Anda di halaman 1dari 21

Makalah

Pendarahan ibu hamil, bersalin dan nifas

Dosen pengampu : reni haryanti S.ST.,M.Tr.Keb

Oleh kelompok 1 :

1. Eka kurnia 221.10.15201.1.008

2. Adelina damayanti 20.10.15201.001

Program studi kebidanan program sarjana

Dan program studi profesi program profesi

Stikes keluarga bunda jambi

Tahun akademik 2021-2022


KATA PENGANTAR

Segala puji kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini, dan kami buat
dengan waktu yang telah di tentukan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dengan adanya penyusunan
makalah seperti ini, pembaca dapat belajar dengan baik dan benar mengenai pendarahan ibu
hamil persalinan dan nifas dalam mata kuliah Profesionalisme kebidanan dengan dosen
pengampu mata kuliah Profesionalisme kebidanan yaitu Reni Hariyanti S.ST.,M.Tr.Keb.
Kami mengucapkan terimah kasih kepada pihak-pihak yang telah memberi sumbangsi
kepada kami dalam penyelesaian makalah ini. Dan tentunya kami juga menyadari, bahwa  masih
terdapat banyak kesalahan dan kekurangan pada makalah ini. Hal ini Karena keterbatasan
kemampuan dari kami. Oleh karena itu, kami senantiasa menanti kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak, guna penyempurnaan makalah ini.
Semoga dengan adanya makalah ini kita dapat belajar bersama demi kemajuan kita dan
kemajuan ilmu pengetahuan.
                                                             

                  Jambi , 4 Desember 2021

Kelompok 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ i

DAFTAR ISI...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang............................................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah....................................................................................... 2
1.3 Tujuan........................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 2.1 Patofisiologi……………………………………………………………….. 3


2.2 2.2 Pemeriksaan Penunjang………………………………………………….. 3
2.3 2.3 Penatalaksanaan………………………………………………………….. 4
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.................................................................................................. 17

3.2 Saran............................................................................................................ 17

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 18
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Masa nifas (puerpunium) menurut Sarwono Prawirohardjo adalah dimulai setelah
plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandunagn kembali seperti keadaan semula atau
sebelum hamil, yang berlangsung kira-kira 6 minggu. Masa nifas menurut Rustam Muchtar
adalah masa pulih kembali dimulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandunagn sampai
seperti prahamil lamanya 6-8 minggu. Definisi lain masa nifas adalah masa sesudah persalinan
yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Menurut
Hafina Wiknjosastro, masa nifas adalah dimulai setelah persalinan selesaindan berakhir setelah
kira-kira 6 minggu. Masa post partum dibagi dalam tiga tahap : Immediate post partum dalam 24
jam pertama, Early post partum period (minggu pertama) dan Late post partum period ( minggu
kedua sampai minggu ke enam

Bahaya terbesar yang biasanya terjadi pada masa nifas adalah moragi atau perdarahan.
Oleh karena itu, pengkajian tanda fital, syok hipovolemik, tinggi fundus uterus(untuk
mengetahui intensitas kontraksi), distensi urin, sifat dan jumlah lokia, hemostatis perinium,
ketidak nyamanan, bonding attachemnt, dan status emosioanal sangat penting dilakukan untuk
mengurangi baya masa nifas.

Selain perdarahan, ada juga bahaya lain yang mengacam ibu, yaitu infeksi pada masa
nifas. Intervensi terhadap gangguan ini difokuskan untuk mencegah infeksi dan meningkatkan
proses penyembuhan dengan perawatan asepsis, kebersihan diri, perawatan perinium, perawatan
hemorogi, peningkatan eliminasi, pengkajian terhadap involusi uteri, lokia, episiotomi, dan after
pain. Bidan yang mengajarkan tentang perawatan payudara dan teknik menyusui Bidan juga
memeberi informasi tentang aktifitas,istirahat, latihan,makanan, cairan, perawatan kulit,
hubungan seksual, fisiologi pasca partum, pelayanan kesehatan ibu, tanda-tanda bahaya dan
kunjungan ulang 6 minggu pascapartum.

