Anda di halaman 1dari 2

NAMA: DIMAS MUHAMMAD FIRDAUS

KELOMPOK: EKONOMI PUBLIK


NIM: 215020100111022
Energi Sebagai Bentuk Indonsia Berdikari

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya energi, baik dari
segi jumlahnya maupun keberagamannya. Sumberdaya energi tersebut terdiri dari
energi fosil dan energi baru terbarukan. Sektor energi fosili terdiri dari batubara,
minyak, dan gas bumi. Menurut Kementerian ESDM (2015), total cadangan
nasional untuk minyak adalah sebesar 7.311 miliar barel, sedangkan untuk gas
alam sebesar 151,33 trillion cubic feet (TCF). Untuk cadangan dan total
sumberdaya batubara di Indonesia berturut-turut adalah 32.263,35 dan 126.610,34
juta ton.
Sektor energi baru terbarukan terdiri dari dari panas bumi, air, ombak,
pasang surut, angin, biomassa, biofuel, matahari, shale hydrocarbon dan coalbed
methane. Berdasarkan hasil publikasi BPPT (2016) diperkirakan bahwa potensi
energi terbarukan yang meliputi energi air mencapai 75 GW (terbesar di dunia),
energi surya sebesar 4,8 KWH/m harii dan Indonesia sebagai negara yang terletak
di kawasan gunung berapi, mempunyai potensi panas bumi kira-kira sebesar 29
GW (40% dari total energi panas bumi dunia). Potensi energi terbarukan lainnya
yang tinggi yaitu biomassa dengan perkiraaan mencapai 32,6 GW. Berdasarkan
data EIA (2015), potensi sektor energi baru berupa shale hydrocarbon di
Indonesia sangat besar yaitu mencapai 349,7 TCF untuk gas dan 242,3 miliar
barel untuk jenis minyak. Adapun untuk gas metana batubara menurut
Kementerian ESDM (2014) memiliki potensi sebesar 452 TCF. Kementerian
ESDM juga mencatat bahwa konsumsi energii pada tahun 2011 masih didominasi
oleh energi fosil, yaitu minyak bumi sebesar 594 juta SBM (setara barrel minyak)
atau sebesar 39% dari total konsumsi energi nasional, diikuti batubara sebesar 334
juta SBM (22%), gas alam sebesar 261 juta SBM (17%), dan 21% sisanya
merupakan energi terbarukan, dengan rincian biomassa sebesar 280 juta SBM
(18%), tenaga air 31 juta SBM (2%), dan panas bumi sebesar 15 jutaa SBM (1%).
Ironisnya, dengan keberagaman dan kekayaan energi yang ada tersebut,
penggunaan energy Indonesia masih relatif kecil. Konsumsi energi listrik dan
energi primer Indonesia (2006) per kapita sebesar 517 kWh dan 0,57 Trillion Oil
Equivalent (TOE), sedangkan konsumsi listrik dan energi primer rata-rata dunia
adalah 2463 kWh dan 1,63 TOE. Padahal, energi merupakan aspek vital bagi
suatu negara agar dapat menjadi berdikari. Energi dapat menjadi penggerak utama
perekonomian nasional untuk meningkatkan kesejahteraan warganya. Kurangnya
suplai energi, dapat mengganggu stabilitas ekonomi dan politik suatu negara.
Maka dari itu, adalah kebutuhan yang sangat mendesak jika pemanfaatan energi
perlu ditingkatkan karena menguasai hajat hidup orang banyak. Upaya mendorong
percepatan eksplorasi migas utamanya pada cekungan yang belum tersentuh
maupun yang bersifat non-konvensional janganlah hanya menjadi retorika semata
mengingat produksi minyak nasional hanya sebesar 831 ribu barel per hari (bph)
dengan konsumsi sebesar 1,5 juta bph dan akan cenderung meningkat dari tahun
ke tahun. Visii bauran energi 2025 berdasarkan kebijakan energii nasional juga
jangan hanya menjadi wacana tanpa ada bukti nyata. Peningkatan pemanfaatan
energi terbarukan memiliki banyak keuntungan seperti dapat mengurangi
ketergantungan terhadap bahan bakar fosil, murah, mudah didapatkan, bebas
polusi dan bersifat berlanjut (sustainable). Sektor-Sektor energi yang vital seperti
migas juga harus dikuasai penuh oleh negara sebagaimana yang tercantum dalam
UUD 1945 pasal 33 ayat 3 karena dapat mendorong ketahanan dan kemandirian
energi nasional sebagai pedoman Indonesia berdikari.

Anda mungkin juga menyukai