Makalah Biofarmasi Anggun
Makalah Biofarmasi Anggun
Dosen :
Prof. apt. Teti Indrawati. M.Si
KELOMPOK 8
Disusun Oleh :
Chumaeroh Salsabila 20334703
Anggun Sulistiyowati 30224707
Rikson Lawasa 20334710
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan untuk kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di
masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi
perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................2
B. Rumusan Masalah................................................................................................3
C. Tujuan.....................................................................................................................3
ii
4. Obat Tetes Mata..........................................................................................14
5. Salep Mata...................................................................................................14
E. Penggunaan Obat dengan Rute Melalui Mata.............................................15
F. Mekanisme Umum Perpindahan Obat Melalui Kornea Mata..................15
1. Tingkat Organ.............................................................................................15
2. Tingkat Sel...................................................................................................15
G. Faktor-Faktor Formulasi Yang Mempengaruhi Proses Biofarmasetik
Sediaan Opthalmik.....................................................................................................16
1. Faktor Fisiologi...........................................................................................16
2. Faktor Fisiokimia........................................................................................17
H. Evaluasi Yang Diberikan Secara Opthalmic................................................20
BAB IV PENUTUP............................................................................................................21
A. SIMPULAN..........................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................22
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mata adalah organ yang paling menarik karena karakteristik fitrahnya obat.
Untuk penyakit mata, administrasi topikal biasanya lebih dipilih daripada administrasi
sistemik, sebelum mencapai penghalang anatomi kornea, setiap molekul obat
diberikan melalui rute okuler harus stabil hambatan precorneal. Ini adalah hambatan
pertama yang memperlambat penetrasi bahan aktif ke dalam mata dan terdiri dari
film air mata dan konjungtiva. Obat, setelah pembangkitan berangsur- angsur,
merangsang mekanisme fisiologis pelindung, yaitu, produksi air mata, yang
mengerahkan pertahanan tangguh terhadap pemberian obat tetes mata. Lain seiring
serius tentang penghapusan obat yang dioleskan dari daerah precorneal adalah
rongga hidung, dengan luas permukaan yang lebih besar dan permeabilitas yang
lebih tinggi dari membran mukosa hidung dibandingkan dengan kornea. Penetes
normal digunakan dengan larutan tetes mata konvensional memberikan sekitar 50-
75μl per drop dan sebagian dari tetes cepat menguras sampai mata kembali ke
volume normal 7μl penduduk. Karena dari kehilangan obat di depan mata, obat yang
sangat sedikit tersedia untuk masuk ke jaringan kornea dan bagian dalam mata.
Permeabilitas kornea Realisasi obat yang cukup rendah dan sangat kecil waktu
kontak kornea dari sekitar 1-2 menit pada manusia untuk solusi menanamkan
umumnya lensa dari 10% hanya 1-3 Akibatnya sejumlah kecil benar-benar
menembus kornea dan mencapai intraokular tissue. Drug delivery terkendali kepada
mata dibatasi, karena keterbatasan ini dipaksakan oleh mekanisme pelindung efisien.
Obat biasanya dipakai pada mata untuk maksud efek lokal pada pengobatan
bagian permukaan mata atau pada bagian dalamnya. Pengobatan dengan menyisipkan
dan meresapkan obat telah dikembangkan untuk memberikan penglepasan obat
secara terus – menerus. Penyisipan obat ini mempunyai kegunaan yang khusus pada
obat-obat yang pemberiannya diperlukan siang dan malam. Karena kapasitas mata
untuk menahan atau menyimpan cairan dan salep terbatas, pada umumnya obat mata
diberikan dalam volume yang kecil. Preparat cairan sering diberikan dalam bentuk
1
sediaan tetes dan salep dengan mengoleskan salep yang tipis pada pelupuk mata.
Volume sediaan cair
1
yang lebih besar dapat digunakan untuk menyegarkan atau mencuci mata. Maka
sangat penting bagi kita sebagai seorang farmasis untuk bisa dan mampu
memformulasi suatu sediaan obat tetes mata yang harus dibuat steril dan bebas
pirogen.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomi fisiologi intra ophtalmic?
2. Bagaimana sirkulasi darah dari tempat pemberian intra ophthalmic?
3. Bagaimana pelepasan obat ADME, dan efek obat intra ophthalmic?
4. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi intra ophthalmic?
