DISUSUN OLEH :
i
KATA PENGANTAR
Om Swastiastu,
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa atau Tuhan Yang
Maha Esa karena berkat Beliaulah, kami memperoleh kekuatan berupa kemampuan dalam
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “HUBUNGAN MANUSIA DENGAN
HARAPAN”. Dalam proses pembuatan makalah ini tentunya saya banyak menemui
kesulitan. Namun dapat teratasi dengan bantuan beberapa pihak. Pada kesempatan ini saya
ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar – besarnya kepada semua pihak yang telah
membimbing, membantu, dan memberikan dorongan kepada saya, antara lain :
1. Ibu Dra. I Gusti Ayu Ngurah, M.Si. selaku Dosen Mata Kuliah Ilmu Budaya Dasar.
2. Orang Tua saya yang telah memberikan Doa Restunya untuk menyelesaikan Makalah
ini.
Semoga amal dan dharma yang saya sebutkan mendapat imbalan dari Tuhan Yang Maha
Esa. Saya menyadari makalah ini jauh dari kata Sempurna. Hal tersebut dikarenakan
kurangnya pengetahuan yang kami miliki. Untuk itu saya membutuhkan kritik dan saran dari
pembaca. Akhir kata saya ucapkan terimakasih dan berharap semoga makalah ini bisa
bermanfaat bagi Pembaca.
Om Santih,Santih,Santih, Om
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
1
1.2.2 Apa hubungan antara manusia dan harapan?
1.2.3 Apa sebab manusia memiliki harapan?
1.2.4 Apa hubungan antara harapan dan kepercayaan?
1.2.5 Apa perbedaan harapan dan cita-cita?
1.3 Tujuan
1.3.1 Menjelaskan pengertian harapan
1.3.2 Menjelaskan hubungan antara manusia dan harapan
1.3.3 Menjelaskan penyebab manusia memiliki harapan
1.3.4 Menjelaskan hubungan antara harapan dan kepercayaan
1.3.5 Menjelaskan perbedaan harapan dan cita-cita
BAB II
KAJIAN TEORI
2.4 Kepercayaan
Kepercayaan berasal dari kata percaya, artinya mengakui atau meyakini akan
kebenaran. Kepercayaan adalah hal-hal yang berhubungan dengan pengakuan atau keyakinan
akan kebenaran. Maka jelaslah kepada kita, bahwa dasar kepercayaan itu adalah kebenaran.
Ada jenis pengetahuan yang dimiliki seseorang, bukan karena merupakan hasil penyelidikan
sendiri, melainkan diterima dari orang lain. Kebenaran pengetahuan yang didasarkan atas
orang lainitu disebabkan karenaa orang lain itu dapat dipercaya. Yang diselidiki bukan lagi
masalahnya, melainkan orang yang memberitahukan itu dapat dipercaya atau tidak.
Pengetahuan yang diterima dari orang lain atas kewibawaannya itu disebut kepercayaan.
Makin besar kewibawaan yang memberitahu mengenai pengetahuan itu makin besar
kepercayaan.
Dalam agama terdapat kebenaran-kebenaran yang dianggap diwahyukan artinya
diberitahukan oleh Tuhan langsung atau tidak langsung kepada manusia. Kewibawaan
pemberi kebenaran itu ada yang melebihi besarnya . Kepercayaan dalam agama merupakan
keyakinan yang paling besar. Hak berpikir bebas, hak atas keyakinan sendiri menimbulkan
juga hak beragama menurut keyakinan. Dalam hal beragama tiap-tiap orang wajib menerima
dan menghormati kepercayaan orang yang beragama itu. Dasarnya ialah keyakinan masing-
masing.
a. Manusia hidup dalam kondisi ketidakpastian ; hal yang penting bagi keamanan
dan kesejahteraan manusia berada di luar jangkauannya. Dengan kata lain,
manusia ditandai oleh ketidakpastian.
b. Terbatasnya kesanggupan manusia untuk mengendalikan dan untuk
mempengaruhi kondisi hidupnya. Pada titik tertentu, kondisi manusia ada dalam
kaitan konflik antara keinginan dan cita-cita dengan lingkungannya, yang ditandai
oleh ketidakberdayaan.
c. Manusia hidup bermasyarakat, yang ditandai dengan adanya alokasi teratur dari
berbagai fungsi, fasilitas, pembagian kerja, produksi, dan ganjaran. Manusia
membutuhkan kondisi imperative (keterpaksaan), yaitu adanya suatu tingkat
superordinasi atau subordinasi atau berbagai aturan dalam hubungan manusia.
Kemudian masyarakat berada di tengah-tengah kondisi kelangkaan, yang
menyebabkan adanya perbedaan distribusi barang dan nilai. Dengan demikian timbullah
deprivasi (perampasan) yang sifatnya relative.
Dalam konteks “ketidakpastian” manusia ditunjukkan kenyataan semua usaha
manusia bahwa, betapa pun ia merencanakan dengan baik dan melaksanakannya dengan
seksama, ia tetap tidak terlepas dari kekecewaan. Dalam usahanya, manusia melibatkan
emosi yang tinggi sehingga kekecewaan ini akan membawa luka yang dalam. Dalam dunia
teknologi modern pun, yang penuh dengan perhitungan, keberuntungan tetap merupakan
suatu berkat dari ketidakpastian.
Dalam konteks “ketidakmungkinan” ditunjukkan bahwa semua keinginan tidak dapat
terkabul. Kematian, penderitaan, kecelakaan, dan seterusnya, itu semua menandai eksistensi
manusia. Pengalaman manusia dalam konteks “ketidakmungkinan”membawanya ke luar dari
situasi perilaku sosial dan batasan cultural dari tujuan dan norma sehari-hari. Resep-resep
sosial dan kultural tidak memiliki kelengkapan total sebagai penyediaan “mekanisme”
penyesuaian. Kedua hal ini menghadapkan manusia pada kondisi “titik kritis” dengan
lingkungan perilaku sehari-hari yang berstruktur. Maka dari semua peristiwa ini, yang ada
hanya “doa dan harapan”.
Doa dan harapan pada hakikatnya merupakan proses hubungan antara manusia
dengan Tuhannya dan antara manusia dengan manusia. Proses hubungan ini lebih lanjut
dapat diartikan memohopertolongan, mengingat, meminta perlindungan, mendekatkan diri
(silahturami dengan manusia, taqarrub dengan Tuhan).
4.1 Kesimpulan
Harapan berasal dari kata harap yaitu keinginan supaya sesuatu terjadi atau
sesuatu terjadi atau suatu yang belum terwujud. Kata orang manusia tanpa harapan
adalah manusia yang mati sebelum waktunya. Bisa jadi, karena harapan adalah sesuatu
yang hendak kita raih dan terpampang di muka. Hampir sama dengan visi walau dalam
spektrum sederhana, harapan merupakan ciptaan yang kita buat sebagai sesuatu yang
hendak kita raih. Jadi hidup tanpa harapan adalah hidup tanpa visi dan tujuan.
Maka bila manusia yang hidup tanpa harapan pada hakekatnya dia sudah mati.
Harapan bukanlah sesuatu yang terucap di mulut saja tetapi juga berangkat dari usaha.
Dia adalah kecenderungan batin untuk membuat sebuah rencana aksi, peristiwa, atau
sesuatu menjadi lebih bagus. Sederhananya, harapan membuat kita berpikir untuk
melakukan sesuatu yang lebih baik untuk meraih sesuatu yang lebih baik.
Harapan dan rasa optimis juga memberikan kita kekuatan untuk melawan setiap
hambatan. Seolah kita selalu mendapatkan jalan keluar untuk setiap masalah. Seolah kita
punya kekuatan yang lebih untuk siap menghadapi resiko. Ini kita sebut sebagai
perlawanan. Orang yang hidup tanpa optimisme dan cenderung pasrah pada realita maka
dia cenderung untuk bersikap pasif.
Ada dua hal yang mendorong manusia hidup bergaul denganmanusia lain, yaitu:
dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup. Dalam setiap harapan juga terdapat
yang namanya kepercayaan, baik itu percaya terhadap diri sendiri, orang lain,
pemerintah, atau Tuhan, karena kepercayaan dapat membantu kitauntuk mewujudkan
apa yang kita inginkan. Harapan seseorang juga ditentukan oleh kiprah usaha atau
bekerja kerasnya seseorang. Orang yang bekerja keras akan mempunyai harapan yang
besar. Untuk memperoleh harapan yangbesar, tetapi kemampuannya kurang, biasanya
disertai dengan unsur dalam, yaitu berdoa.
4.2 Saran
Dalam setiap kehidupan manusia yang pastinya mempunyai harapan, kita tidak boleh
menyerah untuk mewujudkan harapan tersebut. Karena harapan dan keinginan itulah
yang membuat hidup kita menjadi lebih berarti di dunia ini, yang terus memberikan
dorongan agar kita tetap melakukan dan memberikan yang terbaik dalam setiap
pekerjaan.
Selain itu kita juga harus berpedoman terhadap kepercayaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa. Dengan usaha dan doa yang seimbang, diharapkan kita dapat mewujudkan
apa yang kita inginkan dengan tetap berada dalam norma-norma masyarakat yang
berlaku dan tidak merugikan orang lain. Selain itu juga untuk mempersiapkan mental
kita jika harapan yang diinginkan tidak tercapai, sehingga tidak membuat kita putus asa
untuk terus mencoba.
DAFTAR PUSTAKA
http://gegehare.blogspot.com/2011/04/ilmu-budaya-dasar-bab-9-manusia-dan.html
http://ibdjk.blogspot.com/2013/01/makna-harapan.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Harapan
http://mahisaajy.blogspot.com/2011/05/persamaan-harapan-dan-cita-cita.html
http://skyrider27.blogspot.com/2010/06/manusia-dan-harapan.html