Anda di halaman 1dari 2

Design Approach and Methods

Metode dan proses desain yang digunakan oleh Leilinor Studio melalui beberapa
tahap. Tahap pertama dengan Site visit, yaitu melihat kondisi tapak dan lingkungan sekitar
hingga budaya setempat. Kedua ada Term of references dengan wawancara kepada klien
untuk menentukan desain rancangan terhadap bangunan agar lebih kompleks (non-rumah
tinggal). Sedangkan, untuk bangunan rumah tinggal sudah disediakan kuisioner yang dapat
diakses melalui Instagram @leilinorstudio. Berikutnya Meeting 1, pada tahap ini pihak
leilinor studio akan menemui klien untuk preview progress pengerjaan, seperti denah, bentuk
dan rencana anggaran biaya (RAB), namun masih dalam pengerjaan “kasaran” (belum
detail). Tahap berikutnya Meeting 2, pihak leilinor studio akan kembali menemui klien untuk
preview progress secara lebih lengkap mulai dari denah, 3D final hingga render eksterior
maupun interior bangunan. Tahap berikutnya ada pemilihan material, pada bagian ini leilinor
studio akan membuat opsi – opsi pemilihan material beserta detail rencana anggaran biayanya
untuk didiskusikan kembali dengan klien. Dan tahapan yang terakhir ada design engginering,
telah ada kesepakatan dengan klien mengenai desain dan material yang akan digunakan,
sehingga lelinor studio akan melengkapi detail – detail gambar (detail engineering design),
rencana anggaran biaya (RAB), time schedule serta rencana kerja dan syarat-syarat (RKS).
Terlepas dari tahap – tahap yang telah ada diatas, secara metode dan proses desain
dari leilinor studio tidak memliki parameter tersendiri akan menggunakan pendekatan dan
langgam atau style yang digunakan pada saat merancang bangunan. Kedua aspek tersebut
akan muncul tersendiri setelah adanya pembicaraan dengan klien baik melalui wawancara
atau kuesioner. Dan akan dikembangan saat proses desain saat meeting pertama dan kedua.
Aspek Kontekstual Bangunan Mal PTC

Mal PTC Surabaya

Sumber: Pakuwon Jati

Pada bagian ini akan membahas terkait hubungan objek Mal PTC dengan aspek
kontekstual, dengan mengacu dari buku Responsive Architecture (Bentley, 1985) terdapat
beberapa poin penting untuk merancang design responsive. Pertama ada permeability, yaitu
kemudahan akses dan sirkulasi. Akses menuju tapak sangat mudah karena dapat diakses oleh
kendaraan pribadi maupun umum. Untuk sirkulasi bagi pejalan kaki, yaitu pedestrian dengan
mengikuti jalur arteri sesuai massa bangunan serta menghadirkan jalur alternative untuk
mempermudah sirkulasi setempat.
Kedua ada variety, jadi pada objek bangunan ini berfungsi sebagai pusat perbelanjaan
modern. Mal ini merupakan yang terbesar di Surabaya, objek ini berada di kawasan mixed-
use. Ketiga ada Legibility, ada bentukan garis horizontal dan vertikal dari garis-garis kusen
jendela. Keempat ada Visual Appropriateness, yaitu identifikasi fungsi bangunan terlihat
seperti mal. Ditampilkan melalui fasad bangunan yang fungsinya sebagai pusat perbelanjaan
modern atau mal. Kemudahan akses, terdapatkan sarana ruang terbuka publik, dan
transparansi kegiatan yang dapat dilihat dari luar mendorong persepsi masyarakat pengunjung
bahwa bangunan tersebut terbuka untuk siapapun. Kelima ada personalization dengan
penerapan desain bangunan tidak hanya fokus terhadap proses bentuk bangunan itu sendiri,
namun juga terjadi suatu interaksi yang berkesinambungan antara bangunan dengan
lingkungan sekitarnya. Seperti adanya taman penghubung di antara gedung maupun jalan.
Terakhir ada robustness, yaitu fungsi untuk menciptakan ruang-ruang temporal pada ruang
luar yang dapat dijadikan sebagai ruang multifungsi dimana taman tidak hanya berfungsi
sebagai area resapan, namun juga sebagai estetika lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai