Anda di halaman 1dari 20

Nama Mahasiswa : Yosua Butarbutar

NIM :518312032

Mata Kuliah : Seminar

1. Judul:Peningkatan Hasil Belajar Gambar Teknik Otomotif Menggunakan Model


Pembelajaran Student Teams Achievements Division(STAD) Pada Siswa Jurusan
Teknik Kendaraan Ringan Di SMK Swasta Maranatha Sidikalang
2. Latar belakang:
Sektor manufaktur di seluruh dunia sedang bertransformasi untuk menyambut
era revolusi industri 4.0. Era tersebut menekankan kolaborasi antara proses
manufaktur dengan dunia digital,disamping itu ketersediaan lapangan kerja juga akan
semakin sedikit karena pengaplikasian robot dalam sektor manufaktur.Hal tersebut
akan menjadi tantangan yang besar bagi Indonesia,karena semua negara telah
mempersiapkan diri untuk dalam menyambut era revolusi industri 4.0 ini.Hal yang
paling diungulkan dalam menghadapi kemajuan zaman yang semakin pesat ini ialah
kemampuan untuk bersaing,untuk itulah sumber daya manusia harus dipersiapkan
sebaik mungkin yang akan berimpas langsung terhadap penyerapan lapangan
kerja.Apabila negara kita belum siap untuk menghadapinya,maka negara lainyang lebi
siaplah yang akan berkuasa di negara kita sendiri.
Berdasarkan data statistik yang dikeluarkan oleh badan pusat statistik tahun
2020,tingkat pengangguran terbuka(TPT) pada agustus 2020 sebesar 7,07 persen,dan
meningkat 1,84 persen poin dibandingkan dengan agustus 2019.Keadaaan ini sangat
miris dengan kompetensi lulusan SMK yang dibekali dengan keahlian.Karena
seharusnya dengan apa yang mereka peroleh selama dibangku sekolah menengah
kejuruan dapat menjadi modal kerja yang sangat bermanfaat bagi mereka setelah
lulus.
Pemerintah,terkhusus dinas kependidikan perlu melakukan terobosan
terobosan baru untuk memepersiapkan SDM yang memiliki dan menguasai
kompetensi keahlian tersebut terutama kepada sekolah menengah kejuruan.Sehingga
nantinya diharapkan lulusan SMK dapat bekerja sesuai dengan bidang keahlian
mereka masing masing,dan diharapkan dapat mengurangi angka penganguran di
negara kita ini.Peningkatan kualitas pendidikan di SMK sebenarnya dapat dilakuka
dengan berbagai cara,salah satu diantaranya adalah perbaikan kualitas pembelajaran.
Pemerintah malalui dinas pendidikan dapat mengusahakan peningkatan
kualitas pendidikan di indonesia melalui pengembangan kurikulum yang terfokus
pada kompetensi dan karakter.Didalam penerapan kurikulum 2013 ini,sekolah
merupakan pelaksanan atau garda terdepan,dan salah satunya adalah melalui
SMK.Akan tetapi dalam pengimplementasiannya,kurikulum 2013 ini mengalami
berbagai kesulitan dan kendala khususnya dalam perencanaan,pelaksanaan,dan
evaluasi pembelajaran.SMK Swasta Maranatha Sidikalang merupakan salah satu
sekolah yang sudah menerapkan Kurikulum 2013 dan dan dalam penerapan
kurikulum tersebut mengalami kendala,dan salah satunya adalah pada mata pelajaran
Gambar Teknik Otomotif.
Gambar teknik otomotif merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat
penting dikuasai oleh siswa karena gambar merupakan bahasa untuk
mengimplementasikan komponen otomotif dan menjadi dasar dalam mendesain
sebuah komponen didalam ruang lingkup otomotif.Itulah merupakan alasan yang kuat
mengapa siswa harus menguasai setidaknya diatas 50 persen materi tentang gambar
teknik otomotif.Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan di SMK
Swasta Marantha Sidikalang,bahwa guru mata pelajaran Gambar teknik otomotif
masih menggunakan model pembelajaran konvensional dalam melaksanakan kegiatan
belajar mengajar di dalam kelas.Dalam berlangsung nya KBM,guru hanya
menggunakan metode ceramah sehingga siswa cenderung menjadi pasif saat
berlangsungnya kegiatan belajar mengajar.
Keadaan belajar mengajar yang seperti ini belum dapat terlaksana secara
optimal.Didalam pembelajaran gambar teknik otomotif masih terfokus pada guru dan
belum terfokus pada siswa sehingga masih bersifat satu arah,dan akibatnya interaksi
antara siswa dengan guru belum terlihat dengan maksimal.Hal ini akan berdampak
pada hasil belajar siswa itu sendiri.Hal tersebut juga diperkuat dengan pernyataan
guru yang mengatakan masih rendahnya keaktifan siswa paket keahlian teknik
kendaraan ringan pada mata pelajaran gambar teknik otomotif.Akibatnya hasil belajar
gambar teknik otomotif belum memuaskan karena masih banyak siswa yang
mendapatkan nilai dibawah kriteria ketuntasan minimal yaitu 70,00.
Didalam pembelajaran gambar teknik otomotif,keaktifan siswa sangat
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa,karena keaktifan siswa dapat menimbulkan
suasana hati yang menyenangkan dan dapat meningkatkan semangat belajar siswa
tersebut didalam kelas.Proses pembelajaran didalam kelas diharapkan tidak hanya
untuk mendapatkan nilai semata,akan tetapi kompetensi yang didapatkan siswa akan
bermanfaat pada saat terjun ke dunia kerja.Untuk itulah model pembelajaran yang
yang diterapkan guru seharusnya mengarah kepada siswa untuk belajar seolah olah
materi yang disampaikan dalam KBM pada mata pelajaran gambar teknik otomotif
dikelas kurang lebih sama halnya seperti yang ada di lapangan atau dunia kerja.
Siswa paket keahlian teknik kendaraan ringan juga diharapkan mampu bekerja
sama dengan baik dalam melakukan tugas kelompok,dan menghindari bekerja
sendirian.Selain itu,memahami tujuan dan manfaat belajar gambar teknik otmotif agar
dapat mengetahui kegunaannya kelak.Maka dari itu,tenaga pengajar harus mendesain
model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa dengan paket keahlian
teknik kendaraan ringan dan disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku.Maka
setelah memahami semua model pembelajaran yang ada,peneliti memilih model
pembelajaran Student Teams Achievment Division(STAD),yang sesuai dengan
karakteristik siswa dengan paket keahlian teknik kendaraan ringan .
STAD,merupakan model pembelajaran kooperatif yang diterapkan untuk
menghadapi siswa yang heterogen,karena dalam model pembelajaran ini,siswa
diberikan kesempatan untuk berkolaborasi dan berelaboraasi denga teman sebaya
dalam bentuk diskusi kelompok untuk memecahkan sebuah masalah.
Berdasarkan latar belakang tersebut timbullah keingina peneliti untuk
melakukan penelitian dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Gambar Teknik
Otomotif Menggunakan Model Pembelajaran STAD Pada Siswa Jurusan Teknik
Kendaraan Ringan Di SMK Swasta Maranatha Sidikalang”

3. Identifikasi Masalah:
Berdasarkan latar belakang diatas,masalah yang perlu dikaji adalah keaktifan belajar
siswa paket keahlian teknik kendaraan ringan pada mata pelajaran gambar teknik
otomotif masih kurang ,sehingga perlu diadakan peningkatan dengan cara perbaikan
model pembelajaran agar dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa.Hasil belajar
siswa paket keahlian teknik kendaraan ringan pada mata pelajaran gambar teknik
otomotif belum memuaskan,sehingga perlu diadakan perbaikan model pembelajaran
agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

4. Pembatasan Masalah:
Penelitian ini difokuskan hanya pada
1) Peningkatan keaktifan dan Peningkatan hasil belajar Mata pelajaran gambar
teknik otomotif pada paket keahlian teknik kendaraan ringan menggunakan
model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) di SMK
Swasta Maranatha Sidikalang.
2) Pembatasan Kompetensi Dasar(KD) pada mata pelajaran gambar teknik
otomotif adalah memahami peralatan dan kelengkapan gambar teknik
5. Rumusan Masalah:
Berdasarkan identifikasi masalah diatas,dapat dirumuskan masalah senagai berikut:
1) Apakah terjadi peningkatan keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran
gambar teknik otomotif mengunakan model pembelajaran STAD (Student
Teams Achievement Division) di SMK Swasta Maranatha Sidikalang?
2) Apakah terjadi peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran gambar
teknik otomotif mengunakan model pembelajaran STAD (Student Teams
Achievement Division),di SMK Swasta Maranatha Sidikalang?
6. Tujuan Penelitian:
7. Manfaat Hasil Penelitian:
BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teoretis
1. Belajar
a. Pengertian Belajar
Menurut Hosnan (2014: 7) belajar merupakan proses interaksi terhadap
semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang
sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui
berbagai pengalaman. Mukhtar (2015: 8) menyatakan bahwa pengertian
belajar secara psikologis merupakan suatu proses perubahan yaitu
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan- perubahan tersebut
akan nyata dalam aspek tingkah laku. Proses belajar diperlukan untuk
dapat mengembangkan kemampuan seseorang secara optimal.
Menurut Sardiman A.M ( 2016 : 21 ) Belajar adalah berubah dalam hal
ini yang di maksudkan belajar berarti usaha mengubah tingkah laku. Jadi
belajar akan membawa suatu perubahan pada individu-individu
yangbelajar.
Robert M. Gagne (dalam Ahmad Susanto,2016:1) belajar dapat
didefinisikan sebagai suatu proses di mana suatu organisme berubah
perilakunya sebagai akibat pengalaman. Belajar dan mengajar merupakan
dua konsep yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dua konsep ini
menjadi terpadu dalam satu kegiatan di mana terjadi interaksi antara guru
dengan siswa, serta siswa dengan siswa pada saat pembelajaran
berlangsun. Bagi Gagne, belajar dimaknai sebagai suatu proses untuk
memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan,kebiasaan, dan
tingkah laku. Gagne juga menekankan bahwa belajar sebagai suatu upaya
memperoleh pengetahuan atau keterampilan melalui instruksi. Instruksi
yang dimaksud adalah perintah atau arahan dan bimbingan dari seorang
pendidik atau guru.
Hamalik (dalam Ahmad Susanto,2016:4) menjelaskan bahwa belajar
adalah memodifikasi atau memperteguh perilaku melaui pengalaman
(learning is defined as the modificator or strengthening of behavior through
experiencing). Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses,
suatu kegiatan, dan bukan merupakan suatu hasil atau tujuan. Dengan
demikian, belajar itu bukan sekedar mengingat atau menghafal saja, namun
lebih luas dari itu merupakan mengalami. Hamalik juga menegaskan bahwa
belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu atau seseorang
melalui interaksi dengan lingkungannya. Perubahan tingkah laku ini
mencakup perubahan dalam kebiasaan (habit), sikap (afektif), dan
keterampilan (psikomotorik). Perubahan tingkah laku dalam kegiatan belajar
disebabkan oleh pengalaman atau latihan.
Sebenarnya defenisi belajar itu sangat luas,jika kita lihat dari berbagai
segi ilmu pengetahuan,namun arti dan maknanya dapat dirangkum secara
umum.
Berdasarkan beberapa pengertian belajar di atas, dapat disimpulkan
bahwa belajar adalah suatu proses yang berkelanjutan yang akan
menimbulkan suatu dampak perubahan dalam diri seseorang,baik itu
perubahan dalam pola pikir,pengetahuan,kepribadian,ataupun tingkah
laku.Belajar juga merupakan suatu kegiatan jangka panjang yang tak akan
pernah terputus,karena setiap orang mengalaminya maka proses belajar
setiap orang berbeda-beda sesuai dengan apa yang ia terima dan lakukan
sebelumnya.

b. Hasil Belajar
Menurut Sudjana (2016, h. 23) menyatakan, “Hasil belajar
merupakan keseluruhan pola perilaku baik yang bersifat kognitif,
afektif maupun psikomotor yang diperoleh peserta didik setelah
mengikuti proses belajar mengajar”.Pandangan yang menitikberatkan
hasil belajar dalam bentuk penambahan pengetahuan saja merupakan
wujud dari pandangan yang sempit, karena belajar dan pembelajaran
harus dapat menyentuh dimensi–dimensi individual anak secara
menyeluruh, termasuk dimensi emosional yang dalam waktu cukup
lama dan luput dari perhatian. Menurut Susanto (2015:5) mengatakan
bahwa hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak
setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan
suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu
bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap.
Hasil belajar dapat memberikan gambaran yang bertujuan
untuk mengukur kemampuan siswa. Melalui proses belajar seseorang
akan mengalami perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil belajar
yang dilakukannya. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya
peningkatan dan pengembangan yang lebih dibandingkan dengan
sebelumnya.
Menurut Bloom (1979) hasil belajar diklasifikasikan dalam tiga
ranah yaitu: (1) ranah kognitif, (2) ranah afektif, dan (3) ranah
psikomotoris. Ranah kognitif adalah kemampuan intelektual siswa
dalam berpikir, mengetahui dan memecahkan masalah. Ranah afektif
adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif
mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan
nilai. Ranah psikomotor adalah kemampuan yang dihasilkan oleh
fungsi motorik manusia yaitu berupa keterampilan untuk melakukan
sesuatu. Keterampilan melakukan sesuatu tersebut, meliputi
keterampilan motorik, keterampilan intelektual, dan keterampilan
sosial.
Jadi,dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan umpan
balik atau pencapaian yang didapatkan seseorang setelah ia mengalami
proses belajar dalam waktu yang ia lakukan untuk belajar.Apabila
dilaksanakan dengan sesuai prosedur yang tepat,maka hasil dari suatu
pembelajaran akan berdampak langsung terhadap seseorang baik
terhadap keterampilan,pengetahuan,ataupun sikap dan cita cita
seseorang.
2. Keaktifan Belajar
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),Keaktifan adalah
kegiatan atau mempunyai usaha atau bekerja,sedangkan belajar merupakan
proses perubahan pada diri individu ke arah yang lebih baik yang bersifat tetap
berkat adanya interaksi dan latihan.Jadi,menurut pengertian diatas dapat
diartikan bahwa keaktifan belajar merupakan suatu kegiatan atau usaha yang
dilakukan suatu individu yang dapat menciptakan perubahan pada diri
individu tersebut dimana dapat tercipta karena adanya interaksi antara individu
dengan individu,maupun individu dengan lingkungannya. Keaktifan siswa
dalam belajar merupakan persoalan penting dan mendasar yang harus
dipahami, disadari dan dikembangkan oleh setiap guru dalam proses
pembelajaran.
Menurut Aunurrahman, 2009: 119, Siswa merupakan manusia belajar
yang aktif dan selalu ingin tahu. Daya keaktifan yang dimiliki anak secara
kodrati itu akan dapat berkembang ke arah yang positif saat lingkungannya
memberikan ruang yang baik untuk perkembangan keaktifan itu. Dalam
kegiatan pembelajaran ini sangat dituntut keaktifan siswa, dimana siswa
adalah subyek yang banyak melakukan kegiatan, sedangkan guru lebih banyak
membimbing dan mengarahkan.
Ketika siswa semakin aktif di dalam pembelajaran maka manfaatnya
akan sangat besar bagi perkembangannya,baik itu perkembangan
akademik,maupun akademik.Keaktifan siswa juga menjadi sebuah indikator
yang menunjukkan bahwa siswa tersebut sudah tumbuh semakin dewasa
secara pemikiran.
Yamin dalam Setiani dan Donni (2015. h. 64) menjelaskan tentang
keaktifan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran terjadi manakala:
(a)pembelajaran yang dilakukan lebih berpusat pada peserta didik; (b) guru
berperan sebagai pembimbing supaya terjadi pengalaman dalam belajar; (c)
tujuan kegiatan pembelajaran tercapai kemampuan minimal peserta didik
(kompetensi dasar); (d) pengelolaan kegiatan pembelajaran lebih menekankan
pada kreativitas peserta didik, meningkatkan kemampuan minimalnya, dan
mencapai peserta didik yang kreatif serta mampu menguasai konsep-konsep;
dan (e) melakukan pengukuran secara kontinu dalam berbagai aspek
pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Semakin aktif siswa dalam pembelajaran,maka akan semakin tercipta
ada kesadaran dalam diri setiap individu untuk mengembangkan minat dan
bakat yang ada dalam dirinya.Keaktifan siswa juga akan mendorong siswa
tersebut untuk berlatih dan berfikir dalam menyelesaikan suatu permasalahan
dalam lingkungan belajar maupun dalam lingkungan sehari hari.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa keaktifan belajar
merupakan kegiatan yang menimbulkan perubahan pada diri individu baik
tingkah laku maupun kepribadian yang bersifat kecakapan, sikap, kebiasaan,
kepandaian yang bersifat konstan dan berbekas. Keaktifan belajar akan terjadi
pada diri siswa apabila terdapat interaksi antara situasi stimulus dengan isi
memori, sehingga perilaku siswa berubah dari waktu sebelum dan sesudah
adanya rancangan tersebut.
3. Model Pembelajaran

Joyce & Weil dalam Rusman (2018, hlm. 144) berpendapat bahwa model
pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang bahkan dapat digunakan untuk
membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-
bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau lingkungan
belajar lain. Model pembelajaran adalah kerangka konseptual/operasional yang
melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman
bagi para pelajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran
(Hosnan, 2014: 337).

Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil


penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang
berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada
tingkat operasional di kelas. Menurut Trianto (2015, hlm. 51) Model pembelajaran
adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
melaksanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial.”. Melalui
model pembelajaran, guru dapat membantu siswa mendapatkan informasi, ide,
keterampilan, cara berpikir dan mengekspresikan ide. Model pembelajaran
berfungsi pula sebagai pedoman bagi guru dalam merencanakan aktivitas belajar
mengajar.

Menurut pengertian model pembelajaran yang dikemukakan beberapa ahli


diatas,maka dapat disimpukan bahwa model pembelajaran merupakan suatu
sistem perencanaan yang dirancang untuk mempermudah dalam pencapaian
tujuan yang diinginkan.Dalam hal ini tujuan yang diharapkan adalah peningkatan
hasil belajar,peningkatan aspek psikomotorik,afektif,dan afektif siswa. Guru
sebagai salah satu sumber belajar berkewajiban menyediakan lingkungan belajar
yang kreatif bagi kegiatan belajar siswa di kelas. Salah satu kegiatan yang harus
dilakukan oleh guru adalah pemilihan dan penentuan model yang bagaimana akan
dipilih untuk mencapai tujuan pembelajaran.

4. Pembelajaran Kooperatif
Menurut Hamdayama (2016:145) pembelajaran kooperatif adalah rangkaian
kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok
tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
Menurut Huda (2015:32) pembelajaran kooperatif mengacu pada
metode pembelajaran dimana siswa bekerja sama dalam kelompok kecil dan
saling membantu dalam belajar.. Setiap siswa yang ada dalam kelompok
mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda- beda. Model pembelajaran
kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan
untuk menerapkan pengetahuan dan ketrampilan dalam rangka mencapai
tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar
akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman
dari temannya, serta pengembangan ketrampilan sosial.
Pembelajaran kooperatif mengacu pada model pembelajaran dimana
siswa dalam kelompok kecil dan saling membantu dalam belajar.
Pembelajaran kooperatif umumnya melibatkan kelompok yang terdiri dari 4-6
siswa dengan kemampuan yang berbeda dan ada pula yang menggunakan
kelompok dengan ukuran yang berbeda-beda. Penghargaan pada kelompok
diberikan berdasarkan pada hasil usaha dan belajar setiap individu yang
belajar dalam kelompok. Kelompok diberi penghargaan yang lebih dari
kelompok lainnya. Penghargaan ini diberikan kepada kelompok yang unggul
dari kelompok yang ada, agar memberikan dorongan pada siswa, penghargaan
diberikan dalam bentuk nilai yang diberikan secara langsung. Dalam
pembelajaran kooperatif ditumbuhkan rasa tanggung jawab pada diri sendiri
dan tanggung jawab pada kelompoknya.
Salah satu model pembelajaran kooperarif adalah pembelajaran
kooperatif tipe make a match.Menurut Tika Kartika Hidayat (2015:17). Setiap
model pembelajaran tentunya mempunyai karakteristik yang berbeda. Adapun
ciri – ciri dari model pembelajaran kooperatif tipe make a match adalah:
1) Siswa terdiri dari dua kelompok besar, yakni satu kelompok
pemegang kartu pertanyaan dan satu kelompok lagi memegang kartu jawaban.
2) Kelompok dibentuk secara acak
3) Setiap siswa mendapat sebuah kartu dalam setiap kelompok
besarnya.
4) Setiap siswa dalam kelompok mencari pasangan kartunya, yang
memegang kartu soal mencari kartu jawaban milik temannya yang lain, dan
sebaliknya.
5) Penghargaan lebih menekankan pada setiap masing –masing
individu bukan kelompok besar
Hosnan (2014: 242-243) mengemukakan prinsip-prinsip pembelajaran
kooperatif antara lain: (1) Belajar aktif, ditunjukkan dengan adanya
keterlibatan intelektual dan emosiaonal dalam proses pembelajaran. Siswa
diberikan kesempatan untuk berdiskusi, mengemukakan pendapat, melakukan
eksplorasi terhadap materi yang sedang dipelajari dan menafsirkan hasilnya
secara bersama-sama di dalam kelompok. (2) Pendekatan konstruktivistik,
strategi pembelajaran kooperatif dapat mendorong siswa untuk mampu
membangun pengetahuan secara bersama-sama di dalam kelompok. Mereka
didorong untuk menemukan dan mengkonstruksi materi yang sedang
dipelajari melalui diskusi, observasi, dan percobaan. (3) Pendekatan
kooperatif, pendekatan ini mendorong dan memberi kesempatan kepada siswa
untuk terampil berkomunikasi.
Ada lima model pembelajaran yang dapat diaplikasikan oleh guru
dalam proses belajar mengajar didalam kelas,yaitu: (1) Students Teams
Achievement Division (STAD) atau pembagian pencapaian kelompok siswa,
(2) Teams Games Tournament (TGT) atau turnamen game tim, (3) Jigsaw atau
teka-teki, (4) Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) atau
mengarang dan membaca terintegrasi yang kooperatif, dan (5) Group
Investigation (GI) atau grup peneliti.
Students Teams Achievement Division (STAD) adalah salah satu
model pembelajaran kooperatif yang diterapkan untuk menghadapi
kemampuan siswa yang heterogen, dimana model pembelajaran ini dipandang
sebagai model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan langsung
dari pendekatan kooperatif. Dalam model pembelajaran ini masing-masing
kelompok beranggotakan 4-6 orang yang dibentuk dari anggota yang
heterogen. Model pembelajaran STAD ini terdiri dari lima komponen utama
antara lain: (1) Penyajian kelas, yaitu guru menyampaikan materi
pembelajaran sesuai dengan penyajian kelas. Penyajian kelas tersebut
mencakup pembukaan, pengembangan, dan latihan terbimbing. (2) Kegiatan
kelompok, yaitu siswa mengerjakan lembar kerja yang diberikan dan
diharapkan saling membantu untuk sesama anggota kelompok untuk
memahami bahan pelajaran dan menyelesaikan permasalahan yang diberikan.
(3) Kuis, yaitu tes yang dikerjakan secara mandiri dengan tujuan untuk
mengetahui keberhasilan siswa setelah belajar kelompok. (4) Skor kemajuan
individu, yaitu tidak didasarkan pada nilai mutlak siswa tetapi berdasarkan
seberapa jauh skor kuis terkini yang melampaui rata-rata skor siswa masa lalu.
(5) Penghargaan kelompok, yaitu pemberian predikat kepada masing- masing
kelompok. Predikat ini diperoleh dengan mengumpulkan skor kemajuan
masing-masing anggota sehingga diperoleh skor rata-rata kelompok.
Meskipun sepenuhnya model pembelajaran ini dapat diaplikasikan
oleh guru dalam proses KBM di kelas,namun model pembelajarn ini masih
memiliki kelemahan diantaranya:(1) membutuhkan kemampuan khusus guru
dalam melaksanakan pembelajaran, dan (2) membutuhkan waktu yang relatif
lama.
Dengan penjelasan arti dari model pembelajaran kooperatif
diatas,dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran koperatif merupakan
suatu model pembelajaran yang menguatkan aktifitas pembelajaran dilakukan
secara berkelompok,sehinga siswa dapat dengan bebas mengekspresikan
pendapat mengenai materi belajar yang mereka mungkin kurang paham
atau.Model pembelajaran ini sangat cocok digunakan untuk tujuan
meningkatkan keaktifan siswa dalam kelas,siswa juga akan lebih diuntungkan
karena secara perlahan akan menumbuhkan dan mengembangkan pola pikir
siswa untuk lebih berani menyampaikan pendapat di dalam suatu forum
diskusi.
5. Model Pembelajaran Student Teams Achivements Division(STAD).
Pembelajaran kooperatif model STAD (Student Teams Achievement
Division) merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang diterapkan
untuk menghadapi kemampuan siswa yang heterogen. Model ini paling awal
ditemukan dan dikembangkan oleh para peneliti pendidikan di John Hopskins
University, Amerika Serikat dengan menyediakan suatu bentuk belajar
kooperatif yang di dalamnya siswa diberi kesempatan untuk melakukan
kolaborasi dan elaborasi dengan teman sebaya dalam bentuk diskusi kelompok
untuk memecahkan suatu permasalahan (Hosnan, 2014:246). Menurut Trianto
(2017, hlm. 68) Student Team Achievement Division (STAD) merupakan
salah satu model dari pembelajaran kooperatif yang menggunakan kelompok-
kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 peserta didik secara
heterogen.
STAD merupakan singkatan dari Student Teams Achievement
Division yang berarti divisi prestasi tim siswa. Model ini dikembangkan oleh
Robert Slavin dan rekan-rekannya di Universitas John Hopkins. Gagasan
utama STAD adalah memacu siswa agar saling mendorong dan membantu
satu sama lain untuk menguasai keterampilan yang diajarkan guru (Slavin
dalam Rusman, 2018, hlm. 214).

Model pembelajaran STAD adalah salah satu strategi pembelajaran


kooperatif yang dilakukan dengan cara membagi peserta didik dalam beberapa
kelompok kecil dengan kemampuan akademik yang berbeda-beda agar saling
bekerjasama untuk menyelesaikan tujuan pembelajaran (Huda, 2015, hlm.
201).

Model pembelajaran STAD (Student Teams Achievement Division)


telah digunakan dalam berbagai mata pelajaran yang ada, mulai dari
matematika, teknik, bahasa, seni, ilmu sosial dan ilmu pengetahuan alam, dan
telah digunakan sampai perguruan tinggi. Model ini paling sesuai untuk
mengajarkan bidang studi yang sudah terdefinisikan dengan jelas, seperti
matematika, berhitung, dan studi terapan, penggunaan dan mekanika bahasa,
geografi dan kemampuan peta, dan konsep-konsep ilmu pengetahuan ilmiah.
Dari defenisi diatas,maka dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran Student Teams Achievement Division Teams merupakan salah
satu model pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempermudah
siswa untuk memahami materi belajar dengan cara belajar dalam
team.Sehingga keragaman latar belakang setiap siswa tidak menjadi
penghalang bagi setiap siswa dalam menerima materi dan
memahaminya.Setiap siswa akan akan bersama sama mempelajari
materi,saling bertukar pendapat dan pandangan,serta saling membantu untuk
kemajuan bersama.Namun hal yang paling penting adalah guru harus selalu
memantau dan mengawasi setiap kelompok supaya setiap siswa dalam
kelompok tidak lari dari jalur pembelajaran dan tidak lari dari pemahaman
yang seharusnya.

6. Mata Pelajaran Gambar Teknik Otomotif

Gambar teknik otomotif merupakan salah satu mata pelajaran tingkat Sekolah
Menengah Kujuruan(SMK) tingkat kelas 10.Mata pelajaran ini juga menjadi mata
pelajaran wajib bagi siswa paket keahlian teknik kendaraan ringan di SMK.

Gambar teknik adalah gambar yang terdiri dari simbol, garis, dan tulisan tegak
yang bersifat tegas. Digunakan untuk memberikan penjelasan lengkap tentang suatu
benda atau konstruksi, berdasarkan ketentuan dan standard teknik yang sudah
disepakati oleh badan standardisasi, baik itu nasional maupun internasional. Gambar
yang bersifat teknis yang berhubungan dengan teknik disebut juga gambar teknik.Di
dunia ini badan standard yang sering kita dengar diantaranya JIS kependekan dari
Japanese Industrial Standard merupakan badan standardisasi jepang. ISO kependekan
dari International Organisation for Standardization merupakan badan standardisasi
internasional yang bermarkas di Geneva, Swiss. Standard iso merupakan standard
yang paling banyak dipakai diseluruh dunia. Dan masih banyak lagi badan
standardisasi termasuk di indonesia ada SNI yaitu standard nasional indonesia.

Dari pembuatannya gambar teknik bisa dibuat secara manual atau dengan alat.
Gambar teknik manual dibuat dengan tangan dan tanpa bantuan alat gambar. Alat
untuk menggambar teknik salah satunya meja gambar. Dan yang pasti adalah
komputer dengan software AutoCAD.

Dari penjelasan mata pelajaran gambar teknik otomotif diatas ,maka dapat
disimpulkan bahwa gambar teknik otomotif merupakan suatu mata pelajaran yang ada
dalam bidang paket keahlian teknik kendaraan ringan tingkat SMK kejuruan.Mata
pelajaran ini memuat materi yang sangat penting untuk di pahami dan dikuasai oleh
siswa,sehingga proses KBM harus berjalan dengan baik.Untuk membuat kegiatan
belajar mengajar semenarik mungkin maka yang perlu dirancang sala satunya adalah
model pembelajaran.Model pembelajaran harus disesuaikan dengan mata pelajaran
yang akan disampaikan kepada siswa,sehingga guru dapat dengan mudah
menyampaikan materi belajar dan siswa juga dapat dengan mudah memhami dan
menguasai materi belajar.

B. Kerangka Berfikir

Kegiatan belajar mengajar memegang peranan penting dalam peningkatan ilmu


pengetahuan,keterampilan,dan kepribadian bagi setiap siswa.Untuk itu sangat diharapkan
keseriusan dan ketepatan setiap komponen pendukung pembelajaran sehingga tujuan dan
kompetensi yang diharapkan dari proses pembelajaran tersebut dapat dicapai dengan
maksimal.Dalam hal ini sangat dibutuhkan peran aktif seluruh komponen pendidikan
khususnya guru sebagai fasilitator.Pada pembelajaran gambar Teknik otomotif,denga
menggunakan model pembelajaran konvensional dirasa kurang memotivasi belajar siswa
dan kurang menarik perhatian siswa untuk belajar.Keadaan tersebut dikarenakan siswa
belum dapat memahami materi yang disampaikan guru dengan baik yang berakibat buruk
terhadap keaktifan dan hasil belajar siswa dilingkungan sekolah.

Salah satu upaya yang dilakukan guru untuk meningkatkan keaktifan dan hasil
belajar siswa adalah dengan menggunakan model pembelajaran yang berbeda.
Penggunaan model pembelajaran STAD (Student Teams Achievement Division) guna
meningkatkan kualitas pembelajaran Gambar Mesin Otomotif pada siswa paket keahlian
Teknik Kendaraan Ringan Di SMK Swasta Maranatha Sidikalang,merupakan salah satu
alternatif penyelesaian masalah yang sedang dihadapi oleh guru mata pelajaran Gambar
Teknik Otomotif. Peningkatan kualitas pembelajaran Gambar Mesin yang ditinjau adalah
keaktifan dan hasil belajar siswa. Pelaksanaan model pembelajaran STAD (Student
Teams Achievement Division) didesain pada kompetensi dasar (KD) Menerapkan
pembuatan ukuran sesuai fungsi dan pandangan utama gambar teknik.

Model pembelajaran ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar


siswa,adapun kerangka berfikirnya adalah sebagai berikut:

Keadaa Awal

1. 1. Keaktifan
belajar Hasil Akhir
siswa pada Tindakan
mata 1.Peningkatan
pelajaran Penerapan Model Keaktifan belajar
gambar pembelajaran siswa pada mata
teknik pelajaran gambar
STAD (Student
otomotif teknik otomotif
Teams
masih
sangat Achievements
2.Peningkatan
kurang. Division),pada
hasil belajar siswa
2. 2. Hasil mata pelajaran
pada mata
belajar gambar teknik
siswa pada pelajaran gambar
otomotif
mata teknik otomotif
pelajaran
Mekanika
Teknik
belum

Gambar 1: Bagan Kerangka Berfikir

Dari bagan kerangka berfikir diatas maka dapat disimpulakan bahwa model
pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD),seharusnya dapat
membantu siswa untuk meningkatkan hasil belajar.Karena model yang pembelajaran
tersebut dirancang dengan mengutamakan kerja team,sehingga besar kemungkinan
semua siswa dapat saling membantu didalam proses pembelajaran dengan diarahkan
oleh guru.Presentasi kelas juga merupakan salah satu kegiatan yang diutamakan
dalam model pembelajaran ini,dengan penyampaian materi dan pembahasannya
dalam bentuk presentasi siswa akan lebih terlatih dalam banyak hal.Salah satunya
adalah kemampuan dalam mempresentasikan suatu materi dan kemampuan untuk
membawakan suasana kelas yang kondusif dan minat belajar siswa juga akan semakin
bertumbuh.
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan rumusan masalah, kajian pustaka dan kerangka pikir, maka hipotesis
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Penerapan model pembelajaran STAD (Student Teams Achievement Division)
dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa paket keahlian Gambar Teknik
Otomotif pada Teknik Kendaraan Ringan di SMK Swasta Maranatha
Sidikalang
2) Penerapan model pembelajaran STAD (Student Teams Achievement Division)
dapat meningkatkan hasil belajar siswa paket keahlian Gambar Teknik
Otomotif pada Teknik Kendaraan Ringan di SMK Swasta Maranatha
Sidikalang.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN


1) Tempat penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMK Swasta Maranatha
Sidikalang yang beralamat di Jalan Sepakat Panji Sibura-bura
Sidikalang,Kabupaten Dairi,Sumatra Utara.
2) Waktu Penelitian
Waktu dalam penelitian tindakan kelas ini disesuaikan dengan jadwal
pelajaran Gambar Teknik Otomotif di SMK Swasta Maranatha Sidikalang.
Sebelum penelitian ini dilaksanakan, peneliti harus terlebih dahulu membuat
kesepakatan dengan pihak sekolah sebelum melakukan penelitian,agar
penelitian yang dilaksanakan sesuai dengan kegiatan belajar mengajar di SMK
Swasta Maranatha Sidikalang.
B. DESAIN PENELITIAN
Bentuk Penelitian Tindakan Kelas menurut Kunandar (2016: 46) mengatakan
bahwa, PTK adalah sebuah bentuk kegiatan refleksi diri yang dilakukan oleh para
pelaku pendidikan dalam suatu situasi kependidikan untuk memperbaiki rasionalitas
dan keadilan tentang : (a) praktik-praktik kependidikan mereka (b) pemahaman
mereka tentang praktik-praktik tersebut (c) situasi dimana praktik-praktik tersebut
dilaksanakan. Penelitian tindakan kelas ini memiliki karakteristik yang berbeda
dengan jenis penelitian yang lainnya,penelitian ini dapat dikategorikan sebagai
sebagai jenis penelitian kualitatif dan eksperimen.
Penelitian tindakan kelas dikategorikan sebagai penelitian kualitatif karena
pada saat data dianalisis digunakan pendekatan kualitatif, yaitu data-data yang
dihasilkan selama tindakan berlangsung disajikan dalam bentuk deskripsi. Dikatakan
sebagai penelitian eksperimen, karena penelitian ini diawali dengan perencanaan,
adanya perlakuan terhadap subyek penelitian, dan adanya evaluasi terhadap hasil yang
dicapai sesudah adanya perlakuan.
Sedangkan menurut Kunandar (2016: 46) mendefinisikan penelitian tindakan
kelas adalah “Penelitian untuk membantu seseorang dalam mengatasi secara praktis
persoalan yang dihadapi dalam situasi darurat dan membantu pencapaian tujuan ilmu
sosial dengan kerja sama dalam kerangka etika yang disepakati bersama”.
Penelitian tindakan kelas juga bertujuan untuk mengubah perilaku mengajar
guru,perilaku peserta didik dikelas,perbaikan dan peningkatan praktik belajar di
kelas,dan mengubah kerangka kerja pendidik sehingga dapat meningkatkan
profesionalisme guru dalam proses kegiatan belajar mengajar di sekolah.Adapun
karakteristik penelitian tindakan kelas antara lain sebagi berikut:
a) Inkuiri reflektif
Penelitian tindakan kelas berasal dari permasalahan pembelajaran riil yang
sehari-hari dihadapi guru dan siswa. Jadi, kegiatan penelitian berdasarkan pada
pelaksanaan tugas dan pengambilan tindakan untuk memecahkan masalah yang
dihadapi.
b) Kolaboratif
Upaya perbaikan proses dan hasil pembelajaran tidak bisa dilakukan sendiri
oleh peneliti di luar kelas, namun ia harus berkolaborasi dengan siswa. Penelitian
tindak kelas merupakan upaya bersama dari berbagai pihak untuk mewujudkan
perbaikan yang diinginkan.
c) Reflektif
Penelitian tindakan kelas memiliki ciri khas khusus yakni sikap reflektif yang
berkelanjutan. Berbeda dengan pendekatan penelitian formal yang sering
mengutamakan pendekatan empiris eksperimental, penelitian tindakan kelas lebih
menekankan pada proses refleksi terhadap proses dan hasil penelitian.
Setelah melihat permasalahan nyata yang dihadapi oleh guru dalam proses
belajar mengajar pada mata pelajaran gambar teknik otomotif paket keahlian teknik
kendaraan ringan,maka permasalahan tesebut direfleksikan untuk mendapatkan
alternatif pemecahan masalah sehingga dapat dilakukan tindak lanjut dalam tindakan
nyata yang terencana dan terukur.Pastinya peneliti akan berkolaborasi dengan guru
pamong atau guru yang mengampu mata pelajaran gambar teknik otomotif untuk
melakukan tindakan kelas,serta mengikusertakan siswa sebagai observer dalam
melakukan pengamatan dan mendapatkan data pengaruhnya terhadap hasil belajar
siswa.
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa
pada mata pelajaran Mekanika Teknik melalui model pembelajaran STAD (Student
Teams Achievement Division). Dalam hal ini, peneliti dan observer mengamati serta
mencatat secara cermat tentang berbagai situasi yang terjadi dalam proses belajar
mengajar pada mata pelajaran Mekanika Teknik. Penelitian ini dilakukan dalam siklus
yang terdiri dari beberapa tahap yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting),
pengamatan (observing), serta refleksi (reflecting) dengan mengacu pada desain
penelitian model Kemmis & Mc. Taggart (Arikunto, 2014:16).
Tahapan-tahapan dalam kegiatan penelitian tindakan menurut Suharsimi
Arikunto,dkk (2017: 42).

Perencanaan

Refleksi SIKLUS 1 Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi SIKLUS2 Pelaksanaan

Pengamatan

?
C. SUBYEK DAN OBYEK PENELITIAN
Subyek penelitian adalah orang yang dikenai tindakan. Dalam penelitian
tindakan kelas ini adalah seluruh siswa kelas X paket keahlian Gambar Teknik
Otmotif SMK Swasta Maranatha Sidikalang tahun ajaran 2020/2021 berjumlah 30
siswa. Siswa dalam kelas tersebut dapat dikatakan heterogen,sebab Karakteristik
siswa paket keahlian Gambar Teknik Otomotif SMK Swasta Maranatha Sidikalang
memiliki pengetahuan, pemahaman dan motivasi yang berbeda-beda.
Objek penelitian adalah sumber diperolehnya data dari hasil penelitian yang
telah dilaksanakan. Obyek penelitian tindakan kelas ini adalah keaktifan dan hasil
belajar Gambar Teknik Otomotif menggunakan model pembelajaran STAD (Student
Teams Achievement Division) di kelas X paket keahlian Gambar Teknik Otomotif
SMK Swasta Maranatha Sidikalang.
D. TEKNIK DAN INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data penelitian. Teknik pengumpulan data dalam penelitian
tindakan ini, adalah sebagai berikut:
a. Metode Dokumentasi
Sesuai dengan kata dasarnya yaitu dokumen memiliki artinya barang
tertulis. Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini
adalah catatan yang mendukung dalam proses pembelajaran Gambar
Teknik Otomotif menggunakan model pembelajaran STAD (Student
Teams Achievement Division). Dokumen yang digunakan antara lain
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), silabus, hasil nilai siswa, dan
hasil pengamatan observer.
b. Metode Observasi
Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilakukan metode
observasi untuk mengumpulkan data tentang segala sesuatu yang terjadi
selama berlangsungnya tindakan pada proses pembelajaran Mekanika
Teknik menggunakan model pembelajaran STAD (Student Teams
Achievement Division). Hal ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana
pelaksanaan tindakan dan peningkatan keaktifan belajar Mekanika Teknik
yang dicapai siswa melalui penerapan model pembelajaran STAD (Student
Teams Achievement Division). Berkaitan dengan teknik pengumpulan
data yang digunakan tersebut, maka instrumen pengumpulan data yang
digunakan antara lain lembar observasi dan catatan lapangan.
c. Metode Tes
Metode tes merupakan salah satu metode yang digunakan peneliti untuk
meneliti subyek,menurut Azwar (2016) tes merupakan sekumpulan
pertanyaan yang harus dijawab. dan/atau tugasTes yang diberikan berupa
soal uraian untuk dikerjakan secara kelompok kooperatif dan kuis pilihan
ganda sebanyak 20 soal yang dikerjakan secara individu untuk mengukur
kemajuan individu dan mengukur peningkatan hasil belajar siswa pada
mata pelajaran Gambar Teknik Otomotif menggunakan model
pembelajaran STAD (Student Teams Achievement Division). Tes yang
diberikan meliputi empat aspek kognitif yaitu mengingat (C1), memahami
(C2), mengaplikasikan (C3), dan menganalisis (C4).

2. Instrumen Pengumpulan Data


Instrumen adalah alat yang digunakan untuk memperoleh dan mengumpulkan
data atau informasi yang bermanfaat untuk menjawab permasalahan penelitian.
Instrumen penelitian mempunyai kegunaan untuk memperoleh data yang
diperlukan ketika peneliti melakukan pengumpulan informasi di lapangan.
Adapun instrumen yang akan digunakan dalam penelitian tindakan ini antara lain:
a. Lembar Instrumen
Lembar observasi adalah pedoman yang digunakan untuk melakukan
pengamatan terhadap sasaran pengukuran. Dalam penelitian ini sasaran
pengukuran adalah proses pelaksanaan pembelajaran serta peningkatan
keaktifan siswa dalam proses pembelajaran Mekanika Teknik
menggunakan model pembelajaran STAD (Student Teams Achievement
Division).
Lembar observasi pengamatan keaktifan siswa ini menggunakan skala
Likert. Menurut Sugiyono (2015: 93) skala likert dugunakan untuk
mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang
tentang fenomena sosial. Jawaban dari instrumen penelitian menggunakan
skala likert mempunyai gradasi dari yang sangat positif sampai sangat
negatif, berdimensi 5 bagian rentang nilai 1 sampai dengan 5.
b. Soal Tes
Soal Tes yang digunakan berupa soal uraian untuk dikerjakan secara
kelompok kooperatif dan kuis pilihan ganda sebanyak 20 soal yang
dikerjakan secara individu untuk mengukur kemajuan individu dan
mengukur peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Mekanika
Teknik menggunakan model pembelajaran STAD (Student Teams
Achievement Division).
Validasi berhubungan dengan kesesuaian dan ketepatan fungsi alat
ukur yang digunakan. Suatu alat ukur dikatakan valid jika dapat menjawab
secara tepat mengukur aspek yang akan diukur. Suatu instrumen penelitian
harus bersifat valid. Instrumen yang valid harus mempunyai validitas
konstruksi dan validitas isi. Suatu instrumen dikatakan mempunyai
validitas kontruksi apabila instrumen tersebut dapat digunakan untuk
mengukur gejala sesuai dengan yang didefinisikan. Alat penelitian atau
instrumen penelitian menurut Sugiyono (2015 : 148)
adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial
yang diamati.Indeks kesukaran menunjukan mudah atau sulit suatu soal.
Indeks kesukaran merupakan perbandingan antara jumlah peserta tes yang
menjawab benar dengan jumlah peserta tes. Hal ini dapat diartikan bahwa
jika semua siswa menjawab benar maka indeks kesukaran adalah 1,00.
Namun sebaliknya, apabila semua siswa menjawab salah maka indeks
kesukaran adalah 0,00.

Indeks kesukaran dapat dihitung menggunakan rumus berikut:


Jumlah siswaYang Menjawab Benar
Indeks Kesukaran=
Jumlah Peserta Didik

Tabel 1. Kriteria Indeks Kesukaran Butir

Indek Kesukaran Klasifiasi


>0,90 Terlalau Mudah
0,70-0,90 Mudah
0,30-0,69 Sedang
<0,30 Terlalu Sukar

E. UJI VALIDITAS DAN RELEABILITAS


a. Uji Validitas
Validitas merupakan syarat yang terpenting dalam suatu evaluasi,
suatu teknik evaluasi dikatakan mempunyai validitas yang tinggi (disebut
valid) jika teknik evaluasi atau tes itu dapat mengukur apa yang sebenarnya
akan diukur. Oleh karena itu, untuk mengetahui instrumen kemampuan
komunikasi matematis mampu mengukur apa yang diinginkan pada penelitian
ini, maka diadakan uji validitas yaitu dengan menguji cobakan instrumen
penelitian sebelum data sebenarnya dikumpulkan. Validitas yang digunakan
adalah validitas butir soal dengan menggunakan rumus product moment
dengan angka kasar.
Validasi berhubungan dengan kesesuaian dan ketepatan fungsi alat ukur yang
digunakan. Suatu alat ukur dikatakan valid jika dapat menjawab secara tepat
mengukur aspek yang akan diukur. Instrumen yang valid harus mempunyai
validitas konstruksi dan validitas isi. Suatu instrumen dikatakan mempunyai
validitas kontruksi apabila instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur
gejala sesuai dengan yang didefinisikan. Menurut Sugiyono (2015: 121), “valid
berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya
diukur”. Dalam penelitian ini Uji Validitas dilakukan dengan menggunakan teknik
korelasi product moment yang oleh Karl Pearson.
Validasi instrumen observasi keaktifan belajar siswa dilakukan dengan cara
validasi ahli (experts judgment). Secara garis besar validasi experts judgment
dilakukan dengan cara mengkonsultasikan butir-butir pernyataan yang akan
digunakan dalam instrumen penelitian dengan para ahli, sehingga pengembangan
indikator sesuai dengan kebutuhan penelitian. Jumlah tenaga ahli yang digunakan
pada pengujian ini adalah dua orang dosen validator. Hasil dari validasi experts
judgment menyatakan bahwa lembar observasi keaktifan belajar siswa layak
digunakan dengan perbaikan.
b. Uji Releabilitas
Keandalan (Reliability) adalah ketetapan atau ketelitian suatu alat
evaluasi, suatu tes atau alat evaluasi dikatakan andal jika ia dapat dipercaya,
konsisten, atau stabil dan produktif. Jadi, yang dipentingkan di sini ialah
ketelitiannya: sejauh mana tes atau alat tersebut dapat dipercaya
kebenarnanya.
Setelah dilakukan uji validitas, hendaknya dilakukan uji reliabilitas
untuk mengetahui bahwa tes tersebut dapat dipercaya kebenarannya sebagai
alat evaluasi dalam penelitian ini sehingga akan menghasilkan hasil tes yang
dapat dipercaya pula. Reliabilitas yang diuji pada instrumen ini menggunakan
rumus Alpha:
2

ΣQ
[ ][
n
]
i

r 11 = 1− 2
n−1 Qt
Keterangan:
r11 : reliabilitas instrumen
n : banyaknya butir pernyataan yang valid
Σ Q2i : jumlah varians skor tiap-tiap item
Q2t :varians total
korelasi adalah sebagai berikut:8
0,80< r₁₁≤1,00: Derajat reliabilitas sangat baik
0,60<: r₁₁≤ 0,80:Derajat reliabilitas baik
0,40< : r₁₁≤ 0,60:Derajat reliabilitas cukup
0,20< r₁₁≤0,40 : Derajat reliabilitas rendah
F. ANALISIS DATA
Teknik analisis data digunakan untuk menjawab rumusan masalah yang telah
dirumuskan dalam penelitian. Dalam penelitian tindakan kelas, analisis dilakukan
oleh peneliti sejak awal pada setiap aspek yang ditinjau. Peningkatan keaktifan dan
hasil belajar siswa yang ditinjau akan dideskripsikan sesuai dengan hasil pengamatan
yang telah dilakukan oleh peneliti bersama observer dan pemberian kuis individual
pada setiap siklus. Selain itu peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa akan
dikategorikan sesuai tinjauan masing- masing. Hal ini bermanfaat untuk mengetahui
deskripsi data pada setiap aspek yang ditinjau.
Data yang diperoleh pada penelitian tindakan kelas ini berupa keaktifan dan
hasil belajar siswa setiap siklusnya. Setelah pelaksanaan tindakan, kemudian
dilakukan pengolahan/analisis terhadap data yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan
tersebut. Data yang diperoleh berupa data hasil observasi dan tes hasil belajar pada
akhir siklus. Analisis data pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan
keaktifan dan hasil belajar siswa. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis deskriptif kualitatif dan statistik deskriptif. Analisis statistik deskriptif
digunakan untuk menganalisis data kuantitatif, sedangkan analisis deskriptif kualitatif
digunakan untuk menganalis data kualitatif.

Data kuantitatif pada penelitian ini berupa hasil skor pada lembar observasi dan
nilai hasil belajar siswa. Data kuantitatif tersebut dianalisis menggunakan analisis statistik
deskriptif. Statistik deskriptif adalah statistik yang berfungsi untuk mendiskripsikan atau
memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti, tanpa melakukan analisis dan membuat
kesimpulan yang berlaku untuk umum. Menurut Sugiyono (2016:147) analisis deskriptif
adalah sebagai berikut: “Mengalisis data dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud
membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi”.Hasil belajar siswa
dan hasil skor pada lembar observasi berupa data kuantitatif yang dapat dianalisis secara
statistik deskriptif. Hal yang lebih penting adalah statistik deskriptif dapat digunakan
untuk memaknai data statistik kelas (Arikunto, 2014:131).

Analisis hasil belajar digunakan untuk mengukur sejauh mana daya serap siswa
selama mengikuti pembelajaran yang telah dilakukan melalui tes hasil belajar. Analisis
terhadap tes hasil evaluasi belajar siswa dilakukan dengan analisis kuantitatif dengan
menentukan rata-rata nilai tes. Rata-rata nilai tes diperoleh dari penjumlahan nilai yang
diperoleh siswa, selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut.
Pemberian skor tes didasarkan pada jumlah jawaban yang benar pada saat evaluasi.
Angka skor yang digunakan dari skala 0 sampai skala maksimal 100.

Jumlah Butir Jawaban Benar


Nilai Siswa= x 100
Jumlah Butir Soal

Jumlah Nilai Seluruh Siswa


Rerata Nilai Siswa=
Jumlah Siswa

Sedangkan rumus yang digunakan dalam menghitung persentase jumlah siswa yang dapat
mencapai KKM adalah sebagai berikut:

Jumlah Siswa ≥ KKM


Persentase Ketuntasan Siswa= X 100 %
Jumlah Seluruh Siswa

Data kualitatif pada penelitian ini berupa catatan lapangan pada saat observasi selama
melaksanakan penelitian. Data kualitatif tersebut dianalisis menggunakan analisis deskriptif
kualitatif. Analisis data kualitatif dilakukan dengan mendeskripsikan proses pembelajaran di
kelas. Data-data yang dihasilkan selama tindakan berlangsung disajikan dalam bentuk
deskripsi. Ibrahim (2015, hlm. 55) mengemukakan bahwa:Pendekatan kualitatif adalah cara
kerja penelitian yang menekankan pada aspek pendalaman data demi mendapatkan kualitas
dari hasil suatu penelitian. Dengan kata lain, pendekatan kualitatif (qualitative approach)
adalah suatu mekanisme kerja penelitian yang mengandalkan uraian deskriptif kata, atau
kalimat, yang disusun secara cermat dan sistematis mulai dari menghimpun data hingga
menafsirkan dan melaporkan hasil penelitian.

Anda mungkin juga menyukai