5. Bagaimana evaluasi untuk cara pemberian intra ophthalmic?
C. Tujuan
1. Menjelaskan tentang anatomi fisiologi intra ophthalmic.
2. Menjelaskan tentang sirkulasi darah dari tempat pemberian intra ophthalmic.
3. Menjelaskan tentang pelepasan obat ADME, dan efek obat intra ophthalmic.
4. Menjelaskan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi intra ophthalmic.
5. Menjelaskan tentang evaluasi untuk cara pemberian intra ophthalmic
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
adalah zat seperti jelly atau matriks hidrogel, didistribusikan antara retina
dan lensa.
Mata adalah struktur bola dengan dinding terdiri dari tiga lapisan; bagian
terluarsclera, bagian tengah lapisan koroid, ciliary tubuh dan iris dan bagian
dalam saraf lapisan jaringan retina. Sclera adalah lapisan berserat keras yang
melindungi jaringan dalam pada mata bagian putih kecuali area transparan
pada bagian depan dan kornea memungkinkan cahaya untuk masuk ke mata.
Lapisan koroid, terletak di sclera, mengandung banyak pembuluh darah yang
dimodifikasi pada depan mata sebagai iris berpigmen bagian berwarna dari mata
(biru, hijau,coklat, cokelat, atau abu-abu).
a. Struktur Kornea
Kornea terletak pada bagian depan mata yang menyampaikan gambar
ke bagian belakang sistem saraf. Kornea dewasa memiliki radius sekitar 7-8
mm yang mencakup sekitar seperenam dari total luas permukaan bola mata
yang merupakan jaringan pembuluh darah yang menyediakan nutrisi
dan oksigen yang dipasok melalui cairan lakrimal dan cairan hmor dan juga
dari pembuluh darah yang terletak diantara korneadan sklera.
Kornea terdiri dari 5 lapisan, yaitu epitel, bowman, stroma, membran
descemet,dan endotelium, yang merupakan jalur utama permeasi obat pada
mata. Epitel terbuat dari 5 hingga lapisan sel. Epitel skuamosa (5-6 lapisan
sel) dengan ketebalan sekitar 50-100 um dan waktu turnover sekitar satu
lapisan sel setiap hari. Sel-sel basal dikemas dengan tight junction untuk
membentuk penghalang yang efektif untuk partikel debu dan kebanyakan
4
mikroorganisme, dan juga untuk penyerapan obat. Jalur transelular atau
paracellular adalah jalur utama untuk absorbsi obat di epitel kornea.
4
Obat lipofilik memilih rute transelular sedangkan yang hidrofilik
memilih jalur paracellular untuk penetrasi (difusi pasif atau difusi melalui
intra seluler pada sel). Membran Bowman adalah lembar homogen acellular
dengan tebal 8 – 14 μm yang terletak di antara membran basal epitel dan
stroma. Stroma, atau substania propria, mengandung air sekitar 85% dan
sekitar 200-250 lamellae kolagen.
b. Konjungtiva
Konjungtiva melindungi mata dan juga terlibat dalam
pembentukan dan pemeliharaan precorneal tear film. Konjungtiva adalah
membrane transparan tipisterletak pada permukaan bagian dalam kelopak
mata. Molekul-molekul sampai 20.000 Da bisa menyeberangi conjuctiva,
sementara kornea membatasi masuknya molekul yang berukuran lebih
besar dari 5000 Da.
5
2. Anatomi dan Fisiologi Kelopak Mata
Kelopak mempunyai lapis kulit yang tipis pada bagian depan sedangkan
dibagian belakang ditutupi selaput lender tarsus yang disebut konjungtiva
tarsal. Pada kelopak mata terdapat beberapa bagian antara lain, kelenjar
sebasea, kelenjar keringat atau kelenjar Moll, kelenjar zeis pada pangkal rambut
bulu mata, serta kelenjar Meibom pada tarsus. Kelopak mata bisa terjadi
kelainan yaitu lagoftalmos (mata tidak menutup bola mata), ptosis (kelopak
mata tidak bisa dibuka).
Sistem sekresi air mata atau lakrimal terletak di daerah temporal bola
mata. Sistemik skresi mulai pada pungtum lakrimalis, kanalikuli lakrimal, sakus
lakrimal yang terletak di bagian depan rongga orbita, air mata dari duktus
lakrimal akan mengalir ke dalam rongga hidung di dalam meatus inferior.