1.1 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka kelompok membuat rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Konsep Dasar Pendarahan Post Partum
a. Bagaimana anatomi dan fisiologi dari reproduksi wanita?
b. Apakah defenisi dari Pendarahan Post Partum ?
c. Apakah penyebab dari Pendarahan Post Partum?
d. Apa manifestasi klinis dan pemeriksaan penunjang dari Pendarahan Post Partum?
e. Bagaimana patofisiologi pada Pendarahan Post Partum?
f. Apa saja komplikasi dari Pendarahan Post Partum?
g. Bagaimana penatalaksanaan dari Pendarahan Post Partum?
2. Konsep Asuhan Keperawatan Berdasarkan Skenario Kasus
a. Pengkajian
b. Analisa Data
c. Diagnosa Keperawatan
d. Rencana Asuhan Keperawatan

1.2 Tujuan Penulisan


1. Tujuan Umum
Mengetahui bagaimana asuhan keperawatan yang tepat pada pasien dengan
Pendarahan Post Partum.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi konsep dari PendarahanPost Partum meliputi definisi, etiologi,
patofisiologi, pencegahan, komplikasi dan penatalaksanaan yang tepat.
b. Mengidentifikasi asuhan keperawatan mulai dari pengkajian, analisa data, diagnosa, dan
rencana asuhan keperawatan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.4 Anatomi dan Fisiologi Sistem Repruduksi Wanita


Sistem reproduksi wanita terdiri dari organ interna, yang terletak di dalam rongga pelvis dan
ditopang oleh lantai pelvis, dan genetalia eksterna, yang terletak di perineum. Struktur
reproduksi interna dan eksterna berkembang menjadi matur akibat rangsang hormon estrogen
dan progesteron (Bobak, 2005).

1. Struktur Eksterna

a. Vulva
Vulva adalah nama yang diberikan untuk struktur genetalia externa. Kata ini
berarti penutup atau pembungkus yang berbentuk lonjong, berukuran panjang,
mulai klitoris, kanan kiri dibatasi bibir kecil sampai ke belakang dibatasi
perineum.
b. Mons pubis
Mons pubis atau mons veneris adalah jaringan lemak subkutan berbentuk bulat
yang lunak dan padat serta merupakan jaringan ikat jarang di atas simfisis pubis.
Mons pubis mengandung banyak kelenjar sebasea dan ditumbuhi rambut
berwarna hitam, kasar, dan ikal pada masa pubertas, mons berperan dalam
sensualitas dan melindungi simfisis pubis selama koitus.
c. Labia Mayor
Labia mayora adalah dua lipatan kulit panjang melengkung yang menutupi lemak
dan jaringan kulit yang menyatu dengan mons pubis. Keduanya memanjang dari
mons pubis ke arah bawah mengililingi labia minora, berakhir di perineum pada
garis tengah. Labia mayora melindungi labia minora, meatus urinarius, dan
introitus vagina. Pada wanita yang belum pernah melahirkan anak pervaginam,
kedua labia mayora terletak berdekatan di garis tengah, menutupi stuktur-struktur
di bawahnya.
Setelah melahirkan anak dan mengalami cedera pada vagina atau pada perineum,
labia sedikit terpisah dan bahkan introitus vagina terbuka. Penurunan produksi
hormon menyebapkan atrofi labia mayora. Pada permukaan arah lateral kulit labia
tebal, biasanya memiliki pigmen lebih gelap daripada jaringam sekitarnya dan
ditutupi rambut yang kasar dan semakin menipis ke arah luar perineum.
Permukaan medial labia mayora licin, tebal, dan tidak tumbuhi rambut.
Sensitivitas labia mayora terhadap sentuhan, nyeri, dan suhu tinggi. Hal ini
diakibatkan adanya jaringan saraf yang menyebar luas, yang juga berfungsi
selama rangsangan seksual.
d. Labia Minora
Labia minora terletak di antara dua labia mayora, merupakan lipatan kulit yang
panjang, sempit, dan tidak berambut yang , memanjang ke arah bawah dari bawah
klitoris dan dan menyatu dengan fourchett. Sementara bagian lateral dan anterior
labia biasanya mengandung pigmen, permukaan medial labia minora sama dengan
mukosa vagina. Pembuluh darah yang sangat banyak membuat labia berwarna
merah kemerahan dan memungkankan labia minora membengkak, bila ada
stimulus emosional atau stimulus fisik. Kelenjar-kelenjar di labia minora juga
melumasi vulva. Suplai saraf yang sangat banyak membuat labia minora sensitif,
sehingga meningkatkan fungsi erotiknya.
e. Klitoris
Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan yang terletak tepat di bawah
arkus pubis. Dalam keadaan tidak terangsang, bagian yang terlihat adalah sekitar
6x6 mm atau kurang. Ujung badan klitoris dinamai glans dan lebih sensitif dari
pada badannya. Saat wanita secara seksual terangsang, glans dan badan klitoris
membesar. Kelenjar sebasea klitoris menyekresi smegma, suatu substansi lemak
seperti keju yang memiliki aroma khas dan berfungsi sebagai feromon. Istilah
klitoris berasal dari kata dalam bahasa yunani, yang berarti ‘’kunci’’ karena
klitoris dianggap sebagai kunci seksualitas wanita. Jumlah pembuluh darah dan
persarafan yang banyak membuat klitoris sangat sensitif terhadap suhu, sentuhan
dan sensasi tekanan.

