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
2.1. Definisi
Darah dari arteri akan masuk dan disaring dalam ginjal. Kemudian
ginjal akan memisahkan zat-zat berbahaya yang terkandung dalam darah.
Zat-zat yang telah dipisahkan dari darah tersebut diubah menjadi urin.
Lalu urin akan dikumpulkan dan dialirkan menuju ureter. Setelah sampai
pada ureter, urin akan ditampung terlebih dahulu dalam kandung kemih.
Apabila seseorang merasakan keinginan untuk berkemih dan dalam
keadaan yang memungkinkan, maka urin yang sebelumnya telah
tertampung dalam kandung kemih akan di keluarkan lewat uretra
(Sherwood, 2011).
2.5. Patofisiologis
Penumpukan Kristal
Penurunan reabsorbsi
Terjadi Obstruksi dan sekresi turbulen
b.d kurangnya asupan Definisi : Keadekuatan nutrisi untuk memenuhi Definisi : Mengidentifikasi dan mengelola asupan nutrisi yang
makanan. kebutuhan metabolism seimbang
10. Indeks Masa Tubuh (IMT0 9. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
11. Nafsu makan 10. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrisi yang di butuhkan, jika perlu
12. Bising usus
14. Berat badan 9. Anjurkan melapor jika haluaran urin <0,5 mL/kg/jam
dalam 6 jam
Kolaborasi
9. Perasaan takut mengalami cedera 7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
berulang
8. Monitor efek samping penggunaan analgetik
10. Uterus teraba membulat
Terapeutik
11. Muntah
9. Berikan teknik nonfarmakologis yntuk mengurangi rasa
12. Mual nyeri
13. Frekuensi nadi 10. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis.
suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
14. Pola nafas
11. Fasilitasi istirahat dan tidur
15. Tekanan darah
12. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
16. Proses berpikir
strategi meredakan nyeri
17. Focus
Edukasi
18. Fungsi berkemih
13. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
19. Nafsu makan
14. Jelaskan strategi meredakan nyeri
20. Pola tidur 15. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
Kolaborasi
4. (D.0129) Gangguan (L.14125) Integritas Kulit dan Jaringan (I.11353 ) Perawatan Integritas Kulit
integritas kulit b.d
Definisi : Keutuhan kulit (dermis dan atau Definisi: mengidentifikasi dan merawat kulit untuk menjaga
kelebihan volume
epidermis) atau jaringan (membrane mukosa, keutuhan, kelembaban, dan mencegah perkembangan
cairan, sindrom uremia
kornea, fasia,otot, tendon, tulang kartilago, mikroorganisme
Definisi :Kerusakan kapsul sendi dan/atau ligament)
Tindakan :
kulit (dermis dan/atau
Kriteria Hasil :
epidermis) atau jaringan Observasi
(membran mukosa, 1. Elastisitas
1. Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis.
kornea, fasia, otot,
2. Hidrasi perubahan sirkulasi, perubahan status nutrisi, penurunan
tendon, tulang,
kelembaban, suhu lingkungan ekstrem, penurunan
kartilago, kapsul sendi 3. Perfusi jaringan mobilitas)
dan/atau ligamen).
4. Kerusakan jaringan Terapeutik
5. Kerusakan lapisan kulit 2. Ubah posisis tiap 2 jam jika tirah baring
ASUHAN KEPERAWATAN
Ny. F (55 tahun) seorang ibu rumah tangga , datang RSUD Jendral
Soedirman pada tanggal 31 Maret 2021, pukul 09.00 WIB dengan
keluhan nyeri pinggang kanan. Nyeri hilang timbul dan menjalar ke perut
dan tidak dipengaruhi mobilitas fisik. Ny. F mengatakan 4 bulan yang lalu
sering mengalami nyeri yang sama, dan nyeri hilang setelah diberikan obat
penghilang rasa nyeri dari dokter. Dua hari ini Ny. F merasakan nyeri dan
tidak mereda ketika meminum obat yang biasa Ny. F. Selanjutnya Ny. F
dibawa oleh suami (Tn.S usia 57 tahun, seorang pedagang) ke RSUD. Ny.
F juga mengeluh mual dan muntah sekitar 4-5 kali sejak 1 hari yang lalu
disertai demam dan air kencing keruh dengan sedikit (0liguri) jumlah
sekitar 400ml/24 jam. Klien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi
apapun dan dari pihak keluarga sebelumnya tidak ada yang pernah
mengalami penyakit yang kronis seperti DM dan hipertensi.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan kondisi umum klien
merasa gelisah dan tampak meringis terdapat nyeri nonkolik, TD 120/90
mmHg, HR 102x/mnt, RR 20x/mnt, Suhu 38,7◦C, TB 157cm, BB 60 kg.
pada pemeriksaan abdomen: inspeksi terdapat flatuensi, palpasi adanya
nyeri tekan kuadaran kanan atas dengan sekala nyeri 4, perkusiterdengar
bunyi timpani pada abdomen dan nyeri ketok CVA dexter, auskultasi
terdapat bising usus menurun. Eliminasi adanya penurunan jumlah urin,
Oliguria. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan: Hb 14gr/dl, leukosit
15.000/mm3, ureum 24mg/dl, creatinin 2,5 mg/dl. Pada pemeriksaan
penunjang USG menunjukkan hidronefrosis dextra. Pada pemeriksaan
BNO-PIV : tampak bayangan radio opak Lumbal III dektra, fungsi ginjal
masih baik namun terdapat hidronefrosis ren dektra grade II. Dari hasil
pemeriksaan medis Ny. F diagnosa mengalami penyakit Batu Ginjal
(nefrolitiasis dekstra).
Dari hasil data diri pasien, Ny. F merupakan istri dari Tn. S. Klien
berperan sebagai ibu rumah tangga dan ibu dari kedua putra putrinya.
Klien mengatakan keluarganya mendukungnya dan berada disisinya dalam
mendapingi penyakit yang dideritanya. Klien beragama Islam dan
mengikuti keyakinan sesuai ajaran Allah dan selalu beroptimis bahwa
dirinya akan sembuh.
3.2. Asuhan Keperawatan
FORMAT PENGKAJIAN
Ruangan/Kelas : Teratai/II
Tgl Operasi :-
1. Identitas
a. Identitas Klien
1) Nama : Ny. F
2) Umur : 55 tahun
5) Umur : 55 tahun
6) Golongan darah :O
8) Agama : Islam
9) Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
10) Status perkawinan : Sudah Menikah
Kab. Kebumen
1) Nama : Tn. S
2) Umur : 57
4) Agama : Islam
8) Pekerjaan : Pedagang
Kab. Kebumen
2. Riwayat Sakit dan Kesehatan
a. Keluhan utama :
Nyeri pinggang kanan, dan demam serta tidak dipengaruhi
mobilitas fisik.
d. Riwayat alergi :
f. Riwayat obat-obatan :
Keterangan :
: laki-laki : Menikah
: Perempuan : Keturunan
X : Meninggal
a. Aktivitas/Istirahat
Gejala : Pekerjaan monoton , pekerjaan pasien tidak terpapar pada
lingkungan bersuhu tinggi, keterbatasan aktivitas/mobilisasi
sehubung dengan kondisi sebelumnya (contoh penyakit tak sembuh,
cedera medula spinalis)
Tanda : tidak terdapat kelemahan otot, Respon fisiologis aktifitas
(TD= 120/90 mmHg; HR= 102x/mnt; RR= 20x/mnt ; Suhu= 38,7◦C
)
b. Sirkulasi
Tanda : tidak ada Peningkatan TD, adanya peningkatan nadi,
(adanya nyeri dengan skala nyeri 4, tidak ansietas, tidak ada
riwayat gagal ginjal)
c. Integritas Ego
Gejala : adanya stres akut akibat terdapat rasa nyeri
Tanda : gelisah dan tampak meringis
d. Eliminasi
Gejala : tidak ada riwayat adanya ISK kronis, tidak ada
obstruksi sebelumnya (kalkulus). Terdapat penurunan haluaran urin,
kandung kemih tidak terisi penuh. Tidak ada rasa terbakar,
kesulitan atas dorongan berkemih,
Tanda : adanya oliguria, hematuria tidak ada, piuria tidak
ada. Adanya perubahan pola berkemih.