6
5. Anatomi dan Fisiologi Bola Mata
a. Sklera
Sklera merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk
pada mata serta bagian putih pada bola mata yang bersama kornea sebagai
pembungkus dan pelindung isi bola mata. Kekakuan tertentu pada sclera
mempengaruhi tekanan bola mata.
b. Kornea
Merupakan selaput bening mata dan bagian terdepan dari sklera yang
bersifat transparan sehingga memudahkan sinar masuk ke dalam bola
mata. Kornea berperan meneruskan dan memfokuskan cahaya ke dalam bola
mata. Pembiasan terkuat dilakukan oleh kornea, dimana 40 dioptri dari 50
dioptri pembiasan sinar masuk kornea dilakukan oleh kornea. Kornea
terdiri dari beberapa lapis jaringan yang menutup bola mata bagian depan
yaitu epitel, membrane bowman, stroma, membrane descement dan endotel.
Saraf sensoris yang mempersarafi kornea yaitu saraf siliar longus, saraf
nasosiliar, saraf ke V saraf siliar longus berjalan suprakoroid yang masuk ke
dalam stroma kornea menembus membran Bowman dan melepaskan
selubung Schwannya.
c. Bilik-Bilik Dalam Mata
Bola mata mempunyai 2 bilik yaitu, bilik mata depan yang merupakan
ruangan dibatasi oleh kornea, iris, lensa dan pupil serta berisi humor aquos
yang membawa makanan untuk jaringan mata sebelah depan. Kemudian
bilik mata belakang yang paling sempit pada mata.
d. Humor Aquos
Humor aquos atau cairan mata merupakan bagian dari mata yang
dihasilkan oleh badan siliar masuk ke bilik mata melalui pupil serta
berfungsim memberikan makanan dan oksigen untuk mempertahankan
kornea dan lensa.
e. Uvea
Uvea merupakan lapis vaskuler di dalam bola mata yang banyak
mengandung pembuluh darah yaitu ; iris, badan siliar, koroid. Iris atau
selaput pelangi mempunyai kemampuan mengatur secara otomatis masuknya
7
sinar ke dalam bola mata. Badan siliar mengandung otot untuk melakukan
akomodasi
7
sehingga lensa dapat mencembung dan merupakan susunan otot
melingkar dan mempunyai sistem ekskresi di belakang limbus.
Koroid itu sendiri lapis tengah pembungkus bola mata yang banyak
mengandung pembuluh darah dan memberikan makan lapis luar retina.
f. Pupil
Pupil pada anak-anak pupil berukuran kecil karena belum
berkembangnya saraf simpatis. Orang dewasa ukuran pupil sedang dan orang
tua pupil mengecil akibat rasa silau yang dibangkitkan oleh lensa yang
sklerosis. Pada waktu tidur pupil mengalami pengecilan akibat dari
berkurangnya rangsangan simpatis dan kurang rangsangan hambatan miosis.
Mengecilnya pupil berfungsi untuk mencegah aberasi kromatis pada
akomodasi.
g. Retina
Retina atau selaput jala merupakan bagian mata yang mengandung
reseptor dan akan meneruskan rangsangan cahaya yang diterimanya berupa
bayangan. Dalam retina terdapat macula lutea atau bitnik kuning yang
merupakan bagian kecil dari retina dan area sensitif paling rentan pada siang
hari.
8
2. Arteri lakrimalis,
8
3. Arteri siliaris posterior longa dan brevis, atau
4. Arteri palpebralis.
9
BAB III
PEMBAHASAN
Menurut FI III halaman 10, Tetes mata adalah sediaan steril yang berupa
larutan atau suspensi yang digunakan dengan cara meneteskan obat pada selaput
lendir mata disekitar kelopak mata dari bola mata. DOM Martin : 880 Tetes mata
adalah seringkali dimasukkan ke dalam mata yang terluka atau kecelakaan atau
pembedahan dan mereka kemudian secara potensial lebih berbahaya daripada
injeksi intavena.Menurut Scoville’s halaman 221, Larutan mata merupakan cairan
steril atau larutan berminyak dari alkaloid garam-garam alkaloid, antibotik atau
bahan lain yang ditujukan untuk dimasukkan ke dalam mata.
Ketika cairan, larutan harus isotonik, larutan mata digunakan untuk
antibakterial, anstetik, midriatikum, miotik atau maksud diagnosa. Larutan ini
disebut juga tetes mata dan collyria (singular collyrium).
Rute utama pengobatan mata adalah :
10
B. Penghantaran Obat Ke Bagian Internal Mata
1. Penetrasi Obat Mata Yang Diberikan Secara Lokal
Jika obat tidak bertujuan untuk pengobatan bagian luar mata, maka obat
harus masuk ke bagian dalam mata. Rute paling penting adalah korneal, namun
rutenonkorneal dapat pula berkontribusi terhadap bioavailabilitas okular. Secara
skematis, kornea tersusun yang terdiri atas suatu lapisan hidrofilik stroma
diantara2 lapisan hipofilik, yaitu epitelium dan endotelium. Epitelium tersusun
dari 5sampai 6 lapisan sel, sedangkan endotelium merupakan suatu lapisan
tunggal pada bagian dalam kornea. Sifat hidrofilik-lipofilik kornea
secara jelas mengindikasikan bahwa kornea dapat mengabsorbsi obat dengan
baik dalam batas tert entu yang menunjukkan sifat baik lipofilik maupun
hidrofilik.
11
merditoleransi lebih baik dengan drainase dan aliran air mata dibandingkan
formulasi oftalmik lainnya dan juga menghasilkan pelepasan obat yang baik
11
dalam konjungtiva. Penyisipan okular dapat diklasifikasikan menjadi
dua kategori:
a) Degradable/bioeridible/biosuluble
Sisipan ini aman dan nyaman karena dapat terurai dengan baik
walaupun proses pelepasan obat ini begitu rumit dalam kondisi fisiologis.
Matriks polimer akan hilang dari mata dengan erosi. Berbagai bahan
telahdigunakan dalam pengembangan sisipan yang dapat terdegradasi
seperti polivinil alkohol, hidroksil propil selulosa, pirolidon polivinil.
Polimer inidapat membentuk ikatan hidrogen dengan air, oleh karena itu
ketika kontakdengan air, akan menghidrasi dan akhirnya mengikis saat
polimer larut.Keuntungannya yaitu lebih efektif, lebih fleksibel dalam jenis
obat dandisolusinya, tidak perlu dilepaskan. Sedangkan kerugiannya
yaituketidaknyamanan dari pasien, dan membutuhkan penyisipan dari pasien
b) Non-degradable
Sisipan yang tidak dapat terdegradasi telah dikembangkan dengan
polimeryang terkait dengan lensa kontak lunak dan etilena vinil alkohol
kopolimer. Pelepasan obat dari sisipan yang tidak larut biologis lebih mudah
diprediksidaripada yang berasal dari sisipan biosoluble. Penyisipan sisipan
seperti inidibuat dari bahan polimer fleksibel yang secara biologis inert,
nonallergenic, dan tidak larut dalam cairan air mata. Karena bahan
polimertidak larut, dengan air mata ia mempertahankan integritasnya dan
tetap utuhselama menjalani terapi, bertindak sebagai reservoir untuk
terusmelepaskan obat ke mata dan jaringan sekitarnya pada tingkat yang
tidakterpengaruh oleh erosi. Bahan yang sering digunakan seperti
polimer polietilena. Keuntungan dari nondegradable ini yaitu menurunkan
efek samping lokal dan toksisitas, dan juga memperbaiki kepatuhan.
Kerugiannya yaitu dibutuhkan pengecekan berkala, harus dilakukan
penggantian unit yang terkontaminasi, dan lebih mahal. Contohnya yaitu
ocusert dan contact lens.
2. Nanopartikel
Nanopartikel adalah pembawa koloid dengan kisaran ukuran 10 sampai
1000nm. Untuk penghantaran oftalmik, partikel nano umumnya terdiri dari lipid,
protein, polimer, alami atau sintetis seperti albumin, natrium alginat, kitosan,
12
PLGA. Nanopartikel bisa dieliminasi dengan cepat dari kantong
prekorneal. Oleh karena itu, untuk nanopartikel administrasi topical dengan
sifat mukoadhesif telah dikembangkan untuk memperbaiki waktu tinggal
prekorneal. PEG, kitosan dan asam hialuronat biasanya digunakan untuk
memperbaiki waktu tinggal precorneal nanopartikel
3. Liposom
13
D. Bentuk Sediaan Tetes Mata dan Metode Sistem Pengiriman Sediaan Obat Mata
Berdasarkan kondisi fisik:
2. Sub-Tenon
Digunakan untuk menggambarkan suntikan melalui membran yang
menutupi otot- otot dan saraf di bagian belakang bola mata
3. Sub-Retina
Disuntikkan di bawah retina.
- Difusi bahan obat keseluruh mata yang dibasahi, Karena sekresi cairan mata
- Dasar salep harus mempunyai titik lebur atau titik leleh mendekati suhu
tubuh.(Ansel 89)
14
E. Penggunaan Obat dengan Rute Melalui Mata
15
melintasi kornea
15
melalui rute para selular. Konstanta permeabilitas adalah konstanta
partisi paling kecil. Peptida, ion-ion, dan senyawa muatan lainnya tampaknya
berpenetrasi ke kornea melalui rute paraselular. Zat-zat yang memiliki kelarutan
ganda lebih mudah melintasi kornea. Zat-zat larut lemak mudah melewati
membran selular yang membatasi. Mereka tidak bisa berpenetrasi dalam
proporsi konsentrasi mereka.
Hilangnya obat dari area precorneal adalah efek dari drainase sekresi air
mata, absorpsi non-korneal, dan kecepatan proses absorpsi korneal. Secara
kolektif proses ini menyebabkan waktu kontak kornea yang khas sekitar 2-4
menit pada manusia, untuk memberikan larutan dan bioavailbilitas ocular
kurang dari 10%.
a. Faktor Prekorneal
Faktor precorneal yang menyebabkan hilangnya obat adalah :
1) Pergantian air mata yang normal
16
meningkatkan
16
kecepatan sebanding dengan volume cairan pada mata lebih dari
volume normal lakrimal. Kecepatan drainase100 kali lebih cepat dari
kecepatan absorpsi.
3) Pengikatan protein
17
2) Endhothelium
2. Faktor Fisiokimia
a. Koefisien Partisi
18
b. Kelarutan
19
melanin
19
biasanya tidak bisa berikatan dengan reseptor sehingga memerlukan
pemberian dosis yang lebih besar. Keberadaan melanin dalam koroid dan
RPE mempengaruhi tingkat penyerapan obat ke dalam retina dan vitreous
transscleral atau pemberian obat sistemik.
1. Evaluasi fisika
pH, volume sediaan dalam wadah, bahan partikulat, uji kebocoran, uji kejernihan
dan warna.
2. Evaluasi kimia
Penetapan kadar, identifikasi
3. Evaluasi biologis
Uji sterilitas, uji pyrogen, uji endotoksin bakteri.
20
BAB IV
PENUTUP
A. SIMPULAN
Bentuk Sediaan Tetes Mata dan Metode Sistem Pengiriman Sediaan Obat
Mata berdasarkan kondisi fisik antara lain : a. Intravitreal suntikan (IVT), disuntikan
ke dalam mata vitreous humor antara lensa dan retina; b. SubTenon, digunakan
untuk menggambarkan suntikan melalui membran yang menutupi otot-otot dan
saraf di bagian belakang bola mata; c. Sub-retina, disuntikan dibawah retina; d. Obat
tetes mata, sediaan steril berupa larutan atau suspensi, digunakan untuk mata,
dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata di sekitar kelopak mata dan
bola mata; e. Salep Mata, salep yang digunakan pada mata.
Bioavailabilitas sistem pengiriman obat mata tradisional seperti tetes mata
sangat buruk karena mata dilindungi oleh serangkaian mekanisme pertahanan yang
kompleks yang membuatnya sulit untuk mencapai konsentrasi obat yang efektif
dalam area target mata. Anatomi dan fisiologi mata adalah salah satu sistem yang
paling kompleks dan unik dalam tubuh manusia. Lachrymasi, drainase efektif oleh
sistem nasolakrimalis, bagian dalam dan luar barrier blood retinal, impermeabilitas
kornea, dan ketidakmampuan struktur non-kornea lainnya untuk menyerap.
Senyawa membuat mata sangat tahan terhadap zat-zat asing.
21
DAFTAR PUSTAKA
22