f. Vestibulum
Vestibulum ialah suatu daerah yang berbentuk seperti perahu atau lojong, terletak
di antara labia minora, klitoris dan fourchette. Vestibulum terdiri dari muara
uretra, kelenjar parauretra, vagina dan kelenjar paravagina. Permukaan vestibulum
yang tipis dan agak berlendir mudah teriritasi oleh bahan kimia. Kelenjar
vestibulum mayora adalah gabungan dua kelenjar di dasar labia mayora, masing-
masing satu pada setiap sisi orifisium vagina.
g. Fourchette
Fourchette adalah lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, dan terletak
pada pertemuan ujung bawah labia mayora dan minora di garis tengah di bawah
orifisium vagina. Suatu cekungan dan fosa navikularis terletak di antara fourchette
dan himen.
h. Perineum
Perineum adalah daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus vagina dan
anus.
2. Struktur Interna

a. Ovarium

Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus, di bawah dan di belakang tuba falopi. Dua
lagamen mengikat ovarium pada tempatnya, yakni bagian mesovarium ligamen lebar
uterus, yang memisahkan ovarium dari sisi dinding pelvis lateral kira-kira setinggi krista
iliaka anterosuperior, dan ligamentum ovari proprium, yang mengikat ovarium ke uterus.
Dua fungsi ovarium adalah menyelenggarakan ovulasi dan memproduksi hormon. Saat
lahir, ovarium wanita normal mengandung banyak ovum primordial. Di antara interval
selama masa usia subur ovarium juga merupakan tempat utama produksi hormon seks
steroid dalam jumlah yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan, dan fungsi
wanita normal.
b. Tuba Fallopi
Sepasang tuba fallopi melekat pada fundus uterus. Tuba ini memanjang ke arah lateral,
mencapai ujung bebas legamen lebar dan berlekuk-lekuk mengelilingi setiap ovarium.
Panjang tuba ini kira-kira 10 cm dengan berdiameter 0,6 cm. Tuba fallopi merupakan
jalan bagi ovum. Ovum didorong di sepanjang tuba, sebagian oleh silia, tetapi terutama
oleh gerakan peristaltis lapisan otot. Esterogen dan prostaglandin mempengaruhi gerakan
peristaltis. Aktevites peristaltis tuba fallopi dan fungsi sekresi lapisan mukosa yang
terbesar ialah pada saat ovulasi.
c. Uterus
Uterus adalah organ berdinding tebal, muskular, pipih, cekung yang tampak mirip buah
pir yang terbalik. Uterus normal memiliki bentuk simetris, nyeri bila di tekan, licin dan
teraba padat. Uterus terdiri dari tiga bagian, fudus yang merupakan tonjolan bulat di
bagian atas dan insersituba fallopi, korpus yang merupakan bagian utama yang
mengelilingi cavum uteri, dan istmus, yakni bagian sedikit konstriksi yang
menghubungkan korpus dengan serviks dan dikenal sebagai sekmen uterus bagian bawah
pada masa hamil. Tiga fungsi uterus adalah siklus menstruasi dengan peremajaan
endometrium, kehamilan dan persalinan.
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan :
1) Endometrium yang mengandung banyak pembuluh darah ialah suatu lapisan membran
mukosa yang terdiri dari tiga lapisan : lapisan permukaan padat, lapisan tengah jaringan
ikat yang berongga, dan lapisan dalam padat yang menghubungkan indometrium dengan
miometrium.

