PENDAHULUAN
merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orangtua, apalagi jika kejang tersebut
baru pertama kali dialami seorang anak. Penanganan kejang demam sampai saat ini
mengenai indikasi pungsi lumbal dan tatalaksana yaitu perlu tidaknya pemberian obat
Pedoman praktis penanganan kejang demam ini ditujukan bagi seluruh teman
sejawat, dokter umum, dokter spesialis anak dll, sehingga diharapkan terdapat suatu
rekomendasi ini sesuai dengan evidence based yang ada saat ini. Tentunya perbaikan
Diare akut masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak
di negara berkembang. Terdapat banyak penyebab diare akut pada anak. Pada
sebagian besar kasus penyebabnya adalah infeksi akut intestinum yang disebabkan
oleh virus, bakteri atau parasit, akan tetapi berbagai penyakit lain juga dapat
umumnya bersifat self limiting, sehingga aspek terpenting yang harus diperhatikan
adalah mencegah terjadinya dehidrasi yang menjadi penyebab utama kematian dan
menjamin asupan nutrisi untuk mencegah gangguan pertumbuhan akibat diare. Diare
menyebabkan hilangnya sejumlah besar air dan elektolit dan sering disertai dengan
kesehatan oleh karena rata – rata sekitar 30 % dari jumlah tempat tidur yang ada di
rumah sakit ditempati oleh bayi dan anak dengan penyakit diare selain itu juga di
pelayanan kesehatan primer, diare masih menempati urutan kedua dalam urutan 10
penyakit terbanyak dipopulasi.4 Diare juga erat hubungannya dengan kejadian kurang
gizi. Setiap episod diare dapat menyebabkan kekurangan gizi oleh karena adanya
anak5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Definisi
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada anak berumur 6
bulan sampai 5 tahun yang mengalami kenaikan suhu tubuh (suhu di atas 38 0C,
dengan metode pengukuran suhu apa pun) yang tidak disebabkan oleh proses
intrakranial.1
Keterangan:
2. Bila ada riwayat kejang tanpa demam sebelumnya maka tidak disebut
sebagai kejangdemam.
3. Anak berumur antara 1-6 bulan masih dapat mengalami kejang demam,
menggunakan batasan usia lebih dari 1 bulan. Bila anak berumur kurang dari
4. Bayi berusia kurang dari 1 bulan tidak termasuk dalam rekomendasi ini
2.2 Epidemiologi
bentuk kejang umum (tonik dan atau klonik), serta tidak berulang dalam
waktu 24 jam.
Keterangan;
- Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang
parsial
Keterangan:
1. Kejang lama adalah kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit atau
kejang berulang lebih dari 2 kali dan di antara bangkitan kejang anak
2. Kejang fokal adalah kejang parsial satu sisi, atau kejang umum yang
a. Pemeriksaan laboratorium
misalnya darah perifer, elektrolit, dan gula darah (level of evidence 2, derajat
rekomendasi B).
b. Pungsi lumbal
saat ini pemeriksaan pungsi lumbal tidak dilakukan secara rutin pada anak
berusia <12 bulan yang mengalami kejang demam sederhana dengan keadaan
B):
pemeriksaan klinis
Keterangan:
EEG hanya dilakukan pada kejang fokal untuk menentukan adanya fokus
sebagian kasus.
- Interval waktu yang singkat antara awitan demam dengan terjadinya kejang.
kejang demam adalah 80%, sedangkan bila tidak terdapat faktor tersebut
demam pertama
- Kejang demam sederhana yang berulang 4 episode atau lebih dalam satu
tahun.
epilepsi tidak dapat dicegah dengan pemberian obat rumatan pada kejang
demam.
2.5 Algoritma 2
2.6 Tata laksana saat kejang
waktu pasien datang, kejang sudah berhenti. Apabila saat pasien datang dalam
keadaan kejang, obat yang paling cepat untuk menghentikan kejang adalah
lahan dengan kecepatan 2 mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit, dengan
diulang lagi dengan cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit.
Bila setelah 2 kali pemberian diazepam rektal masih tetap kejang, dianjurkan
Antipiretik
10-15 mg/kg/kali diberikan tiap 4-6 jam. Dosis ibuprofen 5-10 mg/kg/kali, 3-4
kali sehari.
Antikonvulsan
- Bila kejang terjadi pada suhu tubuh kurang dari 39 derajat Celsius.
meningkat dengan cepat. Obat yang digunakan adalah diazepam oral 0,3
mg/kg/kali per oral atau rektal 0,5 mg/kg/kali (5 mg untuk berat badan <12 kg
dan 10 mg untuk berat badan >12 kg), sebanyak 3 kali sehari, dengan dosis
tersebut cukup tinggi dan dapat menyebabkan ataksia, iritabilitas, serta sedasi.
maka pengobatan rumat hanya diberikan terhadap kasus selektif dan dalam
pengobatan rumat:
Kejang fokal
- Kejang fokal atau fokal menjadi umum menunjukkan bahwa anak mempunyai
- Pada anak dengan kelainan neurologis berat dapat diberikan edukasi untuk
rekomendasi B).
perilaku dan kesulitan belajar pada 40-50% kasus. Obat pilihan saat ini adalah
asam valproat. Pada sebagian kecil kasus, terutama yang berumur kurang dari
2 tahun, asam valproat dapat menyebabkan gangguan fungsi hati. Dosis asam
valproat adalah 15-40 mg/kg/hari dibagi dalam 2 dosis, dan fenobarbital 3-4
Diare akut adalah buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam
2007: diare merupakan penyebab kematian pada 42% bayi dan 25,2% pada
a. Diare Akut
Diare akut adalah diare yang terjadi selama 14 hari atau kurang. Gejala
dan tanda-tanda diare akut adalah konsistensi encer dan berair yang
menyerang secara mendadak, nyeri perut, keadaan mendesak ingin buang air
besar, mual, perut kembung, dan demam. Pasien dengan infeksi diare akut
b. Diare Kronik
Diare kronik adalah diare yang terjadi lebih dari 14 hari. Diare kronik
mempunyai tanda-tanda dan gejala yaitu gejala hebat atau ringan, penurunan
berat badan dapat dilihat dan tubuh terasa lemas. Dehidrasi bisa diketahui dari
penurunan jumlah urin, membran mukus yang kering, cepat haus, dan
takikardi.
2.8 Etiologi
1. Faktor infeksi
a. Infeksi enteral: infeksi bakteri, infeksi virus, infeksi parasit, protozoa dan
2. Faktor makanan4
Makanan yang menyebabkan diare adalah makanan yang tercemar
Beberapa penyebab diare akut yang dapat menyebabkan diare pada manusia
2.9 Algoritma
a. Algoritma Terapi 4
handbook.
Sumber : Pharmacoterapy : A Pathophysiologic Approach,2008.
2.10 Diagnosis
a. Anamnesis
tinja, lendir
- Muntah, rasa haus, rewel, anak lemah, kesadaran menurun, buang air kecil
makanan
b. Pemeriksaan fisik
- Tanda tambahan: ubun-ubun besar, kelopak mata, air mata, mukosa bibir,
- Berat badan
- Tanda gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit, seperti napas
- Ubun ubun besar tidak cekung, mata tidak cekung, air mata ada , mukosa
- Ubun ubun besar sedikut cekung, mata sedikit cekung, air mata kurang,
Tambahan
- Ubun-ubun sangat cekung, mata sangat cekung, air mata tidak ada,
c. Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan tinja tidak rutin dilakukan pada diare akut, kecuali apabila
- Analisis gas darah dan elektrolit bila secara klinis dicurigai adanya
- Lintas diare : (1) Cairan, (2) Seng, (3) Nutrisi, (4) Antibiotik yang tepat,
(5) Edukasi
Tanpa dehidrasi
10 mL/kg BB setiap diare cair atau berdasarkan usia, yaitu umur < 1 tahun
sebanyak 50-100 mL, umur 1-5 tahun sebanyak 100-200 mL, dan umur di
(tidak mau minum, muntah terus menerus, diare frekuen dan profus)
Dehidrasi ringan-sedang
dalam 3 jam untuk mengganti kehilangan cairan yang telah terjadi dan
minum walaupun telah diberikan dengan cara sedikit demi sedikit atau
Dehidrasi berat
- Diberikan cairan rehidrasi parenteral dengan ringer laktat atau ringer
- Masukan cairan peroral diberikan bila pasien sudah mau dan dapat
PGD)
- Kadar K 2,5-3,5 mEq/L, berikan KCl 75 mEq/kg BB per oral per hari
dibagi 3 dosis
- Kadar K <2,5 mEq/L, berikan KCl melalui drip intravena dengan dosis:
pertama
menurunkan frekuensi buang air besar dan volume tinja sehingga dapat
diberikan selama 10-14 hari meskipun anak telah tidak mengalami diare
dengan dosis:
- Nutrisi
ASI dan makanan dengan menu yang sama saat anak sehat sesuai
umur tetap diberikan untuk mencegah kehilangan berat badan dan sebagai
- Medikamentosa
- Antibiotik
- Antiparasit
EDUKASI
Kejang merupakan peristiwa yang menakutkan bagi setiap orangtua. Pada saat
Kesehatan bila ditemukan hal sebagai berikut: demam, tinja berdarah, makan atau
minum sedikit, sangat haus, diare makin sering, atau belum membaik dalam 3 hari.
Orangtua dan pengasuh diajarkan cara menyiapkan oralit secara benar. Langkah
promotif/preventif :
4. immunisasi campak
DAFTAR PUSTAKA
4. Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., Posey,
5. Subagyo B, Santoso NB. Diare akut. In: Juffrie M SS, Oswari H, Arief S,