Anda di halaman 1dari 23

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP MEDIS

1. Lansia

a. Pengertian

Seseorang dikatakan lansia ialah apabila berusia 60 tahun atau lebih,

karena faktor tertentu tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya

baik secara jasmani, rohani maupun sosial (Nugroho, 2012).

Menua (menjadi tau) (adalah suatu proses menghilangnya secara

perlahan-lahan kemampuan jarigan untuk melakukan fungsinya

dalam memenuhi kebutuhan dalam hidup. Menua ditandai dengan

kulit yang mengendur, rambut yang memutih, penurunan

pendengaran, penglihatan yang menjadi semakin buruk, sensivitas

emosi. Proses menua merupakan proses yang terus-menerus

(berlanjut) secara alamiah. Lansia digolongkan menjadi dua yakni

lansia potensial dan tidak potensial. Lansia potensial adalah orang

yang masih mampu melakukan aktivitas dengan baik dan melakukan

kegiatan yang dapat menghasilkan baik barang maupun jasa.

Sementara lansia yang tidak potensial orang yang tidak berdaya

mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung kepada bantuan orang

lain (Priyoto, 2015).

5
6

Menua (menjadi tua) adalah suatu proses yang mengubah seorang

dewasa sehat menjadi seorang yang frail dengan berkurangnya

sebagian besar cadangan sistem fisiologis dan meningkatnya

kerentanan terhadap berbagai penyakit dan kematian (Setiati,

Harimurti, 2009).

b. Fisiologi lansia

Proses penuaan adalah normal, berlangsung secara terus

menerus secara alamiah. Dimulai sejak manusia lahir

bahkan sebelumnya dan umunya dialami seluruh makhluk hidup.

Menua merupakan proses penurunan fungsi struktural tubuh

yang diikuti penurunan daya tahan tubuh. Setiap orang akan

mengalami masa tua, akan tetapi penuaan pada tiap seseorang

berbeda-beda tergantung pada berbagai faktor yang

mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut dapat berupa faktor

herediter, nutrisi, stress, status kesehatan dan lain-lain (Stanley,

2006).

c. Batasan Umur Lansia

Menurut WHO:

1) Usia pertengahan (middle age): 45-59 tahun

2) Lanjut usia (elderly): 60–74 tahun

3) Lanjut usia tua (old): 75-90 tahun

4) Usia sangat tua (very old): diatas 90 tahun


7

d. Teori dan Proses Menua

Terdapat empat teori utama yang menjelaskan terjadinya proses

penuaan :

1) Teori Wear and Tear

Tubuh dan selnya menjadi rusak karena terlalu sering digunakan

dan disalahgunakan. Organ tubuh, seperti hati, lambung, ginjal,

kulit, dan yang lain, menurun karena toksin di dalam makanan

dan lingkungan, konsumsi berlebihan lemak,gula, kafein,

alkohol, dan nikotin, karena sinar ultraviolet, dan karena stress

fisik dan emosional. Tetapi kerusakan ini tidak terbatas pada

organ, melainkan juga terjadi di tingkat sel. Hal ini berarti

walaupun seseorang tidak pernah merokok, minum alkohol, dan

hanya mengonsumsi makanan alami, dengan menggunakan

organ tubuh secara biasa saja, pada akhirnya terjadi kerusakan.

2) Teori Neuroendokrin

Teori ini menyangkut peranan berbagai hormon bagi fungsi

organ tubuh.Pada usia muda berbagai hormon bekerja dengan

baik mengendalikan berbagai fungsi organ tubuh. Karena itu

pada masa muda fungsi berbagai organ tubuh sangat optimal,

seperti kemampuan bereaksi terhadap panas dan dingin,

kemampuan motorik, fungsi seksual, dan fungsi memori.

Hormon bersifat vital untuk memperbaiki dan mengatur fungsi


8

tubuh. Ketika manusia menjadi tua, tubuh hanya mampu

memproduksi hormon lebih sedikit sehingga kadarnya menurun.

Akibatnya berbagai fungsi tubuh terganggu. Growth hormone

yang membantu pembentukan massa otot, Human Growth

Hormon (HGH), testosteron, dan hormon tiroid, akan menurun

tajam ketika menjadi tua.

3) Teori Kontrol Genetika

Faktor genetik memiliki peran besar untuk menentukan kapan

menjadi tua dan umur harapan hidup, dapat dianalogikan

individu lahir seperti mesin yang telah diprogram sebelumnya

untuk merusak diri sendiri. Tiap individu memiliki jam biologi

yang telah diatur waktunya untuk dapat hidup dalam rentang

waktu tertentu. Ketika jam biologi tersebut berhenti, merupakan

tanda individu tersebut mengalami proses penuaan kemudian

meninggal dunia, waktu dalam jam biologi sangat bervariasi

tergantung pada peristiwa yang terjadi dalam kehidupan

individu tersebut dan pola hidupnya.

4) Teori Radikal Bebas

Radikal bebas merupakan suatu molekul yang mempunyai satu

atau lebih elektron tidak berpasangan pada orbit luarnya, dapat

bereaksi dengan molekul lain, menimbulkan reaksi berantai yang

sangat destruktif. Radikal bebas bersifat sangat reaktif. Radikal

bebas akan merusak membran sel, Deoxyribo Nucleic Acid


9

(DNA), dan protein. Banyak studi mendukung ide bahwa radikal

bebas mempunyai kontribusi yang besar pada terjadinya penyakit

yang berhubungan dengan proses penuaan seperti kanker,

penyakit jantung dan proses penuaan.

e. Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia

Menurut Nugroho (2012) perubahan-perubahan yang terjadi pada

lansia diantaranya adalah:

1) Perubahan Pada Sistem Gastrointestinal

Proses penuaan memberikan pengaruh pada setiap bagian dalam

saluran gastrointestinal (GI) yaitu perubahan pada rongga

mulut, esofagus, lambung, usus halus, usus besar dan rektum,

pankreas, dan hati.

2) Perubahan pada Sistem Muskuloskeletal

a) Jaringan penghubung (kolagen dan elastin)

Kolagen sebagai protein pendukung utama pada kulit,

tendon, kartilago, dan jaringan pengikat mengalami

perubahan menjadi tidak teratur dan penurunan hubungan

pada jaringan kolagen, merupakan salah satu alasan

penurunan mobilitas pada jaringan tubuh. Sel kolagen

mencapai puncak mekaniknya karena penuaan, kekakuan

dari kolagen mulai menurun. Kolagen dan elastin yang

merupakan jaringan ikat pada jaringan penghubung

mengalami perubahan kualitas dan kuantitasnya.


10

Perubahan pada kolagen ini merupakan penyebab

turunnya fleksibilitas pada lansia sehingga menimbulkan

dampak berupa nyeri, penurunan kemampuan untuk

meningkatkan kekuatan otot, kesulitan bergerak dari

duduk ke berdiri, jongkok dan berjalan dan hambatan

dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Upaya fisioterapi

untuk mengurangi dampak tersebut adalah memberikan

latihan untuk menjaga mobilitas.

b) Kartilago

Jaringan kartilago pada persendian menjadi lunak dan

mengalami granulasi akhirnya permukaan sendi menjadi

rata. Selanjutnya kemampuan kartilago untuk regenerasi

berkurang dan degenerasi yang terjadi cenderung ke arah

progresif. Proteoglikan yang merupakan komponen dasar

matrik kartilago, berkurang atau hilang secara bertahap

sehingga jaringan fibril pada kolagen kehilangan

kekuatannya dan akhirnya kartilago cenderung

mengalami fibrilasi. Kartilago mengalami klasifikasi di

beberapa tempat seperti pada tulang rusuk dan tiroid.

Fungsi kartilago menjadi tidak efektif tidak hanya sebagai

peredam kejut, tetapi sebagai permukaan sendi yang

berpelumas. Konsekuensinya kartilago pada persendian

menjadi rentan terhadap gesekan. Perubahan tersebut


11

sering terjadi pada sendi besar penumpu berat badan.

Akibat perubahan itu sendi mudah mengalami

peradangan, kakakuan, nyeri, keterbatasan gerak dan

terganggunya aktivitas sehari-hari.

c) Sistem Skeletal

Manusia mengalami penuaan dan jumlah masa otot tubuh

mengalami penurunan. Berikut ini merupakan perubahan

yang terjadi pada sistem skeletal akibat proses menua:

- Penurunan tinggi badan secara progresif.

- Penurunan produksi tulang kortikal dan trabekular yang

berfungsi sebagai perlindungan terhadap beban gerakan

rotasi dan lengkungan. Implikasi dari hal ini adalah

peningkatan terjadinya risiko fraktur.

d) Sistem Muskular

Perubahan yang terjadi pada sistem muskular akibat

proses menua yaitu waktu untuk kontraksi dan relaksasi

muskular memanjang. Implikasi dari hal ini adalah

perlambatan waktu untuk bereaksi, pergerakan yang

kurang aktif. Perubahan kolumna vertebralis, akilosis

atau kekakuan ligamen dan sendi, penyusutan dan

sklerosis tendon dan otot, dan perubahan.

e) Sendi
12

Perubahan yang terjadi pada sendi akibat proses menua

yaitu pecahnya komponen kapsul sendi dan kolagen.

Implikasi dari hal ini adalah nyeri, inflamasi, penurunan

mobilitas sendi, deformitas, kekakuan ligamen dan sendi.

Implikasi dari hal ini adalah peningkatan risiko cedera.

3) Perubahan pada Sistem Persarafan

Sistem neurologis, terutama otak adalah suatu faktor utama

dalam penuaan. Neuron menjadi semakin komplek dan tumbuh,

tetapi neuron tersebut tidak dapat mengalami regenerasi.

Perubahan struktural yang paling terlihat tejadi pada otak itu

sendiri. Perubahan ukuran otak yang dipengaruhi oleh atrofi

girus dan dilatasi sulkus dan ventrikel otak. Korteks serebal

adalah daerah otak yang paling besar dipengaruhi oleh

kehilangan neuron. Penurunan aliran darah serebral dan

penggunaan oksigen dapat pula terjadi dengan penuaan.

4) Perubahan pada Sistem Endokrin

Perubahan pada sistem endokrin akibat penuaan antara lain

produksi dari semua hormon menurun, fungsi paratiroid dan

sekresinya tidak berubah, terjadinya pituitari yaitu pertumbuhan

hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya di dalam pembuluh

darah. Menurunnya aktivitas tiroid, menurunnya BMR (Basal

Metabolic Rate) dan menurunnya daya pertukaran zat.


13

Menurunnya produksi aldosteron dan menurunnya sekresi

hormon kelamin, misalnya progesteron, estrogen dan testosteron

2. Hipertensi

a. Pengertian

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan systole dan diastole

mengalami kenaikan yang melebihi batas normal (tekanan systole

diatas 140 mmHg dan tekanan diastole diatas 90 mmHg) (Murwani,

2009).

Hipertensi adalah kondisi abnormal dari hemodinamik, dimana

menurut WHO tekanan sistolik ≥140 mmHg dan atau tekanan

diastolik >90 mmHg (untuk usia <60 tahun) dan tekanan sistolik

≥160 mmHg dan atau tekanan diastolik >95 mmHg (untuk usia >60

tahun) (Nugroho, 2011).

b. Jenis Hipertensi

Hipertensi dibagi menjadi 2 yaitu :

1) Hipertensi Emergensi

Hipertensi Emergensi merupakan situasi dimana diperlukan

penurunan tekanan darah yang segera dengan obat antihipertensi

parenteral karena adanya kerusakan organ target akut atau

progresif target akut atau progresif. Kenaikan tensi mendadak

disertai kerusakan organ target yang progresif dan di perlukan

tindakan penurunan tensi segera dalam kurun waktu menit/jam.


14

2) Hipertensi Urgensi

Hipertensi Urgensi merupakan situasi dimana terdapat

peningkatan tekanan darah yang bermakna tanpa adanya gejala

yang berat atau kerusakan organ target progresif bermakna tanpa

adanya gejala yang berat atau kerusakan organ target

progresif dan tekanan darah perlu diturunkan dalam beberapa

jam. Penurunan TD harus dilaksanakan dalam kurun waktu 24 –

48 jam (penurunan tekanan darah dapat dilaksanakan lebih lambat

(dalam hitungan jam sampai hari).

Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibedakan menjadi 2, yaitu :

1) Hipertensi essensial (hipertensi primer), yaitu hipertensi yang

tidak diketahui penyebabnya. Contoh : keturunan, umur, psikis.

2) Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh

penyakit lain. Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal /

vaskuler renal. Penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil, gangguan

endokrin dan lain – lain.

c. Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi atau Derajat Hipertensi Menurut Jnc VIII, 2013.

Kategori Sistolik (Atas) Diastolik

(Bawah)
Optimal < 120 < 80
Normal < 130 < 85
Normal tinggi (perbatasan ) 130-140 85-89
Stadium I Ringan 140-159 90-99
Stadium 2 Sedang 160-179 100-109
Stadium 3 Berat 180-209 110-119
Stadium 4 Sangat Berat  210  120
15

d. Etiologi

Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik

(idiopatik). Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac

output atau peningkatan tekanan perifer.  Namun ada beberapa faktor

yang mempengaruhi terjadinya hipertensi :

1) Genetik : Respon neurologi terhadap stress atau kelainan eksresi

atau transport  Na.

2) Obesitas : terkait dengan level insulin yang tinggi yang

mengakibatkan tekanan darah meningkat.

3) Stress lingkungan.

4) Hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua

serta pelebaran pembuluh darah.

Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya

perubahan – perubahan pada :

1) Elastisitas dinding aorta menurun

2) Katub jantung menebal dan menjadi kaku

Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun

sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah

menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.

3) Kehilangan elastisitas pembuluh darah

Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah

perifer untuk oksigenasi.


16

4) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi :

1) Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr).

2) Kegemukan atau makan berlebihan.

3) Stress

4) Merokok

5) Minum alkohol

6) Minum obat – obatan (ephedrine, prednison, epineprin).

e. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala pada klien dengan hipertensi :

1) Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg.

2) Sakit kepala

3) Pusing / migrain

4) Rasa berat ditengkuk

5) Penyempitan pembuluh darah

6) Sukar tidur

7) Lemah dan lelah

8) Nokturia

9) Keletihan

10) Mata berkunang – kunang

11) Wajah pucat

12) Kehilangan ingatan

13) Palpitasi.
17

f. Patofisiologi Gangguan

Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah

terletak dipusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat

vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah

ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke

ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat

vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke

bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik

ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan

merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana

dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi

pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan

dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang

vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap

norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal

tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang

pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal

juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi.

Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan

vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid

lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh

darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke


18

ginjal, meyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang

pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi

angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya

merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini

menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,

menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor

tersebut cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.

g. Pathway
19

h. Pemeriksaan Penunjang

1) Mengukur tekanan darah, pada kedua tangan ketika pasien

terlentang dan tegak setiap 1 – 2 jam sekali.

2) Mengukur berat badan, tinggi badan (BB ideal, gemuk, obesitas).

3) Pemeriksaan khusus :

a) Jantung (pada gagal jantung kanan terjadi oedema perifer,

sesak napas).

b) ECG

c) Foto Thorax

d) Echocardiogram

e) Pada mata fundus copi (pembuluh darah pada retina menjadi

tipis)

f) Pemeriksaan darah : cholesterol, uric acid, gula darah,

creatinin, ureum, clearance, trigliserida, electrolit.

g) Pemeriksaan IVP

(Murwani, 2009)

i. Penatalaksanaan Medis

Pengobatan pasien dengan penyakit jantung hipertensi terbagi dalam

dua kategori, pengobatan dan pencegahan tekanan darah yang tinggi

dan pengobatan penyakit jantung hipertensi. Tekanan darah ideal

adalah kurang dari 140/90 mmHg pada pasien tanpa penyakit

diabetes dan penyakit ginjal kronik dan kurang dari 130/90 mmHg
20

pada pasien dengan penyakit diatas. Berbagai macam strategi

pengobatan penyakit jantung hipertensi :

1) Pengaturan diet

Dalam merencanakan menu makanan untuk penderita hipertensi

ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan yaitu keadaan

berat badan, derajat hipertensi, aktifitas dan ada tidaknya

komplikasi. Sebelum pemberian nutrisi pada penderita

hipertensi, diperlukan pengetahuan tentang jumlah kandungan

natrium dalam bahan makanan. Makan biasa (untuk orang sehat

rata – rata mengandung 2800 – 6000 mg per hari). Sebagian

besar natrium berasal dari garam dapur.

Untuk mengatasi tekanan darah tinggi harus selalu memonitor

kadaan tekanan darah serta cara pengaturan makanan sehari –

hari. Secara garis besar ada 4 (empat) macam diit untuk

menanggulangi atau minimal mempertahankan tekanan darah

yaitu :

a) Diet rendah garam

Diet rendah garam pada hakekatnya merupakan diet

dengan mengkonsumsi makanan tanpa garam. Garam dapur

mempunyai kandungan 40% Natrium. Sumber sodium

lainnya antara lain makanan yang mengandung soda kue,

baking powder, MSG (Mono Sodium Glutamat), pengawet


21

makanan atau natrium bensoat biasanya terdapat dalam

saos, kecap, selai, jelli, makanan yang terbuat dari mentega.

Penderita tekanan darah tinggi yang sedang menjalankan

diet pantang garam memperhatikan hal sebagai berikut :

i. Jangan menggunakan garam dapur

ii. Hindari makanan awetan seperti kecap, margarin,

mentega, keju, trasi, petis, biskuit, ikan asin, sardensis,

sosis, dan lain – lain.

iii. Hindari bahan makanan yang diolah dengan

menggunakan bahan makanan tambahan atau penyedap

rasa seperti saos.

iv. Hindari penggunaan baking soda atau obat – obatan

yang mengandung sodium.

v. Batasi minuman yang bersoda seperti cocacola, fanta,

sprit.

b) Diet rendah kolesterol / lemak

Di dalam tubuh terdapat tiga bagian lemak yaitu kolesterol,

trigliserida, dan pospolipid. Sekitar 25 – 50 % kolesterol

berasal dari makanan dapat diabsorbsi oleh tubuh sisanya

akan dibuang lewat faeces. Beberapa makanan yang

mengandung kolesterol tinggi yaitu daging, jeroan, keju

keras, susu, kuning telur, ginjal, kepiting, hati.


22

Tujuan diet rendah kolesterol adalah menurunkan kadar

kolesterol serta menurunkan berat badan bila gemuk. Hal –

hal yang harus diperhatikan dalam mengatur nutrisi pada

hipertensi :

i. Hindari penggunaan minyak kelapa, lemak, margarin

dan mentega.

ii. Batasi konsumsi daging, hati, limpa, dan jenis jeroan.

iii. Gunakan susu full cream.

iv. Batasi konsumsi kuning telur, paling banyak tiga butir

per minggu.

v. Lebih sering mengkonsumsi tahu, tempe, dan jenis

kacang – kacang lainnya.

vi. Batasi penggunaan gula dan makanan yang manis –

manis seperti sirup, dodol.

vii. Lebih banyak mengkonsumsi sayur – sayuran dan buah

– buahan.

c) Diet kalori bila kelebihan berat badan

Hipertensi tidak mengenal usia dan bentuk tubuh seseorang.

Meski demikian orang yang kelebihan berat badan akan

beresiko tinggi terkena hipertensi. Salah satu cara untuk

menanggulanginya dengan melakukan diet rendah kalori,

agar berat badannya menurun hingga normal. Dalam

pengaturan nutrisi perlu diperhatikan hal berikut :


23

i. Asupan kalori dikurangi sekitar 25% dari kebutuhan

energi atau 500 kalori untuk penurunan 0,5 kg berat

badan per minggu.

ii. Menu makanan harus seimbang dan memenuhi

kebutuhan zat gizi.

Contoh menu untuk penderita hipertensi :

1 piring nasi (100 gram), 1 potong daging (50 gram), 1

mangkok sup (130gram), 1 potong tempe (50 gram), 1

potong pepaya (100 gram).

2) Olahraga Teratur

Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang

dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang

mempunyai empat prinsip yaitu :

a) Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari,

jogging, bersepeda, berenang, dan lain – lain.

b) Intensitas olah raga yang baik antara 60 – 80% dari

kapasitas aerobik atau 72 – 87% dari denyut nadi maksimal

yang disebut zona latihan.

c) Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada

dalam zona latihan.

d) Frekuensi latihan sebaiknya 3x perminggu dan paling baik

5x perminggu.
24

3) Penurunan Berat Badan

Pada beberapa studi menunjukkan bahwa obesitas berhubungan

dengan kejadian hipertensi. Jadi penurunan berat badan adalah

hal yang sangat efektif untuk menurunkan tekanan darah.

Penurunan berat badan (1kg/minggu) sangat dianjurkan.

Penurunan berat badan dengan menggunakan obat – obatan

perlu menjadi perhatian khusus karena umumnya obat penurun

berat badan yang terjual bebas mengandung simpatomimetik,

sehingga dapat meningkatan tekanan darah, memperburuk

angina atau gejala gagal jantung dan terjainya eksaserbasi

aritmia. Menghindari obat – obatan seperti NSAIDs,

simpatomimetik, dan MAO yang dapat meningkatkan tekanan

darah atau menggunakannya dengan obat antihipertensi.

4) Edukasi Psikologis

Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan

pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan

pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan

hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Aktivitas / istirahat : Gejala = kelemahan, letih, nafas pendek, gaya

hidup menoton.
25

b. Sirkulasi : Gejala = riwayat hipertensi, penyakit jatung koroner / katup.

c. Integritas ego : Gejala = ansietas, riwayat perubahan kepribadian.

d. Eliminasi : Gejala = gangguan ginjal.

e. Makanan / cairan : Gejala = makanan yang disukai, seperti lemak,

tinggi garam, kolestrol, mual, muntah, perubahan berat badan.

f. Neurosensori : Gejala = keluhan pusing, sakit kepala, gangguan

penglihatan.

g. Pernafasan : Gejala = dispnea, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat

merokok.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis

b. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pajanan

c. Kerusakan memori berhubungan dengan gangguan neurologi

d. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri

e. Resiko jatuh berhubungan dengan usia > 65 tahun, penurunan kekuatan

ekstrimitas bawah

f. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan

hipertensi
28

b. Rencana Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan kriteria Tindakan


hasil

Nyeri akut b.d Setelah dilakukan 1. Kaji dan pantau


agens cedera tindakan keperawatan skala nyeri pada
biologis selama … x24 jam pasien
diharapkan nyeri klien
berkurang, dengan 2. Berikan
kriteria hasil : lingkungan yang
nyaman dan
1.Melaporkan tingkat tenang
nyeri berkurang dengan
skala 3 3. Ajarkan klien
teknik relaksasi,
2.Mampu nafas dalam
memperlihatkan teknik
relaksasi secara 4. Berikan analgetik
individual
3. TTV dalam rentang
normal
Defisiensi Setelah dilakukan 1. Jelaskan
pengetahuan b.d asuhan keperawatan pengertian dari
kurang pajanan selama …x 24jam hipertensi, tanda
diharapkan pasien dan gejala dari
mampu : hipertensi, faktor
1. menyebutkan penyebab dari
pengertian, penyebab, hipertensi,
tanda dan gejala, pencegahan dari
pencegahan, dan diit hipertensi, diit
hipertensi. hipertensi.

2. Beri reinforcement
positif apabila
pasien mampu
menjelaskan
kembali dengan
bahasanya sendiri.

Hambatan Tujuan : setelah 1. Pantau pasien


mobilitas fisik b.d dilakukan tindakan untuk melakukan
Nyeri keperawatan selama … aktivitas
x24 jam diharapkan 2. Kaji factor yang
dapat meningkatkan menyebabkan
29

Diagnosa Tujuan dan kriteria Tindakan


hasil

aktivitas yang dapat keletihan


ditoleransi. Dengan 3. Anjurkan
criteria hasil : aktivitas
alternative sambil
1. Dapat istrahat
melakukan 4. Pertahankan
aktivitas secara status nutrisi yang
mandiri adekuat

Anda mungkin juga menyukai