e. Makanan/Cairan
Gejala :Terasa mual/muntah, terdapat nyeri tekan
abdomen. Diet tinggi purin tidak ada, tidak ada kalsium oksalat,
dan/atau fosfat. Ketidakcukupan pemasukan cairan, tidak minum air
dengan cukup
Tanda :Terdapat distensi abdomen, adanya penurunan/
bising usus. Terasa muntah
f. Neurosensory
Gejala : rasa nyeri di pinggang kanan, tidak ada gangguan
penglihatan, tidak ada gangguan penciuman, tidak ada gangguan
pendengaran, tidak ada gangguan perasa, adanya penurunan
haluaran urin, tingkat kesadaran normal,
g. Nyeri/Ketidaknyamanan
Gejala : (P) Nyeri hilang timbul dan menjalar ke perut, (Q) Klien
mengatakan nyeri seperti di tusuk-tusuk, (R) : Nyeri yang dirasakan
di bagian pinggang kanan, (S) Skala nyeri 4, (T) Nyeri yang
dirasakan hilang timbul, Nyeri dangkal konstan menunjukkan
kalkulus ada di pelvis atau kalkulus ginjal.
Tanda : Melindungi ; tidak adanya perilaku distraksi. Adanya
nyeri tekan pada area ginjal pada palpasi akan tetapi tidak
berkeringat berkringat
h. Pernafasan
Gejala :Tidak ada ISK, napas normal, tidak ada batuk, tidak ada
nyeri dada, tidak ada sesak dada
Tanda : Suara perkusi sonor, tidak adanya spuntum, tidak terdapat
distres pernafasan, RR= 20x/menit
i. Keamanan
Gejala : Tidak terdapat penggunaan alkohol, terdapat demam.
Tidak menggigil
j. Interaksi Sosial
Klien dapat berkomunikasi dengan baik, baik itu perawat maupun
keluarga. Klien mengatakan keluarganya mendukungnya dan
berada disisinya dalam mendapingi penyakit yang dideritanya.
Hubungan pasien dan keluarga baik begitupun di lingkungan
masyarakat.
4. Tanda-Tanda Vital
No Pemeriksaan Hasil Normal Keterangan
1. TD 120/90mmHg 120-140/80-90 Normal
mmHg
2. HR 102x/menit 60-100x/menit Tidak normal
3. RR 20x/menit 16-24x/menit Normal
4. Suhu 38,7ºC 36,5-37,5ºC Tidak normal
a. Kegelisahan :
d. Putus asa :
Tidak ada, karena pasien selalu optimis bahwa dirinya pasti sembuh
dan keluarga juga mendukung serta selalu berdoa.
f. Marah :
g. Sedih :
6. Data Penunjang
3. DS : Kegagalan Hipovolemia
Klien mengeluh mual dan Mekanisme
muntah sekitar 4-5 kali sejak Regulasi
satu hari yang lalu.
Klien mengeluh warna air
kencingnya keruh dan
jumlahnya sedikit.
DO :
Abdomen : Inspeksi (flatuensi)
Auskultasi (bising usus
menurun)
Pemeriksaan TTV:
TD : 120/90 mmHg
HR : 102 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 38,7’C
TB : 157 cm
BB : 60 kg
DIAGNOSA KEPERAWATAN
A. INTERVENSI
No Diagnosa Keperawatan (SDKI) Tujuan (SLKI) Intervensi (SIKI) Rasional
.
1. (D. 0077) Nyeri Akut b.d agen (L.08066) Tingkat Nyeri (I.08238) Manajemen Nyeri Observasi
pencedera fisiologis (iskemia) Definisi : Pengalaman sensorik atau Definisi :Mengidentifikasi 1. Mengidentifikasi
Definisi: Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan dan mengelola pengalaman lokasi,
emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktualnatau sensorik atau emosional yang karakteristik,durasi,
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau berkaitan dengan kerusakan frekuensi, kualitas,
fungsional, dengan onset mendadak lambat dan berintesitas ringan hingga jaringan atau fungsional intensitas nyeri
atau melambat dan berintesitas ringan berat. dengan onset mendadak atau 2. Mengidentifikasi skala
hingga berat yang berlangsung Tujuan : Setelah dilakukan tindakan lambat dan berintesitas nyeri
kurang dari 3 bulan. selama 3 x 24 jam maka nyeri nenurun, ringan hingga berat dan 3. Mengidentifikasi
Ditandai dengan : keseimbangan cairan dipertahankan. konstan. respon nyeri non-
DS: Kriteria hasil : Tidakan : verbal
P : Klien mengatakan nyeri hilang Awal Target Observasi 4. Mengidentifikasi
timbul dan menjalar ke perut. Skala Nyeri 4 1 1. Identifikasi lokasi, faktor yang
Q : Klien mengatakan nyeri karakteristik,durasi, mempercepat dan
seperti di tusuk-tusuk. Awal Target frekuensi, kualitas, memperingann nyeri
R : Klien mengatakan mengalami Keluhan nyeri 2 5 intensitas nyeri 5. mengidentifikasi
nyeri di pinggang kanan. Keterangan : 2. Identifikasi skala pengaruh nyeri pada
S : Skala nyeri 4. 1. Meningkat nyeri kualitas hidup
T : Nyeri yang dirasakan hilang 2. Cukup meningkat 3. Identifikasi respon Terapeutik
timbul. 3. Sedang nyeri non-verbal 6. mengontrol lingkungan
DO : 4. Cukup menurun 4. Identifikasi faktor yang memperberat
Klien tampak meringis 5. Menurun yang mempercepat nyeri
Pemeriksaan TTV: Awal Target dan memperingann Edukasi
TD : 120/90 mmHg Gelisah 3 5 nyeri 7. Menjelaskan penyebab,
Keterangan :
HR : 102 x/menit 5. Identifikasi pengaruh periode dan pemicu
1. Meningkat
RR : 20 x/menit nyeri pada kualitas nyeri
2. Cukup meningkat
Suhu : 38,7’C hidup 8. Mengajarkan tehnik
3. Sedang
TB : 157 cm Terapeutik nonfarmakologis untuk
4. Cukup menurun
BB : 60 kg 6. Kontrol lingkungan mengurangi rasa nyeri
5. Menurun
yang memperberat 9. Menganjurkan
Awal Target
nyeri mengggunakan
Meringis 3 5
Edukasi analgetik secara tepat.
7. Jelaskan penyebab, Kolaborasi
Keterangan :
periode dan pemicu 10. Mengkolaborasikan
1. Meningkat nyeri pemberian analgetik,
2. Cukup meningkat 8. Ajarkan tehnik jika perlu
3. Sedang nonfarmakologis
4. Cukup menurun untuk mengurangi
5. Menurun rasa nyeri
Awal Target 9. Anjurkan
Frekuensi Nadi 2 5 mengggunakan
Keterangan : analgetik secara tepat.
