Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH BIOFARMASI

“PERJALANAN OBAT DALAM TUBUH YANG DIBERIKAN SECARA INTRA


OPTHALMIC”

Dosen :
Prof. apt. Teti Indrawati. M.Si

KELOMPOK 8

Disusun Oleh :
Chumaeroh Salsabila 20334703
Anggun Sulistiyowati 30224707
Rikson Lawasa 20334710

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan untuk kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di
masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.

Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi
perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Jakarta, Desember 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................2
B. Rumusan Masalah................................................................................................3
C. Tujuan.....................................................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................4


A. Anatomi Intra Opthalmic....................................................................................4
1. Anatomi dan Fisiologi Mata.....................................................................4
2. Anatomi dan Fisiologi Kelopak Mata.....................................................6
3. Anatomi dan Fisiologi Sistem Lakrimalis..............................................6
4. Anatomi dan Fisiologis Konjungtiva......................................................6
5. Anatomi dan Fisiologi Bola Mata............................................................7
6. Saraf yang Ada Di Mata............................................................................8
7. Pembuluh Darah yang Melewati Bagian Mata....................................8
8. Karakteristik Organ Mata........................................................................9

BAB III PEMBAHASAN..................................................................................................10


A. Drug Delivery System........................................................................................10
B. Penghantaran Obat Ke Bagian Internal Mata.............................................11
1. Penetrasi Obat Mata Yang Diberikan Secara Lokal...............................11
2. Penetrasi Obat Mata Yang Diberikan Secara Sistemik..........................11
C. Jenis Sistem Penghantaran Obat Okular......................................................11
1. Sisipan Okular.............................................................................................11
2. Nanopartikel................................................................................................12
3. Liposom.......................................................................................................13
D. Bentuk Sediaan Tetes Mata dan Metode Sistem Pengiriman Sediaan
Obat Mata....................................................................................................................14
1. Intravitreal suntikan (IVT).........................................................................14
2. Sub-Tenon...................................................................................................14
3. Sub-Retina...................................................................................................14

ii
4. Obat Tetes Mata..........................................................................................14
5. Salep Mata...................................................................................................14
E. Penggunaan Obat dengan Rute Melalui Mata.............................................15
F. Mekanisme Umum Perpindahan Obat Melalui Kornea Mata..................15
1. Tingkat Organ.............................................................................................15
2. Tingkat Sel...................................................................................................15
G. Faktor-Faktor Formulasi Yang Mempengaruhi Proses Biofarmasetik
Sediaan Opthalmik.....................................................................................................16
1. Faktor Fisiologi...........................................................................................16
2. Faktor Fisiokimia........................................................................................17
H. Evaluasi Yang Diberikan Secara Opthalmic................................................20

BAB IV PENUTUP............................................................................................................21
A. SIMPULAN..........................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................22

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mata adalah organ yang paling menarik karena karakteristik fitrahnya obat.
Untuk penyakit mata, administrasi topikal biasanya lebih dipilih daripada administrasi
sistemik, sebelum mencapai penghalang anatomi kornea, setiap molekul obat
diberikan melalui rute okuler harus stabil hambatan precorneal. Ini adalah hambatan
pertama yang memperlambat penetrasi bahan aktif ke dalam mata dan terdiri dari
film air mata dan konjungtiva. Obat, setelah pembangkitan berangsur- angsur,
merangsang mekanisme fisiologis pelindung, yaitu, produksi air mata, yang
mengerahkan pertahanan tangguh terhadap pemberian obat tetes mata. Lain seiring
serius tentang penghapusan obat yang dioleskan dari daerah precorneal adalah
rongga hidung, dengan luas permukaan yang lebih besar dan permeabilitas yang
lebih tinggi dari membran mukosa hidung dibandingkan dengan kornea. Penetes
normal digunakan dengan larutan tetes mata konvensional memberikan sekitar 50-
75μl per drop dan sebagian dari tetes cepat menguras sampai mata kembali ke
volume normal 7μl penduduk. Karena dari kehilangan obat di depan mata, obat yang
sangat sedikit tersedia untuk masuk ke jaringan kornea dan bagian dalam mata.
Permeabilitas kornea Realisasi obat yang cukup rendah dan sangat kecil waktu
kontak kornea dari sekitar 1-2 menit pada manusia untuk solusi menanamkan
umumnya lensa dari 10% hanya 1-3 Akibatnya sejumlah kecil benar-benar
menembus kornea dan mencapai intraokular tissue. Drug delivery terkendali kepada
mata dibatasi, karena keterbatasan ini dipaksakan oleh mekanisme pelindung efisien.

Obat biasanya dipakai pada mata untuk maksud efek lokal pada pengobatan
bagian permukaan mata atau pada bagian dalamnya. Pengobatan dengan menyisipkan
dan meresapkan obat telah dikembangkan untuk memberikan penglepasan obat
secara terus – menerus. Penyisipan obat ini mempunyai kegunaan yang khusus pada
obat-obat yang pemberiannya diperlukan siang dan malam. Karena kapasitas mata
untuk menahan atau menyimpan cairan dan salep terbatas, pada umumnya obat mata
diberikan dalam volume yang kecil. Preparat cairan sering diberikan dalam bentuk

1
sediaan tetes dan salep dengan mengoleskan salep yang tipis pada pelupuk mata.
Volume sediaan cair

1
yang lebih besar dapat digunakan untuk menyegarkan atau mencuci mata. Maka
sangat penting bagi kita sebagai seorang farmasis untuk bisa dan mampu
memformulasi suatu sediaan obat tetes mata yang harus dibuat steril dan bebas
pirogen.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomi fisiologi intra ophtalmic?
2. Bagaimana sirkulasi darah dari tempat pemberian intra ophthalmic?
3. Bagaimana pelepasan obat ADME, dan efek obat intra ophthalmic?
4. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi intra ophthalmic?
5. Bagaimana evaluasi untuk cara pemberian intra ophthalmic?

