• S. M. Amin
Hukum Acara Pidana adalah kumpulan peraturan
dengan tujuan memberikan pedoman dalam usaha
mencari kebenaran dan keadilan bila terjadi
perkosaan terhadap ketentuan hukum pidana
materiil
1
Sejarah Hukum Acara Pidana di Indonesia
Perubahan Perundang-undangan di negeri Belanda Inlands Reglemen dan Herziene Inlands
Reglement
• 1836 :Scholten diminta mempersiapkan UU
• 1839 : Panitia baru (Mr. Scholten,Mr. Scheneither,JFW
Van Neshsl ranc. Peraturan tata peradilan &
• Berlakui di Jawa & maduraInlands Reglement
KUHD,Thn 1845 dibubarkan (IR)
• 1846 Diteruskan Mr. H.L.Wichers3 tugas :
menyelesaikan peraturan mengenai peradilan • Di luar Jawa dan Madura berlaku (RBG)
Perbaikan UU yg tlh ditetapkan Rechtsreglement voor de Buitengwesten.
Pertimbangan berlakunya UU eropa orang Timur Stb.no.1927 no. 227
Peraturan yg berhasil di buat al :
1. Ketentuan Umum Per-UU an (AB)
2. Peraturan ttg susunan pengadilan & kebijaksanaan peradilan
(RO)
3. KUHPdt, KUHD
4. Peraturan tata usaha kepolisian,pengadilan sipil&penuntutan
kriminal u/ Bumi putera
Acara Pidana di Jaman Jepang dan sesudah Hukum Acara Pidana menurut Undang-undang
Proklamasi No.1 (Drt) tahun 1951
• Pada jaman pemerintahan Jepang tidak • Dengan berlakunya UU no.1 Drt 1951 dapat
dikatakan telah terjadi unifikasi hukum secara
ada perubahan yang berarti. pidana dan sususnan pengadilan
• Keterangan:
• Adapun pemerintahan RI dengan Terdapat perubahan/penggantian nama yang
mengacu pada Pasal II Aturan Peralihan sampai sekarang dipakai yaitu pengadilan
negeri, pengadilan tinggi. Pada saat itu
UUD 1945, maka peraturan yang dulu meskipun sudah ada unifkasi mengenai
berlaku masih tetap berlaku selama belum susunan pengadilan tetapi untuk hakim
diadakan yang baru. perdamaian desa tidak dihapuskan (tetap
berlaku).
Lahirnya KUHAP
• 1968 seminar Hukum Nasional (Semarang) HAP dan HAM. Sumber-Sumber Hukum Acara Pidana
• 1973, Panitia intern Dep. Kehakiman menyusun naskah • UU No 8 Tahun 1981 tentang KUHAP
Semarang. Rancangan dibahas Kejagung, Dep Keh, • UU No 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian
Dephankam,dan Polri.
• UU No 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan
• 1974, Rancangan KUHAP disampaikan Menkeh kepada • UU No 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan
Sekneg. Sekneg MA, Dephankam, POLRI dan Depkeh Kehakiman
(koordinasi).
• UU No 3 Tahun 2009 tentang Mahkamah
• 1979, rancangan KUHAP diserahkan kepada DPR RI melalui Agung
amanat No.R 06/P. U/IX/ 1979 • Berbagai UU lain yang mengatur acara
pemeriksaan perkara pidana (UU KPK, UU
• 1981, rancangan KUHAP mendapat persetujuan DPR. Narkotika, UUSPA, UU Pengadilan HAM, dll.)
• PP No. 27 tahun 1983 tentang pelaksanaan
• 1981, Presiden Mengesahkan rancangan KUHAP menjadi KUHAP
Undang-undang No.8 tahun 1981
2
Sumber-sumber lain... Ruang Lingkup Hukum Acara Pidana :
• Putusan MK No. 65/PUU-IX/2011
• Hukum acara pidana termasuk dalam ruang
• Putusan MK No.114/PUU-X /2012 mengenai
lingkup hukum publik.
upaya hukum kasasi
• Putusan MK No. 34/PUU-XI/2013 mengenai • Hukum Acara Pidana diatur dalam KUHAP.
upaya hukum Peninjauan Kembali • Lingkup berlakunya KUHAP -> berlaku bagi
• Surat Edaran Mahkamah Agung No. 7 Tahun semua perkara pidana, baik baik yang diatur
2014 mengenai upaya hukum Peninjauan dalam KUHP, maupun yang diatur dalam
Kembali Undang-Undang di luar KUHP.
• Putusan MK No. 21/PUU-XII/2014 • KUHAP masih membuka peluang kepada UU
• Putusan PN Jaksel No. 04/Pid.Prap/2015/PN di luar KUHAP untuk mengatur acara secara
Jkt sel 2015 khusus.
3
Asas Peradilan Cepat, sederhana dan
Asas Praduga Tak Bersalah : beaya Ringan serta Bebas Jujur dan
• Pasal 8 ayat (1) UU No. 48 tahun 2009 tentang Tidak Memihak
Kekuasaan Kehakiman. • Penjelasan Umum angka 3 huruf e KUHAP :
• Peradilan yang harus dilakukan dengan cepat,
• Kebalikan Asas Presumption of Innocence -> sederhana dan beaya ringan serta bebas jujur
Presumption of Guilt. dan tidak memihak harus diterapkan secara
konsekuen dalam seluruh tingkat peradilan.
.
• UU No. 48 / 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman : Asas Peradilan Cepat :
• Secara Eksplisit :
• Pasal 2 ayat (4) :
• Pasal 50 (1), (2), (3) pada kata “segera”.
• Peradilan dilakukan dengan sederhana, cepat dan
• Pasal 102 (1), Pasal 106, Pasal 107 (3).
beaya ringan.
• Secara Implisit :
• Pasal 4 ayat (2) :
• Pasal 24, 25, 26, 27, 28 ayat (4) yang mengatur
• Pengadilan membantu pencari keadilan dan
tentang jangka waktu penahanan. Jika
berusaha mengatasi segala hambatan dan
melebihi jangka waktu, maka tersangka/
rintangan untuk dapat tercapainya peradilan yang
terdakwa harus dikeluarkan dari tahanan.
sederhana, cepat dan beaya ringan.
4
Sederhana : Bebas, Jujur dan Tidak Memihak :
• Pasal 24 ayat (1) UUDN RI Tahun 1945 :
• Tercermin Prinsip Differensiasi Fungsional,
• Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan
yakni -> Pembagian tugas dan wewenang
yang merdeka untuk menyelenggarakan
jajaran aparat penegak hukum secara peradilan….
institusional (penyidik, Penuntut umum,
• Pasal 1 angka 1 UU Kekuasaan Kehakiman :
hakim).
• Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan
negara yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna
menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan
Pancasila dan UUDN RI Tahun 1945 demi
terselenggaranya negara hukum RI.
5
Asas Pemberian Bantuan Hukum : Asas Peradilan Terbuka Untuk Umum :
• Penjelasan Umum angka 3 huruf f KUHAP : • Penjelasan Umum angka 3 huruf I KUHAP :
• Setiap orang yang tersangkut perkara wajib • Sidang pemeriksa pengadilan adalah terbuka
diberi kesempatan memperoleh bantuan untuk umum kecuali dalam hal diatur dalam
hukum yang semata-mata diberikan untuk undang-undang.
melaksanakan kepentingan pembelaan atas • Pasal 153 ayat (3) KUHAP :
dirinya.
• Pasal-Pasal terkait Bantuan Hukum : • Untuk keperluan pemeriksaan, hakim ketua
sidang membuka sidang dan menyatakan
• Pasal 54, 55, 56 KUHAP
sidang terbuka untuk umum, kecuali dalam
• Bab VII KUHAP tentang Bantuan Hukum perkara mengenai kesusilaan atau
Pasal 69 s.d. 74 KUHAP. terdakwanya anak-anak.
Asas Peradilan Terbuka Untuk Umum Asas Akusatoir >< Asas Inkisitoir :
• Asas Akusatoir :
• Pasal 13 ayat (1) UU Kekuasaan Kehakiman :
• Tersangka / terdakwa ditempatkan sebagai
• Semua sidang pemeriksaan pengadilan adalah
subyek dalam setiap tingkat pemeriksaan,
terbuka untuk umum kecuali undang-undang
bukan sebagai obyek.
menentukan lain.
• Tersangka / terdakwa diperlakukan sebagai
• Pasal 13 ayat (2) UU Kekuasaan Kehakiman :
manusia yang mempunyai harkat dan harga
• Putusan pengadilan hanya sah dan diri, diberi hak dan kesempatan yang wajar
mempunyai kekuatan hukum apabila untuk membela diri dan mempertahankan hak
diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum. dan kebenarannya.
• Asas ini membedakan HAP dulu dan sekarang.
6
Asas In Presentia : Asas In Absentia :
• Penjelasan Umum angka 3 huruf h KUHAP : • Pasal 38 ayat (1) UU Pemberantasan Tipikor :
• Pengadilan memeriksa perkara pidana dengan • Dalam hal terdakwa telah dipanggil secara
hadirnya terdakwa. sah dan tidak hadir di sidang pengadilan
tanpa alasan yan sah, maka perkara dapat
• Pasal 195 KUHAP : diperiksa dan diputus tanpa kehadirannya.
