Anda di halaman 1dari 35

PRESENTASI KASUS RADIOLOGI

MULTIPLE SCLEROSIS

Disusun oleh:

Donna Maharani (01073190046)

Dibimbing oleh:

dr. Linda, SpRad

KEPANITERAAN KLINIK ILMU RADIOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PELITA HARAPAN

SILOAM HOSPITALS LIPPO VILLAGE – RUMAH SAKIT UMUM SILOAM

PERIODE 10 MEI – 29 MEI 2021

TANGERANG
BAB I
ILUSTRASI KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. A
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 21 tahun
Tanggal lahir : 28 Juli 1998
Status Pernikahan : Belum menikah
Tanggal Masuk RS : 22 Februari 2021
No. Rekam Medis : RSUS.00-62-12-67

II. ANAMNESIS
Data pasien didapatkan dari rekam medis pasien atas nama Andrey Juniar pada tanggal
19 Mei 2021.
a. Keluhan Utama
Tremor tungkai dan lengan sejak 1 hari SMRS
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan tremor pada tungkai dan lengan sejak 1 hari SMRS.
Tremor pertama kali dirasakan pada kedua tangan, ketika pasien sedang duduk
tidak beraktivitas. Tremor muncul tiba-tiba, kemudian timbul di tungkai bawah.
Tremor berlangsung kurang lebih 1 menit, kemudian hilang dengan sendirinya.
Dalam 1 hari, tremor terjadi sebanyak 3 kali. Pasien juga mengeluhkan adanya
kesemutan dari area perut, yang menjalar hingga kedua paha. Pasien mengatakan
kesemutan juga muncul secara tiba-tiba. Selain itu, pasien mengatakan belum
buang air kecil sejak 1 hari SMRS. Pasien mengatakan ada rasa ingin BAK, namun
tidak ada yang keluar. Pasien juga mengeluhkan adanya lemas pada seluruh
anggota gerak yang muncul bersamaan dengan kesemutan. Selain itu, pasien
mengalami pandangan berbayang sejak 1 hari SMRS, yang terjadi pada kedua mata.
Pasien mengatakan bahwa bila melihat suatu objek, rasanya berbayang. Keluhan
lain seperti demam, mual, muntah, pelo, sulit menelan, kejang disangkal.
Pasien sudah pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya. Pasien pertama kali
datang pada bulan Oktober 2014 dengan keluhan lemas pada tungkai kiri yang
muncul secara tiba-tiba, dan menjalar ke seluruh tubuh. Pada Agustus 2014, pasien
datang kembali dengan keluhan pandangan buram sejak + 2 minggu SMRS pada
kedua mata, yang kemudian pulih. Pada saat itu pasien terdiagnosa dengan suspek
Sklerosis Multipel. Kemudian, pasien datang kembali pada Oktober 2019 dengan
keluhan kejang. Tiga hari sebelum kejang, pasien mengeluhkan lemas pada seluruh
badan. Kejang awalnya dimulai dengan getaran pada telapak tangan kanan yang
menjalar hingga kedua ekstremitas atas, dan bawah. Kejang berupa kaku kelojotan
yang berlangsung + 1 menit. Pasien mengaku tidak sadarkan diri selama kejang,
dan sadar kembali setelah kejang selesai. Kemudian, pada 7 April 2020 pasien
datang dengan keluhan sakit kepala sejak + 4 hari SMRS, pada seluruh kepala.
Nyeri kepala dirasakan seperti berdenyut dan hilang timbul. Pasien juga
mengeluhkan adanya nyeri saat menggerakkan mata, serta pandangan yang
berbayang. Tanggal 28 April 2020 pasien datang kembali dengan keluhan
kelemahan anggota gerak bagian kanan sejak + 1 minggu SMRS. Kelemahan
berlangsung selama 15 menit, kemudian pulih dengan sendirinya. Pasien
mengatakan pandangan berbayang, serta nyeri kepala berdenyut masih ada. Saat
itu, pasien juga mengeluhkan bahwa untuk mengungkapkan kalimat menjadi sulit.
Pasien mengatakan di antara setiap serangan, keluhannya membaik namun tidak
hilang seluruhnya.

c. Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien telah terdiagnosa Sklerosis Multipel sejak tahun 2014. Riwayat Diabetes
Mellitus, hipertensi, stroke disangkal.

d. Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga pasien yang mengalami keluhan serupa. Riwayat
Diabetes Mellitus, hipertensi, stroke pada keluarga pasien disangkal.
e. Riwayat Sosial/Kebiasaan/Pola Hidup
Kebiasaan mengonsumsi alkohol, NAPZA, maupun merokok disangkal.

