Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori
1. Anatomi Thorax
Thorax merupakan rongga antara leher dan abdomen yang berbentuk
kerucut dan dibatasi oleh tulang sejati dan tulang rawan, pada bagian
inferior thorax lebih lebar jika dibandingkan dengan bagian superior
(Bontrager, 2014).

a. Rangka Thorax
Rangka Thorax merupakan bagian dari musculoskeletal yang
melindungi organ pernafasan dan sirkulasi darah. Bagian depan rangka
thorax adalah sternum, yang terdiri dari manubrium, body of sternum dan
xiphoid process. Bagian atas rangka thorax terdiri daru dua yaitu
clavicula yang menggabungkan sternum dengan kedua scapula. Dua
belas pasang costae melingkari thorax dan dua belas vertebrae thoracalis
di bagian belakang (Bontrager, 2014).

Keterangan :
Clavicle
Scapula
Ribs
Thoracic vertebrae

Sternum :
Manubrium
Body
Xiphoid process

Gambar 2.1 Rangka Dada (Bontrager, 2014).

b. Mediastinum
Mediastinum adalah ruang di dalam rongga dada antara kedua paru-
paru yang berisi jantung dan pembuluh-pembuluh darah besar,
oesofagus, dektus torasikus, aorta descenden dan vena kava superior,

4
5

saraf vagus dan fenikus serta sejumlah besar kelenjar limfe (Pearch,
2013).

Keterangan :
T1
T4
T5
Midlle mediastinum
Posterior mediastinum 6. T12
Superior mediastinum
Anterior mediastinum

Gambar 2. 2 Empat bagian dari medastinum (Applegate, 2010)

Secara garis besar mediastinum dibagi atas 4 bagian penting :

1) Mediastinum superior, mulai pintu atas rongga dada sampai ke


vertebra torakal ke-5 dan bagian bawah dari sternum.
2) Mediastinum anterior, dari garis batas mediastinum superior ke
diafragma di depan jantung.
3) Mediastinum posterior, dari garis batas mediastinum superior ke
diafragma di belakang jantung.

Keterangan :
Trachea
Esophagus
Thyroid gland
Superior vena cava
Arch of aorta
Pulmonary arteri
Ascending aorta
Heart
Inferior vena cava
Abdominal aorta
Gambar 2.3 Struktur di daerah mediastinum, tampak depan (Bontrager,
2014).
Keterangan :
1. Trachea
2. Upper lobe
3. Superior vena cava
4. Aorta
5. Right pulmonary artery
6. Left primaty bronchus
7. Middle lobe
8. Right primary bronchus
9. Pulmonary veins
10. Inferior vena cava
11. Heart
12. Lower lobe
Gambar 2.4 Paru dan struktur dalam mediastinum (Bontrager, 2014).

c. Sistem pernafasan
Paru-paru merupakan bagian sistem pernapasan, empat struktur paru
yang penting dalam rongga dada adalah sebagai berikut : laring, trachea,
bronkus kanan kiri, paru-paru, laring, trakea, dan bronkus membentuk
struktur tubular kontinu dimana udara yang melaluinya bisa lewat dari
hidung dan mulut ke paru-paru.

1) Laring
Laring, atau kotak suara panjangnya kira-kira 1,5 sampai 2 inchi (4
sampai 5 cm) pada orang dewasa terletak di bagian anterior
leher,disangga dari tulang kecil yang disebut hyoid.Laring berfungsi
sebagai organ suara. Suara dibuat saat udara melewati antara pita
suara yang berada di dalam laring. Margin atas laring berada pada
tingkat perkiraan vertebra cervical 3. Marginnya yang lebih rendah,
dimana laring bergabung dengan trackea, berada pada level vertebra
cervical 6. Laring merupakan saluran pernapasan yang membawa
udara kemudian udara tersebut menuju ke trakea adapun fungsi utama
laring adalah untuk melindungi saluran pernapasan dibawahnya
dengan cara menutup secara cepat pada stimulasi mekanik, sehingga
mencegah masuknya benda asing ke dalam saluran pernapasan.
Keterangan
Larynx
Level of C6
Thyroid cartilage
Thyroid gland
Parathyroid glands
Region of thymus gland
Trachea
Level of T4 or T5
Gambar 2.5 Laring dan Trachea (Bontrager, 2014).

2) Trachea
Kelanjutan dari laring ke bawah, bagian kedua dari sistem pernapasan
adalah trachea, trachea merupakan muskulus fibrosa berbentuk
tabung dengan diameter sekitar ¾ inchi (2 cm) dengan 4 ½ inchi (11
cm) ujung trachea bercabang menjadi dua bronkus (bronchi) kanan
dan kiri.
3) Bronkus
Bronkus kanan dan kiri merupakan bagian ketiga dari sistem
pernapasan terdiri dari bronkhi primer kanan dan kiri, juga dikenal
sebagai bronkus utama kanan dan kiri. Bronkus kanan lebih lebar,
pendek dan vertical dari bronkus kiri. Panjangnya bronkus kanan
sekitar 2,5 cm dengan diameter 1,3 cm. Terbagi atas tiga bronkus
sekunder sehingga pulmo kanan berisi tiga lobus. Bronkus kiri lebih
kecil diameternya sekitar 1,1 cm dengan panjang 5 cm atau dua kali
lipat panjang bronkus kanan. Bronkus kiri terdiri atas dua bronkus
sekunder, sehingga pulmo kiri terdiri dari dua lobus. Carina
merupakan kartilago trackea yang paling rendah, bercabang menjadi
bronkus kanan dan kiri. Bronkus sekunder terbagi menjadi cabang
lebih kecil yang menyebar ke setiap lobus disebut dengan bronkiolus,
yang kemudian berakhir sebagai alveoli (Bontrager, 2014).
Keterangan :
Right primary (main
steam) bronkus
Left primary (main stem)
bronkus
Position of carina
Carina
Gambar 2.6 Bronkus (Bontrager, 2014).

4) Paru-paru
Paru-paru merupakan salah satu dari bagian organ vital yang memiliki
fungsi utama sebagai alat respirasi dalam tubuh manusia, paru-paru
secara spesifik memiliki peran untuk terjadinya pertukaran oksogen
(O2) dengan karbondioksida (CO2). Pertukaran ini terjadi pada
alveolus – alveolus diparu melalui sistem kapiler (Moeller, 2007).
Paru-paru terdiri dari tiga lobus pada bagian kanan, serta dua lobus
pada paru bagian kiri. pada paru kanan lobus- lobusnya antara lain
yakni lobus superior, lobus medius dan lobus inferior. Sementara pada
paru kiri hanya terdapat lobus superior dan lobus inferior. Namun
pada paru kiri terdapat satu bagian di lobus superior paru kiri yang
disebut dengan lobus medius kanan, yakni disebut sebagai lingula
pulmonis. Diantara lobus paru kanan terdapat dua fissura, fissura
horixontalis dan fissura oblique. Masing-masing paru-paru terdiri dari
dua dinding halus atau membran yang disebut dengan pleura. Pleura
terdiri dari 2 lapisan yaitu lapisan dalam dan luar. Lapisan dalam
membungkus paru-paru dan memisahkan antara lobus.
Keterangan :
Parietal
Pleural cavity
Pulmonary-visceral
Fissure

Gambar 2.7 Paru-paru (Bontrager, 2014).

d. Anatomi Payudara
Breast atau jaringan payudara dibentuk oleh glandula yang memproduksi
air susu (lobulus) yang dialirkan ke puting (nipple) melalui duktus.
Struktur lain dari payudara adalah jaringan lemak yang merupakan
komponen terbesa, connective tissue, pembuluh darah dan saluran
beserta kelenjar limfatik. Setiap payudara mengandung 15-20 lobus yang
tersusun sirkuler. Jaringan lemak (subcutaneus adipose tissue) yang
membungkus lobus memberikan bentuk dan ukuran payudara. Tiap lobus
terdiri dari beberapa lobulus yang merupakan tempat produksi air susu
sebagai respon dari signal hormonal. Terdapat 3 hormon yang
mempengaruhi payudara yakni esterogen, progesteron dan prolaktin,
yang menyebabkan jaringan glandular payudara dan uterus mengalami
perubahan selama siklus menstruasi. Aerola adalah area hiperpigmentasi
di sekitar puting (suyatno, 2010).
Berikut ini adalah gambaran anatomi payudara :

Keterangan :
Fascia pectoralis
M. Pectoralis major
Ligg. Suspensoria mammaria
Sinus lactiferi
Ductus lactiferi
Lobi glandulae mammariae
Adipose tissue

Gambar 2.8 Anatomi Payudara (Sobotta, 2018).


B. Patologi Kanker Paru
Kanker paru terjadi saat sel-sel mengalami mutasi dan bereproduksi berlebihan
(Black, J.M., & Hawk, 2014). Hal ini mempengaruhi gen untuk mengaktifkan
protooncogen (mediator positif pada proliferasi sel) dan menonaktifkan gen tumor
supresor (mediator negatif dari proliferasi sel) yang bersinergi dengan genetik lainnya
(kromosom) yang mempengaruhi K-ras, p53 dan P16, sehingga terjadi pertumbuhan
sel abnormal (Zander, D.S., Popper, H., Jagridar,J., Haque, A., Cagle, P.T., & Barrios,
2010). Lewis et all (2016) juga menjelaskan bahwa mutasi tersebut terjadi pada sel
epitel yang disebabkan karena adanya karsinogenik, dipengaruhi oleh faktor genetik
dan terjadi pertumbuhan neoplastik secara perlahan. Klasifikasi histologi menurut
(Stewart, 2010) yaitu :
a. Squamous cell carcinomous yaitu terletak di bronkus besar, berkembang
lambat, metastasis terbatas pada rongga torak, dinding dada dan pleura. Kanker ini
biasanya berhubungan dengan gejala obstruksi, pneumonia dan keluhan pasien seperti
nyeri dada, batuk, dispneu dan hemoptisis
b. Adenocarcinoma yaitu terletak di alveolus, berkembang lambat, penyebaran
hematogen dan bermetastasis ke otak, adrenal, hati, tulang dan ginjal.
c. Large cell carcinoma yaitu terletak di perifer, lesi subpleura dengan nekrotik,
berkembang seringkali massa lebih besar dari adenokarsinoma, berkembang lambat
dan prognosis buruk.
d. Small cell carcinoma disebut berukuran seperti biji gandum, yang berawal di
jalan nafas besar, kemudian membesar, prognosis jelek dan dapat bertahan hidup
biasanya tidak lebih dari 2 tahun dengan pengobatan.
Stadium Kanker Paru Pembagian stadium kanker (Detterbeck, 2018), sebagai
berikut :
Tabel 2.1 Staging kanker paru
STAGING T (Tumor Primer)
T0 Tidak ada tumor primer
tiS Karsinoma in situ (squamous atau adenokarsinoma)
T1 Tumor ≤ 3cm
T1ml Adenokarsinoma minimal invasif
T1a Penyebaran tumor superficial di saluran pernapasan*
T1a Tumor ≤ 1 cm
T1b Tumor > 1 tapi ≤ 2 cm
T1c Tumor > 2 cm ≤ 3 cm
Tumor > 3cm tapi ≤ 5 cm atau tumor yang melibatkan : pleura
T2 dan T2a viseralis, bronkus, utama (tidak carina), atelektasis ke hilus, tumor >
3 cm tapi ≤ 4 cm
T2b Tumor > 4 cm tapi ≤ 5 cm
Tumor > 5 cm tapi ≤ 7 cm atau metatasis ke dinding dada,
T3 perikardium, syaraf frenikus atau nodul-nodul tumor terpisah pada
lobus yang sama
Tumor> 7 cm atau tumor metastase ke mediastinum, diafragma,
jantung, pembuluh darah besar, Saraf laring, carina, trakea, esofagus,
T4
tulang belakang, atau nodul tumor pada lobus ipsilateral yang
berbeda
N (Kelenjar Getah Bening Regional)
N0 Tidak ada metastase regional
N1 Metastasis pada nodul paru atau hilus ipsilateral
N2 Metastasis pada nodus mediastinal atau subcranial ipsilateral
Metastasis pada nodul mediastinum, hilus atau supraklavikula
N3
kontralateral
M (Jauh Metatasis)
M0 Tidak ada metastasis jauh
Efusi perikardial atau keganasan perikardial atau nodul pleura atau
M1a
perikardial atau nodul tumor terpisah di lobus kontralateral
M1b Metatasis ekstratorakal tunggal
M1c Beberapa metatasis ekstratorakal (1 atau 1 organ)

C. Komponen dasar CT Scan


Sistem MSCT terdiri dari tiga komponen yaitu gantry, komputer, serta meja
kontrol, sistem ini meliputi komputerisasi yang kompleks serta perangkat
pencitraan (Bontrager, 2014).
Berikut ini yang merupakan komponen MSCT :

1. Gantry
Di dalam CT Scan, pasien berada di atas meja pemeriksaan dan meja
tersebut dapat bergerak menuju gantry. Gantry terdiri dari beberapa
perangkat keras yang keberadaannya sangat diperlukan untuk menghasilkan
suatu gambaran, perangkat keras tersebut antara lain, tabung sinar-X,
detektor array, dan kolimator (Bontrager, 2014).

Gambar 2.10 Gantry dan meja pemeriksaan (Bontrager, 2014).

a. Tabung Sinar-x
Berdasarkan strukturnya tabung sinar-X mirip tabung sinar-X
konvensional, namun perbedaannya terletak pada kemampuannya untuk
menahan panas yang kapasitas tinggi dikarenakan peningkatan dari
waktru paparan (Bontrager, 2014).

b. Kolimator
Kolimator pada MSCT berfungsi untuk mengurangi radiasi hambur,
membatasi jumlah sinar-X yang sampai ke tubuh pasien serta untuk
meningkatkan kualitas citra, tidak seperti pesawat radiografi
konvensional. MSCT menggunakan 2 buah kolimator. Yaitu kolimator
pertama yang diletakkan pada rumah dari tabung sinar sinar-X disebut
dengan pre pasien kolimator, serta kolimator yang kedua diletakkan
antara pasien dan detektor disebut dengan pre detektor kolimator/ post
pasien kolimator (Seeram, 2016).

c. Detektor
Selama eksposi, berkas sinar-X (foton) menembus pasien dan mengalami
perlemahan (atenuasi). Sisa-sisa foton yang telah teratenuasi kemudian
ditangkap oleh detektor. Ketika detektor menerima sisa-sisa dari foton
tersebut. Foton akan berinteraksi dengan detektor serta mereduksi sinyal
dengan arus yang kecil yang disebut dengan sinyal output analog.
Besarnya sinyal ini sebanding dengan intensitas radiasi yang akan
diterima. Kemapuan untuk penyerapan detektor yang tinggi akan
berakibat pada kualitas gambar yang dihasilkan menjadi optimal.

2. Meja pemeriksaan (couch)


Meja pemeriksaan merupakan tempat untuk memposisikan pasien. Meja
pemeriksaan biasanya terbuat dari fiber karbon. Denan adanya bahan ini
maka sinar-X yang menembus pasien tidak terhalangi jalannya menuju
detektor. Meja pemeriksaan dipastikan harus kuat dan kokoh mengingat
fungsinya sebagai penopang tubuh pasien selama meja pemeriksaan
bergerak ke dalam gantry (Seeram, 2014).

3. Komputer
Komputer MSCT memerukan dua jenis software yang sangat canggih.
Pertama untuk sistem operasi dan kedua untuk aplikasi. Software mengelola
pre processing, rekonstruksi citra, dan berbagai operasi post processing.
Komputer MSCT harus memiliki kecepatan yang maximal serta kapasitas
memori.

Gambar 2.11 Komputer dan Meja kontrol (Bontrager, 2014).

4. Meja kontrol
Komponen dari meja kontrol termasuk keyboard, mouse, dan monitor
tunggal atau ganda, tegantung pada sistem. Meja kontrol memungkinkan
petugas radiografer untuk mengontrol parameter pada pemeriksaan yang
disebut dengan protokol. Serta melihat gambar yang dihasilkan. Protokol
yang telah ditentukan untuk setiap prosedur yaitu termasuk faktor-
faktor
seperti kilovoltage, miliampere, pitch, FOV, ketebalan irisan, rekonstruksi
algorithma, serta tampilan windows. Parameter ini dapat dimodifikasi oleh
radiografer jika diperlukan sesuai dengan klinis pasien (Bontrager, 2014).

D. Multi slice CT-Scan


Sebuah unit CT Scan menggunakan tabung sinar-X dan rangkaian detektor
untuk mengumpulkan data anatomis pasien. Data ini direkonstruksi menjadi
gambar (Bontrager, 2014).
Pada awal perkembangan, gerakan tabung sinar-x pada CT Scan dibatasi
oleh kabel tegangan tinggi. Pertama tabung sinar-X akan berputar 360º ke satu
arah untuk mendapatkan satu irisan, meja CT Scan akan bergerak sesuai jarak
yang tentukan, dan tabung sinar-X akan berputar 360º ke arah yang berlawanan
dan akan mendapatkan potongan berikutnya. Perkembangan teknologi slip-
ring pada awal tahun 1990-an memungkinkan teknologi CT bergerak
melampaui akuisisi satu iris.

Gambar 2.12 A dan B, Volume (spiral) multislice scan, dengan rotasi 360º
terus menerus dan tabung dari detektor sementara pasien
bergerak ke dalam dan keluar (Bontrager, 2014).

Slip-Ring pengganti kabel tegangan tinggi yang memungkinkan putaran


rotasi tabung sinar-x secara terus-menerus, yang apabila dikombinasikan
dengan gerakan pasien melalui data gantry membentuk scan tipe helical atau
spiral. Volume scanning adalah istilah umum yang digunakan untuk
menggambarkan proses akuisisi ini. Volume scanning juga mampu
mengakuisisi single slice (Bontrager, 2014).
Keunggulan volume (spiral) CT Scan dibandingkan dengan single slice scan
(Bontrager, 2014) :
1. Multiplanar reconstruction (MPR) : data volume matrik memungkinkan
rekonstruksi data pasien menjadi lebih akurat ke dalam bidang alternatif
(coronal, sagital, oblique) dan tiga dimensi (3D).
2. Waktu scan lebih pendek karena pasien terus bergerak melalui gantry.
3. Artefak berkurang : artefak yang disebabkan oleh gerakan pasien berkurang.
Pemindaian yang dikembangkan sebelum tahun 1992 adalah single slice yang
mampu merkam hanya satu irisan pada satu waktu. Pada akhir 1998, produsen
CT mengumumkan bahwa pemindai teknologi baru multi slice tersedia yang
mampu mencetak empat irisan secara bersamaan pada putaran tabung sinar-X.
Multi slice CT terus berkembang pesat, terutama karena kemajuan teknologi
komputer. Pada saat ini, multi slice CT yang ada dapat
menghasilkan 320 irisan per putaran tabung sinar-X (Bontrager, 2014).

E. Parameter Multi Slice CT


1. Slice Thickness
Slice thickness merupakan tebal dari potongan obyek yang akan diperiksa.
yang mengindikasikan banyaknya organ yang diperiksa per eksposi
(Bontrager, 2014). Slice thickness dipilih pada konsul secara otomatis
melalui pengaturan kolimator yang digunakan. Semakin tipis slice thickness,
maka semakin baik detail gambar yang diperoleh, keakuratan tinggi serta
klasifikasi dapat ditampakan (Bushong, 2013).

2. Increment
Increment adalah jarak antara image rekonstruksi dalam arah z direction
ketika memilih increment yang lebih kecil dari pada slice thickness, akan
membentuk potongan overlapping. Teknik ini berguna untuk mengurangi
pengaruh partial volume, memberi detail anatomi yang bagus dan kualitas
2D dan 3D post processing yang tinggi (Bontrager, 2014).
3. Range
Range adalah perpaduan atau kombinasi dari beberapa slice thickness.
Sebagai contoh untuk CT-Scan Thorax, range yang digunakan sama yaitu 5-
10 mm mulai dari apeks paru sampai diafragma. Pemanfaatan dari range
adalah untuk mendapatkan ketebalan irisan yang sama pada pada satu
lapangan pemeriksaan (Seeram, 2016).

4. Faktor Eksposi
Faktor eksposi adalah faktor yang berpengaruh terhadap eksposi, yang
meliputi : tegangan tabung (kV), arus tabung (mA), dan waktu eksposi (s).
Besarnya tegangan dapat dipilih secara otomatis pada tiap – tiap
pemeriksaan. Kadang pengaturan tegangan tabung diatur ulang untuk
menyesuaikan ketebalan objek yang akan diperiksa (rentangnya antara 80-
140 kV). Tegangan tabung yang tinggi biasanya dimanfaatkan pada
pemeriksaan paru dan struktur tulang seperti pada pelvis dan vertebra.
Dengan tujuan untuk mendapatkan resolusi citra yang tinggi yang
berhubungan dengan letak serta struktur penyusunnya.

5. Field of View (FoV)


Field of View adalah diameter maksimal dan gambaran yang akan
direkonstruksi. Jika FoV diperbesar, dengan ukuran matriks yang tetap maka
ukuran pixel akan mengalami pembesaran yang proporsional. Sedangkan
jika matriks diperbesar, dengan ukuran FoV yang tetap, maka ukuran pixel
akan semakin kecil, sehingga resolusi gambar semakin baik (Bushong,
2013).

6. Pitch
Tabung x-ray / detectorr dan pasien bergerak selama scanning ditentukan
oleh pitch. Pitch merupakan ratio antara pergerakan meja dengan slice
thickness (Bontrager, 2014).
7. Gantry tilting
Gantry tilting adalah sudut yang dibentuk antara bidang vertikal dengan
gantry (tabung sinar-X dan detektor). Rentang penyudutan -25º sampai +
25º. Penyudutan dari gantry bertujuan untuk keperluan diaknosa dari
masing-masing kasus yang akan dihadapi. Disamping itu, bertujuan
mereduksi dosis radiasi terhadap organ-organ yang sensitif seperti pada
organ mata.

8. Rekonstruksi Matriks
Rekonstruksi matriks adalah serangkaian angka yang diatur dalam baris dan
kolom, yang disebut dengan matriks. Satu buah kotak atau 1 informasi yang
dinamakan picture elemen (pixel) yang mengandung nilai CT number atau
hausfield unit (HU) sebagai perwakilan dari volume jaringan yang
digambarkan dengan 2D. Setiap nilai yang dikandung tersebut akan
ditampilkan sebagai densitas optik atau tingkat brightness pada vidio
monitor (Bushong, 2013). Ukuran matriks dapat dipilih dari 64 x 64 sampai
1024 x 1024. Rekonstruksi matriks ini berpengaruh terhadap resolusi
gambar yang dihasilkan. Semakin tinggi nilai resolusi yang akan dihasilkan
(Seeram, 2016).

9. Rekonstriksi Algorithma
Rekonstruksi algorithma adalah prosedur matematis (algorithma) yang
digunakan dalam merekonstruksi gambar. Hasil dan karateristik dari gambar
CT Scan tergantung pada kuatnya algorithma yang dipilih. Sebagian besar
CT Scan sudah memiliki standar algorithma tertentu untuk pemeriksaan
kepala, abdomen dan lainnya. Semakin tinggi resolusi algorithma yang akan
dipilih maka semakin tinggi juga resolusi gambar yang dihasilkan. Dengan
demikian maka gambaran seperti tulang, soft tissue dan jaringan-jaringan
lain dapat dibedakan dengan jelas pada layar monitor, rekonstruksi
algorithma merupakan prosedur matematis yang digunakan untuk
merekonstruksi gambar (Seeram, 2016).

10. Rekonstruksi Increment


Increment adalah jarak antara image rekonstruksi dalam arah z direction.
ketika pemilihan increment yang lebih kecil dari pada slice thickness,
maka akan membentuk potongan yang overlapping. Teknik ini berguna
untuk mengurangi pengaruh partial volume, memberi detail anatomi yang
bagus dan kualitas 2D dan 3D post processing yang tinggi (Bontrager,
2014).
11. Window width
Window width adalah rentang nilai computed tomography yang akan
dikonversi menjadi grey levels dan ditampilkan dalam monitor. Setelah
komputer menyelesaikan pengolahan citra melalui rekonstruksi matriks
dan algorithma maka hasilnya akandikonversi menjadi skala numerik yang
dikenal dengan nama nilai computed tomography. Nilai ini mempunyai
satuan Hounsfield Unit (HU) yang diambil dari nama penemi CT-Scan
kepala pertama kali yaitu Godfrey Hounsfield.
Tabel2.2 Nilai CT Number pada jaringan yang berbeda dan
penampakannya dalam layar monitor (Bontrager, 2014)
Tipe Jaringan Nilai (CT/HU) Penampakan
Tulang Otot +1000 Putih Abu-abu
Materi putih Materi abu- +50 Abu-abu menyala Abu-abu
abu Darah +45 Abu-abu Abu-abu
Cerebro spinal fluits Air +40
Lemak Paru +20 Abu-abu gelap ke hitam
Udara +15 Abu-abu gelap ke hitam
0 Hitam
-100
-200
-1000
12. Window level
Window level adalah nilai tengah dari window yang digunakan untuk
penampakan citra. Nilainya dapat dipilih tergantung dari karakteristik
perlemahan struktur objek yang akan diperiksa. window level ini
menentukan densitas citra yang akan dihasilkan.

F. Aplikasi Software Pada CT Scan


Ada beberapa aplikasi software yang secara umum digunakan pada modalitas
CT Scan, Software tersebut diantaranya :
1. Multi Planar Reformating (MPR)
Aplikasi software Multi Planar Reformating (MPR) merupakan tampilan
gambar dalam berbagai bidang baik sagital, aksial maupun koronal.
2. Maksimum Intensity Projection (MIP)
Maksimum Intensity Projection merupakan rekonstruksi tiga dimensi yang
digunakan untuk melihat jaringan tubuh sampai intensitas yang paling
maksimum. Sebagai contoh untuk melihat pendarahan pada jaringan otak.

3. Shaded Surface Display (SSD)


Software Shaded Surface Display merupakan hasil dari rekonstruksi 3D dari
bagian luarnya saja. Sebagai contoh pada penggunaan rekonstruksi tulang,
gambaran tulang tampak dalam 3D sementara jaringan otak tidak
ditampakkan.

4. Volume rendering
Software volume rendering merupakan hasil rekonstruksi tiga dimensi yang
dibuat dari jaringan terdalam sampai dengan jaringan terluar. Aplikasi
software ini digunakan untukmelihat volume ketika gambar anatomi dibuat
dalam sisi potongan yang berbeda.

5. Multi Planar Volume Rendering (MPVR)


Software Multi Planar Volume Rendering merupakan tampilan gambar dari
multi planar reformat dalam bentuk volume dilihat dari sisi koronal oblik
maupun sagital oblik. Aplikasi software ini digunakan untuk mengetahui
seberapa besar penyudutan sebagai contoh pada kasus impaksi gigi.

6. Smart Score
Software smart score sangat penting dalam pemeriksaan CTA Cardiac,
aplikasi ini digunakan untuk menghitung volume atau densitas dari area
kalsifikasi arteri koronaria, penilaian smart score berupa prosentase dari
kandungan calsium pada arteri yang diperiksa.

7. CT Dose Profil
Aplikasi software pada metode pengukuran profil dosis CTDI tidak
menggunakan cara tradisional. Seperti menggunakan pencil ionisation
chamber namun merupakan metode pengukuran secara otomatis profil dosis
pada scanning spiral maupun aksila. Beberapa parameter yang dapat
dievaluasi dengan menggunakan CT Dose Profil secara simultan antara lain
CTDI Scan, Multi Scan AverageDose (MSAD), CT Beam fluoro, variasi arus
tabung dan khusus MSCT terbaru telah dilengkapi software, dengan slice
dan chanel yang lebih banyak sehingga dapat menghitung nilai Dose Lenght
Product (DLP).

G. Kualitas Gambar Pada CT Scan


Komponen yang mempengaruhi kualitas gambar CT Scan adalah spatial
resolution, contras resolution, noise dan artefak ( Seeram, 2016).

1. Spatial Resolution
Resolusi spatial adalah kemampuan untuk dapat membedakan obyek yang
berukuran kecil dengan densitas yang berbeda pada latar belakang yang
sama. Dipengaruhi oleh faktor geometri, rekontruksi alogaritma, ukuran
matriks, magnifikasi, dan FOV (Seeram, 2016).

2. Contrast Resolution
Kontras resolusi adalah kemampuan untuk membedakan atau menampakan
obyek-obyek dengan perbedaan densitas yang sangat kecil dan dipengaruhi
oleh faktor eksposi, slice thicknees, FOV dan filter kernel/rekonstruksi
algorithma (Seeram, 2016).

3. Noise
Noise adalah fluktuasi (standar deviasi) nilai CT number pada jaringan atau
materi yang homogen. Noise tergantung pada beberapa faktor antara lain:
mAs, scan time, kVp, tebal irisan, ukuran objek dan algoritma. Sebagai
contoh adalah air memiliki CT Number 0, semakin tinggi standar deviasi
nilai CT Number pada pengukuran titik-titik air berarti memiliki noise
tinggi.

4. Artefak
Secara umum Artefak adalah kesalahan dalam gambar (adanya sesuatu
dalam gambar) yang tidak ada hubungannya dengan objek yang diperiksa.
Dalam CT Scan artefak didefinisikan sebagai pertentangan/perbedaan antara
rekonstruksi CT Number dalam gambar dengan koefisien atenuasi yang
sesungguhnya dari objek yang diperiksa (Seeram, 2016).

H. Prosedur Pemeriksaan CT Scan Thorax


1. Pengertian
Teknik pemeriksaan CT Scan thorax adalah sebuah teknik radiologi yang
digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai anatomis secara irisan
atau dari penampang melintang thorax (Petel, 2010).

2. Indikasi pemeriksaan
a. Tumor
b. Aneurisma, diseksi aorta, emboli paru
c. Abses
d. Trauma
e. Efusi pericardial
f. Absestosis, sarcoidosis, emphysema
3. Persiapan pasien
Tidak ada persiapan khusus bagi pasien, mengisi informed consent yang
telah disediakan. Instruksi-instruksi yang menyangkut posisi pasien dan
prosedur pemeriksaan di jelaskan dengan sejelasnya. Pasien diminta
melepaskan benda-benda logam serta mengganti baju dengan baju pasien
yang telah di sediakan yang bertujuan agar tidak menimbulkan artefak
(Bontrager, 2010).

4. Persiapan Alat
a. Alat steril : Alat-alat suntik, yang meliputi spuit, kassa, kapas, serta
alkohol
b. Alat Non Steril :Pesawat CT Scan, baju dan selimut pasien, tabung
oksigen, head holder body claim
5. Persiapan penggunaan media kontras dan obat-obatan
Penggunaan dari media kontras dalam pemeriksaan CT Scan diperlukan
untuk menampakkan struktur-struktur anatomi tubuh seperti pembuluh
darah dan organ-organ tubuh lainnya dapat dibedakan dengan jelas. Jenis
kontras dapat berupa omnipaque maupun iopamero, Penggunaan media
kontras dalam pemeriksaan CT Scan thorax diperlukan untuk menampakkan
struktur-struktur anatomi tubuh seperti pembuluh darah beserta organ-organ
tubuh lainya dapat dibedakan dengan jelas.

6. Teknik Pemeriksaan
a. Posisi pasien : supine di atas meja pemeriksaan dengan posisi feet first.
b. Posisi obyek : pasien diposisikan sehingga mid sagital plane (MSP)
tubuh sejajar denga lampu indikator longitudinal. Lengan
pasien diletakkan di atas kepala. Lutut diganjal untuk
fiksasi pasien. Pasien diinstruksikan agar menarik nafas
pada saat pemeriksaan dimulai (Montag, 2007).
7. Scan Parameter
Scan parameter pemeriksaan CT Scan thorax adalah tercantum pada gambar
berikut :

Gambar 2.13 Scannogram CT Thorax (Bontrager, 2014).

a. Range : apex paru sampai diafragma


b. Slice thickness : 5 mm
c. Window setting : window lung dan window mediastinum (Bontrager,
2014)
d. FOV : 30-50 cm
e. Gantry Till : 0º
f. Faktor Eksposi : 180 mAs dan 137 Kv
g. Rekonstruksi algoritma : High resolusi

Keterangan :
Right ventricle
Left ventricle
Inferior vena cava
Descending aorta

Gambar 2.14 CT Scan Thorax Axial (Bontrager, 2014)

8. Tahap pemasukan Media Kontras


Pemeriksaan CT Scan thorax pertama dilakukan dengan menggunakan
tanpa media kontras. Pemeriksaan CT Scan Thorax kedua dibuat setelah
pemasukan media kontras. Untuk kasus seperti tumor dibuat foto sebelum
dan sesudah pemasukanmedia kontras. Tujuan dibuat foto sebelum dan
sesudah pemasukkan media kontras. Tujuan dibuat foto sebelum dan
sesudah pemasukan media kontras adalah untuk melihat apakah ada jaringan
yang menyerap kontras banyak, sedikit atau tidak sama sekali (Rasad,
2000).

Pada pemeriksaan CT Thorax untuk pemberian kontras intra vena


menggunakan teknik Bi-Phase, start delay 20-25 detik (arterial phase), 50
detik (venous phase), flow rate 4-5 ml/detik, volume media kontras 100-120
ml. IV kontras dapat digunakan untuk membedakan massa dengan
pembuluh darah di daerah mediastinum ataupun menunjukan adanya
malformasi vaskuler (Nesseth, 2000).
Kontras dapat menyebabkan perubahan fisiologi pada beberapa organ.
Biasanya pemasukkan media kontras dengan bantuan power injector selama
periode spesifik pemeriksaan (Jaengsri, 2004). Kontras IV digunakan untuk
meningkatkan gambaran pembuluh darah dan untuk menyangatkan struktur
jaringan dari beberapa organ. Syringe yang steril digunakan untuk
memasukkan kontras biasanya berkisar antara 75-150 cc tergantung umur
pasien, berat badan, daerah yang dicitrakan dan kondisi vaskuler. Ketika
kontras iodine diinjeksikan ke vena, kontras memasuki sirkulasi jantung dan
menuju arteri, melalui kapiler tubuh dan ke vena untuk kembali lagi ke
jantung. Saat scanning, X-ray beam akan mengalami perlemahan ketika
melewati pembuluh darah dan organ yang terisi kontras. Hal ini
menyebabkan pembuluh darah dan organ yang terisi kontras tampak
enhance dan menunjukan area hiperintens pada gambaran (Jaengsri, 2004).

9. Scanning Potongan CT Thorax Post Kontras


Beberapa contoh hasil scanning pada potongan axial, coronal, dan sagital
dari CT Thorax :
a. Potongan Axial

Gambar 2.15 Scanogram Antero Posterior (Anderson dan Fox, 2017).

Keterangan :
Right brachiocephalic a
Manubrium
Left brachiocephalic v
Right brachiocephalic v
Left cammon carotid a
Left subclavian a
Trachea
Esophagus

Gambar 2.16 Scanning potongan Axial (Anderson dan Fox, 2017).

Anda mungkin juga menyukai