OLEH
ERNESTA SEZI
163111003
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Pengertian
Stroke adalah keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran
darah di otak yang menyebabkan kematian jaringan otak sehingga
mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau kematian (Batticaca,
2008).
Stroke Non Hemoragik adalah gangguan fungsi saraf akut yang disebabkan
oleh gangguan peredaran darah otak. Gangguan fungsi saraf tersebut timbul
secara mendadak (dalam beberapa detik) atau secara cepat (dalam beberapa
jam) dengan gejala dan tanda yang sesuai daerah fokal otak yang
terganggu. Oleh karena itu manifestasi klinis stroke dapat berupa
hemiparesis, hemiplegi, kebutaan mendadak pada satu mata, afasia atau
gejala lain sesuai daerah otak yang terganggu (Prakasita, 2015)
2. Klasifikasi stroke
Berdasarkan proses patologi dan gejala klinisnya stroke dapat diklasifikasikan
menjadi (Andra Safery Wijaya & Yessie Mariza Putri, 2013) :
1) Stroke Hemoragik
Terjadi perdarahan cerebral dan mungkin juga perdarahan subarachnoid
yang disebabkan pecahnya pembuluh darah otak. Umumnya terjadi pada
saat melakukan aktifitas, namun juga dapat terjadi pada saat istirahat.
Kesadaran umumnya menurun dan penyebab yang paling banyak adalah
akibathipertensi yang tidak terkontrol.
2) Stroke Non Hemoragik
Dapat berupa iskemia, emboli,spasme ataupun thrombus pembuluh darah
otak. Stroke non hemoragik dapat juga diklasifikasikan berdasarkan
perjalanan penyakitnya, yaitu:
a. TIA (Trans Ischemic Attack)
Yaitu gangguan neurologis sesaat, beberapa menit atatu beberapa jam
saja dan gejala akan hilang sempurna dalam waktu kurang dari 24
jam.
b. Rind (Reversile Ischemic Neurologis Defict)
Gangguan neurologis setempat yang akan hilang secara sempurna
dalam waktu 1 minggu dan maksimal 3 minggu
3) Stroke involusi
Stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana gangguan yang
muncul semakin berat dan bertambah buruk. Proses ini biasanya berjalan
dalam beberapa jam atau beberapa hari.
4) Stroke komplit
Gangguan neurologi yang timbul sudah menetap dan permanen. Sesuai
istilah stroke komplit dapat diawali oleh serangan TIA (Trans Ischemic
Attack) berulang.
3. Etiologi
Stroke biasanya diakibatkan salah satu dari empat kejadian (Brunner &
Suddarth, 2008):
1) Trombosis (bekuan darah didalam pembuluh darah otak atau leher)
2) Embolisme serebral (bekuan darah atau material lain yang dibawa ke
otak dari bagian tubuh yang lain)
3) Iskemia (penurunan aliran darah ke area otak)
4) Hemoragi serebral (pecahnya pembuluh darah serebral dengan
perdarahan ke dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak). Akibatnya
adalah penghentian suplai darah ke otak yang menyebabkan kehilangan
sementara atau permanen gerakan, memori, bicara atau sensasi.
4. Faktor resiko
Menurut silvia saraswati (2009), faktor risiko stroke yaitu :
1) Hipertensi
2) Penyakit kardiovaskuler
3) Diabetes Melitus
4) Merokok
5) Alkoholik
6) Peningkatan kolesterol
7) Obesitas
5. Patofisiogi Pathway dan Respon Masalah Keperawatan (WOC)
Gangguan pasokan aliran darah otak dapat terjadi dimana arteri yang
membentuk sirkulasi: arteri karotis interna dan sistem vertebroblasir atau
semua cabang-cabangnya. Secara umum , apabila aliran darah kejaringan otak
terputus selama 15 sampai 20 menit, akan terjadi infarkatau kematian
jaringan. Perlu di ingat bahwa okulasi disuatu arteri tidak menyebabkan
infark dia daerah otak yang di perdarahi oleh arteri tersebut. Alasanya adalah
bahwa mungkin terdapat dirkulasi kolateral yang memadai ke daerah tersebut.
Proses patologis yang mendasari mungkin salah satu dari berbagai proses
yang terjadi di dalam pembuluh darah yang memperdarahi otak (Price, Sylvia
Anderson. 2006).
Patologiknya dapat berupa:
a. Keadaan penyakit pada pembuluh itu sendiri, seperti pada aterosklerosis
dan trombosis, robeknya dinding pembuluh darah atau peradangan
b. Berkurangnya perfusi akibat gangguan status aliran darah , misalnya syok
atau hiperfiskositas darah
c. Gangguan aliran darah akibat bekuan aau embolus infeksi yang berasal
dari jantung atau pembuluh darah ekstrakranium
d. Ruptur vaskular di dalam jaringan otak atau ruang subaraknoid.
6. Manifestasi klinis
Pada stroke Non Haemoragik gejala utamanya adalah timbulnya defisit
neurologis secara mendadak atau subakut , didahului gejala prodormal, terjadi
pada waktu istirahat atau bangun pagi dan kesadaran biasanya tak menurun,
kecuali bila embolus cukup besar. (Mansjoer, 2010).
Menurut WHO, dalam International Statistic Of Disiase And Related
Health Problem 10 th Revision, stroke dapat dibagi atas :
a. Perdarahan intraserbral (PIS)
b. Perdarahan subaraknoid (PSA)
Manifestasi klinik dapat berupa (Mansjoer, 2008).:
1) Kelumpuhan wajah dan anggota badan yang timbul mendadak
2) Gangguan sensibilitas pada satrau atau lebih anggota badan
3) Perubahan mendadak status mental
4) Afasia (bicara tidak lancar, kurangnya ucapan atau kesulitan memahami
ucapan
5) Ataksia anggota badan
6) Vertigo, mual, muntah atau nyeri kepala
Gejala khusus pada pasien stroke
Menurut Andra Safery Wijaya & Yessie Mariza Putri (2013) :
a) Kehilangan motorik
Stroke adalah penyakit motorik neuron atas dan mengakibatkan
kehilangan kontrol volunter terhadap gerakan motorik, misalnya :
1) Hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi tubuh)
2) Hemiparesis (kelemahan pada salah satu sisi tubuh)
3) Menurunnya tonus otot abnormal
b) Kehilangan komunikasi
Fungsi otak yang dipengaruhi oleh stroke adalah bahasa dan komunikasi,
misalnya:
1) Disartria, yaitu kesulitan berbicara yang ditunjukkan dengan bicara
yang sulit dimengerti yang disebabkan oleh paralisis otot yang
bertanggung jawab untuk menghasilkan bicara
2) Disfasia atau afasia atau kehilangan bicara yang terutama
ekspresif/represif. Apraksia yaitu ketidakmampuan untuk melakukan
tindakan yang dipelajari sebelumnya.
c) Gangguan persepsi
1) Homonimus hemianopsia, yaitu kehilangan setengah lapang pandang
dimana sisi visual yang terkena berkaitan dengan sisi tubuh yang
paralisis.
2) Amorfosintesis, yaitu keadaan dimana cenderung berpaling dari sisi
tubuh yang sakit dan mengabaikan sisi/ruang yang sakit tersebut.
3) Gangguan hubungan visual spasia, yaitu gangguan dalam
mendapatkan hubungan dua atau lebih objek dalam area spasial.
4) Kehilangan sensori, antara lain tidak mampu merasakan posisi dan
gerakan bagian tubuh (kehilangan proprioseptik) sulit
menginterpretasikan stimulasi visual, taktil, auditorius.
7. Komplikasi
Menurut Tutu April Ariani (2012) komplikasi stroke adalah sebagai berikut:
1) Komplikasi dini (0-48 jam pertama)
a. Edema serebri: defisit neurologis cenderung memberat, dapat
mengakibatkan peningkatan tekanan intracranial, herniasi, dan akhirnya
menimbulkan kematian
b. Infark miokard: penyebab kematian mendadak pada stroke stadium
awal.
2) Komplikasi jangka pendek (1-14 hari pertama)
a. Pneumonia: akibat imobilisasi lama
b. Infark miokard
c. Emboli paru :cenderung terjadi 7-14 hari pasca stroke, seringkali pada
saat penderita mulai mobilisasi
d. Stroke rekunen: dapat terjadi pada setiap saat.
3) Komplikasi jangka pendek
Stroke rekunen, infark miokard, gangguan vaskular lain:penyakit vaskular
perifer. Menurut Smeltzer (2007), komplikasi yang terjadi pada pasien
stroke yaitu sebagai berikut :
a. Hipoksia serebral diminimalkan dengan memberi oksigenasi
b. Penurunan darah serebral
c. Embolisme serebral
8. Pemeriksaan Diagnosa dan Hasil
Menurut Andra Safery Wijaya & Yessie Mariza Putri (2013) :
1) Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti
perdarahan,obstruksi arteri, oklusi/ruptur.
2) Elektro encefalography
Mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang otak atau mungkin
memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
3) Sinar x tengkorak
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah yang
berlawanan dari masa yang luas, klasifikasi karotis interna terdapat pada
trobus serebral. Kalsifikasi parsial dinding, aneurisma pada perdarahan
sub arachnoid.
4) Ultrasonography Doppler
Mengidentifikasi penyakit arteriovena (masalah sistem arteri
karotis/aliran darah/plaque/arterosklerosis).
5) CT-Scan
Memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia dan adanya infark
6) MRI
Menunjukkan adanya tekanan anormal dan biasanya ada trombosisi,
emboli dan TIA, tekanan meningkat dan cairan mengandung darah
menunjukkan hemoragi sub arachnoids/perdarahan intrakranial.
7) Pemeriksaan foto thorax
Dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah terdapat pembesaran
ventrikel kiri yang merupakan salah satu tanda hipertensi kronis pada
penderita stroke, menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal
daerah berlawanan dari massa yang meluas
8) Pemeriksaan laboratorium
a. Pungsi lumbal : tekanan normal biasanya ada thrombosis, emboli dan
TIA. Sedangkan tekanan yang meningklat dan cairan yang
mengandung darah menunjukkan adanya perdarahan subarachnoid
atau intracranial. Kadar protein total meningkat pada kasus thrombosis
sehubungan dengan proses inflamasi.
b. Pemeriksaan darah rutin
c. Pemeriksaan kimia darah : pada stroke akut dapat terjadi
hiperglikemia. Gula darah dapat mencapai 250 mg dalam serum dan
kemudian berangsur-angsur turun kembali.
9. Penatalaksanaan
Pendekatan pada terapi darurat memiliki tujuan (Silvya & Loraine, 2006):
1) Mencegah cedera otak akut dengan memulihkan perfusi ke daerah
iskemik noninfark
2) Membalikan cedera saraf sedapat mungkin
3) Mencegah cedera neurologik lebih lanjut dengan melindungi sel di
daerah penumbra iskemik dari kerusakan lebih lanjut oleh jenjang
glutamat.
Stroke akut di unit gawat darurat membutuhkan penanganan yang cepat, tepat
dan cermat, seperti (Silvya & Loraine, 2006):
1) Stabilisasi pasien dengan tindakan ABC
2) Pertimbangkan intubasi bila kesadaran stupor atau koma atau gagal
napas.
3) Pasang jalur infus intravena dengan larutan salin normal 0,9% dengan
kecepatan 20ml/jam, jangan memakai larutan hipotonis seperti dekstrose
5% dalam air dan salin normal 0,9% karena akan memperhebat edema
otak.
4) Berikan Oksigen 2-4 liter/menit melalui kanul hidung.
5) Jangan memberikan makanan dan minuman melalui mulut.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
1) Pengkajian identitas:
a. Umur : Biasanya mengenai penderita usia 45-80 tahun.
b. Jenis kelamin : Pria lebih beresiko mengalami stroke dibanding
wanita.
c. Pekerjaan : Pria yang bekerja pada sosial yang tinggi dengan
pendidikan dan posisi yang bagus di kantor lebih mudah terkena stres
psikologis berulangkali sehingga beresiko 1,4 kali lebih tinggi terkena
stroke.
2. Diagnosa Keperawatan
1) Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
peningkatan TIK, penyumbatan aliran darah ke otak, yang ditandai dengan
Penurunan kesadaran (konfusi, delirium, letargi, stupor, atau koma)
2) Hambatan Mobilitas Fisik b. d Intoleransi aktivitas
3) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan
sekret, penurunan tingkat kesadaran, yang ditandai dengan Suara nafas
tambahan, penggunaan otot bantu pernafasan, penurunan tingkat kesadaran
4) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan disfungsi pusat pernafasan,
edema otak, yang ditandai dengan Pernafasan dalam, penggunaan otot
bantu nafas, peningkatan RR
5) Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan volume
sekuncup, yang ditandai dengan bradikardi, bradipnea, penurunan volume
sekuncup, CRT < 3 dtk
6) Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan peningkatan TIK, yang
ditandai dengan nyeri kepala, ekspresi meringis, gelisah
7) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan paralisis dan penekanan pada saraf, yang ditandai dengan
Kemampuan yang kurang baik dalam dan kesulitan membuka mulut,
penurunan kemampuan koordinasi gerakan mengunyah, penyimpangan
rahang bawah ke sisi ipsilateral, serta kelumpuhan satu sisi otot
pterigoideus internus dan eksternus.
8) Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan sistem saraf
pusat, yang ditandai dengan Kesulitan dalam berbicara, gangguan
pemahaman atau pembentukan bahasa
9) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, yang ditandai
dengan hemiparesis, hemiplegia.
10) Gangguan persepsi: pengelihatan berhubungan dengan lesi dan penekanan
pada saraf optikus, yang ditandai dengan Hemianopsia dan diplopia,
penurunan kemampuan gerakan konjugat unilateral di sisi yang sakit
11) Risiko cidera berhubungan dengan faktor kognitif, disfungsi sensorik,
yang ditandai dengan penurunan kesadaran, heminiaopsia dan diplopia,
Penurunan kemampuan gerakan konjugat unilateral di sisi yang sakit,
Berjalan tidak mantap, tidak mampu menyatukan kaki,
hemiparesis/hemiplegi
12) Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual/muntah
3. Intervensi Keperawatan
1) Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral b.d hipertensi, aterosklerosis
yang ditandai dengan
- Perubahan tingkat kesadaran , kehilangan memori
- Perubahan respon sensorik / motorik, kegelisahan
- Deficit sensori , bahasa, intelektual dan emosional
- Perubahan tanda tanda vital
Goal : Perfusi jaringan efektif selama dalam perawatan
Objektif : Aliran darah kembali normal selama dalam perawatan
Kriteria Hasil/ NOC:
4. Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan dilakukan dengan mengacu pada rencana
tindakan/intervensi keperawatan yang telah ditetapkan/dibuat.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan untuk menilai apakah masalah keperawatan
telah teratasi, tidak teratasi atau teratasi sebagian dengan mengacu pada
kriteria evaluasi.
DAFTAR PUSTAKA