• Pengadilan memutus perkara dengan • Pasal 35 ayat (1) UU Terorisme :
hadirnya terdakwa kecuali dalam hal undang- • …. Maka perkara dapat diperiksa dan diputus
undang menentukan lain. tanpa hadirnya terdakwa.
7
Laporan Aduan
• Pemberitahuan tentang telah, sedang atau • Pemberitahuan disertai permintaan oleh pihak
akan terjadi tindak pidana yang berkepentingan kepada pejabat yang
• Dilaporkan oleh orang yang mengalami, berwenang untuk menindak menurut hukum
melihat atau mendengar suatu tindak • Dilakukan oleh korban atau calon korban atau
pidana pihak yang dirugikan menurut undang-undang
• Tidak dapat dicabut kembali • Diajukan dalam 6-9 bulan (Pasal 74 KUHP)
• Terhadap delik biasa • Dapat dicabut kembali (Pasal 75 KUHP)
• Dapat dilakukan kapan saja • Terhadap delik aduan
• Bukan merupakan syarat untuk dilakukan • Merupakan syarat untuk dilakukan proses
proses penyidikan penyidikan
WEWENANG PENYELIDIK
Setelah penyelidikan selesai, dibuat dan
• Berdasarkan Hukum dan Undang-undang disampaikan laporan pada penyidik
8
PENYIDIKAN WEWENANG PENYIDIK
• Pengertian ( Pasal 1 butir 2 KUHAP jo
Pasal 1 butir 13 UU 2/2002) • Polri : Pasal 7 KUHAP jo Pasal 16 UU
2/2002
Serangkaian tindakan penyidik menurut
cara yang diatur dalam UU untuk mencari • PNS : - terbatas pada UU yang menjadi
dan mengumpulkan bukti sehingga dasar hukumnya masing-masing
membuat terang tindak pidana yang terjadi
dan menemukan tersangkanya. - Koordinasi dengan Penyidik Polri
9
Prosedur Penangkapan • Jangka Waktu (Pasal 19) : Paling lama 1
(Pasal 18) hari (Pengertian satu hari Pasal 1 butir
31)
• Surat tugas untuk melakukan penangkapan
• Surat Perintah Penangkapan (dicantumkan • Penangkapan secara prinsip dilakukan
identitas tersangka dan alasan pada Kejahatan, terhadap Pelanggaran
penangkapan/uraian singkat perkara yang dapat dilakukan penangkapan apabila
disangkakan dipanggil 2 kali beturut-turut tidak hadir
• Tembusan surat perintah harus disampaikan menghadap kepada penyidik.
kepada keluarga
• Kecuali dalam hal tertangkap tangan tanpa ada
Surat Perintah
10
Prosedur Penahanan
Jenis-Jenis Penahanan (Pasal 22)
( Pasal 21 ayat 2 dan 3)
• Tidak diperlukan surat tugas, karena rnerupakan • Jenis (Pasal 22 ayat 1)
kelanjutan dari tindakan penangkapan oleh – Penahanan rumah tahanan negara
petugas sebelumnya – Penahanan rumah
• Adanya Surat Perintah Penahanan atau – Penahanan kota
Penahanan Lanjutan (bila penahanannya
diperpanjang) • Dasar alasan penyusunan jenis penahanan :
• isi surat perintah : identitas dan alasan Disusun dari Penahanan yang terberat sampai
penahanan/uraian singkat TP yang penahanan yang paling ringan sifanya.
disangkakan/didakwakan.
• Konsekuensi hukum : Tidak dapat dibolak-balik
• Tembusan Surat Perintah Penahanan harus
disampaikan kepada keluarga penyebutan susunannya
tersangka/terdakwa.
11
Pengaruh Penahanan terhadap
Pidana yang dijatuhkan PENGALIHAN PENAHANAN
(pasal 22 ayat 5) (PASAL 23)
12
PROSEDUR PENANGGUHAN PENAHANAN
PROSEDUR PENANGGUHAN PENAHANAN
A. Jaminan Uang
B. Jaminan Orang
Aparat 4
5
Hukum Bukti Setor Kesepakatan
Besar Uang
Tersangka/ Aparat +
2
Terdakwa Hukum Persetujuan
disetor & dititipkan + orang sebagai
PENANGGUHAN Kesepakatan jaminan
1 Jumlah Uang PN Orang Lain
3 (keluarga/PH)
Tersangka/ PENANGGUHAN
Terdakwa
PROSEDUR PENGGELEDAHAN
PROSEDUR PENGGELEDAHAN
RUMAH RUMAH
B. Dalam keadaan perlu dan mendesak B. Dalam keadaan perlu dan mendesak
(pasal 34) (pasal 34)
Kriteria perlu dan mendesak (penjelasan pasal 34): – Dapat segera memasuki tempat yang akan
– Tersangka/terdakwa melarikan diri digeledah, tanpa surat ijin Ketua PN
– Tersangka/terdakwa mengulang tindak pidana – Tidak boleh memeriksa dan meyita surat/tulisan
yang tidak berhubungan dengan tindak pidana
– Tersangka/terdakwa memusnahkan/
memindahkan benda yang disita – Segera melaporkan ke Ketua PN untuk
persetujuan
– Ijin Ketua PN tidak mungkin diperoleh
secepatnya – Membuat Berita Acara penggeledahan (2 hari)
13
C. Penggeledahan dalam hal tertangkap PENGGELEDAHAN BADAN
tangan (pasal 35)
– Tempat yang dapat digeledah lebih luas • Kondisi tertangkap tangan penggeledahan
dibandingkan dengan penggeledahan rumah pakaian
dalam keadaan biasa
– Tanpa ijin dari Ketua PN • Diserahkan pada penyidik:
– Penggeledahan pakaian
D. Penggeledahan di luar wilayah hukumya – Penggeledahan badan:
• Luar
(pasal 36)
• Dalam (Intimate Body Search)
– Harus sepengetahuan Ketua PN dan Penyidik
dari wilayah hukum tersebut
• Penggeledahan badan sesuai dengan jenis
– Dimungkinkan kerjasama antar penyidik kelamin dari tersangka/terdakwa
C. Penyitaan tertangkap tangan (pasal 40 dan 41) BENDA YANG DAPAT DISITA
– Benda yang diduga untuk tindak pidana ataupun benda
lain PASAL 39
– Dapat menyita surat/paket • Benda /tagihan seluruh atau sebagian dari hasil
– Surat tanda penerimaan tindak pidana
D. Penyitaan tidak langsung (pasal 42) • Benda untuk alat tindak pidana
– Mengirim surat untuk menyerahkan benda yang disita
– Diberikan tanda penerimaan • Benda untuk menghalang-halangi tindak pidana
14
BENDA SITAAN YANG LEKAS RUSAK
PENYIMPANAN BENDA SITAAN
ATAU MEMBAHAYAKAN
(Pasal 44) (PASAL 45)
• Disimpan dalam rumah penyimpanan benda Sehingga:
sitaan negara – tidak mungkin disimpan sampai dengan putusan
berkekuatan tetap
• Dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan – biaya penyimpanan terlalu tinggi
tanggungjawab oleh pejabat yang
berwenang sesuai dengan tingkat Diambil tindakan menjual lelang atau
pemeriksaan diamankan dengan persetujuan dan disaksikan
tersangka/kuasanya oleh :
• Dilarang digunakan oleh siapapun juga – Penyidik/PU
– PU dengan ijin Hakim
BERAKHIRNYA PENYITAAN
• Uang hasil pelelangan dipakai sebagai
barang bukti (PASAL 46)
Sebelum putusan hakim
• Sedapat mungkin disisihkan sebagian Benda sitaan dikembalikan kepada yang paling
kecil untuk pembuktian berhak apabila:
– Kepentingan penyidikan dan penuntutan tidak
memerlukan lagi
• Benda yang terlarang atau dilarang
– Perkara tidak jadi dituntut karena tidak cukup
diedarkan dapat dirampas untuk
bukti atau bukan TP
dipergunakan bagi kepentingan negara
– Perkara dikesampingkan untuk kepentingan
atau dimusnahkan umum atau ditutup demi kepentingan hukum,
kecuali apabila benda tersebut diperoleh dari TP
atau dipergunakan melakukan TP
15
• Sebelum pemeriksaan dimulai, penyidik wajib • Keterangan tersangka/saksi diberikan tanpa
memberitahu hak (pasal 114) atau wajib (pasal 56) tekanan (pasal 117)
didampingi penasehat hukum (bantuan hukum)
• Tersangka/saksi bertempat tinggal di luar wilayah
hukum yang melakukan penyidikan, pemeriksaan
• Saat pemeriksaan penyidikan, penasehat hukum dilakukan oleh penyidik di tempat tinggal
dapat melihat dan mendengar kecuali terhadap tersangka/saksi
kejahatan keamanan negara hanya boleh melihat
(pasal 115) • Pemeriksaan ditahap penyidikan dapat
menghadirkan saksi ahli dengan disumpah,
• Saksi tidak disumpah, kecuali dengan alasan yang keterangan ahli berdasarkan persetujuannya (pasal
sah dan jelas tidak mungkin hadir di persidangan 120)
(pasal 116)
• Keterangan dicatat dalam berita acara,
ditandatangani penyidik dan tersangka/saksi (jika
• Tersangka dapat meminta dihadirkan dan diperiksa tidak mau menandatangani dicatat dalam berita
saksi yang menguntungkan dirinya acara (pasal 118)
PENGHENTIAN PENYIDIKAN
BERKAS PERKARA
Penyidik mempunyai kewenangan untuk melakukan
Penghentian Penyidikan (Pasal 109 KUHAP)
berdasarkan alasan : • PENGERTIAN :
– Tidak Cukup Bukti kumpulan berita acara dari setiap tindakan
Minimal alat bukti yang harus terpenuhi 2 alat bukti penyidik dalam tahap penyidikan yang
– Peristiwa tersebut bukan TP disusun menjadi satu bendel/berkas
peristiwa dilaporkan sebagai penipuan ternyata perkara
perdata hutang piutang • Dasar hukum Pasal 75 KUHAP
– Dihentikan Demi Hukum • Berkas Perkara wajib segera diserahkan
- Ne bis in idem (Pasal 76 KUHP)
- Tersangka meninggal dunia
kepada Penuntut Umum (Pasal 110 ayat 1)
- Daluarsa (Pasal 78 KUHP)
Terhadap penghentian penyidikan, pihak penyidik
mengeluarkan Surat Perintah Penghentian Penyidikan
16
PRAPENUNTUTAN
• Penyerahan Berkas Perkara dilakukan
• Dalam penyerahan BP pada tahap 1 dimungkinkan
dalam 2 Tahap yakni : terjadi “Prapenuntutan” yaitu :
“ pengembalian berkas perkara oleh penuntut umum
kepada penyidik disertai petunjuk-petunjuk untuk
– Tahap 1 Penyidik hanya menyerahkan melengkapi berkas yang dipandang belum sempurna
berkas perkara saja ke penuntut umum sebagai dasar penyusunan surat dakwaan”
17
.
• Penuntut umum ialah jaksa yang diberi
Penuntutan :
wewenang oleh undang-undang ini untuk
melakukan penuntutan dan melaksanakan
• Pasal 1 angka 7 KUHAP :
penetapan hakim.
• Penuntutan ialah tindakan penuntut umum
– Pasal 1 angka 6 huruf b KUHAP
untuk melimpahkan perkara pidana ke
Pengadilan Negeri yang berwenang dalam hal • Jaksa ialah pejabat yang diberi wewenang oleh
menurut cara yang diatur dalam undang- undang-undang ini untuk bertindak sebagai
undang dengan permintaan supaya diperiksa penuntut umum serta melaksanakan putusan
dan diputus oleh hakim. pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap.
– Pasal 1 angka 6 huruf a dan Pasal 13 KUHAP
18
• Dakwaan Subsidair (berlapis)
Penyusunan Teknis Surat Dakwaan – Sama hal nya dengan dakwaan Alternatif
– Penyusunan urutan dakwaan adalah ancaman hukuman
• Dakwaan Tunggal terberat dan seterus nya sampai pada dakwaan yang ringan
(primer-subsidair-lebih subsidair)
– Terdakwa didakwa satu delik pidana
– Hakim memeriksa dakwaan primer dahulu, bila tidak terbukti
– Perkara pidana yang sifatnya sederhana melanjutkan pada dakwaan subsidair,.dst…
– Konsekuensi nya bila tidak terbukti, terdakwa dibebaskan • Dakwaan Komulatif
– Hakim menolak tuntutan jaksa berdasarkan asas nebis in
idem (Pasal 76 KUHAP) – Terdakwa didakwa beberapa tindak pidana sekaligus
– Tindak pidana tersebut harus dibuktikan keseluruhannya,
• Dakwaan Alternatif sebab tindak pidana tsb merupakan tindak pidana yang berdiri
– Terdakwa didakwa lebih dari satu delik pidana, tetapi sendiri
hakekatnya terdakwa hanya didakwa satu tindak pidana saja – Oleh karena itu hakim harus memutuskan terbukti atau
– Biasanya penuntut umum masih meragukan jenis tindak tidaknya setiap dakwaan satu demi satu
pidana nya (misal.pencurian-penggelapan, pembelian-
penadahan) – Sehingga jika terbukti dakwaan tsb, maka dakwaan lain nya
harus dibuktikan lagi, dan sebaliknya.
• Dakwaan Campuran: gabungan dakwaan komulatif dengan
dakwaan alternatif/dakwaan subsidair
19
• Terdapat 2 kewenangan mengadili :
• perkara koneksitas, antara peradilan umum dan b. Sengketa antara 2 PT atau lebih.
militer.(wewenang absolut)
• sengketa antara pengadilan negeri/tinggi Jawa Timur
dengan Jawa Tengah karena locus delicti terjadi
diperbatasan wilayah.
20
PRAPERADILAN
DASAR ALASAN UTK MENYATAKAN
• Salah satu wewenang mengadili dari PN
BERWENANG MENGADILI (Pasal 84 ayat
untuk mengadili :
1)
@ sah atau tidak penangkapan,
penahanan,
forum delicti commisi penghentian penyidikan atau penuntutan
forum domicilie (tempat tinggal terdakwa dan @ ganti kerugian atau rehabilitasi bagi
bertempat tinggal dekat terdakwa)
orang yg perkaranya dihentikan di
forum opprehensionis
penyidikan/penuntutan (Pasal 1 btr 10
juncto Pasal 77)
PIHAK-PIHAK YG DAPAT
DASAR ALASAN PENILAIAN SAH
MENGAJUKAN PRAPERADILAN ATAU TDK TINDAKAN DARI
PENYIDIK DAN PU
Tersangka/keluarga/pihak lain atas kuasa
o Prosedur penangkapan,penahanan,
Penyidik/PU atau Pihak Ketiga yg
penggeledahan, dan penyitaan sudah
berkepentingan berkaitan dgn sah/tdknya
dilaksanakan atau tidak
penghentian penyidikan/penuntutan
o Alasan penghentian penyidikan sesuai
Pasal 109 KUHAP
o Alasan penghentian penuntutan sesuai
Pasal 140 KUHAP
21
• Pemeriksaan Praperadilan di PN (Pasal 82 Putusan Praperadilan pada prinsipnya tidak dapat
KUHAP): diajukan banding kecuali “putusan praperadilan
Diperiksa dgn Acara Pemeriksaan Cepat tentang tidak sahnya penghentian
penyidikan/penuntutan” (Pasal 83 ayat 2 KUHAP)
Dengan Hakim Tunggal
3 hr sejak diterimanya permohonan
praperadilan, hakim menetapkan hari SEMA No.14 tahun 1983 Hakim tdk dapat
sidang dipraperadilankan krn tindakan hakim hanya
Pemeriksaan dilakukan dg mendengar melanjutkan upaya paksa yg dilakukan oleh
keterangan dari pemohon dan termohon penyidik/PU
Selambat-lambatnya 7 hr sudah diputuskan
Pemeriksaan dilakukan secara cepat, krn SEMA No.15 tahun 1983 bahwa Polisi
apabila sudah dimulai pemeriksaan perkara Militer/Provost yg menangkap orang sipil dapat
pidananya dan belum diputus praperadilannya dipraperadilankan di PN
maka permohonan praperadilan gugur.
22
• ACARA PEMERIKSAAN SINGKAT (SUMIR) • ACARA PEMERIKSAAN BIASA
– Diterapkan dalam proses persidangan apabila penerapan – Diterapkan pada Tindak Pidana Ringan
dan pembuktian perkara pidana tdk sulit (tipiring) – pidana penjara 3 bln atau denda
maks. Rp.7500,- dan pelanggaran lalu lintas.
– Pengajuan perkara pidana untuk diperiksa persidangan
dapat dgn surat dakwaan lisan dari catatan PU – Penyidik atas kuasa PU dalam tenggang waktu
3 hari sejak berita acara dibuat,
– Hakim yg memeriksa adalah Hakim Tunggal menghadapkan terdakwa beserta barang bukti
dan saksi ke persidangan
– Putusan tdk dibuat khusus, dapat dicatat dalam berita
acara sidang dan Hakim membuat surat yg memuat amar – Saksi tdk disumpah dan putusan dicatat di
putusan buku register
– Bila dipandang perlu, dapat dilakukan pemeriksaan – Terdakwa dapat tdk hadir disidang dan
tambahan selama 14 hari oleh PU. Lewat waktu memberikan kuasa utk mewakili sidang
tersebut tdk selesai maka dialihkan ke acara
pemeriksaan biasa – Pemeriksaan oleh Hakim Tunggal
7) Pemeriksaan Ahli
8) Pemeriksaan terdakwa EKSEPSI (Pasal 156)
dianjurkan menjawab (Pasal 175)
dilarang diajukan pertanyaan yg menjerat (Pasal 166)
9) Tuntutan Pidana dari PU (Rekuisitor)
• Keberatan yg disampaikan oleh
dibacakan setelah pemeriksaan sidang selesai
dilakukan (semua alat bukti selesai diperiksa dan terdakwa/penasehat hukumnya tentang
semua barang bukti sudah diperlihatkan dimuka
sidang) - pengadilan tdk berwenang mengadil
10) Pembelaan dari Terdakwa/penasehat hukum (pledoi) perkaranya
11) Jawaban dari PU (Replik) dan Tanggapan dari - dakwaan tdk dpt diterima
terdakwa/penasehat hukum (Duplik)
Musyawarah Hakim (Pasal 182 juncto Pasal 19 ayat - surat dakwaan dibatalkan
3,4,5 UU 4/2004)
12) Putusan Pengadilan
23
• Hakim dapat menyatakan menerima , menolak
eksepsi, atau menunda putusan setelah selesai
pemeriksaan, kalau menolak maka sidang
dilanjutkan
24
Kekuatan Nilai Pembuktian dari
KETERANGAN AHLI
Alat Bukti
KETERANGAN SAKSI • apa yg dinyatakan di sidang pengadilan (Pasal 186)
• Keterangan dinyatakan di sidang pengadilan (Pasal 185 ayat
1) • dimungkinkan disampaikan secara tertulis
• Patut dicermati perkembangan Teknologi Informasi
(Penafsiran Sosiologis/Teleologis)
• Saksi memenuhi kriteria Pasal 1 butir 27 (Saksi Auditu)
• berdasarkan keahlian atau pengetahuannya
saksi de auditu dan saksi yg memberikan keterangan palsu
(Pasal 174) tdk punya/lemah nilai pembuktiannya • keterangan dibawah sumpah/janji
• Saksi mengucapkan sumpah/janji
• Saksi minimum 2 orang • Dimungkinkan diajukan keberatan thd ket. Ahli,
• Keterangan saksi dapat berdiri sendiri atau kesesuaian maka dilakukan kajian ulang (Pasal 180)
antar keterangan saksi
Petunjuk
SURAT
• Dibuat atas sumpah jabatan atau dikuatkan • Perbuatan, kejadian/keadaan ada
dg sumpah (Pasal 187) kesesuaian antara satu dg lain atau dg TP
sendiri, shg menandakan terjadi TP dan
siapa pelakunya (Pasal 188)
• Macam-Macam Surat :
– Berita Acara • Petunjuk hanya dpt ditarik dari :
– Akta-Akta Notariil
a. keterangan ahli
– Surat Ket.Ahli (Visum et Repertum/VeR)
b.surat
c.keterangan terdakwa
• Perkembangan Surat Elektronik melalui TI
KETERANGAN TERDAKWA
• apa yg dinyatakan di sidang pengadilan mengenai
perbuatan yg dilakukan,diketahui atau alami sendiri (Pasal
189 ayat 1)
25
JENIS-JENIS PUTUSAN
PENGADILAN • Kriteria tdk terbukti secara sah dan
menyakinkan sbb :
• Putusan Bebas (Vrijspraak)
a. minimum bukti yg ditentukan oleh KUHAP
@ Dasar Hukum : Pasal 191 ayat 1
tdk terpenuhi (2 alat bukti)
KUHAP
@ Pengertian : bebas dari b. Minimum bukti terpenuhi tapi hakim tdk yakin
pemidanaan
@ Dasar/Alasan penjatuhan Putusan c. Apabila salah satu unsur/lebih
Bebas : Hasil pemeriksaan sidang pertanggungjawaban tdk terbukti
(kesengajaan/kealpaan, kemampuan
menyatakan kesalahan terdakwa tdk bertanggungjawab)
terbukti secara sah dan menyakinkan
g.
keadaan memberatkan/meringankan
pernyataan kesalahan, terpenuhi semua unsur TP dg kualifikasinya dan
• Tdk terpenuhi point tersebut maka batal demi
pemidanaannya hukum
h. keterangan kalau ada surat palsu atau keterangan palsu
i. perinta terdakwa utk ditahan atau tetap ditahan atau dibebaskan
j. hari/tgl, nama PU, hakim dan panitera * Pasal 200 bahwa Surat Putusan ditandatangani
oleh Hakim dan panitera setelah putusan
Tdk terpenuhinya point tersebut maka putusan batal demi hukum
diucapkan
26
Hak terdakwa berkaitan dgn Putusan
pemidanaan (Pasal 196) : UPAYA HUKUM
a. Hak berpikir utk mempelajari putusan dgn Pengertian - pasal 1 butir 12 KUHAP
tenggang waktu 7 hr sejak putusan
hak terdakwa/PU untuk tidak menerima
b. Hak menerima putusan
putusan pengadilan yang berupa
c. Hak menolak putusan
perlawanan, banding, kasasi atau
d. Hak mengajukan upaya hukum
e. Hak meminta penangguhan pelaksanaan putusan
peninjauan kembali (PK).
utk mengajukan grasi (pdn mati)
f. Hak utk mencabut kembali pernyataan yg telah
diucapkan dg tenggang waktu tdk melewati
masa dari hak berpikir
27
• putusan yang bisa didanding: Proses Mengajukan Banding (Pasal
– Putusan pemidanaan 233-240)
– Putusan eksepsi yang diputuskan pada akhir
pemeriksaan. 1. Diajukan paling lambat 7 hari sejak putusan
– Putusan praperadilan tentang penghentian dijatuhkan hakim
penyidikan/penuntutan
2. Panitera membuat surat keterangan yang
ditandatanganinya dan pemohon
• putusan yang tidak bisa didanding (pasal
67): 3. Permohonan dpt dicabut selama belum dimulai
– Putusan bebas pemeriksaan di PT dan harus membayar biaya
– Putusan lepas dari segala tuntutan hukum perkara
karena tidak tepat penerapan hukumnya
– Putusan acara pemeriksaan cepat (denda) 4. Dalam 14 hari panitera harus mengirimkan ke PT
28
PROSES PENGAJUAN KASASI
(PSL 245-250 KUHAP) 4. Tenggang waktu pengajuan memori kasasi 14
hari sejak pengajuan permohonan kasasi
1. Perkara yang diajukan hrs sesuai dgn yang ditentukan UU
(psl 45A UU no. 5/2004 dan psl 244 KUHAP). 5. Berkas dikirim ke MA 14 hr sejak diterimanya
Kep. Menkeh 14/1983 ttg Tambahan Pedoman memori dan kontra memori kasasi
Pelaksanaan KUHAP butir 19 berdasarkan situasi dan
kondisi, demi hukum, keadilan dan kebenaran, thd putusan
bebas dpt dimintakan kasasi 6. Dimungkinkan pencabutan permohonan
sampai sebelum ada putusan kasasi dari MA
2. Diajukan ke panitera PN secara lisan/tertulis dalam dan tdk dapat diajukan kasasi lagi (psl 247)
tenggang waktu 14 hari setelah diberitahukan kepada
terdakwa – lewat tenggang waktu gugur hak untuk kasasi
(psl 246 ayat 2) 7. Pemeriksaan di MA oleh majelis, berdasarkan
berkas perkara. Namun dimungkinkan
3. Pemohon “wajib” mengajukan memori kasasi/risalah kasasi
pemeriksaan tambahan melaiui putusan sela
dan pihak lain berhak membuat kontra kasasi (psl 248 ) ke PN atau mendengar langsung.
29
PENINJAUAN KEMBALI (PK) ALASAN PENGAJUAN PK
(pasal 263-269) (pasal 263 (2))
Putusan yg dpt diajukan PK:
1. Apabila terdapat keadaan baru (novum) yg
1. Diajukan thd semua putusan pengadilan, mempunyai sifat dan kualitas "dugaan kuat "
termasuk putusan MA kalau diketahui sebelumnya dpt dijatuhkan
2. Putusan telah berkekuatan hk tetap putusan bebas atau lepas, dpt tdk diterimanya
Putusan yg tdk dapat diajukan PK (263 (1)): tuntutan PU atau penjatuhan ketentuan pidana
yg lebih ringan
1. Putusan bebas
2. Apabila dlm berbagai putusan terdpt saling
2. Putusan lepas dari segala tuntutan hk pertentangan
3. Apabila terdapat kekhilafan yg nyata dlm
Pihak yg berwenang mengajukan PK adalah putusan
terpidana atau ahli warisnya (263 (1))
3. Permintaan akan diperiksa di PN, Ketua PN menunjuk hakim 2. Putusan menolak permohonan PK, walaupun
yg memeriksa, yang berbeda dgn hakim yang memutus alasan sesuai psl 263 ayat 2, tapi berdasarkan
perkara tsb - menilai alasan tepat atau tdk (265 (1)) penilaian MA tidak tepat (266 (2))
4. Dihadiri oleh pemohon dan PU (265 (2))
3. Putusan membenarkan alasan pemohon, maka MA
5. Dibuat berita acara persidangan (ditandatangani hakim, PU, dpt menjatuhkan putusan bebas, lepas dari segala
pemohon dan panitera) dan berita acara pendapat tuntutan hukum, tdk menerima tuntutan PU,
(ditandatangani hakim dan panitera) (265 (3)) maupun putusan pdn lebih ringan (putusan tdk
boleh melebihi putusan sebelumnya) (pasal 266
6. Berdasarkan hasil pemeriksaan , permintaan dilanjutkan ke (2))
MA (265 (4))
• Pelaksana : jaksa
30