2) Miometrum yang tebal tersusun atas lapisan – lapisan serabut otot polos yang
membentang ke tiga arah. Serabut longitudinal membentuk lapisan luar miometrium,
paling benyak ditemukan di daerah fundus, membuat lapisan ini sangat cocok untuk
mendorong bayi pada persalinan.
3) Peritonium perietalis, Suatu membran serosa, melapisi seluruh korpus uteri, kecuali
seperempat permukaan anterior bagian bawah, di mana terdapat kandung kemih dan
serviks. Tes diagnostik dan bedah pada uterus dapat dilakukan tanpa perlu membuka
rongga abdomen karena peritonium perietalis tidak menutupi seluruh korpus uteri.

d. Vagina
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan mampu meregang
secara luas. Mukosa vagina berespon dengan cepat terhadap stimulai esterogen dan
progesteron. sel-sel mukosa tanggal terutama selama siklus menstruasi dan selama masa
hamil. Sel-sel yang di ambil dari mukosa vagina dapat digunakan untuk mengukur kadar
hormon seks steroid. Cairan vagina berasal dari traktus genetalis atas atau bawah. Cairan
sedikit asam. Interaksi antara laktobasilus vagina dan glikogen mempertahankan
keasaman. Apabila pH nik diatas lima, insiden infeksi vagina meningkat. Cairan yang
terus mengalir dari vagina mempertahankan kebersihan relatif vagina.
2.5 Definisi
Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml selama 24 jam setelah
anak lahir. Termasuk perdarahan karena retensio plasenta. Perdarahan post partum adalah
perdarahan dalam kala IV lebih dari 500-600 cc dalam 24 jam setelah anak dan plasenta
lahir
(Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH, 1998).
Haemoragic Post Partum (HPP) adalah hilangnya darah lebih dari 500 ml dalam 24 jam
pertama setelah lahirnyabayi
(Williams, 1998)
HPP biasanya kehilangan darah lebih dari 500 ml selama atau setelah kelahiran
(Marylin E Dongoes, 2001)

2.6 Etiologi
a.       Etiologi HPP primer
1. Atonia uteri (uterus gagal berkontraksi dengan baik setelah persalinan)
2. Trauma genital (meliputi penyebab spontan dan trauma akibat penatalaksanaan atau
gangguan, misalnya: kelainan yang menggunakan peralatan yang termasuk seksio sesaria,
episiotomi, pemotongan “ghisiri”).
3. Retentio plasenta.
4. Sisa plasenta dan
5. Robekan jalan lahir.

b.      Etiologi HPP sekunder


1. Fragmen plasenta atau selaput ketuban tertahan.
2. Pelepasan jaringan mati setelah persalinan macet (dapat terjadi diservik, vagina, kandung
kemih, rectum).
3. Terbukanya luka pada uterus (setelah seksio sesaria atau ruptur uterus)

2.7 Klasifikasi
1. Perdarahan post partum primer / dini (early postpartum hemarrhage) :
yaitu perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama. Penyebab utamanya adalah atonia
uteri, retention plasenta, sisa plasenta dan robekan jalan lahir. Banyaknya terjadi pada 2 jam
pertama.

2. Perdarahan Post Partum Sekunder / lambat (late postpartum hemorrhage),yaitu perdarahan


yang terjadi setelah 24 jam pertama.Klasifikasi Masa nifas dibagi dalam 3 periode yaitu :

a. Post partum dini yaitu keputihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri,

berjalan-jalan. Dalam agama Isalam dianggap telah bersih dan boleh bekerja
setelah 40 hari.
b. Post partum intermedial yaitu keputihan menyeluruh alat-alat genetalia yang
lamanya 6-8 minggu.
c. Post partum terlambat yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau
tahunan.

2.8 Manifestasi Klinis


1. Setelah persalinan pasien mengeluh lemah, pucat, limbung, berkeringat dingin,
menggigil, pusing, gelisah, hiperpnea, sistolik <90 mmHg, nadi > 100x/menit, kadar hb
<8 gr. Ini karenakehilangan darah lebih dari normal (>500CC) dan dapat terjadi syok
hipovolemik, tekanan darah rendah, ekstremitas dingin , mual. (abudl bari)
2. Gejala Klinis berdasarkan penyebab:
a) Atonia Uteri
Gejala yang selalu ada: Uterus tidak berkontraksi dan lembek dan perdarahan
segera setelah anak lahir (perarahan postpartum primer).
Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok (tekanan darah rendah, denyut nadi
cepat dan kecil, ekstremitas dingin, gelisah, mual dan lain-lain).
b) Robekan jalan lahir
Gejala yang selalu ada: perdarahan segera, darah segar mengalir segera setelah
bayi lahir, kontraksi uteru baik, plasenta baik.

c) Retensio plasenta
Gejala yang selalu ada: plasenta belum lahir setelah 30 menit, perdarahan segera,
kontraksi uterus baik.

d) Tertinggalnya plasenta (sisa plasenta)


Gejala yang selalu ada : plasenta atau sebagian selaput (mengandung pembuluh
darah) tidak lengkap dan perdarahan segera.

e) Inversio uterus
Gejala yang selalu ada: uterus tidak teraba, lumen vagina terisi massa, tampak tali
pusat (jika plasenta belum lahir), perdarahan segera, dan nyeri sedikit atau berat.
(Sumber: Nanda Nic Noc Jilid 3 2015)

2.9 Patofisiologi

Pada dasarnya perdarahan terjadi karena pembuluh darah didalam uterus masih terbuka.
Pelepasan plasenta memutuskan pembuluh darah dalam stratum spongiosum sehingga sinus-
sinus maternalis ditempat insersinya plasenta terbuka.

Pada waktu uterus berkontraksi, pembuluh darah yang terbuka tersebut akan menutup,
kemudian pembuluh darah tersumbat oleh bekuan darah sehingga perdarahan akan terhenti.
Adanya gangguan retraksi dan kontraksi otot uterus, akan menghambat penutupan pembuluh
darah dan menyebabkan perdarahan yang banyak. Keadaan demikian menjadi faktor utama
penyebab perdarahan paska persalinan. Perlukaan yang luas akan menambah perdarahan
seperti robekan servix, vagina dan perinium.
2.10 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dalam perdarahan post partum menurut Rochmat (2008), adalah :
a.   Golongan darah : menentukan Rh, ABO dan percocokan silang.
b.   Jumlah darah lengkap : menunjukkan penurunan Hb/Ht dan peningkatan jumlah
sel darah putih(SDP). (Hb saat tidak hamil:12-16gr/dl, saat hamil: 10-14gr/dl. Ht
saat tidak hamil : 37%-47%, saathamil:32%-42%. Total SDP saat tidak hamil
4.500-10.000/mm3. saat hamil 5.000-15.000)
c.   Kultur uterus dan vagina : mengesampingkan infeksi pasca partum
d.   Urinalisis : memastikan kerusakan kandung kemih
e.   Profil koagulasi : peningkatan degradasi, kadar produk fibrin/produk split fibrin
(FDP/FSP),penurunan kadar fibrinogen : masa tromboplastin partial diaktivasi,
masa tromboplastin partial (APT/PTT), masa protrombin memanjang pada KID
f. Sonografi : menentukan adanya jaringan plasenta yang tertahanPemeriksaan
penunjang yang dapatdilakukan adalah dengan menggunakan :
1) Pemeriksaan Laboratorium Kadar Hb, Ht, Masa perdarahan dan masaPembekuan.
2) Pemeriksaan USG, Hal ini dilakukan bila perlu untuk menentukan adanyasisa
jaringankonsepsintrauterine.
3) Kultur uterus dan vaginal Menentukan efek samping apakah ada infeksi yang
terjadi.
4) Urinalisis Memastikan kerusakan kandung kemih.
5) Profil Koagulasi Menentukan peningkatan degradasi kadar produk
fibrin,Penurunanfibrinogen, aktivasi masa tromboplastin dan masa
tromboplastinparsial.
2.11 Komplikasi
1. Syok Hemoragie
Akibat terjadinya perdarahan, ibu akan mengalami syok dan menurunnya kesadaran akibat
banyaknya darah yang keluar. Hal ini menyebabkan gangguan sirkulasi darah ke seluruh
tubuh dan dapat menyebabkan hipovolemia berat. Apabila hal ini tidak ditangani dengan
cepat dan tepat, maka akan menyebabkan kerusakan atau nekrosis tubulus renal dan
selanjutnya meruak bagian korteks renal yang dipenuhi 90% darah di ginjal. Bila hal ini terus
terjadi maka akan menyebabkan ibu tidak bisa terselamatkan.
2. Anemia
Anemia terjadi akibat banyaknya darah yang keluar dan menyebabkan perubahan hemostasis
dalam darah, juga termasuk hematokrit darah. Anemia dapat berlanjut menjadi masalah
apabila tidak ditangani, yaitu pusing dan tidak bergairah dan juga akan berdampak juga pada
asupan ASI bayi.

3. Sindro Sheehan
Hal ini terjadi karena, akibat jangka panjang dari perdarahan postpartum sampai syok.
Sindrom ini disebabkan karena hipovolemia yang dapat menyebabkan nekrosis kelenjar
hipofisis. Nekrosis kelenjar hipofisi dapat mempengaruhi sistem endokrin.

2.12 Penatalaksanaan
Penanganan pada perdarahan postpartum terdapat dua bagian sebagai berikut :

1. Suportif, yaitu perbaikan keadaan umum, penambahan cairan, dan darah serta komponen
- komponennya.

2. Kausatif, yaitu dengan melakukan identifikasi penyebab perdarahan dan usaha untuk
menghentikannya.
Ada beberapa cara untuk menghentikan perdarahan, yaitu :

A. Pemberian uterotonika dengan oksitosin, metil ergometrin atau


prostaglandin.
B. Hemostasis secara mekanis dengan manual plasenta, kuret sisa
plasenta, kompresimanual ataupun packing.
C. Pembedahan, yaitu penjahitan laserasi, ligasi pembuluh darah,
ataupundilakukan histerektomi.

Tujuan utama penanganan perdarahan postpartum adalah :


1. Mengembalikan volume darah dan mempertahankan oksigenasi.
2. Menghentikan perdarahan dengan menangani penyebab perdarahan post partum.
Idealnya stabilisasi dilakukan terlebih dahulu sebelum tindakan definitif dikerjakan, tetapi hal ini
terkadang tidak mungkin dikerjakan sendiri-sendiri melainkan seringkali dikerjakan perbaikan
keadaan umum ( resusitasi ) sambil dilakukan tindakan untuk menghentikan perdarahan tersebut.
Pada saat awal resusitasi cairan juga diambil sample darahnya untuk diperiksakan laboratorium
sederhana dahulu, yaitu kadar Hemoglobin, Hematokrit, Lekosit, Trombosit, Faal Pembeku
Darah atau dikerjakan pemeriksaan Waktu Pembekuan Darah dan Waktu Perdarahan secara
langsung.

Perdarahan Pascamelahirkan

Perdarahan pascamelahirkan adalah perdarahan yang terjadi selama beberapa minggu


setelah melahirkan. Perdarahan ini bisa bersifat normal, bisa juga tidak normal. Perdarahan
pascamelahirkan yang abnormal merupakan penyebab utama kematian ibu saat
persalinan.

Penyebab Perdarahan Pasca melahirkan


Saat proses persalinan, otot rahim secara alami akan berkontraksi dan mendorong
keluar plasenta dari dalam rahim. Setelah plasenta berhasil keluar, kontraksi pada
rahim bertujuan untuk menghentikan perdarahan dengan menekan pembuluh darah di
dinding rahim bekas melekatnya ari-ari (plasenta).
Pada perdarahan normal, darah secara berangsur akan berkurang dan akhirnya
berhenti dalam beberapa minggu setelah melahirkan. Namun, jika terdapat gangguan,
perdarahan dapat terus terjadi dan jumlahnya berlebihan.
Berdasarkan penyebabnya, perdarahan pascamelahirkan abnormal terbagi menjadi dua
jenis, yaitu perdarahan pascamelahirkan primer dan sekunder. Penjelasannya adalah
sebagai berikut:

Perdarahan pascamelahirkan primer  


Perdarahan pascamelahirkan primer terjadi dalam 24 jam pertama usai melahirkan.
Umumnya, perdarahan ini disebabkan oleh otot rahim yang lemas (atonia uteri), tapi
bisa juga karena retensi plasenta, luka robek pada rahim, leher rahim, atau vagina,
serta gangguan pembekuan darah.