C. Tujuan
1. Menjelaskan tentang anatomi fisiologi intra ophthalmic.
2. Menjelaskan tentang sirkulasi darah dari tempat pemberian intra ophthalmic.
3. Menjelaskan tentang pelepasan obat ADME, dan efek obat intra ophthalmic.
4. Menjelaskan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi intra ophthalmic.
5. Menjelaskan tentang evaluasi untuk cara pemberian intra ophthalmic

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Intra Opthalmic


1. Anatomi dan Fisiologi Mata
Mata manusia secara umum terbagi atas segmen anterior dan posterior.
Segmen anterior yaitu kornea, konjungtiva, iris, badan siliari, cairan humor, dan
lensa. Bagian posterior yaitu sclera, koroid, retina dan humor viterous. Kornea
merupakan membranetransparan multilayer yang terletak paling luar pada bagian
mata, tidak disuplai darah dan mendapatkan nutrisi yang diperoleh dari humor
aquos dan kapiler limbal. Kornea manusia terdiri atas 5 lapisan, yaitu corneal
epitelium, membran bowman, stroma, membran descemet, endotelium. Humor
aquor merupakan cairan yang terdapat pada segmen anterior pada mata,
merupakan sumber nutrisi terbesar untuk lensa dan kornea. Iris merupakan bagian
berwarna dari mata, terdiri atas sel epitel berpigmen dan otot sirkular. Bagian
tengan dari iris adalah pupil. Sfingter iris dan otot dilator membantu dalam
menyesuaikan ukuran pupil yang mengatur jumlah cahaya yang masuk ke
mata badan siliari, otot berbentuk cincin yang menempel pada iris terdiri dari
otot siliari. Kontraksi dan relaksasi dari otot ciliary mengontrol bentuk lensa.
Lensa adalah unit kristal dan fleksibel yang terdiri dari lapisan jaringan tertutup
dalam kapsul. Konjungtiva adalah membran mukosa yang melapisi bagian
dalam kelopak mata yang jelas dan menyebar dari permukaan anterior sclera
hingga limbus. Hal ini memfasilitasi pelumasan mata karena adanya mukus dan
tear film. Sclera adalah selubung putih sekitar bola mata dan disebut "bagian
putih mata". Ini bertindak sebagai perisai utama untuk melindungi organ internal.
Sclera ini disandingkan dengan jaringan vaskular dikenal sebagai koroid, yang
terdapat diantara retina dan sclera. Koroid menyediakan nutrisi ke sel-sel
fotoreseptor di retina. Retina adalah sensori multilayer, jaringan sensitif terhadap
cahaya yang melapisi bagian dalam mata, berisi jutaan fotoreseptor atau
elemen fotosensitif yang menangkap cahaya dan mengkonversinya menjadi
impuls listrik. Impuls ini menjalar di sepanjang saraf optik ke otak , di mana
mereka diubah menjadi gambar. Humor vitreous

3
adalah zat seperti jelly atau matriks hidrogel, didistribusikan antara retina
dan lensa.

Mata adalah struktur bola dengan dinding terdiri dari tiga lapisan; bagian
terluarsclera, bagian tengah lapisan koroid, ciliary tubuh dan iris dan bagian
dalam saraf lapisan jaringan retina. Sclera adalah lapisan berserat keras yang
melindungi jaringan dalam pada mata bagian putih kecuali area transparan

pada bagian depan dan kornea memungkinkan cahaya untuk masuk ke mata.
Lapisan koroid, terletak di sclera, mengandung banyak pembuluh darah yang
dimodifikasi pada depan mata sebagai iris berpigmen bagian berwarna dari mata
(biru, hijau,coklat, cokelat, atau abu-abu).

a. Struktur Kornea
Kornea terletak pada bagian depan mata yang menyampaikan gambar
ke bagian belakang sistem saraf. Kornea dewasa memiliki radius sekitar 7-8
mm yang mencakup sekitar seperenam dari total luas permukaan bola mata
yang merupakan jaringan pembuluh darah yang menyediakan nutrisi
dan oksigen yang dipasok melalui cairan lakrimal dan cairan hmor dan juga
dari pembuluh darah yang terletak diantara korneadan sklera.
Kornea terdiri dari 5 lapisan, yaitu epitel, bowman, stroma, membran
descemet,dan endotelium, yang merupakan jalur utama permeasi obat pada
mata. Epitel terbuat dari 5 hingga lapisan sel. Epitel skuamosa (5-6 lapisan
sel) dengan ketebalan sekitar 50-100 um dan waktu turnover sekitar satu
lapisan sel setiap hari. Sel-sel basal dikemas dengan tight junction untuk
membentuk penghalang yang efektif untuk partikel debu dan kebanyakan

4
mikroorganisme, dan juga untuk penyerapan obat. Jalur transelular atau
paracellular adalah jalur utama untuk absorbsi obat di epitel kornea.

4
Obat lipofilik memilih rute transelular sedangkan yang hidrofilik
memilih jalur paracellular untuk penetrasi (difusi pasif atau difusi melalui
intra seluler pada sel). Membran Bowman adalah lembar homogen acellular
dengan tebal 8 – 14 μm yang terletak di antara membran basal epitel dan
stroma. Stroma, atau substania propria, mengandung air sekitar 85% dan
sekitar 200-250 lamellae kolagen.

b. Konjungtiva
Konjungtiva melindungi mata dan juga terlibat dalam
pembentukan dan pemeliharaan precorneal tear film. Konjungtiva adalah
membrane transparan tipisterletak pada permukaan bagian dalam kelopak
mata. Molekul-molekul sampai 20.000 Da bisa menyeberangi conjuctiva,
sementara kornea membatasi masuknya molekul yang berukuran lebih
besar dari 5000 Da.

c. System Drainase Nasolakrimal


Sistem drainase Nasolachrymal terdiri dari tiga bagian; sistem sekresi,
sistem distributif dan sistem ekskresi. Bagian sekresi terdiri dari kelenjar
lakrimal yang mensekresikan air mata, menyebar di permukaan okular oleh
kelopak mata dengan adanya kedipan. Sistem sekresi dirangsang oleh
kedipan dan perubahan suhu karena adanya evaporasi air mata dan refluks
secretors yang memiliki saraf parasimpatis eferen yang kemudian
disekresikan sebagai respon pengaruh emosional, misalnya keadaan
menangis. Sistem distribusi terdiri dari kelopak mata dan meniskus air mata
yang menyebarkan air mata di atas permukaan okular dengan berkedip,
sehingga mencegah kering pada mata.
Bagian ekskretoris dari sistem drainase Nasolachrymal terdiri dari
puncta lakrimal, bagian superior, bagian inferior dan kanalikuli; kantung
air mata, dan saluran nasochrymal. Pada manusia, dua puncta adalah bukan
dari kanikuli lakrimal yang terletak di tempat yang tinggi dikenal
sebagai papilla lakrimal. air mata dalam jumlah besar akan terabsorbsi
oleh mebran mukosa, dan hanya sebagian yang mencapai rongga hidung.

5
2. Anatomi dan Fisiologi Kelopak Mata

Kelopak mata atau sering disebut palpebra mempunyai fungsi melindu


ngi bola mata dari trauma, serta mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang
membentuk film air mata di depan kornea. Kelopak mata merupakan pelindung
mata yang paling baik dengan membasahi mata dan melakukan penutupan mata
bila terjadi rangsangan dari luar.

Kelopak mempunyai lapis kulit yang tipis pada bagian depan sedangkan
dibagian belakang ditutupi selaput lender tarsus yang disebut konjungtiva
tarsal. Pada kelopak mata terdapat beberapa bagian antara lain, kelenjar
sebasea, kelenjar keringat atau kelenjar Moll, kelenjar zeis pada pangkal rambut
bulu mata, serta kelenjar Meibom pada tarsus. Kelopak mata bisa terjadi
kelainan yaitu lagoftalmos (mata tidak menutup bola mata), ptosis (kelopak
mata tidak bisa dibuka).

3. Anatomi dan Fisiologi Sistem Lakrimalis

Sistem sekresi air mata atau lakrimal terletak di daerah temporal bola
mata. Sistemik skresi mulai pada pungtum lakrimalis, kanalikuli lakrimal, sakus
lakrimal yang terletak di bagian depan rongga orbita, air mata dari duktus
lakrimal akan mengalir ke dalam rongga hidung di dalam meatus inferior.

4. Anatomi dan Fisiologis Konjungtiva

Konjungtiva atau selaput lendir mata adalah membran yang menutupi


sklera dan kelopak bagian belakang. Konjungtiva mengandung
kelenjar musin yang bersifat membasahi bola mata terutama kornea dihasilkan
oleh sel Goblet. Terdapat tiga bagian konjungtiva yaitu, konjungtiva tarsal
yang menutup tarsus, konjungtiva bulbi membungkus bulbi okuli serta
menutupi sklera, dan konjungtiva forniks sebagai tempat peralihan
konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi.

6
5. Anatomi dan Fisiologi Bola Mata
a. Sklera
Sklera merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk
pada mata serta bagian putih pada bola mata yang bersama kornea sebagai
pembungkus dan pelindung isi bola mata. Kekakuan tertentu pada sclera
mempengaruhi tekanan bola mata.
b. Kornea
Merupakan selaput bening mata dan bagian terdepan dari sklera yang
bersifat transparan sehingga memudahkan sinar masuk ke dalam bola
mata. Kornea berperan meneruskan dan memfokuskan cahaya ke dalam bola
mata. Pembiasan terkuat dilakukan oleh kornea, dimana 40 dioptri dari 50
dioptri pembiasan sinar masuk kornea dilakukan oleh kornea. Kornea
terdiri dari beberapa lapis jaringan yang menutup bola mata bagian depan
yaitu epitel, membrane bowman, stroma, membrane descement dan endotel.
Saraf sensoris yang mempersarafi kornea yaitu saraf siliar longus, saraf
nasosiliar, saraf ke V saraf siliar longus berjalan suprakoroid yang masuk ke
dalam stroma kornea menembus membran Bowman dan melepaskan
selubung Schwannya.
c. Bilik-Bilik Dalam Mata
Bola mata mempunyai 2 bilik yaitu, bilik mata depan yang merupakan
ruangan dibatasi oleh kornea, iris, lensa dan pupil serta berisi humor aquos
yang membawa makanan untuk jaringan mata sebelah depan. Kemudian
bilik mata belakang yang paling sempit pada mata.
d. Humor Aquos
Humor aquos atau cairan mata merupakan bagian dari mata yang
dihasilkan oleh badan siliar masuk ke bilik mata melalui pupil serta
berfungsim memberikan makanan dan oksigen untuk mempertahankan
kornea dan lensa.
e. Uvea
Uvea merupakan lapis vaskuler di dalam bola mata yang banyak
mengandung pembuluh darah yaitu ; iris, badan siliar, koroid. Iris atau
selaput pelangi mempunyai kemampuan mengatur secara otomatis masuknya

7
sinar ke dalam bola mata. Badan siliar mengandung otot untuk melakukan
akomodasi

7
sehingga lensa dapat mencembung dan merupakan susunan otot
melingkar dan mempunyai sistem ekskresi di belakang limbus.
Koroid itu sendiri lapis tengah pembungkus bola mata yang banyak
mengandung pembuluh darah dan memberikan makan lapis luar retina.
f. Pupil
Pupil pada anak-anak pupil berukuran kecil karena belum
berkembangnya saraf simpatis. Orang dewasa ukuran pupil sedang dan orang
tua pupil mengecil akibat rasa silau yang dibangkitkan oleh lensa yang
sklerosis. Pada waktu tidur pupil mengalami pengecilan akibat dari
berkurangnya rangsangan simpatis dan kurang rangsangan hambatan miosis.
Mengecilnya pupil berfungsi untuk mencegah aberasi kromatis pada
akomodasi.
g. Retina
Retina atau selaput jala merupakan bagian mata yang mengandung
reseptor dan akan meneruskan rangsangan cahaya yang diterimanya berupa
bayangan. Dalam retina terdapat macula lutea atau bitnik kuning yang
merupakan bagian kecil dari retina dan area sensitif paling rentan pada siang
hari.

6. Saraf yang Ada Di Mata

1. Saraf optikus, membawa gel. Saraf yang dihasilkan didalam retina ke


otak.
2. Saraf Lakrimalis, merangsang pembentukan air mata oleh kelenjar air mata.
3. Saraf lainnya, menghantarkan sensasi ke bagian mata yang lain dan
merangsang otot pada tulang orbita.

7. Pembuluh Darah yang Melewati Bagian Mata

Arteri opthalmika dan arteri retinalis menyalurkan darah ke mata kiri


dan mata kanan, sedangkan darah dari mata dibawa oleh vena opthalmika dan
vena retinalis. Pembuluh darah ini masuk dan keluar melalui mata bagian
belakang. Arteri inilah juga yang akan menyalurkan darah ke cabang arteri
lainnya :

1. Arteri retina sentralis,

8
2. Arteri lakrimalis,

8
3. Arteri siliaris posterior longa dan brevis, atau

4. Arteri palpebralis.

8. Karakteristik Organ Mata

Kornea tidak mempunyai pembuluh darah tetapi banyak mengandung


akan ujung saraf. Ketika sediaan topikal diberikan untuk mata, akan terpapar
pertama kali oleh kornea dan konjungtiva, mewakili hambatan utama untuk
penetrasi obat. Epitelium dan endotelium dari kornea banyak mengandung lipid,
sehingga menjadi penghalang untuk senyawa yang larut dalam air. Stroma
adalah lapisan hidrofilik mengandung 70% sampai 80% air, menjadi
penghalang untuk senyawa yang tidak larut dalam air. Sklera mengandung
banyak pembuluh darah yang mensuplai darah ke jaringan anterior pada mata.
Konjungtiva dan permukaan kornea dilumasi oleh sebuah lapisan cairan yang
disekresikan oleh kelenjar air mata dan konjungtiva. Kelenjar lakrimal
menghasilkan cairan yang disebut dengan air mata. Kelenjar sebaceous
menghasilkan cairan berminyak yang akan tersebar dilapisan mata.

9
BAB III

PEMBAHASAN

A. Drug Delivery System

Ophthalmic drug delivery hanya digunakan untuk pengobatan lokal pada


mata. Obat tetes mata tersedia dalam berbagai bentuk sediaan, yaitu salep, larutan,
suspensi, dan strip. Beberapa diantaranya memerlukan perhatian khusus. Menurut
FI IV halaman 12 larutan obat mata adalah larutan steril, bebas partikel asing,
merupakan sediaan yang dibuat dan dikemas sedemikian rupa hingga sesuai
digunakan pada mata. Pembuatan larutan obat mata membutuhkan perhatian khusus
dalam hal toksisitas bahan obat, nilai isotonisitas, kebutuhan akan dapar, kebutuhan
akan pengawet (dan jika perlu pemilihan pengawet) sterilisasi dan kemasan yang
tepat. Perhatian yang sama juga dilakukan untuk sediaan hidung dan telinga.

Menurut FI III halaman 10, Tetes mata adalah sediaan steril yang berupa
larutan atau suspensi yang digunakan dengan cara meneteskan obat pada selaput
lendir mata disekitar kelopak mata dari bola mata. DOM Martin : 880 Tetes mata
adalah seringkali dimasukkan ke dalam mata yang terluka atau kecelakaan atau
pembedahan dan mereka kemudian secara potensial lebih berbahaya daripada
injeksi intavena.Menurut Scoville’s halaman 221, Larutan mata merupakan cairan
steril atau larutan berminyak dari alkaloid garam-garam alkaloid, antibotik atau
bahan lain yang ditujukan untuk dimasukkan ke dalam mata.
Ketika cairan, larutan harus isotonik, larutan mata digunakan untuk
antibakterial, anstetik, midriatikum, miotik atau maksud diagnosa. Larutan ini
disebut juga tetes mata dan collyria (singular collyrium).
Rute utama pengobatan mata adalah :

1. Topical – obat diberikan langsung pada conjungtiva (mencegah metabolisme


obat)

2. Sistemik – pengobatan di bagian posterior mata (saraf ,retina,uveal tract)

3. Intraocular – suntikan dan implant, steroid dan antibiotic,pengobatan glaucoma

Rute lain ialah membrane controlled patch.

10
B. Penghantaran Obat Ke Bagian Internal Mata
1. Penetrasi Obat Mata Yang Diberikan Secara Lokal

Jika obat tidak bertujuan untuk pengobatan bagian luar mata, maka obat
harus masuk ke bagian dalam mata. Rute paling penting adalah korneal, namun
rutenonkorneal dapat pula berkontribusi terhadap bioavailabilitas okular. Secara
skematis, kornea tersusun yang terdiri atas suatu lapisan hidrofilik stroma
diantara2 lapisan hipofilik, yaitu epitelium dan endotelium. Epitelium tersusun
dari 5sampai 6 lapisan sel, sedangkan endotelium merupakan suatu lapisan
tunggal pada bagian dalam kornea. Sifat hidrofilik-lipofilik kornea
secara jelas mengindikasikan bahwa kornea dapat mengabsorbsi obat dengan
baik dalam batas tert entu yang menunjukkan sifat baik lipofilik maupun
hidrofilik.

Masalah utama dalam pengembangan obat mata ini adalah


perbandingan antara kehilangan obat secara prekorneal dengan penetrasi
korneal.
2. Penetrasi Obat Mata Yang Diberikan Secara Sistemik

Sebagian besar obat yang digunakan secara sistemik adalah obat-obat


antiinfeksi dan antiinflamasi. Proses penetrasi ini mendapat halangan dari darah
dimata, zat cair yang berada di dalam bilik mata depan dan belakang inti mata
(aquous humor) yang dihasilkan oleh epitelium silier akan mencegah
lewatnyamolekul besar, protein plasma, dan kebanyakan antibiotika. Beberapa
molekuldapat disekresi dalam aquous humor selama pembentukannya. Ada
halangan antara “darah - retina”, dan ada pula antara darah dan humor vitreous
yang dipersulit karena viskositas tinggi humor vitreous yang mencegah difusi
obat pada bagian posterior mata.

C. Jenis Sistem Penghantaran Obat Okular


1. Sisipan Okular

Sejumlah sisipan polimer padat telah dikembangkan sebagai sistem


penghantaran obat okular dan banyak tersedia di pasaran, sisipan poli

11
merditoleransi lebih baik dengan drainase dan aliran air mata dibandingkan
formulasi oftalmik lainnya dan juga menghasilkan pelepasan obat yang baik

11
dalam konjungtiva. Penyisipan okular dapat diklasifikasikan menjadi
dua kategori:

a) Degradable/bioeridible/biosuluble
Sisipan ini aman dan nyaman karena dapat terurai dengan baik
walaupun proses pelepasan obat ini begitu rumit dalam kondisi fisiologis.
Matriks polimer akan hilang dari mata dengan erosi. Berbagai bahan
telahdigunakan dalam pengembangan sisipan yang dapat terdegradasi
seperti polivinil alkohol, hidroksil propil selulosa, pirolidon polivinil.
Polimer inidapat membentuk ikatan hidrogen dengan air, oleh karena itu
ketika kontakdengan air, akan menghidrasi dan akhirnya mengikis saat
polimer larut.Keuntungannya yaitu lebih efektif, lebih fleksibel dalam jenis
obat dandisolusinya, tidak perlu dilepaskan. Sedangkan kerugiannya
yaituketidaknyamanan dari pasien, dan membutuhkan penyisipan dari pasien
b) Non-degradable
Sisipan yang tidak dapat terdegradasi telah dikembangkan dengan
polimeryang terkait dengan lensa kontak lunak dan etilena vinil alkohol
kopolimer. Pelepasan obat dari sisipan yang tidak larut biologis lebih mudah
diprediksidaripada yang berasal dari sisipan biosoluble. Penyisipan sisipan
seperti inidibuat dari bahan polimer fleksibel yang secara biologis inert,
nonallergenic, dan tidak larut dalam cairan air mata. Karena bahan
polimertidak larut, dengan air mata ia mempertahankan integritasnya dan
tetap utuhselama menjalani terapi, bertindak sebagai reservoir untuk
terusmelepaskan obat ke mata dan jaringan sekitarnya pada tingkat yang
tidakterpengaruh oleh erosi. Bahan yang sering digunakan seperti
polimer polietilena. Keuntungan dari nondegradable ini yaitu menurunkan
efek samping lokal dan toksisitas, dan juga memperbaiki kepatuhan.
Kerugiannya yaitu dibutuhkan pengecekan berkala, harus dilakukan
penggantian unit yang terkontaminasi, dan lebih mahal. Contohnya yaitu
ocusert dan contact lens.
2. Nanopartikel
Nanopartikel adalah pembawa koloid dengan kisaran ukuran 10 sampai
1000nm. Untuk penghantaran oftalmik, partikel nano umumnya terdiri dari lipid,
protein, polimer, alami atau sintetis seperti albumin, natrium alginat, kitosan,

12
PLGA. Nanopartikel bisa dieliminasi dengan cepat dari kantong
prekorneal. Oleh karena itu, untuk nanopartikel administrasi topical dengan
sifat mukoadhesif telah dikembangkan untuk memperbaiki waktu tinggal
prekorneal. PEG, kitosan dan asam hialuronat biasanya digunakan untuk
memperbaiki waktu tinggal precorneal nanopartikel

3. Liposom

Liposom merupakan partikel koloid yang dibuat menggunakan


molekul, fosfolipid, dan merupakan sistem penghantaran obat yang paling
umum digunakan untuk penghantaran obat tertarget. Ukuran liposom biasanya
berkisar antara 0,08sampai 10,00m. Liposom tidak beracun, nonhemolitik, dan
non-imunogenik bahkan setelah suntikan berulang. Sifatnya biokompatibel dan
biodegradable. Untuk aplikasi oftalmik, liposom mewakili sistem penghantaran
yang ideal karena adanya biokompabilitas yang sangat baik, membran sel
seperti struktur dan kemampuan untuk merangkum obat hidrofilik dan
hidrofobik. Liposom telah menunjukkan efektivitas yang baik untuk
penghantaran okular segmen anterior dan posterior dalam beberapa penelitian.
Untuk pengiriman obat ke segmen anteriormata, upaya terutama dilakukan
untuk meningkatkan waktu tinggal prekorneal dengan memasukkan lipis
bermuatan positif atau polimer mukoadhesif dalam liposom. Liposom
kationik telah menunjukkan kemanjuran yang lebih baik dalam penyerahan
ocular daripada liposom bermuatan negative karena mengikat muatan negatif
permukaan kornea. Didodecyldimethylammonium bromide, stearylamine, N-
trimethylammonium chloride umumnya digunakan untuk fabrikasi
liposomkationik. Suatu sistem penghantaran obat oftalmik yang didesain
secara baik haruslah menghantarkan bahan aktif ke tempat yang tepat,
meningkatkan perbandingan aktivitas lokal, mengurangi jumlah pemberian
setiap hari, dengan mudah dapat diberikan sendiri (oleh pasien), tidak
menginduksi rangsangan benda asing, tidak menyebabkan kekaburan
penglihatan jangka panjang, tidak memberikan rasa yang tidak menyenangkan,
dapat disterilkan.

13
D. Bentuk Sediaan Tetes Mata dan Metode Sistem Pengiriman Sediaan Obat Mata
Berdasarkan kondisi fisik:

1. Intravitreal suntikan (IVT)


Disuntikan ke dalam mata vitreous humor antara lensa dan retina. Suntikan
intravitreal melibatkan agen terapi suntikan (obat/udara/gas) di dalam rongga
vitreous Pars Plana melalui tindakan pencegahan aseptik di bawah.

2. Sub-Tenon
Digunakan untuk menggambarkan suntikan melalui membran yang
menutupi otot- otot dan saraf di bagian belakang bola mata

3. Sub-Retina
Disuntikkan di bawah retina.

4. Obat Tetes Mata

Sediaan steril berupa larutan atau suspensi, digunakan untuk mata,


dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata di sekitar kelopak mata
dan bola mata.
5. Salep Mata

Salep yang digunakan pada mata.Berbeda dengan salep dermatologi salep


mata yang baik yaitu :
- Steril

- Bebas hama (bakteri)

- Tidak mengiritasi mata

- Difusi bahan obat keseluruh mata yang dibasahi, Karena sekresi cairan mata

- Dasar salep harus mempunyai titik lebur atau titik leleh mendekati suhu
tubuh.(Ansel 89)

14
E. Penggunaan Obat dengan Rute Melalui Mata

Dibandingkan dengan pemberian obat rute yang lain, penghantaran obat


melalui mata harus mengatasi tantangan penting yang ditimbulkan oleh berbagai
hambatan okular. Banyak hambatan yang terkait dengan anatomi dan fisiologi mata
membuatnya menjadi tantangan untuk memberikan dosis yang tepat pada tempat
yang sesuai. Kemajuan yang signifikan telah dibuat untuk mengoptimalkan
penghantaran obat yang terlokalisasi pada mata, sehingga rute yang sekarang terkait
dengan teknik pemberian obat yang sangat canggih. Beberapa teknologi ini unik
untuk mata dan banyak juga ditemukan di rute pengiriman lainnya.

Bioavailabilitas sistem pengiriman obat mata tradisional seperti tetes mata


sangat buruk karena mata dilindungi oleh serangkaian mekanisme pertahanan yang
kompleks yang membuatnya sulit untuk mencapai konsentrasi obat yang efektif
dalam area target mata. Anatomi dan fisiologi mata adalah salah satu sistem yang
paling kompleks dan unik dalam tubuh manusia. Lachrymasi, drainase efektif oleh
sistem nasolakrimalis, bagian dalam dan luar barrier blood retinal, impermeabilitas
kornea, dan ketidakmampuan struktur non-kornea lainnya untuk menyerap.
Senyawa membuat mata sangat tahan terhadap zat-zat asing. Meskipun hambatan-
hambatan ini membuat mata terlindungi dari invasi senyawa asing, patogen dan
partikulat yang membahayakan mata, tapi dilain hal ini merupakan
tantangan untuk sistem penghantaran obat melalui mata.

F. Mekanisme Umum Perpindahan Obat Melalui Kornea Mata


1. Tingkat Organ

Rate-limiting membrane untuk kebanyakkan obat adalah epithelium


kornea yang beraksi ganda sebagai penghalang (barrier) untuk penetrasi dan
sebagai reservoir untuk obat. The rate-limiting barrier untuk kebanyakan obat
tampaknya berada pada lapisan dua sel bagian atas dari epithelium. Stroma
adalah rate- limiting untuk obat-obat yang sangat larut lemak.
2. Tingkat Sel

Molekul-molekul kecil, contohnya seperti : air, metanol, etanol,


propanol, dan butanol, mudah melintasi kornea diasumsikan melalui pori-pori
berair. Konstanta permeabilitas mereka sangat besar. Senyawa larut air

15
melintasi kornea

15
melalui rute para selular. Konstanta permeabilitas adalah konstanta
partisi paling kecil. Peptida, ion-ion, dan senyawa muatan lainnya tampaknya
berpenetrasi ke kornea melalui rute paraselular. Zat-zat yang memiliki kelarutan
ganda lebih mudah melintasi kornea. Zat-zat larut lemak mudah melewati
membran selular yang membatasi. Mereka tidak bisa berpenetrasi dalam
proporsi konsentrasi mereka.

G. Faktor-Faktor Formulasi Yang Mempengaruhi Proses Biofarmasetik Sediaan


Opthalmik
1. Faktor Fisiologi

Hilangnya obat dari area precorneal adalah efek dari drainase sekresi air
mata, absorpsi non-korneal, dan kecepatan proses absorpsi korneal. Secara
kolektif proses ini menyebabkan waktu kontak kornea yang khas sekitar 2-4
menit pada manusia, untuk memberikan larutan dan bioavailbilitas ocular
kurang dari 10%.
a. Faktor Prekorneal
Faktor precorneal yang menyebabkan hilangnya obat adalah :
1) Pergantian air mata yang normal

Air mata mencuci dengan kecepatan kira-kira 16% permenit, kecuali


selama periode tidur atau selama anastesi. Volume normal air mata
hanya 7 mikroliter, jadi obat yang menghilang besar.
2) Drainase larutan yang diberikan

Area prekorneal bisa menampung kira-kira 30 mikroliter, termasuk air


mata pada saat mata tidak berkedip. Volume berkurang menjadi 10
mikroli ter ketika mata berkedip. Oleh karena itu, kelebihan volume
yang diberikan baik tumpahan atau kecepatan saluran dari mata ke
saluran nasokrimal dengan absorpsi ke dalam sirkulasi sistemik.
Drainase dari larutan yang diberikan jauh dari mata adalah penyebab
hilannya obat dan karenanya mempengaruhi aktivitas biologis obat
pada mata. Kecepatan drainase berhubungan dengan volume larutan
obat yang diberikan dan peningkatan seiring dengan meningkatnya
volume. Kecepatan drainase dari volume yang diberikan

16
meningkatkan

16
kecepatan sebanding dengan volume cairan pada mata lebih dari
volume normal lakrimal. Kecepatan drainase100 kali lebih cepat dari
kecepatan absorpsi.
3) Pengikatan protein

Air mata umumnya mengandung 0.7% protein dan level protein


meningkat dengan adanya infeksi atau inflamasi. Tidak seperti darah,
dimana kompleks protein-obat berlanjut ke sirkulasi, air mata
digantikan secara cepat jadi memindahkan kedua bentuk bebas dan
terikat dari obat.
4) Absorpsi obat tidak produktif

Setelah pemberian, obat diabsorpsi ke dalam kornea dan konjungtiva.


Luas area konjungtiva 17 kali dari luas kornea dengan 2-30 kali
permeabilitas yang lebih besar terhadap banyak obat. Semua jaringan
absorpsi yang lain dirasakan sebagai kehilangan yang tidak produktif
ketika target jaringan adalah bagian dalam mata.
b. Factor Membran

Faktor membran termasuk area yang tersedia untuk absorpsi,


ketebalan, porosity, dan tortuosity (sifat berliku-liku) kornea dan
kesimbangan lipofilik/hidrofilik. Kornea terdiri dari tiga lapisan yaitu
epithelium, stroma, dan endothelium.
1) Epithelium

Studi permeabilitas pada kornea mengindikasikan lapisan


paling luar dari epithelium sebagai yang menentukan penilaian utama
barrier (penghalang) untuk penetrasi untuk obat larut air dan larut
lemak. Karena epithelium larut lemak, porositas yang rendah dan
secara relatif tortuositas dan ketebalan tinggi, penetrasi obat yang cepat
harus memiliki koefisien partisi lebih dari 1 untuk mencapai kecepatan
penetrasi. Walaupun epithelium dan endothelium adalah lipofilik,
pengukuran permeabilitas air dari tiap lapisan mengindikasikan
endothelium lebih permeable 2.7 kali dari epithelium.

17
2) Endhothelium

Penetrasi non elektrolit melalui endothelium terjadi secara


utama melalui ruang intraseluler.
3) Stroma

Stroma pada dasarnya merupakan aseluler, hidrofilik,


porositas tinggi,dan tortuosity yang rendah tapi karena ini merupakan
90% dari ketebalan kornea, stroma signifikan pada kontribusi
keseuruhan terhadap resistensi. Epithelium sebagai penentu penilaian
barrier untuk senyawa hidrofilik dan stroma untuk senyawa
lipofilik. Ketika nilai absolut dibandingkan senyawa lipofilik
ditemukan memiliki koefisien permeabilitas yang lebih besar.
Penetrasi kornea dapat ditingkatkan dengan cara :

a. Penyesuaian keasaman sehingga pH sediaan memungkinkan


untuk menghasilkan partikel tidak terionisasi secara optimal.
b. Penggabungan peningkat absorbansi ke dalam komposisi sediaan
c. Produksi prodrug atau pasangan ion

2. Faktor Fisiokimia
a. Koefisien Partisi

Koefisien partisi adalah parameter untuk menentukan status yang


cepat dari potensi penetrasi obat ke membran biologis yang berbeda.
Korelasi hubungan koefisien partisi dengan permeabilitas membantu untuk
mendesain obat-obat opthalmik yang permeabilitasnya optimal. Obat yang
hidrofilik (log koefisien partisi < 0), epitheliummemberikan persentase
yang besae dari resistensi ke penetrasi kornea. Untuk obat lipofilik
dengan log koefisien partisi 1.6-2.5, stroma berkontribusi dengan
persentase yang signifikan terhadap resistensi. Keseimbangan
lipofilik/hidrofilik yang optimal pada struktur molekul dari penetrant
harus dicapai untuk menghasilkan efek penetrasi yangcepat melalui barrier
lipofilik dan hidrofilik di kornea.

18
b. Kelarutan

Kecepatan penetrasi maksimum dicapai oleh permeating obat ke


kornea adalah faktor multiplikatif dari koefisien permeabilitas dan
kelarutan air mata. Jika kelarutan obat rendah, konsentrasinya pada lapisan
air mata perkorneal mungkin dibatasi dan oleh karena itu kecepatan
absorpsi mungkin tidak cukup tinggi untuk mencapai konsentrasi yang
adekuat untuk aktivitas terapetik.
c. Konstanta Ionisasi

pKa dari obat-obat yang dapat terionisasi adalah faktor penting


pada penetrasikorneal. Derajat ionisasi mempengaruhi luas difusi yang
melewati membran. Banyakobat-obatan adalah asam dan basa lemah dan
oleh karena itu sebagian terionisasi pada pHfisiologis. Rata-rata pH air
mata adalah 7.2 dan pKa dari obat sekitar 1 atau 2 dari nilaitersebut,
penetrasi kornea akan lebih karena proporsi yang besar dari dosis
yangdiadministrasikan akan dalam bentuk tidak terionisasi. Bentuk ionisasi
dari obat sedikitlarut lemak, jika fraksi ini terlalu besar, kecepatan
penetrasi kornea mungkin tidak cukupuntuk menghasilkan efek terapeutik
pada mata (Malhorta and Majumdar, 2001)
d. Berat Molekul

Berat molekul berhubungan dengan kekuatan difusional aktif


selama permeasi korneal. Untuk molekul kecil, koefisien difusi
berhubungan terbalik dengan akar kuadratdari berat molekul. Molekul
besar, koefisien difusi berhubungan terbalik dengan akar pangkat tiga dari
berat molekul. Perubahan berat molekul menunjukkan hubungan terbalik
terhadap permeabilitas.
e. Pengikatan Melanin

Sehingga pengikatan melanin akan menurunkan aktivitas


farmakologis. Melanin dalam jaringan okular terdapat pada uvea dan RPE.
Melanin mengikat radikal bebas dan obat dengan elektrostatik dan ikatan
van der waals atau dengan transfer muatan sederhana. Dapat disimpulkan
bahwa semua obat lipofilik mengikat melanin. Obat yang terikat dengan

19
melanin

19
biasanya tidak bisa berikatan dengan reseptor sehingga memerlukan
pemberian dosis yang lebih besar. Keberadaan melanin dalam koroid dan
RPE mempengaruhi tingkat penyerapan obat ke dalam retina dan vitreous
transscleral atau pemberian obat sistemik.

H. Evaluasi Yang Diberikan Secara Opthalmic


Evaluasi yang seharusnya dilakukan pada larutan tetes mata adalah :

1. Evaluasi fisika
pH, volume sediaan dalam wadah, bahan partikulat, uji kebocoran, uji kejernihan
dan warna.
2. Evaluasi kimia
Penetapan kadar, identifikasi
3. Evaluasi biologis
Uji sterilitas, uji pyrogen, uji endotoksin bakteri.

20
BAB IV
PENUTUP
A. SIMPULAN

Bentuk Sediaan Tetes Mata dan Metode Sistem Pengiriman Sediaan Obat
Mata berdasarkan kondisi fisik antara lain : a. Intravitreal suntikan (IVT), disuntikan
ke dalam mata vitreous humor antara lensa dan retina; b. SubTenon, digunakan
untuk menggambarkan suntikan melalui membran yang menutupi otot-otot dan
saraf di bagian belakang bola mata; c. Sub-retina, disuntikan dibawah retina; d. Obat
tetes mata, sediaan steril berupa larutan atau suspensi, digunakan untuk mata,
dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata di sekitar kelopak mata dan
bola mata; e. Salep Mata, salep yang digunakan pada mata.
Bioavailabilitas sistem pengiriman obat mata tradisional seperti tetes mata
sangat buruk karena mata dilindungi oleh serangkaian mekanisme pertahanan yang
kompleks yang membuatnya sulit untuk mencapai konsentrasi obat yang efektif
dalam area target mata. Anatomi dan fisiologi mata adalah salah satu sistem yang
paling kompleks dan unik dalam tubuh manusia. Lachrymasi, drainase efektif oleh
sistem nasolakrimalis, bagian dalam dan luar barrier blood retinal, impermeabilitas
kornea, dan ketidakmampuan struktur non-kornea lainnya untuk menyerap.
Senyawa membuat mata sangat tahan terhadap zat-zat asing.

21
DAFTAR PUSTAKA

 American Pharmaceutical Association. 1994. Handbook of Pharmaceutical


Excipients, second edition. London : The Pharmaceutical Press.
 Ansel, Howard C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, edisi keempat.
Jakarta : UI
 Depkes RI. Formularium Nasional, Ed II. 1978.Jakarta.

 The Pharmaceutical Society of Great Britain. 1982. Martindale The Extra


Pharmacopoeia twenty eight edition. London : The Pharmaceutical Press.
 N.K.Jain, Advances in Controlled & Novel Drug Delivery, CBS Publication, &
distributor, New Delhi, pg No.219-223.
 Remington & Gennaro ; The Science & Practice Of Pharmacy. Mack Publication
Company. Easton, Pennsylvania. Pg. No. 1563-1567.

22

Anda mungkin juga menyukai