III. PEMERIKSAAN FISIK


Kesadaran Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis (E4M6V5)

Tanda – Tanda Vital


Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Nadi : 76 kali / menit
Pernafasan : 18 kali / menit
Suhu : 36,7oC
SpO2 : 98% room air

Status Generalis
Kepala Normosefali, bekas luka (-), deformitas (-)

Mata Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

THT Kedua telinga simetris, sekret (-/-)


Deviasi septum nasi (-/-), sekret (-/-)
Sianosis (-), hiperemia (-) pada faring

Leher Deviasi trakea (-), pembesaran KGB leher (-)

Thorax S1 S2 reguler, murmur (-), gallop (-)


VBS (+/+), wheezing (-/-), rhonchi (-/-)

Abdomen Supel, bising usus normal, nyeri tekan (-)

Ekstremitas Akral hangat, CRT <2 detik

Status Neurologis

Glasgow Coma Scale : E4M6V5


Tanda Rangsang Meningeal

Kaku kuduk : (-) Brudzinski I : (-/-)

Tanda lasegue : >70 / >70 Brudzinski II : (-/-)

Tanda kernig : >135 / >135

Saraf Kranialis

Saraf Kranial Kanan Kiri

Nervus I

Gangguan menghidu Tidak ada data Tidak ada data

Nervus II

Visus Tidak ada data Tidak ada data

Lapang pandang Tidak ada data Tidak ada data


(tes konfrontasi)

Warna Tidak ada data Tidak ada data

Fundus Tidak ada data Tidak ada data

Nervus III, IV, VI

Sikap bola mata Tidak ada data Tidak ada data

Celah palpebra Tidak ada data Tidak ada data


Pupil (ukuran, bentuk) Tidak ada data Tidak ada data

Refleks cahaya langsung Tidak ada data Tidak ada data

Refleks cahaya tidak Tidak ada data Tidak ada data


langsung

Refleks konvergensi Tidak ada data Tidak ada data

Nistagmus Tidak ada data Tidak ada data

Pergerakan bola mata Tidak ada data Tidak ada data

Nervus V

Motorik

Inspeksi Tidak ada data Tidak ada data

Palpasi Tidak ada data Tidak ada data

Membuka mulut Tidak ada data Tidak ada data

Gerakan rahang Tidak ada data Tidak ada data

Sensorik
Sensibilitas V1 Tidak ada data Tidak ada data

Sensibilitas V2 Tidak ada data Tidak ada data

Sensibilitas V3 Tidak ada data Tidak ada data

Refleks kornea Tidak ada data Tidak ada data

Nervus VII

Sikap mulut istirahat Tidak ada data

Angkat alis, kerut dahi, Tidak ada data Tidak ada data

tutup mata dengan kuat

Kembung pipi Tidak ada data Tidak ada data

Menyeringai Tidak ada data Tidak ada data

Rasa kecap ⅔ anterior Tidak ada data


lidah

Nervus VIII

Nervus cochlearis

Suara bisikan Tidak ada data Tidak ada data


Suara gesekan jari Tidak ada data Tidak ada data

Rinne Tidak ada data

Weber Tidak ada data

Schwabach Tidak ada data

Nervus Vestibularis

Nistagmus Tidak ada data Tidak ada data

Berdiri dengan satu Tidak ada data


kaki Mata tertutup
Mata terbuka

Berdiri dengan dua Tidak ada data


kaki Mata tertutup
Mata terbuka

Berjalan tandem Tidak ada data

Fukuda stepping test Tidak ada data

Past pointing test Tidak ada data

Nervus IX, X
Arkus faring Tidak ada data

Uvula Tidak ada data

Disfonia Tidak ada data

Disfagia Tidak ada data

Refleks faring Tidak ada data

Nervus XI

Sternocleidomastoid Tidak ada data Tidak ada data

Trapezius Tidak ada data Tidak ada data

Nervus XII

Sikap lidah dalam mulut

Deviasi Tidak ada data

Atrofi Tidak ada data

Fasikulasi Tidak ada data

Tremor Tidak ada data

Menjulurkan lidah Tidak ada data


Kekuatan lidah Tidak ada data

Pemeriksaan Motorik
Pemeriksaan Kanan Kiri

Ekstremitas Atas

Inspeksi

Atrofi Tidak ada data Tidak ada data

Fasikulasi Tidak ada data Tidak ada data

Palpasi Tidak ada data Tidak ada data

Kekuatan

Sendi bahu 4 4

Biceps 4 4

Triceps 4 4

Pergelangan tangan 4 4

Extensi jari 4 4

Menggenggam 4 4
Gerakan involunter Tremor (+) -

Ekstremitas Bawah

Inspeksi

Atrofi Tidak ada data Tidak ada data

Fasikulasi Tidak ada data Tidak ada data

Palpasi Tidak ada data Tidak ada data

Kekuatan

Gluteus 4 4

Hip flexor 4 4

Quadriceps hamstring 4 4

Ankle dorsi flexi 4 4

Gastrocnemius 4 4

Gerakan involunter Tidak ada data Tidak ada data

Refleks Fisiologis
Biceps Tidak ada data Tidak ada data

Triceps Tidak ada data Tidak ada data

Brachioradialis Tidak ada data Tidak ada data

KPR Tidak ada data Tidak ada data

APR Tidak ada data Tidak ada data

Refleks Patologis

Babinski Tidak ada data Tidak ada data

Chaddock Tidak ada data Tidak ada data

Oppenheim Tidak ada data Tidak ada data

Gordon Tidak ada data Tidak ada data

Schaffer Tidak ada data Tidak ada data

Rossolimo Tidak ada data Tidak ada data

Mendel Becthrew Tidak ada data Tidak ada data

Hoffman Tromner Tidak ada data Tidak ada data


Pemeriksaan Sensorik
Pemeriksaan Kanan Kiri

Eksteroseptif

Raba Tidak ada data Tidak ada data

Nyeri Tidak ada data Tidak ada data

Suhu Tidak ada data Tidak ada data

Proprioseptif

Posisi sendi Tidak ada data Tidak ada data

Getar Tidak ada data Tidak ada data

Pemeriksaan Koordinasi
Tes tunjuk-hidung : tidak dilakukan
Tes tumit-lutut : tidak dilakukan
Disdiadokokinesia : tidak dilakukan

Pemeriksaan Otonom
Miksi : spontan, normal
Defekasi : spontan, normal
Sekresi keringat : +/+
Fungsi Luhur
MMSE : Tidak dilakukan
1.4 Resume
Pasien Tn. A, 21 tahun, datang dengan keluhan tremor pada lengan dan tungkai sejak 1
hari SMRS. Tremor berlangsung selama 1 menit, dan hilang sendirinya. Frekuensi tremor
3 kali dalam 1 hari. Pasien juga mengeluhkan adanya kesemutan pada area perut hingga
kaki, yang muncul secara tiba-tiba. Pasien belum BAK sejak 1 hari SMRS. Pasien juga
mengeluhkan adanya kelemahan seluruh anggota gerak yang muncul bersamaan dengan
kesemutan. Pasien juga mengalami diplopia pada kedua mata sejak 1 hari SMRS. Pasien
pernah mengalami keluhan serupa sejak tahun 2014, dan sudah terdiagnosa dengan
sklerosis multipel. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya tetraparese.

1.5 Diagnosis
Diagnosis Kerja

Sklerosis multipel s

Diagnosis Banding

- Acute Demyelinated Encephalomyelitis (ADEM)


- Neuromyelitis Optica (NMO)

1.6 Pemeriksaan Penunjang


1.6.1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Darah Lengkap (24/2/21)
Hasil Unit Nilai Normal

Hb 15.10 gr/dL 13.20 – 17.30

Ht 42.60 % 40.00 – 52.00

RBC 4.47 10^6/µL 4.40 – 5.90

WBC 5.28 10^3/µL 3.80 – 10.60

Platelet 313.00 10^3/µL 150.00-440.00


MCV 95.30 fL 80.00-100.00

MCH 33.80 pg 26.00-34.00

MCHC 35.40 gr/dL 32.00-36.00

Pemeriksaan Biokimia Darah


Hasil Unit Nilai Normal

SGOT 22 U/L 0 - 40

SGPT 17 U/L 0 - 41

Ureum 21.0 mg/dL <50.00

Creatinine 0.91 mg/dL 0.5-1.3

Analisa Cairan Otak (28/4/20)


Hasil Unit Nilai Normal

Macroscopic

Color Colourless Colourless

Clarity Clear Clear

Clot Negative Negative

Sediment Negative Negative

Microscopic
Cell count 36 <10

Differential
count
PMN 6 %
MN 95 %

Chemicals

Glucose 66.0 Mg/dL 40 – 76

Chloride 129 Mmol/L 115 – 130

Protein 0,34 g/L 0,15 – 1,45

Oligoclonal Ditemukan Tidak ditemukan


band

1.6.2. MRI
1. Hasil MRI Kepala dengan kontras pada tanggal 7 April 2020

Gambar 1.1 Axial T1W1 dengan kontras: Gambaran lesi menyangat kontras pada frontal
kiri, dan parietal kiri
Gambar 1.2 Axial FLAIR: Gambaran lesi hiperintens pada frontal kiri, dan
parietal kiri

