b. Tantangan Eksternal
Dalam menghadapi tantangan eksternal juga terdapat tantangan-tantangan
berikut.
1. Tantangan masa depan antara lain globalisasi, kemajuan teknologi informasi.
2. Kompetensi masa depan antara lain kernampuan berkomunikasi, kemampuan
berpikir jernih dan kritis, kemampuan menjadi warga negara yang
bertanggungjawab, kemampuan mencoba untuk megerti dan toleran terhadap
pandangan yang berbeda, dan memiliki kesiapan untuk bekerja.
3. Persepsi masyarakat antara lain terlalu menitikberatkan pada aspek kognitif,
beban siswa terlalu berat, kurang bermuatan karakter.
4. Perkembangan pengetahuan dan pedagogi antara lain Neurologi, Psikologi,
Observation, Based (Discovery) learning dan Collaborative Learning.
5. Fenomena negatif antara lain perkelahian pelajar, narkoba, korupsi, plagiarisme,
dan kecurangan dalam ujian (contek, kerepek)
C. Penyempurnaan Pola Pikir
Pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masa depan hanya akan dapat terwujud
apabila terjadi pergeseran atau perubahan pola pikir dalam proses pembelajaran
sebagai berikut ini.
Untuk bidang IPA, pencapaian peserta didk kelas 2 SMP juga tidak jauh berbeda
dengan pencapaian yang mereka peroleh untuk bidang matematika. Hasil studi pada
tahun 2007 dan 2011 menunjukkan bahwa lebih dari 95% peserta didik Indonesia
hanya mampu mencapai level menengah, sementara hampir 40% peserta didik
Taiwan mampu mencapai level tinggi dan lanjut (advanced). Hasil studi
Internasional untuk reading dan literacy (PIRLS) yang ditujukan untuk kelas IV SD
juga menunjukkan basil yang tidak jauh berbeda dengan hasil studi untuk tingkat
SMP seperti yang dipaparkan terdahulu. Dalam hal membaca, lebih dari 95% peserta
didik Indonesia di SD kelas IV juga hanya mampu mencapai level menengah,
sementara lebih dari 50% siswa Taiwan mampu mencapai level tinggi dan advanced.
Hasil analisis lebih jauh untuk studi TIMSS dan PIRLS menunjukkan bahwa soal-
soal yang digunakan untuk mengukur kemampuan peserta didik dibagi menjadi
empat kategori yaitu:
1. Low mengukur kemampuan sampai level knowing.
2. Intermediated mengukur kemampuan sampai level applying.
3. High mengukur kemampuan sampai level reasoning.
4. Advance mengukur kemampuan sampai level reasoning with incomplete
information.
pendidikan nilai, dan pembentuknan karakter tidak hanya dilakukan pada tataran
kognitif, tetapi menyentuh internalisasi, dan pengamalan nyata dalam kehidupan
sehari-hari. Pendidiak karakter pada tingkat satuan pendidikan mengarah pada
pembentukan budaya sekolah/madrasah, yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku,
tradisi, kebiasaan sehari-hari, serta simbul-simbul yang dipraktikkan oleh semua
warga sekolah/madrasah, dan masyarakat sekitarnya. Budaya sekolah/madrasah
merupkan ciri khas, karakter/watak, dan citra sekolah/madrasah tersebut di mata
masyarakat luas.