1. Memburuk Kolaborasi
2. Cukup memburuk 10. Kolaborasi
3. Sedang pemberian analgetik,
4. Cukup membaik jika perlu
5. Membaik
2. (D.0130) Hipertermia b.d infeksi (L.14134) Termogulasi (I.15506) Manajemen Observasi
Definisi : Suhu tubuh meningkat di Definisi : Pengaturan suhu tubuh agar Hipertermia 1. Indentifikasi penyebab
atas rentang normal tubuh. tetap bera pada rentang normal. Definisi : Mengidentifikasi mengelola
Ditandai dengan : Tujuan : Setelah dilakukan tindakan dan mengelola peningkatan 2. Memonitor suhu bubuh
DS : selama 3 x 24 jam suhu tubuh membaik. suhu tubuh akibat disfungsi 3. Memonitor kadar
Klien mengeluh demam. Kriteria hasil : termogulsi. elektrolit
DO : Awal Target Tindakan : 4. Memonitor komplikasi
Pemeriksaan TTV: Suhu Tubuh 3 5 Observasi akibat hipertermia
TD : 120/90 mmHg Keterangan : 1. Indentifikasi Terapeutik
HR : 102 x/menit 1. Memburuk penyebab mengelola 5. Menyediakan ediakan
RR : 20 x/menit 2. Cukup memburuk 2. Monitor suhu bubuh lingkungan yang
Suhu : 38,7’C 3. Sedang 3. Monitor kadar dingin
TB : 157 cm 4. Cukup membaik elektrolit 6. Memberikan cairan
BB : 60 kg 5. Membaik 4. Monitor komplikasi oral
Awal Target akibat hipertermia 7. Berikan oksigen, jika
Tekanan Darah 3 5
Terapeutik perlu
Keterangan : 5. Sediakan lingkungan Edukasi
1. Memburuk yang dingin 8. Meng anjurkan tirah
2. Cukup memburuk 6. Berikan cairan oral bating
3. Sedang 7. Berikan oksigen, jika Kolaborasi
4. Cukup membaik perlu 9. Berkolaborasi
5. Membaik Edukasi pemberian cairan dan
Awal Target 8. Anjurkan tirah bating elektronit intravena,
Leukosit 3 5
Kolaborasi jika perlu
Keterangan :
9. Kolaborasi pemberian
1. Meningkat
cairan dan elektronit
2. Cukup meningkat
intravena, jika perlu
3. Sedang
4. Cukup menurun
5. Menurun
3. (D.0023) Hipovolemia b.d kegagalan (L.03028) Status Cairan (I.03116) Manajemen Observasi
mekanisme regulasi Definisi : Kondisi volume cairan Hipovolemia 1. Memeriksa tanda dan
Definisi : penurunan volume cairan intravaskuler, imterstisiel, Definisi : mengidentivikasi gejala hipovolemia
intravaskular, interstiel dan atau dan/intraseluler. dan mengelola penurunan (TTV, turgor kulit
intraseluler. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan volume cairan intavaskular menurun, membran
Dintandai dengan : selama 3 x 24 jam volumr cairan pada Tindakan : mukosa kering,volume
DS : pasien membaik. Observasi urin menurun)
Klien mengeluh mual dan muntah Kriteria hasil : 1. Periksa tanda dan 2. Memonitor intake dan
sekitar 4-5 kali sejak satu hari yang Awal Target gejala hipovolemia output cairan
lalu. Suhu Tubuh 3 5 (TTV, turgor kulit Terapeutik
Klien mengeluh warna air kencingnya menurun, membran 3. Menghitung kebutuhan
Keterangan :
keruh dan jumlahnya sedikit. mukosa cairan
1. Memburuk
DO : kering,volume urin 4. Memberikan asupan
2. Cukup memburuk
Abdomen : Inspeksi (flatuensi) menurun) cairan oral
3. Sedang
Auskultasi (bising usus menurun) 2. Monitor intake dan Edukasi
4. Cukup membaik
Pemeriksaan TTV: output cairan 5. Menganjurkan
5. Membaik
TD : 120/90 mmHg Terapeutik memperbanyak asupan
HR : 102 x/menit Awal Target 3. Hitung kebutuhan cairan oral
RR : 20 x/menit Mual muntah 3 5 cairan 6. Menganjurkan
Keterangan :
Suhu : 38,7’C 4. Berikan asupan cairan menghindari
1. Meningkat
TB : 157 cm oral perubahan posisi
2. Cukup meningkat
BB : 60 kg Edukasi mendadak
3. Sedang
5. Anjurkan Kolaborasi
4. Cukup menurun
memperbanyak 7. Berkolaborasi dalam
5. Menurun
asupan cairan oral pemberian cairan Iv
Awal Target
Intake cairan 2 5 6. Anjurkan isotonis (NaCl RL)
Keterangan : menghindari 8. Berkolaborasi dalam
1. Meningkat perubahan posisi pemberian cairan IV
2. Cukup meningkat mendadak hipotonis (glukosa
3. Sedang Kolaborasi 2,5%, NaCl 0,4%)
4. Cukup menurun 7. Kolaborasi pemberian 9. Berkolaborasi dalam
5. Menurun cairan Iv isotonis pemberian cairan
Awal Target (NaCl RL) koloid
Oliguria 3 5 8. Kolaborasi pemberian (albumin,plasmanate)
Keterangan :
cairan IV hipotonis 10. Berkolaborasi
1. Memburuk
(glukosa 2,5%, NaCl pemberian darah, jika
2. Cukup memburuk
0,4%) perlu
3. Sedang 9. Kolaborasi pemberian
4. Cukup membaik cairan koloid
5. Membaik (albumin,plasmanate)
Awal Target 10. Kolaborasi pemberian
Tekanan darah 3 5 darah, jika perlu
Keterangan :
1. Memburuk
2. Cukup memburuk
3. Sedang
4. Cukup membaik
5. Membaik
B. IMPLEMENTASI
No Diagnosa Hari/Tanggal Pukul Implementasi Respon Klien
. Keperawatan WIB
(SDKI)
1. (D. 0077) Nyeri Minggu/ 07.30 1. Melakukan pengkajian nyeri akut S : Klien mengatakan nyeri di pinggang
Akut b.d agen 25 April 2021 2. Mengontrol efektifitas tindakakan dan kanan mulai berkurang sedikit demi-
pencedera fisiologis lingkungan yang memperberat nyeri sedikit.
(iskemia) 3. Mengobservasi reaksi non verbal O:
07.45 4. Mengajarkan pasien tehnik a. Skala nyeri pasien berkurang menjadi 2
nonfarmakologis untuk mengurangi rasa b. Keluhan nyeri pasien berkurang
nyeri degan relaksasi napas dalam c. Kegelisan pasien menurun
08.00 5. Menjelaskan penyebab, periode dan d. Meringis pasien turun
pemicu nyeri e. Frekuensi Nadi membaik, dengan hasil:
6. Menganjurkan mengggunakan analgetik TD =120/85mmHg, HR = 75x/menit,
secara tepat. RR =20x/menit, Suhu tubuh = 36,8°C
f. Pasien mampu memahami penyebab dan
pemicu nyeri
g. Pasien mampu mempraktikan tehnik
nonfarmakologis untuk mengurangi
nyeri( tehnik napas dalam )
h. Kerja sama pasien dan keluarga baik
i. Respon Keluarga dan Pasien baik saat
diberikan edukasi
2. (D.0130) Minggu/ 08.30 1. Melakukan pengkajian hipertermia S : Klien mengatakan sudah tidak demam
Hipertermia b.d 25 April 2021 2. Melakukan pemeriksaan TTV lagi dan badan sudah sedikit nyaman
infeksi 3. Memantau suhu tubuh dan suhu O:
lingkungan a. Pemeriksaan TTV pasien membaik yaitu
08.40 4. Memberikan konpres hangat pada aksila TD 120/85mmHg, Hr 75x/menit,
dan dahi RR20×/menit, suhu 36,8°C
09.00 5. Menganjurkan keluarga untuk memberi b. Kerja sama pasien dan keluarga baik
minuman sedikit tapi sering
6. Menganjurkan ibu untuk memakai
pakaian tipis dan dapat menyerap
09.10 7. Pengambilan sempel darah untuk
memeriksa leukosit
3. (D.0023) Minggu/ 09.20 1. Melakukan pengkajian hipovolemia S : Pasien mengatakan bahwa badanya sudah
Hipovolemia b.d 25 April 2021 2. Melakukan pemeriksaan tanda dan gejala tidak begitu lemas
kegagalan hipovolemia (TTV, turgor kulit menurun, O:
mekanisme regulasi membran mukosa kering,volume urin a. Pemeriksaan TTV pasien membaik
menurun) yaitu TD 120/85mmHg, Hr
3. Menghitung kebutuhan cairan 75×/menit, RR 20×/menit, suhu
09.45 4. Memberikan asupan cairan oral 36,8°C
5. Menganjurkan pasien untuk b. Keluhan mual muntah pada pasien
memperbanyak minum menurun
c. Intake cairan menurun
d. Oliguria membaik
e. Kerja sama pasien dan keluarga baik
f Respon Keluarga dan Pasien baik saat
diberikan edukasi
EVALUASI
3.4. Komplikasi
Berikut beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada penderita batu
ginjal yaitu:
1. Sepsis, Infeksi yang sudah menyebar melaului darah bisa
menimbulkan gejala/tanda klinis dari komplikasi di seluruh tubuh.
2. Steinstrasse, Suatu kondisi dimana terjadi penyumbatan yang
diakibatkan batu-batu tersebut berada pada ureter. Dapat
mengakibatkan suatu obstruksi yang bersifat sementara dan tanpa
meninggalkan luka yang tidak permanen. Dalam beberap akasus
obstruksi terjadi tanpa ada gejala. Infeksi mungkin saja terjadi. Dimana
harus membutuhkan penanganan yang cepat dan tepat.
3. Adanya luka dalam ureter Ketika batu tersebut menggores dinding
saluran kemih maka bisa terjadi luka dalam ureter. Bisa terjadi di
seluruh permukaan saluran kemih.
4. Perdarahan pada saat operasi
5. Penyakit Ginjal Kronik, pasien dengan batu ginjal tinggi risiko untuk
terkena penyakit ginjal kronik. Di dukung oleh faktor risiko seperti
DM, tekanan darah tinggi, atau pernah terjadi ISK.
6. Gagal Ginjal, dapat terjadi berdasarkan banyaknya jumlah batu yang
terbentuk, terjadinya obstruksi, riwayat pernah melakukan pengobata
batu ginjal, dan besarnya batu ginjal tersebut
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arief. 2000. Kapita Selekta kedokteran Edisi Kedua. Jakarta : Medikal
Aesculapcus FKUI.
Nirumand, M., dkk.. 2018. Dietary Plants for the Prevention and Management of
Kidney Stones: Preclinical and Clinical Evidence and Molecular
Mechanisms. International Journal Of Molecular Sciences, 19(3), 765.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperwatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
LAMPIRAN
1. Pengertian
ESWL merupakan terapi non-invasif yang menggunakan
gelombang kejut yang efektif untuk memecahkan batu ginjal yang
berukuran kurang dari 20 mm. ESWL pada batu ginjal yang besar
memberikan angka bebas batu yang rendah dan tidak efektif karena harus
dilakukan beberapa kali pengulangan ESWL.
2. Tujuan Tindakan
Tujuan dari terapi ESWL ini yaitu untuk memecahkan batu ginjal yang
berukuran kurang dari 20 mm.
3. Persiapan Alat
a. Bantal
b. Selang
c. Alat ESWL
4. Prosedur Tindakan
a. Letakkan bantal yang disediakan di area perut atau bagian belakang
ginjal pasien.
b. Posisikan tubuh pasien dan sesuaikan dengan seberapa jauh jangkauan
alat ESWL agar gelombang kejut dapat menuju target dengan mudah
ke area sekitar ginjal.
c. Masukkan selang dari lubang kencing melalui kandung kemih menuju
ginjal pasien.
d. Berikan anestesi (obat bius) yang disesuaikan dengan kondisi pasien
(biasanya hanya area lokal atau setengah badan).
e. Setelah anestesi diberikan, dokter menggunakan sinar rontgen untuk
mengetahui dan menentukan lokasi keberadaan batu ginjal secara
tepat.
f. Kemudian dokter urologi akan memberikan 1000-2000 gelombang
kejut yang difokuskan pada batu ginjal.