Teknik:
Multiplanar T1, T2, FLAIR, T2FFE, DWI dan ADC scans
Temuan:
Lesi intensitas patologis di cortical – subcortical lobus frontal kiri
posterior parasagittal dan lobus parietal kiri disertai penyangatan patologis
pada leptomeningeal hemisfer kiri cerebri dan fissure Sylvii kiri

• Midline shift/ efek massa: tidak ada


• Basal ganglia, thalamus: normal
• Kapsula interna: normal
• Midbrain, pons, medulla: normal
• Cerebellum: normal
• Ventrikel: normal
• Sisterna basalis: normal
• Sinus-sinus vena dural: normal
• Arteri intrakranial: normal
• Sella: normal
• Orbita: normal
• Sinus paranasal: penebalan ringan mukosa sinus ethmoidalis
bilateral dan maxillaris bilateral dengan kista retensi di sinus
maxillaris kiri
• Mastoid: normal
• CV junction: normal
• Tulang: normal

Kesan:

Laki-laki 21 tahun dengan suspek MS fase relaps


Pada MRI kepala tanpa dan dengan kontras, ditemukan:
Lesi intensitas patologis di cortical – subcortical lobus frontal kiri
posrerior parasagittal dan lobus parietal kiri disertai penyangatan
patologis pada leptomeningeal hemisfer kiri cerebri dan fissure Sylvii kiri
à sugestif Meningoencephalitis
Struktur otak/intracranial lainnya dalam batas normal. Tidak tampak
infark akut, perdarahan, malformasi vaskuler maupun SOL intrakranial.

2. Hasil MRI Kepala dengan kontras pada tanggal 4 Mei 2020

Gambar 1.3 Axial FLAIR: Gambaran lesi hiperintens pada frontal bilateral, dan
parietal bilateral
Gambar 1.4 Axial FLAIR: Gambaran lesi hiperintens pada oksipital kiri

Gambar 1.5 Axial FLAIR: Gambaran lesi hiperintens pada insula bilateral, dan
temporal kiri

Gambar 1.6 Axial FLAIR: Gambaran lesi hiperintens pada temporal bilateral
Gambar 1.7 Gambaran MRI axial FLAIR pre kontras, axial T1W1 fat saturation
dengan kontras ditemukan lesi tidak menyangat kontras
Teknik:
Multiplanar T1, T2, FLAIR, T2FFE, DWI dan ADC scans.
Temuan:
Lesi multipel intensitas patologis yang tidak menyangat kontras di corpus
callosum, periventrikel lateralis bilateral, juxtacortical lobus frontal
bilateral – parietal bilateral (terutama kiri) – temporal bilateral – occipital
kiri, insula bilateral, pons, medulla oblongata, pedunculus cerebelli
bilateral

• Midline shift/ efek massa: tidak ada


• Basal ganglia, thalamus: normal
• Kapsula interna: normal
• Midbrain, pons, medulla: normal
• Cerebellum: normal
• Ventrikel: normal
• Sisterna basalis: normal
• Sinus-sinus vena dural: normal
• Arteri intrakranial: normal
• Sella: normal
• Orbita: normal
• Sinus paranasal: penebalan ringan mukosa sinus ethmoidalis
bilateral dan maxillaris bilateral (terutama kiri)
• Mastoid: normal
• CV junction: normal
• Tulang: normal

Kesan:

Laki-laki, 21 tahun
Pada MRI kepala tanpa dan dengan kontras, ditemukan:
Lesi multipel intensitas patologis yang tidak menyangat kontras di corpus
callosum, periventrikel lateralis bilateral, juxtacortical lobus frontal
bilateral – parietal bilateral (terutama kiri) – temporal bilateral – occipital
kiri, insula bilateral, pons, medulla oblongata, pedunculus cerebelli
bilateral.
Dibandingkan MRI kepala tanggal 7-4-2020: saat ini tampak multipel
lesi-lesi baru. à sugestif Multiple Sclerosis
Tidak tampak tanda inflamasi akut saat ini.
Penebalan ringan mukosa sinus ethmoidalis bilateral dan maxillaris
bilateral (terutama kiri).

3. Hasil MRI Whole Spine pada tanggal 15 Mei 2020

Gambar 1.8 Gambaran MRI sagital T2W1 dan T1W1 fat saturation dengan
kontras ditemukan lesi pada servikal level C4-C5
Gambar 1.9 Sagital T2W1: Gambaran lesi pada servikal level C4-C5

Gambar 1.10 Sagital T2W1: Gambaran lesi pada torakal level T1-T3

Gambar 1.11 Sagital T2W1: Gambaran lesi pada torakal level T6-T7
Gambar 1.12 Sagital T2W1: Gambaran lesi pada torakal level T8-T9

Teknik:
Multiplanar T1, T2, STIR, MR-Myelography tanpa kontras, dan
dilanjutkan dengan kontras.
Temuan:
Tampak multipel lesi intensitas patologis pada medulla spinalis setinggi
C4-C5, T1-T3, T6-T7, dan T8-T9. Pasca kontras sebagian lesi tampak
menyangat kontras ringan.
Spinal kurvatura: normal
Spine alignment: normal
Intensitas signal vertebra: normal
Tinggi corpus vertebra: normal
Intensitas signal endplate: normal
Discs: normal
C2-C3: normal
C3-C4: normal
C4-C5: normal
C5-C6: normal
C6-C7: normal
C7-T1: normal
T1-T2: normal
T2-T3: normal
T3-T4: normal
T4-T5: normal
T5-T6: normal
T6-T7: normal
T7-T8: normal
T8-T9: normal
T9-T10: normal
T10-T11: normal
T11-T12: normal
T12-L1: normal
L1-L2: normal
L2-L3: normal
L3-L4: normal
L4-L5: normal
L5-S1: normal
Resesus lateral: normal
Facet joints: normal
Ligamentum Flavum: normal
Spinal canal stenosis osteogenik: tidak ada
Pre and paravertebral spaces: normal
Leher, toraks, dan abdomen yang tervisualisasi: normal

Kesan:
Laki-laki, 21 tahun dengan multiple sclerosis
MRI whole spine tanpa dan dengan kontras, didapatkan:
Multipel lesi menyangat kontras ringan pada medulla spinalis setinggi C4-
C5, T1-T3, T6-T7, dan T8-T9 à sugestif Multiple Sclerosis
Tidak tampak herniasi discus intervertebralis yang menekan radix,
spondylitis, fraktur, SOL maupun kelainan medulla spinalis.
4. Hasil MRI Kepala tanpa kontras pada tanggal 3 Mei 2021

Gambar 1.13 Axial FLAIR: Gambaran lesi hiperintens pada parietal kiri, dan
frontalis kanan

Gambar 1.14 Axial FLAIR: Gambaran lesi hiperintens pada parietalis kanan

Gambar 1.15 Sagital FLAIR: Gambaran potongan sagital ditemukan lesi


hiperintens pada periventrikel lateralis kanan
Teknik:
Multiplanar T1, T2, FLAIR, T2FFE, DWI dan ADC scans kepala tanpa kontras
Temuan:
Lesi multipel intensitas patologis di lobus frontal kanan, lobus parietal bilateral,
dan corpus callosum sisi kanan.

• Midline shift/ efek massa: tidak ada


• Basal ganglia, thalamus: normal
• Kapsula interna: normal
• Midbrain, pons, medulla: normal
• Cerebellum: normal
• Ventrikel: normal
• Sisterna basalis: normal
• Sinus-sinus vena dural: normal
• Arteri intrakranial: normal
• Sella: normal
• Orbita: normal
• Sinus-sinus vena dural: normal
• Sinus paranasal: sinusitis maksilaris kiri dan ethmoidalis bilateral
• Arteri intrakranial yang tervisualisasi: normal
• Mastoid: normal
• CV junction: normal
• Tulang: normal
Kesan:
Laki-laki, 22 tahun dengan keterangan klinis: evaluasi multiple
sclerosis
Pada MRI kepala tanpa kontras, ditemukan:
Lesi multipel intensitas patologis di lobus frontal kanan, lobus parietal bilateral,
dan corpus callosum sisi kanan. à dibandingkan dengan MRI kepala
sebelumnya: jumlah lesi patologis banyak berkurang.
Sinusitis maksilaris kiri dan ethmoidalis bilateral
5. Hasil MRI Whole Spine tanpa kontras pada tanggal 3 Mei 2021

Gambar 1.16 Sagital T2W1 whole spine: Gambaran potongan sagital medulla
spinalis

Teknik:
Multiplanar T1, T2, STIR, MR-Myelography tanpa kontras.
Temuan:
Spinal kurvatura: normal
Spine alignment: normal
Intensitas signal vertebra: normal
Tinggi corpus vertebra: normal
Intensitas signal endplate: normal
Discs: normal
C2-C3: normal
C3-C4: normal
C4-C5: normal
C5-C6: tampak protusio discus intervertebralis ke posterolateral kiri, yang
menekan thecal sac / medulla spinalis, tetapi tidak menekan radix
C6-C7: normal
C7-T1: normal
T1-T2: normal
T2-T3: normal
T3-T4: normal
T4-T5: normal
T5-T6: normal
T6-T7: normal
T7-T8: normal
T8-T9: normal
T9-T10: normal
T10-T11: normal
T11-T12: normal
T12-L1: normal
L1-L2: normal
L2-L3: normal
L3-L4: normal
L4-L5: normal
L5-S1: normal
Resesus lateral: normal
Facet joints: normal
Ligamentum Flavum: normal
Spinal canal stenosis osteogenik: tidak ada
Pre and paravertebral spaces: normal
Leher, toraks, dan abdomen yang tervisualisasi: normal

Kesan:
Laki-laki, 21 tahun dengan keterangan klinis: evaluasi multiple
sclerosis
Pada pemeriksaan MRI whole spine tanpa kontras, didapatkan:
Intensitas medulla spinalis saat ini masih dalam batas normal à
dibandingkan dengan MRI whole spine sebelumnya

1.8 Prognosis
Ad Vitam : dubia
Ad Functionam : dubia
Ad Sanationam : dubia ad malam
BAB II

ANALISA KASUS

Pasien Tn. A, usia 21 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan tremor pada seluruh tungkai
dan lengan sejak 1 hari SMRS. Tremor berlangsung selama 1 menit, dan hilang sendirinya.
Frekuensi tremor 3 kali dalam 1 hari. Pasien juga mengeluhkan adanya kesemutan pada area perut
hingga kaki, yang muncul secara tiba-tiba. Pasien belum BAK sejak 1 hari SMRS. Pasien juga
mengeluhkan adanya kelemahan seluruh anggota gerak yang muncul bersamaan dengan
kesemutan. Pasien juga mengalami diplopia pada kedua mata sejak 1 hari SMRS. Pasien pernah
mengalami keluhan serupa sejak tahun 2014. Saat itu, pasien mengalami keluhan pada matanya
dimana dirasakan ada nyeri saat menggerakan bola mata, dan pandangan menjadi berbayang.
Setelah itu, pasien mengatakan keluhan membaik, namun tidak benar-benar hilang. Sampai tahun
2020 pasien mengatakan sudah sering kembali ke rumah sakit, karena keluhannya timbul kembali,
dan dirasakan semakin memburuk. Setelah itu pasien terdiagnosa dengan sklerosis multipel.
Berdasarkan keluhan yang dialami pasien, mengarah kepada diagnosis Multiple Sclerosis
(MS). Multiple sclerosis merupakan suatu penyakit autoimun berupa inflamasi kronik pada sistem
saraf pusat (SSP). Secara epidemiologi, penyakit MS lebih banyak menyerang kaum perempuan
dibandingkan laki-laki dengan ratio 2:1 sampai 4:1.1 Patofisiologi dibalik penyakit MS adalah
adanya aktivasi dari sel T dan sel imun lainnya yang dapat melewati blood brain barrier (BBB).
Efek dari respon imun tersebut akan memproduksi sel-sel proinflamatori sitokin yang akhirnya
dapat menyebabkan inflamasi dan kerusakan pada myelin. Karakteristik patologi dari penyakit MS
adalah adanya plak yang merupakan hasil dari demielinasi, degradasi neuronal, dan aksonal, serta
jaringan parut astrosit. Kerusakan dari myelin akan menyebabkan konduksi saraf terganggu
sehingga dapat menimbulkan gejala-gejala.2,3,4
Gejala dari penyakit MS terbagi ke dalam subtype, yaitu:5

1. Relapsing Remitting Multiple Sclerosis (RRMS), yaitu adanya episode relaps atau
eksaserbasi yang diikuti dengan periode remisi. Mayoritas dari pasien MS memiliki
subtipe RRMS (85% - 90%).
2. Secondary Progressive Multiple Sclerosis (SPMS), yaitu adanya episode remisi yang
semakin berkurang, dan akan digantikan keluhan yang semakin progresif. Subtipe
SPMS merupakan kelanjutan dari RRMS.
3. Primary Progressive Multiple Sclerosis (PPMS), yaitu MS yang tidak memiliki periode
remisi, dan bersifat progresif dari awal muncul keluhan.
4. Progressive / Relapsing Multiple Sclerosis (PRMS), yaitu ditandai dengan perburukan
yang terus-menerus dan adanya beberapa episode eksaserbasi diantaranya. Subtipe
PRMS merupakan kasus yang paling jarang ditemukan pada pasien MS.

Gambar 1. Klasifikasi dari Multiple Sclerosis5

Adapun pada penyakit MS, gejala yang sering ditemukan adalah neuritis optika, dimana
bermanifestasi sebagai gangguan penglihatan yaitu adanya pandangan yang mendadak atau
semakin lama semakin kabur. Selain mata buram, pasien juga dapat menggambarkan gangguan
penglihatannya seperti adanya pandangan ganda (diplopia). Neuritis optika juga dapat
bermanifestasi yaitu adanya nyeri saat menggerakkan bola mata. Keluhan neurologis lain yang
sering ditemukan adalah kesemutan, kelemahan, kejang, gangguan koordinasi, gangguan buang
air besar dan air kecil. Pasien MS juga sering merasa lemas dan nyeri. Kelemahan anggota gerak
pada pasien MS berkarakteristikkan sesuai lesi upper motor neuron (UMN), yaitu hiperrefleks,
rigiditas, tremor, dan refleks patologis positif. Berdasarkan teori sesuai dengan pasien, dimana
gejala yang dialami pasien adalah kelemahan anggota gerak yang sesuai dengan lesi UMN, tremor,
kejang, serta gangguan BAK. Pada pasien juga ditemukan adanya gejala dari neuritis optika, yaitu
nyeri saat menggerakkan bola mata, dan diplopia. Dari perjalanan penyakit dan keluhan pasien,
mengarahkan pada diagnosis sklerosis multipel dengan subtipe progressive-relapsing multiple
sclerosis (PRMS). Karena, pada PRMS dikarakteristikan dengan perburukan penyakit secara stabil
sejak permulaan, disertai relaps akut, tetapi tanpa remisi, dengan atau tanpa pemulihan kondisi.
Teori tersebut sesuai dengan pasien, dimana pasien mengatakan keluhan yang dialaminya sejak
awal muncul bersifat hilang timbul namun tidak pernah benar-benar hilang sepenuhnya, namun
saat kambuh pasien mengatakan selalu muncul keluhan yang baru.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis MS adalah
pemeriksaan analisa cairan serebrospinalis (CSS) dengan lumbal pungsi untuk menemukan adanya
oligoclonal band, serta untuk membantuk menyingkirkan kemungkinan etiologi infeksi.
Pemeriksaan pencitraan MRI menjadi bagian sangat penting untuk menegakkan diagnosis MS.
Hasil MRI pada penyakit MS umumnya menghasilkan gambaran lesi hiperintens pada
periventricular, jukstakortikal, infratentorial, dan medulla spinalis. Gambaran lainnya yang khas
pada lesi MS adalah lesi ovoid dan Dawson finger. Pada pasien ini, gambaran MRI sesuai dengan
penyakit MS. Dimana, pada MRI T2 kepala pasien awal di April 2020 ditemukan banyak lesi
hiperintens pada area kortikal-subkortikal. Pada Mei 2020, ditemukan lesi hiperintens semakin
banyak menyebar di corpus callosum, periventrikel, juxtakortikal, dan infratentorial. Kemudian,
dilakukan juga MRI spine di tahun 2020 ditemukan adanya lesi multipel menyangat kontras pada
medulla spinalis setinggi C4-C5, T1-T3, T6-T7, dan T8-T9. Untuk gambaran patognomonik MS,
yaitu Dawson fingers tidak ditemukan pada pasien.
Penegakkan diagnosis MS juga dapat dilakukan dengan menggunakan kriteria diagnosis
McDonald, yaitu:
Tabel 1. Kriteria Diagnosis McDonald untuk Multiple Sclerosis5

Berdasarkan kriteria diagnosis McDonald, dapat dikatakan bahwa keluhan pasien


mengarah pada sklerosis multipel. Karena, untuk menegakkan diagnosis MS dibutuhkan 2 atau
lebih serangan yang disertai dengan bukti klinis obyektif yang menunjukkan adanya 2 lesi atau
lebih atau hanya 1 bukti klinis obyektif namun terdapat riwayat bukti klinis obyektif dari serangan
sebelumnya. Pada pasien ini sudah terjadi serangan berkali-kali, dan saat dilakukan pemeriksaan
MRI didapatkan lesi multipel pada corpus callosum, periventrikel, juxtakortikal, infratentorial, dan
medulla spinalis. Sehingga, kriteria dissemination in space dan dissemination in time terpenuhi.
Diagnosis banding pada pasien yaitu Neuromyelitis Optica (NMO). NMO merupakan
suatu penyakit autoimun dimana terbentuk antibody terhadap protein di sistem saraf pusat (SSP)
yang bernama aquaporin-4, terutama pada bagian nervus optikus.7 Manifestasi klinis utama pada
NMO adalah adanya nyeri pada mata dan penglihatan yang menurun. Keluhan lain pada NMO
adalah kelemahan, baal, inkontinensia, dan mual. NMO berbeda dari MS dari timbulnya keluhan,
yaitu pada NMO keluhan umumnya timbul secara mendadak, dan memiliki derajat keparahan yang
lebih berat dibandingkan dengan MS. Pada pasien ini keluhan yang dialami tergolong ringan, dan
kurang sesuai dengan klinis dari NMO. Namun, untuk membantu menegakkan diagnosis dari
NMO dibutuhkan pemeriksaan penunjang, yaitu pemeriksaan anti aquaporin-4 antibodi.7
Pemeriksaan anti AQP-4 ab akan menghasilkan hasil yang negatif pada pasien MS. Temuan MRI
pada NMO biasanya normal atau hanya ada lesi substansia alba yang nonspesifik, atau hiperintens
pada nervus optikus. Pada MRI pasien tidak ditemukan adanya lesi yang terletak pada saraf optik
atau kiasma optik. Selain itu, pada pemeriksaan MRI medulla spinalis pada NMO terdapat
karakteristik yang khas yaitu longitudinally extensive transverse myelitis (LETM), dimana lesi
biasanya melewati 3 segmen medulla spinalis, sehingga tidak cocok dengan hasil MRI pada pasien
yang lesinya cenderung pendek-pendek.
Selain itu ADEM juga dapat dipikirkan sebagai etiologi autoimun. ADEM ditandai dengan
demielinasi SSP akibat inflamasi autoimun. Pemeriksaan MRI pada ADEM dan MS ditemukan
adanya lesi hiperintens. Namun, ADEM pada umumnya dicetuskan oleh infeksi dan vaksinasi.
ADEM juga menyebabkan ensefalopati dengan gejala seperti penurunan kesadaran dan kejang.8
Pasien pada kasus ini kurang sesuai dengan gambaran ADEM.8
DAFTAR PUSTAKA

1. Rusmana Al, Estiasari R. Clinical feature of multiple sclerosis in Cipto Mangunkusumo


National Hospital Jakarta, Indonesia. Dipresentasikan pada: Pan-Asian Committee for
Treatment and Research in Multiple Sclerosis, 2016.
2. Tafti D, Ehsan M, Xixis KL. Multiple Sclerosis. [Updated 2021 Jan 7]. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK499849/
3. Ghasemi N, Razavi S, Nikzad E. Multiple sclerosis: pathogenesis, symptoms,
diagnoses and cell-based therapy. Cell Journal (Yakhteh). 2017 Apr;19(1):1.
4. Arizmendi-Vargas J, Carrillo-Ruiz JD, Lopez-Lizarraga ME, JL CA, Martinez-
Menchaca H, Serrato-Avila JL, Rendon-Molina A, Rivera-Silva G. Multiple sclerosis:
An overview of the disease and current concepts of its pathophysiology. Journal of
Neuroscience and Behavioral Health. 2011 Apr 30;3(4):44-50.
5. Thompson AJ, Banwell BL, Barkhof F, Carroll WM, Coetzee T, Comi G, Correale J,
Fazekas F, Filippi M, Freedman MS, Fujihara K. Diagnosis of multiple sclerosis: 2017
revisions of the McDonald criteria. The Lancet Neurology. 2018 Feb 1;17(2):162-73.
6. Estiasari R. Multipel sklerosis. InBuku ajar Neurologi 2017. Departemen Neurologi
FKUI-RSCM.
7. Weinshenker BG. Neuromyelitis optica is distinct from multiple sclerosis. Archives of
neurology. 2007 Jun 1;64(6):899-901.
8. Calabrese M, Rinaldi F, Grossi P, Mattisi I, Bernardi V, Favaretto A, et al. Multiple
Sclerosis. 2010;(5).

Anda mungkin juga menyukai