Perdarahan pascamelahirkan sekunder


Sedikit berbeda dengan perdarahan primer, perdarahan pascamelahirkan
sekunder terjadi setelah 24 jam hingga 6 minggu pascamelahirkan. Umumnya, kondisi
ini diakibatkan oleh infeksi pada rahim (endometritis), yang merupakan penyebab
kematian tersering pada ibu melahirkan.
Selain endometritis, retensi plasenta dan kantong air ketuban yang masih tersisa
di dalam rahim juga dapat menyebabkan perdarahan pascamelahirkan sekunder.
Pasalnya, plasenta atau kantong air ketuban yang masih tersisa di dalam rahim dapat
membuat rahim tidak bisa berkontraksi secara normal untuk menghentikan perdarahan.
Ada beberapa faktor yang membuat wanita berisiko mengalami perdarahan
pascamelahirkan abnormal, yaitu:

 Memiliki riwayat perdarahan pada kehamilan sebelumnya


 Memiliki berat badan berlebih atau obesitas
 Berusia lebih dari 40 tahun saat melahirkan
 Melahirkan anak kembar
 Mengalami plasenta previa
 Menderita preeklamsia
 Mengalami anemia saat hamil
 Menjalani persalinan dengan operasi caesar
 Menjalani persalinan dengan induksi
 Menjalani proses persalinan lebih dari 12 jam
 Melahirkan bayi dengan berat badan di atas 4 kilogram

Gejala Perdarahan Pascamelahirkan


Perdarahan pascamelahirkan yang normal ditandai dengan keluarnya darah lokia
berwarna merah terang yang dalam beberapa hari usai melahirkan akan berubah
menjadi merah muda dan cokelat. Umumnya, perdarahan ini akan berhenti secara
bertahap dalam waktu 3–6 minggu.
Perdarahan pascamelahirkan disebut abnormal jika darah yang keluar lebihi dari 500
mililiter pada wanita yang menjalani persalinan normal atau lebih dari 1.000 ml pada
wanita yang menjalani persalinan dengan operasi caesar.
Darah yang keluar pada perdarahan pascamelahirkan abnormal umumnya disertai
keluarnya bekuan darah yang ukurannya bisa lebih besar dari bola golf. Wanita yang
mengalami perdarahan abnormal juga dapat merasakan beberapa gejala di bawah ini:

 Pusing, seperti mau pingsan


 Lemas
 Jantung berdebar
 Sesak napas
 Berkeringat
 Gelisah atau bingung
 Demam
 Nyeri perut
 Darah berbau menyengat
 Nyeri panggul
 Nyeri saat buang air kecil

Waspadai gejala-gejala tersebut, terlebih bila disertai dengan turunnya tekanan darah.
Pasalnya, hal itu dapat menjadi pertanda akan terjadi syok hipovolemik yang dapat
mengancam nyawa.

Diagnosis Perdarahan Pascamelahirkan


Perdarahan pascamelahirkan membutuhkan diagnosis yang cepat, sehingga
biasanya dokter kandungan akan mengawali proses diagnosis dengan pemeriksaan
fisik.
Dalam pemeriksaan fisik, bila jalan lahir masih terbuka, dokter mungkin akan
memasukkan kepalan tangannya ke dalam rahim pasien untuk merasakan kekuatan
otot rahim dan memeriksa apakah masih terdapat sisa plasenta atau robekan pada
rahim.
Bila dengan pemeriksaan fisik tidak cukup untuk menentukan penyebab perdarahan
pascamelahirkan, dapat dilakukan pemeriksaan penunjang, seperti USG panggul, untuk
melihat sumber perdarahan.
Pemeriksaan darah juga dapat dilakukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
gangguan pembekuan darah serta memperkirakan jumlah darah yang hilang untuk
kebutuhan transfusi darah.

Perdarahan pada Kehamilan

Perdarahan saat hamil merupakan kondisi yang cukup sering terjadi pada trimester awal
kehamilan. Secara umum perdarahan cukup berpotensi membahayakan ibu dan janin.
Kebanyakan wanita hamil mengalami perdarahan pada saat 12 minggu kehamilan pertama.
Kondisi ini tidak selalu menandakan adanya masalah yang serius dalam kehamilan. Namun jika
mengalaminya, ibu hamil disarankan untuk beristirahat dan hindari bepergian jauh atau naik
motor di jalan yang tidak mulus dan disarankan agar menggunakan kendaraan roda empat.
Kondisi ini tetap harus diwaspadai oleh para wanita hamil, sebab pendarahan saat hamil bisa
menjadi tanda terjadinya keguguran atau kondisi lain yang dapat membahayakan wanita hamil.
Penyebab perdarahan pada trimester pertama atau 12 minggu pertama kehamilan,
Beberapa kondisi yang bisa memicu terjadinya hal tersebut yaitu keguguran, pendarahan
implantasi, kehamilan ektopik, kehamilan mola (hamil anggur). Penyebab perdarahan pada saat
kehamilan trimester kedua dan ketiga yaitu hubungan seksual, solusio plasenta, plasenta previa,
bukaan lahir. Hal-hal yang mungkin menyebabkan perdarahan saat hamil ketika usia kehamilan
sudah lebih tua atau di trimester akhir adalah infeksi vagina, melakukan pemeriksaan serviks
atau pemeriksaan panggung (pap smear) dan polip serviks. Plasenta previa menjadi salah satu
penyebab terbanyak perdarahan pada wanita hamil.

tanda-tanda perdarahan pada saat hamil yang berbahaya yaitu apabila terjadi perdarahan
hebat, misalkan jumlah darah yang keluar sangat banyak atau disertai jaringan-jaringan
berukuran besar, nyeri perut hebat yang tidak tertahankan, demam tinggi yang tidak membaik
dengan obat penurun demam, pusing hingga penurunan kesadaran atau pingsan, keputihan
abnormal dan berbau, perdarahan di trimester kedua dan ketiga kehamilan.
BAB III
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1.Pendarahan Post Partum ( HPP ) merupakan perdarahan yang tejadi lebih dari 500-600
ml selama 24 jam setelah anak lahir. Termasuk perdarahan karena retensio plasenta. Perdarahan
post partum adalah perdarahan dalam kala IV lebih dari 500-600 cc dalam 24 jam setelah anak
dan plasenta lahir. Banyak factor yang menyebabkan HPP terjadi, bias terjadi akibat retensio
plasenta, robekan jalan lahir , dinding uterus yang tidak kua, ataupun karena adanya sisa plasenta
yang tertinubggal.
Focus utama dari penanganan pasien yang mengalami HPP adalah menghentikan
pendarahan dan pantau keseimbangan cairan di dalam tubuh pasien, mencegah terjadi nya shock
hipovolemik.

2.Perdarahan saat hamil dialami oleh 2 dari 10 wanita hamil. Penyebab perdarahan


pada trimester pertama atau 12 minggu pertama kehamilan, Beberapa kondisi yang bisa
memicu terjadinya hal tersebut yaitu keguguran, pendarahan implantasi, kehamilan
ektopik, kehamilan mola (hamil anggur).

3. Perdarahan pascamelahirkan primer terjadi dalam 24 jam pertama usai melahirkan.


Umumnya, perdarahan ini disebabkan oleh otot rahim yang lemas (atonia uteri), tapi bisa
juga karena retensi plasenta, luka robek pada rahim, leher rahim, atau vagina, serta
gangguan pembekuan darah.

4.3 Saran
Diharapkan kepada seorang perawat mampu memahami konsep dasar dan perjalanan dari
hiperemesis gravidarum agar dapat melakukan asuhan keperawatan dengan baik dan benar serta
dapat memberikan penkes, baik kepada klien maupun keluarga klien untuk mendukung
perawatan klien di luar pemantauan perawat.

DAFTAR PUSTAKA

Manuaba. (2005). Ilmu Kebidaan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta:
yayasan Bina Pustaka.
Maulana. (2008). Penyakit pada Kehamilan dan Pengobatannya. Yogyakarta: Salemba Medika.
Mitayni. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.
Rahmawati, A. P. & E. (2010). Kapita Selekta ASI & Menyusui. Yogyakarta: Nuha Medika.
Roesli, U. (2008). Inisiasi Menyusui Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta: Pustaka Bunda.
Rose-Neil, W. (2008). Panduan Lengkap Perawatan Kehamilan. Jakarta: Dian Rakyat.
Sitorus, R. (1999). Pedoman Perawatan Kesehatan Ibu dan Janin Selama Kehamilan. Bandung:
Pionir Jaya.
Stoppard, M. (2009). Panduan Mempersiapkan Kehamilan & Kelahiran untuk Calon Ibu dan
Ayah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sukowati. (2010). Model Konsep danTeori Keperawatan. Bandung: Refika Publish.
Winkjosastro, H. (2005). Anatomi fisiologi kehamilan. Jakarta: yayasan Bina Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai