Anda di halaman 1dari 54

BAB I

PENDAHULUAN

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada anak berumur 6

bulan sampai 5 tahun yang mengalami kenaikan suhu tubuh (suhu di atas 38℃,

dengan metode pengukuran suhu apa pun) yang tidak disebabkan oleh proses

intrakranial. Kejang demam terjadi pada 2-5% anak berumur 6 bulan -5 tahun.1

Kejang terjadi karena kenaikan suhu tubuh, bukan karena gangguan elektrolit

atau metabolik lainnya. Bila ada riwayat kejang tanpa demam sebelumnya maka tidak

disebut sebagai kejang demam. Anak berumur antara 1-6 bulan masih dapat

mengalami kejang demam, namun jarang sekali. Menurut National Institute of

Health (1980) menggunakan batasan lebih dari 3 bulan, sedangkan Nelson dan

Ellenberg (1978), serta ILAE (1993) menggunakan batasan usia lebih dari 1 bulan.

Bila anak berumur kurang dari 6 bulan mengalami kejang didahului demam, pikirkan

kemungkinan lain, terutama infeksi susunan saraf pusat.. Bayi berusia kurang dari 1

bulan tidak termasuk dalam rekomendasi ini melainkan termasuk dalam kejang

neonatus1

Menurut WHO penyakit diare merupakan penyebab kematian nomor dua pada

anak di bawah lima tahun. Setiap tahun diare membunuh sekitar 525.000 anak

balita.5

Diare biasanya merupakan gejala infeksi pada saluran usus, yang dapat

disebabkan oleh berbagai organisme bakteri, virus dan parasit. Infeksi menyebar
melalui makanan atau air minum yang terkontaminasi, atau dari orang ke orang

sebagai akibat dari kebersihan yang buruk. 5

Diare akut adalah buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan

konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu. Riskesdas 2007: diare

merupakan penyebab kematian pada 42% bayi dan 25,2% pada anak usia 1-4 tahun. 2

Diare akut masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak

di negara berkembang. Terdapat banyak penyebab diare akut pada anak. Pada

sebagian besar kasus penyebabnya adalah infeksi akut intestinum yang disebabkan

oleh virus, bakteri atau parasit, akan tetapi berbagai penyakit lain juga dapat

menyebabkan diare akut, termasuk sindroma malabsorpsi. Diare karena virus

umumnya bersifat self limiting, sehingga aspek terpenting yang harus diperhatikan

adalah mencegah terjadinya dehidrasi yang menjadi penyebab utama kematian dan

menjamin asupan nutrisi untuk mencegah gangguan pertumbuhan akibat diare. Diare

menyebabkan hilangnya sejumlah besar air dan elektolit dan sering disertai dengan

asidosis metabolik karena kehilangan basa.4


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada anak berumur 6

bulan sampai 5 tahun yang mengalami kenaikan suhu tubuh (suhu di atas 38 0C,

dengan metode pengukuran suhu apa pun) yang tidak disebabkan oleh proses

intrakranial.1

Keterangan:

1. Kejang terjadi karena kenaikan suhu tubuh, bukan karena gangguan

elektrolit atau metabolik lainnya.

2. Bila ada riwayat kejang tanpa demam sebelumnya maka tidak disebut

sebagai kejangdemam.

3. Anak berumur antara 1-6 bulan masih dapat mengalami kejang demam,

namun jarang sekali.

National Institute of Health (1980) menggunakan batasan lebih dari 3

bulan, sedangkan Nelson dan Ellenberg (1978), serta ILAE (1993)

menggunakan batasan usia lebih dari 1 bulan. Bila anak berumur kurang

dari 6 bulan mengalami kejang didahului demam, pikirkan kemungkinan

lain, terutama infeksi susunan saraf pusat.

4. Bayi berusia kurang dari 1 bulan tidak termasuk dalam rekomendasi ini

melainkan termasuk dalam kejang neonatus.

2.2 Epidemiologi

Kejang demam terjadi pada 2-5% anak berumur 6 bulan – 5 tahun.


2.3 Klasifikasi 1

1. Kejang demam sederhana (simple febrile seizure)

2. Kejang demam kompleks (complex febrile seizure)

a) Kejang demam sederhana

Kejang demam yang berlangsung singkat (kurang dari 15 menit),

bentuk kejang umum (tonik dan atau klonik), serta tidak berulang dalam

waktu 24 jam.

Keterangan;

Kejang demam sederhana merupakan 80% di antara seluruh kejang

demam Sebagian besar kejang demam sederhana berlangsung kurang dari 5

menit dan berhenti sendiri.

b) Kejang demam kompleks

Kejang demam dengan salah satu ciri berikut:

- Kejang lama (>15 menit)

- Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang

parsial

- Berulang atau lebih dari 1 kali dalam waktu 24 jam.

Keterangan:

1. Kejang lama adalah kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit atau

kejang berulang lebih dari 2 kali dan di antara bangkitan kejang anak

tidak sadar. Kejang lama terjadi pada 8% kejang demam.

2. Kejang fokal adalah kejang parsial satu sisi, atau kejang umum yang

didahului kejang parsial.


3. Kejang berulang adalah kejang 2 kali atau lebih dalam 1 hari, dan di

antara 2 bangkitan kejang anak sadar. Kejang berulang terjadi pada 16%

anak yang mengalami kejang demam.

2.4 Pemeriksaan Penunjang 1

a. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada kejang

demam, tetapi dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab

demam. Pemeriksaan laboratorium yang dapat dikerjakan atas indikasi

misalnya darah perifer, elektrolit, dan gula darah (level of evidence 2, derajat

rekomendasi B).

b. Pungsi lumbal

Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau

menyingkirkan kemungkinan meningitis. Berdasarkan bukti-bukti terbaru,

saat ini pemeriksaan pungsi lumbal tidak dilakukan secara rutin pada anak

berusia <12 bulan yang mengalami kejang demam sederhana dengan keadaan

umum baik. Indikasi pungsi lumbal (level of evidence 2, derajat rekomendasi

B):

1. Terdapat tanda dan gejala rangsang meningeal

2. Terdapat kecurigaan adanya infeksi SSP berdasarkan anamnesis dan

pemeriksaan klinis

3. Dipertimbangkan pada anak dengan kejang disertai demam yang

sebelumnya telah mendapat antibiotik dan pemberian antibiotik tersebut dapat

mengaburkan tanda dan gejala meningitis


c. Elektroensefalografi (EEG)

Indikasi pemeriksaan EEG:

- Pemeriksaan EEG tidak diperlukan untuk kejang demam, KECUALI apabila

bangkitan bersifat fokal.

Keterangan:

EEG hanya dilakukan pada kejang fokal untuk menentukan adanya fokus

kejang di otak yang membutuhkan evaluasi lebih lanjut. Kemungkinan

berulangnya kejang demam Kejang demam akan berulang kembali pada

sebagian kasus.

Faktor risiko berulangnya kejang demam adalah:

- Riwayat kejang demam atau epilepsi dalam keluarga

- Usia kurang dari 12 bulan

- Suhu tubuh kurang dari 39 derajat Celsius saat kejang

- Interval waktu yang singkat antara awitan demam dengan terjadinya kejang.

- Apabila kejang demam pertama merupakan kejang demam kompleks.

Bila seluruh faktor tersebut di atas ada, kemungkinan berulangnya

kejang demam adalah 80%, sedangkan bila tidak terdapat faktor tersebut

kemungkinan berulangnya kejang demam hanya 10-15%. Kemungkinan

berulangnya kejang demam paling besar pada tahun pertama.

2.4 Faktor risiko terjadinya epilepsi

Faktor risiko menjadi epilepsi di kemudian hari adalah:

- Terdapat kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum kejang

demam pertama
- Kejang demam kompleks

- Riwayat epilepsi pada orangtua atau saudara kandung

- Kejang demam sederhana yang berulang 4 episode atau lebih dalam satu

tahun.

Masing-masing faktor risiko meningkatkan kemungkinan kejadian

epilepsi sampai 4-6%, kombinasi dari faktor risiko tersebut akan

meningkatkan kemungkinan epilepsi menjadi 10-49%. Kemungkinan menjadi

epilepsi tidak dapat dicegah dengan pemberian obat rumatan pada kejang

demam.

2.5 Algoritma 2
2.6 Tata laksana saat kejang

Pada umumnya kejang berlangsung singkat (rerata 4 menit) dan pada

waktu pasien datang, kejang sudah berhenti. Apabila saat pasien datang dalam

keadaan kejang, obat yang paling cepat untuk menghentikan kejang adalah

diazepam intravena. Dosis diazepam intravena adalah 0,2-0,5 mg/kg perlahan-

lahan dengan kecepatan 2 mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit, dengan

dosis maksimal 10 mg. Secara umum, penatalaksanaan kejang akut mengikuti

algoritma kejang pada umumnya.

Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orangtua di rumah

(prehospital)adalah diazepam rektal. Dosis diazepam rektal adalah 0,5-0,75

mg/kg atau diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan berat badan kurang dari

12 kg dan 10 mg untuk berat badan lebih dari 12 kg.

Bila setelah pemberian diazepam rektal kejang belum berhenti, dapat

diulang lagi dengan cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit.

Bila setelah 2 kali pemberian diazepam rektal masih tetap kejang, dianjurkan

ke rumah sakit. Di rumah sakit dapat diberikan diazepam intravena.

Jika kejang masih berlanjut, lihat algoritme tatalaksana status epileptikus.

Bila kejang telah berhenti, pemberian obat selanjutnya tergantung dari

indikasi terapi antikonvulsan profilaksis.

a. Pemberian obat pada saat demam

 Antipiretik

Tidak ditemukan bukti bahwa penggunaan antipiretik mengurangi

risiko terjadinya kejang demam (level of evidence 1, derajat rekomendasi A).


Meskipun demikian, dokter neurologi anak di Indonesia sepakat bahwa

antipiretik tetap dapat diberikan. Dosis parasetamol yang digunakan adalah

10-15 mg/kg/kali diberikan tiap 4-6 jam. Dosis ibuprofen 5-10 mg/kg/kali, 3-4

kali sehari.

 Antikonvulsan

Pemberian obat antikonvulsan intermiten

Yang dimaksud dengan obat antikonvulsan intermiten adalah obat

antikonvulsan yang diberikan hanya pada saat demam.

Profilaksis intermiten diberikan pada kejang demam dengan salah satu

faktor risiko di bawah ini:

- Kelainan neurologis berat, misalnya palsi serebral

- Berulang 4 kali atau lebih dalam setahun

- Usia <6 bulan

- Bila kejang terjadi pada suhu tubuh kurang dari 39 derajat Celsius.

Apabila pada episode kejang demam sebelumnya, suhu tubuh

meningkat dengan cepat. Obat yang digunakan adalah diazepam oral 0,3

mg/kg/kali per oral atau rektal 0,5 mg/kg/kali (5 mg untuk berat badan <12 kg

dan 10 mg untuk berat badan >12 kg), sebanyak 3 kali sehari, dengan dosis

maksimum diazepam 7,5 mg/kali. Diazepam intermiten diberikan selama 48

jam pertama demam. Perlu diinformasikan pada orangtua bahwa dosis

tersebut cukup tinggi dan dapat menyebabkan ataksia, iritabilitas, serta sedasi.
b. Pemberian obat antikonvulsan rumat

Berdasarkan bukti ilmiah bahwa kejang demam tidak berbahaya dan

penggunaan obat dapat menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan,

maka pengobatan rumat hanya diberikan terhadap kasus selektif dan dalam

jangka pendek (level of evidence 3, derajat rekomendasi D). Indikasi

pengobatan rumat:

Kejang fokal

Kejang lama >15 menit

Terdapat kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang,

misalnya palsi serebral, hidrosefalus, hemiparesis.

Keterangan:

- Kelainan neurologis tidak nyata, misalnya keterlambatan perkembangan,

BUKAN merupakan indikasi pengobatan rumat.

- Kejang fokal atau fokal menjadi umum menunjukkan bahwa anak mempunyai

fokus organik yang bersifat fokal.

- Pada anak dengan kelainan neurologis berat dapat diberikan edukasi untuk

pemberian terapi profilaksis intermiten terlebih dahulu, jika tidak

berhasil/orangtua khawatir dapat diberikan terapi antikonvulsan rumat

c. Jenis antikonvulsan untuk pengobatan rumat

Pemberian obat fenobarbital atau asam valproat setiap hari efektif

dalam menurunkan risiko berulangnya kejang (level of evidence 1, derajat

rekomendasi B).
Pemakaian fenobarbital setiap hari dapat menimbulkan gangguan

perilaku dan kesulitan belajar pada 40-50% kasus. Obat pilihan saat ini adalah

asam valproat. Pada sebagian kecil kasus, terutama yang berumur kurang dari

2 tahun, asam valproat dapat menyebabkan gangguan fungsi hati. Dosis asam

valproat adalah 15-40 mg/kg/hari dibagi dalam 2 dosis, dan fenobarbital 3-4

mg/kg/hari dalam 1-2 dosis.

2.6 Definisi Diare 3

Diare akut adalah buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam

dengan konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu. Riskesdas

2007: diare merupakan penyebab kematian pada 42% bayi dan 25,2% pada

anak usia 1-4 tahun.

2.7 Klasifikasi

 Berdasarkan lamanya diare:

a. Diare Akut

Diare akut adalah diare yang terjadi selama 14 hari atau kurang. Gejala

dan tanda-tanda diare akut adalah konsistensi encer dan berair yang

menyerang secara mendadak, nyeri perut, keadaan mendesak ingin buang air

besar, mual, perut kembung, dan demam. Pasien dengan infeksi diare akut

bisa terjadi buang air besar berdarah dan nyeri perut.

b. Diare Kronik

Diare kronik adalah diare yang terjadi lebih dari 14 hari. Diare kronik

mempunyai tanda-tanda dan gejala yaitu gejala hebat atau ringan, penurunan

berat badan dapat dilihat dan tubuh terasa lemas. Dehidrasi bisa diketahui dari
penurunan jumlah urin, membran mukus yang kering, cepat haus, dan

takikardi.

2.8 Etiologi

1. Faktor infeksi

a. Infeksi enteral: infeksi bakteri, infeksi virus, infeksi parasit, protozoa dan

jamur. infeksi ini sebagai penyebab utama diare pada anak.

b. Infeksi parenteral: Infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti otitis

media akut (OMA) dan tonsilitis

2. Faktor makanan4

Makanan yang menyebabkan diare adalah makanan yang tercemar basi,

beracun, terlalu banyak lemak, mentah dan kurang matang. Beberapa penyebab

diare akut yang dapat menyebabkan diare pada manusia adalah sebagai berikut:
2.9 Algoritma

a. Algoritma Terapi 4

Sumber : wells BG, Dipiro JT, Schwinghammer TL,Dipiro CV:Pharmacotherapy

handbook.
Sumber : Pharmacoterapy : A Pathophysiologic Approach,2008.

2.10 Diagnosis

a. Anamnesis

- Lama diare berlangsung, frekuensi diare sehari, warna dan konsentrasi

tinja, lendir

- dan/darah dalam tinja

- Muntah, rasa haus, rewel, anak lemah, kesadaran menurun, buang air kecil

terakhir, demam, sesak, kejang, kembung

- Jumlah cairan yang masuk selama diare

- Jenis makanan dan minuman yang diminum selama diare, mengonsumsi

makanan

- yang tidak biasa

- Penderita diare di sekitarnya dan sumber air minum


b. Pemeriksaan fisik

- Keadaan umum, kesadaran, dan tanda vital

- Tanda utama: keadaan umum gelisah/cengeng atau lemah/letargi/koma,

rasa haus, turgor kulit abdomen menurun

- Tanda tambahan: ubun-ubun besar, kelopak mata, air mata, mukosa bibir,

mulut, dan lidah

- Berat badan

- Tanda gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit, seperti napas

cepat dan dalam (asidosis metabolik), kembung (hipokalemia), kejang

(hipo atau hipernatremia)

- Penilaian derajat dehidrasi dilakukan sesuai dengan kriteria berikut :

- Tanpa dehidrasi (kehilangan cairan <5% berat badan)

- Tidak ditemukan tanda utama dan tanda tambahan

- Keadaan umum baik, sadar

- Ubun ubun besar tidak cekung, mata tidak cekung, air mata ada , mukosa

mulut dan bibir basah

- Turgor abdomen baik, bising usus normalDehidrasi ringan sedang/ tidak

berat (kehilanagn cairan 5-10% berat badan.

- Apabila didapatkan 2 tanda utama ditambah 2 atau lebih tanda tambahan

- Keadaan umum gelisah atau cengeng

- Ubun ubun besar sedikut cekung, mata sedikit cekung, air mata kurang,

mukosa mulut dan bibir sedikit kering

- Turgor kurang, akral hangat


- Dehidrasi berat (kehilangan cairan > 10%berat badan)

- Apabila didapatkan 2 tanda utama ditambah dengan 2 atau lebih tanda

Tambahan

- Keadaan umum lemah, letargi atau koma

- Ubun-ubun sangat cekung, mata sangat cekung, air mata tidak ada,

mukosa mulut dan bibir sangat kering

- Turgor sangat kurang dan akral dingin

- Pasien harus rawat inap

c. Pemeriksaan penunjang

- Pemeriksaan tinja tidak rutin dilakukan pada diare akut, kecuali apabila

ada tanda intoleransi laktosa dan kecurigaan amubiasis

- Hal yang dinilai pada pemeriksaan tinja :

- Makroskopis : konsistensi, warna, lendir, darah, bau

- Mikroskopis : leukosit, eritrosit, parasit, bakteri

- Kimia: pH, clinitest, elektrolit (Na, K, HCO3)

- Biakan dan uji sensitivitas tidak dilakukan pada diare akut

- Analisis gas darah dan elektrolit bila secara klinis dicurigai adanya

gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit

2.11 Tata laksana

- Lintas diare : (1) Cairan, (2) Seng, (3) Nutrisi, (4) Antibiotik yang tepat,

(5) Edukasi
 Tanpa dehidrasi

- Cairan rehidrasi oralit dengan menggunakan NEW ORALIT diberikan 5-

10 mL/kg BB setiap diare cair atau berdasarkan usia, yaitu umur < 1 tahun

sebanyak 50-100 mL, umur 1-5 tahun sebanyak 100-200 mL, dan umur di

atas 5 tahun semaunya. Dapat diberikan cairan rumah tangga sesuai

kemauan anak. ASI harus terus diberikan.

- Pasien dapat dirawat di rumah, kecuali apabila terdapat komplikasi lain

(tidak mau minum, muntah terus menerus, diare frekuen dan profus)

 Dehidrasi ringan-sedang

- Cairan rehidrasi oral (CRO) hipoosmolar diberikan sebanyak 75 mL/kgBB

dalam 3 jam untuk mengganti kehilangan cairan yang telah terjadi dan

sebanyak 5-10 mL/kgBB setiap diare cair.

Rehidrasi parenteral (intravena) diberikan bila anak muntah setiap diberi

minum walaupun telah diberikan dengan cara sedikit demi sedikit atau

melalui pipa nasogastrik. Cairan intravena yang diberikan adalah ringer

laktat atau KaEN 3B atau NaCl dengan jumlah cairan dihitung

berdasarkan berat badan. Status hidrasi dievaluasi secara berkala.

- Berat badan 3-10 kg : 200 mL/kgBB/hari

- Berat badan 10-15 kg : 175 mL/kgBB/hari

- Berat badan > 15 kg : 135 mL/kgBB/hari

- Pasien dipantau di Puskesmas/Rumah Sakit selama proses rehidrasi sambil

memberi edukasi tentang melakukan rehidrasi kepada orangtua.


 Dehidrasi berat

- Diberikan cairan rehidrasi parenteral dengan ringer laktat atau ringer

asetat 100 mL/kgBB dengan cara pemberian:

- Umur kurang dari 12 bulan: 30 mL/kgBB dalam 1 jam pertama,

dilanjutkan 70 mL/ kgBB dalam 5 jam berikutnya

- Umur di atas 12 bulan: 30 mL/kgBB dalam ½ jam pertama, dilanjutkan 70

mL/kgBB dalam 2,5 jam berikutnya

- Masukan cairan peroral diberikan bila pasien sudah mau dan dapat minum,

dimulai dengan 5 mL/kgBB selama proses rehidrasi

- Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit (lihat PPM

PGD)

- Hipernatremia (Na >155 mEq/L)

- Koreksi penurunan Na dilakukan secara bertahap dengan pemberian

cairan dekstrose 5% ½ salin. Penurunan kadar Na tidak boleh lebih dari 10

mEq per hari karena bisa menyebabkan edema otak

- Hiponatremia (Na <130 mEq/L)

Kadar natrium diperiksa ulang setelah rehidrasi selesai, apabila masih

dijumpai hiponatremia dilakukan koreksi sbb:

Kadar Na koreksi (mEq/L) = 125 – kadar Na serum x 0.6 x berat badan;

diberikan dalam 24 jam

- Hiperkalemia (K >5 mEq/L)

Koreksi dilakukan dengan pemberian kalsium glukonas 10% sebanyak

0.5-1 ml/kg BB i.v secara perlahan-lahan dalam 5-10 menit; sambil


dimonitor irama jantung dengan EKG. Untuk pemberian medikamentosa

dapat dilihat PPM Nefrologi.

- Hipokalemia (K <3,5 mEq/L)

Koreksi dilakukan menurut kadar Kalium.

- Kadar K 2,5-3,5 mEq/L, berikan KCl 75 mEq/kg BB per oral per hari

dibagi 3 dosis

- Kadar K <2,5 mEq/L, berikan KCl melalui drip intravena dengan dosis:

- 3,5 - kadar K terukur x BB (kg) x 0,4 + 2 mEq/kgBB/24 jam dalam 4 jam

pertama

- 3,5 - kadar K terukur x BB (kg) x 0,4 + 1/6 x 2 mEq x BB dalam 20 jam

Berikutnya Seng, Seng terbukti secara ilmiah terpercaya dapat

menurunkan frekuensi buang air besar dan volume tinja sehingga dapat

menurunkan risiko terjadinya dehidrasi pada anak. Seng Zink elemental

diberikan selama 10-14 hari meskipun anak telah tidak mengalami diare

dengan dosis:

- Umur di bawah 6 bulan: 10 mg per hari

- Umur di atas 6 bulan: 20 mg per hari

- Nutrisi

ASI dan makanan dengan menu yang sama saat anak sehat sesuai

umur tetap diberikan untuk mencegah kehilangan berat badan dan sebagai

pengganti nutrisi yang hilang. Adanya perbaikan nafsu makan

menandakan fase kesembuhan. Anak tidak boleh dipuasakan, makanan


diberikan sedikit-sedikit tapi sering (lebih kurang 6 x sehari), rendah serat,

buah buahan diberikan terutama pisang.

- Medikamentosa

- Tidak boleh diberikan obat anti diare

- Antibiotik

- Antiparasit

Metronidazol 50 mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis merupakan obat

pilihan untuk amuba vegetatif


BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Identitas Pasien

Nama : An. B.N

Umur : 1 Tahun 1 Bulan

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jl.xxx

Tanggal masuk : 5 September 2021

Tanggal keluar : 7 September 2021

No. Rekam Medik : 0014**

3.2 Anamnesa

Seorang pasien berinisial An. B.N dibawa oleh keluarganya ke Rumah Sakit otak

DR.DRS.M.Hatta Bukittinggi dengan keluhan utama kejang berulang 2 kali 5 jam

sebelum masuk RS.

3.2.1 Riwayat Penyakit Sekarang

- Berak-berek cair, lendir (-) sehari sebelum masuk RS dengan frekuensi 4 kali

dalam sehari

- Pasien mengalami demam (+)

- Pasien mengalami kejang dengan durasi 2-3 menit

- Pasien mengalami kejang berulang

- Kejang kelenjotan seluruh tubuh

- Batuk (-)
3.2.2 Riwayat Penyakit Dahulu

- tidak penah kejang sebelumnya

- pasien lahir genap bulan

- pasien sudah mendapat imunisasi BCG, POLIO dan DPT

3.2.3 Riwayat Penyakit Keluarga

- Ibu pasien pernah mengalami kejang saat masih kecil.

- Dari 3 bersaudara hanya pasien sendiri yang pernah mengalami kejang

3.3 Pemeriksaan Fisik

Hasil pemeriksaan fisik di Rumah Sakit pada tanggal 5 September 2021 :

a. Pemeriksaan fisik

Kondisi Umum : Sedang

Kesadaran : Compos Mentis

Frekuensi Nadi : 120 x/ menit

Frekuensi Nafas : 24 x / menit

Suhu : 38,2oC

Tekanan Darah : tidak diukur

Berat Badan : 9 kg

b. Pemeriksaan Khusus

Tingkat kesadaran : Composmentis (CM)

GCS : E4V5M6
3.4 Pemeriksaan Penunjang

3.4.1 Data Laboratorium

Test 06-09-2021 Normal

Hemoglobin 12 mg/dl 12-16 mg/dl(anak)

Leukosit 4460 /Ul 5000-10000 /uL

Hematokrit 34.1 % 37-43%

Trombosit 299.000 uL 150-400 x103 /uL

GDR 68 75-150 mg/dL

3.5 Diagnosa

- Kejang demam kompleks

- Diare akut tanpa dehidrasi

3.6 Terapi Farmakologi

Saat di IGD

- IVFD RL tetes 105/KgBB (13 tetes/menit)

- Zinc 1 x 20 mg dilarutkan dalam air

- PCT drops ( Proxion ) 4 x 1 cc

- Diazepam oral 3 x 2,7 mg

- Oralit 45-90 cc / BAB/ Muntah


3.6 .1 PENATALAKSANAAN

a. Pemakaian Obat di Ruang Perawatan

Aturan Waktu Pemberian


Nama Obat Rute
No pakai 5-9-2021 6-9-2021 7-9-2021

1. IVFD RL 105 IV √ √ √
cc/kgBB/24
Jam

2. Paracetamol Bila Peroral √ √ √


(proxion) demam
3. Diazepam 3x 2,7 mg Peroral √ √ √

4. Zinc 1 x 20 mg Peroral √ √ √

5. Oralit 40-95 cc Peroral √ stop Stop

3.7 Follow Up

- Hari ke-2 (6 september 2021) di Bangsal Anak

S : - Kejang 2 kali SMRS

- durasi kejang 1-2 menit , jarak antar kejang ±1 jam dan

kejang seluruh tubuh ini adalah kejang pertama

- kejang tidak sadar

- demam 2 hari sebelum masuk RS


- Batuk (- ) sebelum masuk RS frekuensi diare 3-4 kali, darah

(-), lendir (-)

- hari ini BAB encer 1 kali

- riwayat penyakit keluarga = tidak ada anggota yang

menderita kejang dengan atau tanpa demam

O : Kondisi Umum = sedang ,

Kesadaran = CM

T = 36.5℃, BB = 8,4 kg

Mata tidak cekung

Leher tidak ada keluhan

Thorax tidak ada keluhan

A : Kejang demam komplek, diare tanpa dehidrasi

P : IVFD RL 10 tetes/menit

Proxion drop 3 x 1 cc

Diazepam 3 x 2,7 mg

MLT 900

Zinc 1 x 20 mg

Oralit 45-900 cc / BAB / Muntah


- Hari ke-3 (7 september 2021) di Bangsal Anak

S : Demam (-), kejang (-), diare akut (-)

O : Kodisi umum : sedang , T : 36℃, BB : 9 kg

A : Kejang demam komplek, diare akut

P : pasien sore pulang

3.8 Obat pulang

Nama Obat Jumlah Dosis Frekuensi Cara pemberian

Diazepam 10 2.7 mg 3 kali Oral

Praxion 1 1 cc 3 kali Oral

Drop

syr 1 1 sdt 1 kali Oral

Oralit 2 45-90 cc Bab / muntah stop Stop


BAB IV
DISKUSI
4.1 Drug Related Problem

PERMASALAHAN KOMENTAR
JENIS
NO ANALISA MASALAH YANG TERKAIT /REKOMEN
PERMASALAHAN
DENGAN OBAT DASI

1. Korelasi antara terapi 1. Adakah obat tanpa Tidak terdapat  Semua obat
obat-dengan penyakit indikasi medis? kondisi klinis yang di
2. Adakah pengobatan yang tidak diterapi indikasikan
tidak dikenal? untuk
3. Adakah kondisi klinis Tidak ada obat yang penyakit
yang tidak diterapi? dan tidak dikenal yang
apakah kondisi tersebut tersebut
membutuhkan terapi Tidak ada kondisi didiagnosa
obat ? klinis yang tidak  Semua obat
diterapi dikenal
Semua
kondisi
klinis sudah
diterapi
Pembahasan:
1. Parasetamol diindikasi untuk demam
2. Oralit diindikasi untuk mencegah dan mengobati dehidrasi
3. Diazepam diindikasi untuk kejang demam
4. Zinc diindikasi untuk membantu mengatasi diare pada balita, bersama dengan
pemberian cairan untuk rehidrasi.
5. Ringer laktat diindikasi sebagai sumber elektrolit dan air untuk hidrasi pada pasien
2 Pemilihan obat yang 1. Bagaimana pemilihan Tidak ada
sesuai obat? Apakah sudah permasalahan
efektif dan merupakan
obat terpilih pada kasus Obat relatif aman
ini? untuk pasien ini
2. Apakah pemilihan obat
tersebut relative aman? Obat dapat
3. Apakah terapi obat dapat ditoleransi oleh
ditoleransi oleh pasien? pasien
3 Regimen dosis 1. Apakah dosis, frekwensi
dan cara pemberian Tidak ada
sudah permasalahan dosis
mempertimbangkan
efektifitas keamanan
dan kenyamanan serta
sesuai dengan kondisi
pasien?
2. Apakah jadwal
pemberian dosis bisa
memasikmalkan efek
terapi, kepatuhan,
meminimaIkan efek
samping,interaksi obat,
dan regimen yang
komplek?
3. Apakah lama terapi
sesuai dengan
indikasi ?
Perhitungan dosis
1. Diazepam Oral

Diketahui:

BB anak = 9 kg

Aturan 1 x pakai 2,7 mg, 1 hari pakai 3 x 1

Penetapan dosis anak:

Dosis anak = 0,3 mg - 0,5 mg/kg BB

Dosis 1 x pakai = 0,3 mg – 0,5 mg/kg BB x 9 kg BB anak = 2,7 mg – 4,5 mg

Dosis 1 hari pakai maksimum = 20 mg

Perhitungan Dosis Dari Pemakaian:

Dosis 1 x pakai = 2,7 mg

Dosis 1 hari pakai 2,7 mg x 3 = 8,1 mg

Persentase dosis pemakaian dengan penetapan dosis anak:


2,7 𝑚𝑔
% 1 x pakai = 2,7 𝑚𝑔−4,5 𝑚𝑔 𝑥 100 % = 100 % − 60 %

8,1 𝑚𝑔
% 1 hari pakai = 𝑥 100% = 40 %
20 𝑚𝑔

2. Praxion Drop

Diketahui:

BB anak 9 kg

Dalam 1 ml mengandung paracetamol 100 mg

Aturan pakai 3 x 1

Penetapan dosis anak:

Dosis anak = 10 mg – 15 mg/kg BB


Dosis 1 x pakai = 10 mg – 15 mg/kg BB x 9 kg BB anak = 90 mg – 135 mg

Diberikan tiap 4 – 6 jam. Maksimal 4 dosis sehari

24 𝑗𝑎𝑚
Dosis 1 hari pakai = 90 mg – 135 mg x 4𝑗𝑎𝑚−6 𝑗𝑎𝑚 = 360 𝑚𝑔 − 810 𝑚𝑔

Perhitungan dosis dari pemakaian:

Dosis 1 x pakai = 100 mg

Dosis 1 hari pakai = 100 mg x 3 = 300 mg

Persentase dosis pemakaian dengan penetapan dosis anak:


100 𝑚𝑔
% 1 x pakai = 90 𝑚𝑔−135 𝑚𝑔 𝑥 100% = 111,1 % − 74 %

300 𝑚𝑔
% 1 hari pakai = 360 𝑚𝑔−810 𝑚𝑔 𝑥 100% = 83,3 % − 37 %

3. IVFD Ringer Laktat

Diketahui:

BB anak 9 kg

Ringer Laktat 105 cc/kg BB/hari

Penetapan dosis anak:

100 cc/kg BB/hari x 9 kg = 900 cc/hari

Perhitungan dosis dari pemakaian:

105 cc/kg BB x 9 kg BB anak = 945 cc/hari

Persentase dosis pemakaian dengan penetapan dosis anak

945 cc/900 cc x 100 % = 105 %

4. Oralit

Diketahui :
Umur anak = 13 Bulan

1 bungkus oralit dilarutkan dalam 200 ml air hangat

Pentepan Kebutuhan Oralit anak 1 – 4 tahun = 200 ml/setiap kali BAB

Dosis dari pemakaian anak = 40 cc – 95 cc/setiap kali BAB

Persentase pemakaian dengan penetapan kebutuhan oralit anak:


40 𝑐𝑐−95 𝑐𝑐
% 𝑥 100 % = 20% − 47,5 %
200 𝑐𝑐

5. Zinc

Diketahui:

Umur anak = 13 bulan

Penetapan dosis anak > 6 bulan = 20 mg sekali sehari

Dosis dari pemakaian = 20 mg sekali sehari

Persentase dosis pemakaian dengan penetapan dosis anak:

20 mg/20 mg x 100 % = 100 %


4 Duplikasi terapi 1. Apakah ada duplikasi Tidak ada Tidak terdapat
terapi permasalahan. duplikasi terapi

5. Alergi obat atau 1. Apakah pasien alergi Pasien tidak


intoleran atau intoleran terhadap Tidak ada ada alergi
salah satu obat (atau Permasalahan. terhadap obat
bahan kimia yang yang
berhubungan dengan digunakan
pengobatanya)?
2. Apakah pasien telah
tahu yang harus
dilakukan jika terjadi
alergi serius?
6. Efek merugikan obat 1. Apakah ada gejala /
permasalahan medis yang Efek masih bisa
diinduksi obat? diteoleransi oleh
pasien
7. Interaksi dan 1. Apakah ada interaksi Tidak ada masalah
Kontraindikasi obat dengan obat? interaksi dan kontra
Apakah signifikan indikasi obat pada
secara kilnik? pasien
2. Apakah ada interaksi
obat dengan makanan?
Apakah bermakna
secara klinis?
3. Apakah ada interaksi
obat dengan data
laboratorium?Apakah
ber-makna secara
klinis?
4. Apakah ada pemberian
obat yang kontra
indikasi dengan
keaadaan pasien?
4.2 Rencana Asuhan Kefarmasian
4.2.1 Hasil Pemantauan Efek Terapi
Frekuensi Hasil Pemeriksaan
Nilai yang
Nama obat parameter pemantaua
diinginkan 5-9-2021 6-9-2021 7-9-2021
n
IVFD RL Cairan tubuh Cairan Tiap hari Cairan tubuh Cairan Cairan
tubuh terpenuhi tubuh tubuh
terpenuhi terpenuhi terpenuhi

Paracetamol Suhu tubuh <36˚C Tiap 8 jam 38,2 36 36

Diazepam Kesadaran Kondisi Tiap hari Kejang tidak Kejang Kejang


pasien pasien berulang tidak tidak
semakin berulang berulang
membaik
Zinc Frekuensi Tiap hari Mencegah Mencegah Mencega
BAB diare diare h diare
berulang berulang berulang
Oralit Mengganti Tidak Hanya 1 Tidak - -
cairan tubuh dehidrasi hari saja dehidrasi

4.3 Asuhan kefarmasian

No Nama Manifestasi Cara Mengatasi Monitoring


Obat ESO ESO Pasien

1 Paracetamol jarang terjadi - Pasien Penggunaan jangka panjang dan dosis


efek samping, dianjurkan berlebihan atau overdosis dapat
tetapi dilaporkan minum menyebabkan kerusakan hati, lihat
terjadi reaksi parasetamol pengobatan pada keadaan darurat karena
hipersensitivitas, setelah makan keracunan
ruam kulit, untuk (http://pionas.pom.go.id/monografi/paraseta
kelainan darah mengurangi mol-asetaminofen)
(termasuk efek samping.
trombositopenia, Karena
leukopenia, parasetamol
neutropenia), merupakan
hipotensi juga bagian
dilaporkan pada golongan obat
infus, NSAID untuk
mengurangi
.
efek samping
pada lambung
(maag)
- Diminum bila
demam atau
kapan perlu.
2 Diazepam Efek samping - Jangan minum - Pernafasan, Kardiovaskular, dan mental
pada susunan obat tanpa status (status kejiwaan); periksa orthostasis
saraf pusat : rasa resep dokter - (http://pio.binfar.kemkes.go.id/)
lelah, ataksia, dan
rasa malas, menggunakan
vertigo, sakit obat melebihi
kepala, mimpi dosis yang
buruk dan efek telah diberikan
amnesia. - Sebaiknya saat
Efek lain: mengkonsumsi
gangguan pada obat pasien
saluran tidak
pencernaan, melakukan
konstipasi, nafsu aktifitas atau
makan berubah, istirahat untuk
anoreksia, mengurangi
penurunan atau efek samping
kenaikan berat
badan, mulut
kering, salivasi,
sekresi bronkial
atau rasa pahit
pada mulut.
3. Oralit - 1.Buat larutan sesuai petunjuk pada
kemasan/pembungkus.
2. Rehidrasi harus diberikan dengan cepat
dalam 3 sampai 4 jam (kecuali pada dehidrasi
hipernatraemia, rehidrasi harus dilakukan
dengan lebih lambat, dalam 12 jam). Pasien
harus diamati ulang (reassessed) setelah
rehidrasi awal dan jika masih terjadi dehidrasi
pemberian cairan (rehidrasi) cepat harus
dilanjutkan.
Monitoring perbaikan pada gejala dehidrasi
(http://pio.binfar.kemkes.go.id/)
4 RL pemberian dosis Evaluasi klinis dan pemeriksaan hasil
besar dapat laboratorium secara berkala penting untuk
menyebabkan memonitor perubahan keseimbangan cairan,
penumpukan konsentrasi elektrolit, dan keseimbangan
natrium dan asam-basa pada terapi parenteral yang
udem. berlangsung lama atau bila kondisi pasien
memerlukan evaluasi. Penyimpangan
konsentrasi elektrolit yang berarti dari
normal harus diperhatikan, bila perlu
infusan alternatif diberikan.
(http://pio.binfar.kemkes.go.id/)
4.3 Pembahasan
Kejang demam berhubungan dengan kenaikan suhu tubuh lebih dari 38 oC

yang tidak disebabkan oleh infeksi sistem saraf pusat (SSP), tanpa adanya riwayat

kejang neonatal atau kejang tanpa sebab sebelumnya, dan tidak memenuhi kriteria

kejang simptomatik lainnya. Secara umum terdapat dua jenis kejang demam, yaitu

kejang demam sederhana (KDS), yang mencakup hampir 80% kasus dan kejang

demam kompleks (KDK). Kejang demam merupakan jenis kejang yang paling

banyak terjadi pada anak, mengenai 2-5% anak berusia 6 bulan sampai 5 tahun

dengan puncak onset antara usia 18-22 bulanPada kasus yang ditemukan di

RSOMH Bukittinggi bangsal anak yaitu seorang pasien berinisial An. B.N dibawa

oleh keluarganya ke Rumah Sakit otak DR.DRS.M.Hatta Bukittinggi melalui

Instalasi Gawat Darurat (IGD) pada tanggal 5 september 2021 pada pukul 21.45

dengan keluhan Kejang 2 kali durasi 2-3 menit, sebelumnya pasien demam dan

diare dengan frekuensi 4 kali dalam sehari SMRS.

Dari hasil pemeriksaan fisik umum pasien didapat keadaan umum pasien

sedang, kesadaran Compos Mentis, frekuensi nadi 120 x/menit, frekuensi nafas 24

x/menit, suhu tubuh 38,2 oC, dan berat badan 9 kg.

Terapi yang diberikan pada pasien di IGD adalah IVFD RL Sebagai sumber

elektrolit dan air untuk hidrasi pada pasien, parasetamol (praxion ) sebagai anti piretik

sebagai pereda demam, diazepam 2,7mg untuk mengatasi kejang, zinc untuk

menggantikan kandungan zinc alami tubuh yang hilang tersebut dan mempercepat

penyembuhan diare. Zinc juga meningkatkan sistim kekebalan tubuh sehingga dapat

mencegah risiko terulangnya diare selama 2-3 bulan setelah anak sembuh dari diare. Zinc
diberikan satu kali sehari selama 10 hari berturut-turut. Pemberian zinc harus tetap

dilanjutkan meskipun diare sudah berhenti. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan

ketahanan tubuh terhadap kemungkinan berulangnya diare pada 2-3 bulan ke depan.

Zinc aman dikonsumsi bersamaan dengan oralit. Zinc diberikan satu kali sehari

sampai semua tablet habis (selama 10 hari) sedangkan oralit diberikan setiap kali

anak buang air besar sampai diare berhenti. dan oralit untuk mencegah dan mengobati

dehidrasi (kehilangan cairan dan elektrolit) akibat diare dan muntah. Oralit diberikan

untuk mengganti cairan dan elektrolit dalam tubuh yang terbuang saat diare.

Walaupun air sangat penting untuk mencegah dehidrasi, air minum tidak

mengandung garam elektrolit yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan

elektrolit dalam tubuh sehingga lebih diutamakan oralit. Campuran glukosa dan

garam yang terkandung dalam oralit dapat diserap dengan baik oleh usus penderita

diare. Oralit diberikan sampai diare berhenti.6

Selain Penatalaksanaan terapi kejang demam kompleks dan diare akut terdiri

dari terapi non farmaologi dan farmakologi. Terapi non farmakologi seperti istirahat

yang cukup untuk menghindari terjadinya perforasi usus yang dapat memperburuk

keadaan pasien. Kemudian pasien juga diberikan terapi parasetamol bila demam dan

zinc sekali sehari sebagai vitamin dan suplemen yang berguna untuk mencegah

dehidrasi.

Pada kasus Ditinjau dari indikasi dan pemilihan obat, obat yang diterima

pasien telah tepat dan tidak terdapat masalah dan sesuai dengan literatur. Interval,

frekuensi, rute dan lama pemberian obat pada pasien juga sudah tepat. Obat yang

diberikan kepada pasien sesuai dengan yang tercatat pada rekam medik, hal ini tidak
ada kesalahan dalam penulisan obat, obat yang diterima pasien juga dinilai

kompatibel dan pasien mendapatkan semua obat yang diresepkan.


BAB V

EDUKASI

Edukasi pada orangtua 1

Kejang merupakan peristiwa yang menakutkan bagi setiap orangtua. Pada saat

kejang, sebagian besar orangtua beranggapan bahwa anaknya akan meninggal.

Kecemasan tersebut harus dikurangi dengan cara diantaranya:

- Meyakinkan orangtua bahwa kejang demam umumya mempunyai prognosis baik.

- Memberitahukan cara penanganan kejang.

- Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali.

- Pemberian obat profilaksis untuk mencegah berulangnya kejang memang efektif,

tetapi harus diingat adanya efek samping obat.

Orangtua diminta untuk membawa kembali anaknya ke Pusat Pelayanan

Kesehatan bila ditemukan hal sebagai berikut: demam, tinja berdarah, makan atau

minum sedikit, sangat haus, diare makin sering, atau belum membaik dalam 3 hari.

Orangtua dan pengasuh diajarkan cara menyiapkan oralit secara benar. Langkah

promotif/preventif :

1. ASI tetap diberikan

2. Kebersihan perorangan, cuci tangan sebelum makan

3. Kebersihan lingkungan, buang air besar di jamban

4. immunisasi campak

5. Memberikan makanan penyapihan yang benar

6. Penyediaan air minum yang bersih

7. Selalu memasak makanan


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

 Berdasarkan kasus di atas dapat disimpulkan bahwa dari data anamnesa,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan labor, diagnosa utama kejang demam

kompleks dan diare akut. Tujuan dari penatalaksanaan pada kejang demam

kompleks dan diare akut adalah untuk mencegah dan mengobati kejang

berulang

 Dan tidak ada drug related problem pada kasus.

5.2 Saran

Disarankan pasien menjaga pola makan, istirahat atau mengurangi aktivitas

(perbanyak istirahat), memperbanyak minu air putih, menjaga lingkungan sekitar

tetap bersih.
DAFTAR PUSTAKA

1. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2016. Konsensus Penatalaksanaan kejang

Demam. Jakarta : IDAI

2. Pudjiaji H Antonius,dkk.2009. Pedoman Pelayanan Medis. Jakarta. IDAI

3. Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., Posey,

L.M., 2008. Pharmacotherapy; A Pathophysiologic Approach, Seventh

Edition, New York: Mc Graw Hill.

4. Subagyo B, Santoso NB. Diare akut. In: Juffrie M SS, Oswari H, Arief S,

Rosalina I, Mulyani NS, , ed. Buku Ajar Gartroenterologi Hepatologi.

Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2010:87-118.

5. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/diarrhoeal-disease

6. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Permenkes


2. Informasi Obat

Nama Generik Parasetamol

Nama dan Acetaminophen; N-Acetyl-p-aminophenol; 4-Hydroxyacetanilide; N-(4-Hydroxyphenyl)


Struktur acetamide.
Kimia C8H9NO2 = 151.2.1

Rumus
Bangun
Deskrips
i

Ph. Eur. 6.2(Paracetamol). Serbuk kristal putih atau hampir putih. Sedikit larut dalam air;
Fisikokimi bebas larut dalam alkohol; sangat larut dalam dichloromethane.
a USP 31(Acetaminophen). Serbuk kristal putih, tidak berbau. Larut dalam air panas 1:20,
alkohol 1:10, sodium hydroxide 1:15.

Keteranga
Tidak ada data
n Lain

Golongan Analgesik, Antipiretik

Alphamol, Dumin/Dumin RT, Farmadol, Fasgo F, Fevrin, Ikacetamol, Kamolas, Moretic,


Naprex, Nasamol, Nufadol, Pamol, Panadol, Praxion, Progesic,Pyrex, Pyridol, Sanmol,
Nama Dagang
Tamoliv, Tempra, Xepamol, Decolsin*, Bodrex*, Decolgen*, Oskadon*, Sanaflu*,
Supraflu*, Paramex*

Indikasi Nyeri ringan sampai sedang dan demam

Perhatian Pada
Tidak ada data
Penggunaan Off Label
Oral , 0.5-1 g setiap 4-6 jam untuk maksimal 4 g sehari; anak 2 bulan 60 mg untuk pasca -
imunisasi demam , diulang sekali setelah 6 jam jika perlu ;
Neonat 28-32 minggu usia postmenstrual 20 mg / kg sebagai dosis tunggal kemudian 10-15
mg / kg setiap 8-12 jam yang diperlukan; maks. 30 mg / kgsehari dalam dosis terbagi
Neonat lebih dari 32 minggu usia postmenstrual 20 mg / kg sebagai dosis tunggal kemudian
10-15 mg / kgtiap 6-8 jam jika perlu; maks. 60 mg / kg sehari dalam dosis terbagi
Anak 1-3 bulan 30-60 mg setiap 8 jam sebagai ; 3 bulan - 1 tahun 60-120 mg , 1-6 tahun
120-250 mg , 6 - 12 tahun 250-500 mg , dosis ini dapat diulang setiap 4-6 jam bila
diperlukan ( maks. 4 dosis dalam 24 jam ) Infus intravena lebih dari 15 menit ,
DEWASA dan ANAK lebih dari 50 kg , 1 g setiap 4-6 jam , maks . 4 g sehari ;
Dosis, Cara Pemakaian,
DEWASA dan ANAK 10-50 kg , 15 mg / kg setiap 4-6 jam ,maks . 60 mg / kg sehari ,
Frekuensi dan Lama
neonatus dan ANAK kurang dari 10 kg , 7,5 mg / kg setiap 4-6 jam , maks . 30 mg /
Pemberian
kgsehari
Rektum , DEWASA dan ANAK lebih dari 12 tahun 0,5-1 gsetiap 4-6 jam untuk maks . 4 g
sehari-hari; Neonat 28-32 minggu usia postmenstrual 20 mg / kg sebagai dosis tunggal
kemudian 15 mg / kg setiap 12 jam yang diperlukan; maks. 30 mg / kg sehari dalam dosis
terbagi Neonat lebih dari 32 minggu usia postmenstrual 30 mg / kg sebagai dosis tunggal
kemudian 20 mg / kg setiap 8jam yang diperlukan; maks. 60 mg / kg sehari dalam dosis
terbagi
Anak 1-3 bulan 30-60 mg setiap 8 jam sebagai , 3 bulan - 1 tahun 60 -125 mg , 1-5 tahun
125-250 mg , 5-12 tahun 250 - 500 mg , dosis ini dapat diulang setiap 4-6 jam seperlunya (
maks. 4 dosis dalam 24 jam )3,4

Onset : <1 jam Duration: 4-6 jam


Absorbsi : tidak sempurna
Metabolisme : Terapi dosis lazim, dimetabolisme di hati menjadi sulfate dan glucuronide
Farmakologi Waktu paruh : berkepanjangan diikuti toksik neonatus: 2-5jam; anak: 1-3jam
Waktu puncak, serum: Oral: 10-60 menit; tertunda bila dosis tinggi
Ekskresi : Urine (2%- 5% tidak berubah; 55% metabolit glucuronide ; 30% metabolit
sulphate)

Stabilitas dan Sediaan harus disimpan pada suhu 15-30° C. Sediaan bentuk larutan atau suspensi tidak
Penyimpanan boleh dibekukan

Kontraindikasi Hipersensitiv terhadap parasetamol atau komponennya

Hati-hati pada pasien yang sudah berkurang fungsi hati & ginjal, dan ketergantungan pada
alkohol
Toksisitas parasetamol dapat disebabkan dari penggunaan dosis tunggal yang toksik, dari
Peringatan dan atau penggunaan berulang dosis yang besar, atau penggunan obat yang kronis
Perhatian Pengaruh Terhadap Kehamilan Faktor risiko : B
Pengaruh Terhadap Ibu Menyusui Diekskresikan dalam air susu ibu dalam konsentrasi
rendah
Pengaruh Terhadap Anak-anak Konsultasikan dengan dokter pada penggunaan obat > 5 hari

Reaksi Obat yang Efek samping dalam dosis terapi jarang; kecuali ruam kulit, kelainan darah, pankreatitis akut
Tidak Dikehendaki pernah dilaporkan setelah penggunaan jangka panjang
Antikonvulsan (Hydantoin), Barbiturat, Carbamazepine: menurunkan metabolisme
parasetamol
Dengan Cholestyramine Resin: meningkatkan absorbsi parasetamolImatinib: menurukan konsentrasi
Obat Lain serum parasetamolIsoniazid:meningkatkan toksisitas parasetamol
Interaksi Vitamin K Antagonists (eg, warfarin): Parasetamol dapat meningkatkan efek Vitamin K
Antagonists. Utamanya dosis > 1,3g/hari selama > 1 minggu 2

Dengan
Absorbsi menurun dengan adanya makanan
Makanan

Efek samping dalam dosis terapi jarang; kecuali ruam kulit, kelainan darah, pankreatitis akut
Monitoring Pasien
pernah dilaporkan setelah penggunaan jangka panjang

Tablet : 500mg, 600mg, 650mg, 1000mg


Syrup : 120mg/ml, 250mg/ml
Bentuk dan Kekuatan Drop : 60mg/0,6ml, 100mg/ml
Sediaan Rectal : tube 125mg/2,5ml, 250mg/4ml
Supp : 125mg/supp; 250mg/supp
Infus 100ml : 1000 mg/100 ml

1. Martindale 36th ed., p. 108


2.Drug Information Handbook 17th ed
Daftar Pustaka 3. BNF 61, p. 259
4. BNFC 2011-2012, p. 200
5. MIMS 2013, p 151-155

Nama Generik Oralit

Nama dan Struktur


Natrium klorida, kalium klorida dan glukosa
Kimia

Rumus Bangun

Deskripsi Oralit mengandung alkalinising agent untuk mengantisipasi


asidosis; sedikit hypo-osmolar (kira-kira 250 mmol/liter) untuk
mencegah kemungkinan induksi diare osmotik.
Fisikokimia Komposisi larutan rehidrasi oral (oralit) yang rasional adalah
bahwa absorpsi glukosa tergabung pada transport aktif elektrolit,
absorpsi tersebut secara teori meningkatkan efisiensi ketika rasio
karbohidrat: natrium mendekati 1:1.

Keterangan Lain Badan Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan larutan yang


mengandung 90 mmol/litre natrium dan 111 mmol/liter glukosa;
jenis sediaan ini telah terbukti digunakan secara efektif di negara-
negara sedang berkembang dimana diare umumnya diebabkan oleh
bakteri.3

Golongan Larutan elektrolit , nutrisi dll

Nama Dagang Oralit.4

Mencegah dan mengobati dehidrasi (kehilangan cairan dan


Indikasi elektrolit) akibat diare, muntah berak (kolera) dan travellers
gastroenteritis.1,2,3

Perhatian Pada Penggunaan Off Label Tidak ada data

Pada dasarnya diberikan secara oral ad libitum sebagai


larutan.2 Ada juga yang menyatakan tergantung pada kehilangan
cairan.3
Untuk dewasa: 3 jam pertama 12 gelas, selanjutnya setiap kali
diare 3 gelas.
Dosis, Cara Pemakaian, Frekuensi dan Lama Anak-anak 5-12 tahun: 3 jam pertama 6 gelas larutan (200 ml),
Pemberian selanjutnya setiap kali diare 2 gelas.
Anak 1-5 tahun: 3 jam pertama 3 gelas, selanjutnya setiap kali
diare 1 gelas.
Bayi s/d 1 tahun: 3 jam pertama 1/2 gelas, selanjutnya setiap kali
diare 1/2 gelas.
2 atau 1-1½ kali volume minum biasanya.3

Natrium klorida dan kalium klorida diabsorpsi dengan baik di


saluran pencernaan, mengganti kehilangan elektrolit, mengoreksi
Farmakologi gangguan keseimbangan elektrolit.
Kelebihan natrium sebagian besar diekskresi melalui ginjal, dan
sejumlah kecil melalui feses dan keringat.1

Larutan dari beberapa garam natrium, termasuk Natrium klorida,


dapat menyebabkan lepasnya partikel padat dari wadah gelas, dan
Stabilitas dan Penyimpanan
larutan yang ada partikelnya tidak boleh digunakan.
Simpan ditempat kering.2

Oral jangan diberikan pasien dengan paralytic ileus. Pasien dengan


hipersensitivitas, depresi pernapasan yang parah. Injeksi intratekal
& epidural tidak boleh digunakan pada kasus pemberian yang
Kontraindikasi kontraindikasi dengan rute ini, seperti infeksi pada tempat
penyuntikan, perdarahan diatesis yang tidak terkontrol,
penggunaan antikoagulan atau penggunaan kortikosteroid injeksi
dalam 2 minggu.
1. Buat larutan sesuai petunjuk pada kemasan/pembungkus.2
2. Rehidrasi harus diberikan dengan cepat dalam 3 sampai 4 jam
(kecuali pada dehidrasi hipernatraemia, rehidrasi harus dilakukan
dengan lebih lambat, dalam 12 jam). Pasien harus diamati ulang
Peringatan dan atau Perhatian (reassessed) setelah rehidrasi awal dan jika masih terjadi dehidrasi
pemberian cairan (rehidrasi) cepat harus dilanjutkan. 3
3. Larutan Natrium klorida tidak boleh diberikan untuk
merangsang muntah (emesis); tindakan ini berbahaya, kematian
akibat hipernatraemia pernah dilaporkan.1

Efek samping yang sering terjadi: Gangguan keseimbangan


elektrolit: gangguan keseimbangan elektrolit akibat kelebihan
natrium. Hal ini dapat juga diakibatkan oleh efek anion yang
spesifik.
Retensi natrium berlebih di dalam tubuh biasanya terjadi ketika
ekskresi natrium melalui ginjal terganggu.
Hal ini memicu terakumulasinya cairan ekstraseluler untuk
mempertahankan osmolalitas plasma normal yang dapat
menimbulkan edema paru dan perifer berikut konsekuensinya.
Hipernatraemia (peningkatan osmolalitas plasma) biasanya
dihubungkan dengan kurangnya asupan (intake) cairan, atau terjadi
kehilangan banyak cairan.
Jarang terjadi jika digunakan pada dosis terapi, tetapi dapat terjadi
pada penggunaan larutan natrium klorida (saline) hipertonik untuk
merangsang muntah atau untuk bilas lambung dan setelah terjadi
kesalahan formulasi makanan bayi.
Hipernatraemia juga dapat terjadi pada penggunaan salin
hipertonik yang tidak tepat secara intravena.
Efek paling serius dari hipernatremia adalah dehidrasi otak yang
Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki dapat menyebabkan somnolence dan kebingungan yang dapat
berkembang menjadi konvulsi, koma, gagal nafas dan kematian.
Gejala lainnya meliputi rasa haus, berkurangnya produksi saliva
(ludah) dan air mata, demam, berkeringat, takikardi, hipertensi atau
hipotensi, sakit kepala, pusing, gelisah, cepat marah, lemah, kejang
otot dan kekakuan. Efek pada gastrointestinal dikaitkan dengan
tertelannya larutan hipertonik atau sejumlah besar natrium klorida
meliputi mual, muntah, diare dan kram perut.
Penggunaan garam klorida secara berlebihan dapat menyebabkan
hilangnya bikarbonat dengan efek pengasaman.1
Larutan yang terlalu pekat dapat menimbulkan
hiperkalemia.2 Kalau terlalu banyak diminum dapat menimbulkan
edema pada kelopak mata.2
Efek paling serius dari hipernatremia adalah dehidrasi otak yang
dapat menyebabkan somnolence dan kebingungan yang dapat
berkembang menjadi konvulsi, koma, gagal nafas dan kematian.
Gejala lainnya meliputi rasa haus, berkurangnya produksi saliva
(ludah) dan air mata, demam, berkeringat, takikardi, hipertensi atau
hipotensi, sakit kepala, pusing, gelisah, cepat marah, lemah, kejang
otot dan kekakuan.

Interaksi Dengan Obat Lain Tidak ada data


Dengan Makanan Tidak ada data

Monitoring Pasien Perbaikan pada gejala dehidrasi

Bentuk dan Kekuatan Sediaan Serbuk oral

1. Martindale : The Complete Drug Reference 35th edition.


2. Informatorium Obat Generik, Dirjen POM - Depke RI, 1989
Daftar Pustaka p.159
3. BNF 54thed (elect.version)
4. MIMS Indonesia, Petunjuk Konsultasi Edisi 6, 2006/2007 p 28.
Nama Generik Zinc (Seng)

Cynk; Zincum; Zink.Zn = 65.38. 1Zinc Sulphate; Zinci


Nama dan Struktur Kimia sulfas; Zincum Sulfuricum; Zinksulfat.ZnSO4,7H2O =
287.5..

Rumus Bangun

USP 31 (Zinc Sulfat). Mengandung satu atau tujuh molekul


Deskripsi
airhidrasi. Berwarna, transparan, prisma, atau jarum kecil.
Dapat terjadi sebagai butiran, bubuk kristal yang berwarna
putih. Tidak berbau dan berkembang di udara kering. Sangat
Fisikokimia
larut dalam air (heptahidrat); bebas larut dalam air
(monohydrate); praktislarut dalam alkohol (monohydrate);
larut dalam alkohol (heptahidrat);bebas larut dalam gliserol
(heptahidrat)..1

Keterangan Lain Larutan 5% dalam air memiliki pH 4,4-5,6. 1

Golongan Suplemen2

Interzinc, L-zinc, Orezing, Zincare, Zircum, Zirea, Zinc


Nama Dagang
Diar.4

Indikasi Kekurangan zinc atau suplemen dalamkondisi seng-lemah3

Perhatian Pada Penggunaan Off Label


Dewasa
Recommended Daily Allowance (RDA)
Oral: 15 mg / hari
Kekurangan zinc:
Oral: 110-220 mg seng sulfat (25-50 mg elemental zinc) /
dosis 3 kali / hariParenteral TPN: I.V .:Metabolik akut: 4,5-6
mg / hariMetabolik stabil: 2,5-4 mg / hariStabil dengan
kehilangan cairan dari usus halus: 12,2 mg zinc / L larutan
TPN, atau tambahan zinc 17,1 mg (ditambahkan ke 1000
cairan mL IV) per kg feses atau output ileostomyDosis
Lansia sama dosis dewasa.Anak Direkomendasikan saku
Dosis, Cara Pemakaian, Frekuensi dan Lama
harian (RDA):
Pemberian
Oral:Lahir sampai 6 bulan: 3 mg elemental zinc / hari6-12
bulan: 5 mg elemental zinc / hari1-10 tahun: 10 mg
elemental zinc / hari> 11 tahun: 15 mg elemental zinc /
hariKekurangan zinc:
Oral: Bayi dan Anak-anak: 0.5-1 mg elemental zinc / kg /
hari dibagi 1-3 kali / hari; jumlah yang lebih besar mungkin
diperlukan jika ada gangguan penyerapan usus atau
kekurangan yang berlebihan dari sengParenteral TPN: I.V
.:Bayi (prematur, berat lahir <1500 gram sampai dengan 3
kg): 300 mcg / kg / hariBayi dan Anak <5 tahun: 100 mcg /
kg / hari2

Penyerapan seng dari saluran pencernaan adalahtidak


sempurna, dan berkurang dengan adanya beberapakonstituen
makanan seperti phytates. bioavailabilitasseng diet bervariasi
antara sumber yang berbeda,tetapi sekitar 20 sampai 30%.
Farmakologi Zinc didistribusikan ke seluruh tubuh dengan konsentrasi
tertinggi ditemukan pada otot, tulang, kulit, mata, dan cairan
prostat. Diekskresikan dalam feses, dan regulasi kerugian
fekal adalah penting dalam seng homoeostasis. Sebagian
kecil dikeluarkan lewat urin dan keringat 1

Stabilitas dan Penyimpanan Cairan oral (injeksi digunakan secara oral) dalam kulkas.2

Kontraindikasi

Terakumulasi di ginjal , penurunan gagal ginjal dapat terjadi


secara akut.Kehamilan : melewati plasenta; kategori
Peringatan dan atau Perhatian
C.Terdapat dalam dalam air susu; risiko minimal, tetapi
tidak ada informasi yang tersedia3

Nyeri perut, dispepsia, mual,muntah, diare, iritasi lambung;


Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki
cepat marah, sakit kepala, lesu3

Antibiotik kuinolon: Garam Zinc dapat menurunkan


penyerapan kuinolon. Derivat tetrasiklin: Garam Zinc dapat
Interaksi Dengan Obat Lain
menurunkan penyerapan derivat tetrasiklin. Pengecualian:
doxycycline. Trientine: Dapat menurunkan konsentrasi
serum dari Garam Zinc . Garam Zinc dapat menurunkan
konsentrasi serum Trientine. 2

Dengan Makanan Hindari makanan tinggi kalsium atau fosfor 2

Monitoring Pasien

Tablet : 20 mg
Bentuk dan Kekuatan Sediaan
Sirup : 10 mg / 5 ml 60 ml, 100ml; 20 mg / 5 ml 60 ml.3

1. Martindale 36th ed, p.2014.


2. Drug Information Handbook 17th ed.
Daftar Pustaka
3. BNF 2014 p.690
4. MIMS Volume 14, 2013, p.27 - 40.
Natrium klorida, natrium laktat, kalium klorida, dan kalsium klorida
Nama Generik
(Ringer Laktat)

Formula dari masing-masing kandungan Ringer Laktat;


Natrium klorida: NaCl Na laktat: CH3CH(OH)COONa
Kalium klorida: KCl
Nama dan Struktur
Kalsium klorida dihidrat: CaCl2⋅2H2O
Kimia
Kandungan elektrolit (meq/L):Na 130 K 4 Ca 3 Cl 110 Laktat 28
pH 6,2 (6,0 - 7,5)
Osmolaritas: 275

Deskripsi
Rumus Bangun

Injeksi Ringer laktat adalah injeksi yang steril, tidak mengandung pirogen,
tidak mengandung agen bakteri ostatik atau antimikrobial. Produk ini
Fisikokimia
dimaksudkan untuk pemberian secara intravena dalam wadah untuk dosis
tunggal

Keterangan Lain Tidak ada data

Golongan Cairan intravena

Nama Dagang Infusan-RL

Sebagai sumber elektrolit dan air untuk hidrasi pada pasien dewasa dan
Indikasi
anak

Perhatian Pada Penggunaan Off Label Tidak ada data

Dosis ditentukan oleh dokter, tergantung umur, berat badan, dan kondisi
Dosis, Cara Pemakaian, Frekuensi dan Lama klinis pasien serta hasil lab. Pemberian cairan harus berdasarkan
Pemberian kebutuhan cairan pemeliharaan yang dihitung atau kebutuhan cairan
pengganti untuk setiap pasien.
Natrium, sebagai kation utama dalam cairan ekstra selular, berfungsi
terutama untuk mengontrol distribusi air, keseimbangan cairan, dan
tekanan osmotik cairan tubuh.
Natrium bersama dengan klorida dan bikarbonat mengatur keseimbangan
asam-basa.
Kalium, kation utama cairan intraselular, terlibat dalam penggunaan
karbohidrat dan sintesa protein, dan sangat penting dalam pengaturan
konduksi saraf dan kontraksi otot, terutama pada jantung.
Klorida, anion utama ekstra seluler, metabolismenya mengikuti natrium,
dan perubahan keseimbangan asam-basa tubuh mencerminkan perubahan
konsentrasi klorida.
Farmakologi
Kalsium, suatu kation yang penting, memelihara kerangka tulang dan gigi
dalam bentuk senyawa kalsium fosfat dan kalsium karbonat. Dalam
bentuk ion, kalsium penting untuk mekanisme fungsional penggumpalan
darah, fungsi jantung yang normal, dan regulasi "neuromuscular
irritability".
Natrium laktat adalah suatu garam rasemik yang dalam bentuk levo, oleh
liver dioksidasi menjadi bikarbonat , dan bentuk dextro dirubah menjadi
glikogen.
Laktat secara perlahan dimetabolisme menjadi CO2 dan H2O, dengan 1 ion
hidrogen membentuk bikarbonat. Reaksi ini tergantung aktivitas oksidatif
selular.

Simpan pada suhu kamar 25°C.


Larutan ini tidak mengandung agen bakteriostatik, antibak terial atau
Stabilitas dan Penyimpanan buffer tambahan dan dimaksudkan untuk injeksi dosis tunggal. Apabila
dosis lebih kecil diperlukan, sisa larutan yang tidak digunakan harus
dibuang.pH 6,2 (6,0 - 7,5)

Larutan ini kontraindikasi bila pemberian natrium, kalium, kalsium, laktat


atau klorida secara klinis dapat berbahaya. Pemberian laktat kontra
Kontraindikasi indikasi pada pasien dengan metabolik asidosis atau metabolik alkalosis
yang parah, dan pada pasien dengan penyakit hati yang parah atau kondisi
anorexia yang mempengaruhi metabolisme laktat

Larutan mengandung laktat tidak digunakan untuk pengobatan asidosis


laktat.
Gunakan hati-hati pada pasien dengan alkalosis metabolik atau alkalosis
pernafasan, dan pada kondisi dimana ada peningkatan kadar atau pada
kondisi penggunaan laktat terganggu, seperti insufisiensi hati yang parah.
Pemberian larutan IV dapat menyebabkan kelebihan cairan yang
Peringatan dan atau Perhatian menyebabkan terencerkannya konsentrasi serum elektrolit, overhidrasi,
keadaan sesak atau edema paru.
Gunakan secara hati-hati pada pasien dengan gagal jantung, insufisiensi
ginjal yang parah, dan pada kondisi klinis dimana terjadi retensi natrium
disertai edema.
Gunakan dengan sangat hati-hati pada pasien dengan hiperkalemia, gagal
ginjal parah, dan pada kondisi dimana terjadi retensi kalium.
Reaksi alergi atau gejala anafilaktik seperti urtikaria lokal atau umum dan
pruritus, bengkak periorbital, muka, dan/atau laring; batuk, bersin,
dan/atau susah bernafas telah dilapor kan dengan pemberian Ringer
Laktat. Kejadian ini lebih tinggi pada wanita hamil.
Reaksi yang mungkin terjadi karena larutannya atau teknik pemberian
berupa demam, infeksi pada tempat suntikan, trombosis vena atau plebitis,
ektravasasi dan hipervolemi. Gejala bisa akibat kelebihan atau kekurangan
satu atau lebih ion dalam larutan.
Hipernatremia dikaitkan dengan edema dan eksaserbasi gagal jantung
akibat retensi air, akibat volume cairan ekstraselular yang mengembang.
Reaksi yang dilaporkan dengan penggunaan larutan yang mengandung
kalium termasuk mual, muntah, nyeri abdominal dan diare. Bila kadar
Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki
kalium toksik gejala yang muncul seperti parestesia kaki dan tangan,
absen reflex, paralisis otot atau respiratori, bingung, lemah, hipotensi,
aritmia jantung, heart block, abnormalitas elektrokardiograf dan cardiac
arrest.
Bila kekurangan kalium berdampak pada gangguan fungsi neuromuskular,
ileus intestinal dan dilatasi. Ion klorida dalam jumlah besar berakibat pada
hilangnya ion bikarbonat, menyebabkan efek asam. Kadar kalsium tinggi
yang abnormal dapat menyebabkan depresi, amnesia, sakit kepala,
mengantuk, disorientasi, sinkop, halusinasi, hipotonia otot halus dan
skeletal, disfagia, aritmia dan koma. Kekurangan kalsium
menyebabkan neuromuscular hyperexcitability, termasuk kram dan
kejang.

Karena mengandung ion kalsium jangan diberikan dengan menggunakan


infus set yang sama dengan darah karena kemungkinan terjadi koagulasi.
Untuk meminimalkan resiko kemungkinan inkompatibilitas akibat
Dengan Obat Lain pencampuran larutan ini dengan zat-zat aditif yang mungkin di resepkan,
Interaksi larutan akhir harus diamati untuk ketidak jernihan atau endapan segera
setelah pencampuran, sebelum pemberian, dan secara berkala selama
pemberian.

Dengan Makanan Tidak ada data

Evaluasi klinis dan pemeriksaan hasil laboratorium secara berkala penting


untuk memonitor perubahan keseimbangan cairan, konsentrasi elektrolit,
dan keseimbangan asam-basa pada terapi parenteral yang berlangsung
Monitoring Pasien
lama atau bila kondisi pasien memerlukan evaluasi. Penyimpangan
konsentrasi elektrolit yang berarti dari normal harus diperhatikan, bila
perlu infusan alternatif diberikan.

Bentuk dan Kekuatan Sediaan Infusan-RL 500 ml

Daftar Pustaka AHFS 2008 via www.drugs.com

Anda mungkin juga menyukai