OLEH:
A. Pengertian
(CKD). Pada dasarnya pengelolaan tidak jauh beda dengan cronoic renal
failure (CRF), namun pada terminologi akhir CKD lebih baik dalam rangka
untuk membatasi kelainan klien pada kasus secara dini, kerena dengan CKD
ginjal dengan LFG ↓ berat, gagal ginjal). sedangkan CRF (cronic renal
failure) hanya 3 stage. Secara umum ditentukan klien datang dengan derajat
2 dan 3 atau datang dengan terminal stage bila menggunakan istilah CRF.
C. Etiologi
ginjal kronis. Akan tetapi, apa pun sebabnya, respons yang terjadi adalah
dapat mengakibatkan GGK bisa disebabkan dari ginjal sendiri dan di luar
ginjal.
dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh).
daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai
¾ dari nefron–nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih
poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah
banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya
gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas
kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada
tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15
Banyak masalah muncul pada gagal ginjal sebagai akibat dari penurunan
akan menurunkan dan kadar kreatinin akan meningkat. Selain itu, kadar
merupakan indicator yang paling sensitif dari fungsi karena substansi ini
diproduksi secara konstan oleh tubuh. BUN tidak hanya dipengaruhi oleh
penyakit renal, tetapi juga oleh masukan protein dalam diet, katabolisme
secara normal pada penyakit ginjal tahap akhir, respon ginjal yang sesuai
dapat terjadi akibat aktivasi aksis rennin angiotensin dan kerja sama
c) Asidosis
d) Anemia
metabolisme kalsium dan fosfat. Kadar serum kalsium dan fosfat tubuh
E. Manifestasi Klinik
1. Laboratorium
Ureum kreatinin
Mikrobiologi urin
Kimia darah
Elektrolit
Imunodiagnosis
Ureum kreatinin, Clearens Creatinin Test (CCT)
Nilai normal :
2. Diagnostik
USG.
Nefrotogram.
Pielografi retrograde.
Pielografi antegrade.
RetRogram
USG.
H. Penatalaksanaan Medis
a) Terapi Konservatif
Perubahan fungsi ginjal bersifat individu untuk setiap klien Cronic renal
Desease (CKD) dan lama terapi konservatif bervariasi dari bulan sampai
tahun.
b) Terapi simtomatik
1. Asidosis metabolik
2. Anemia
3. Kelainan Kulit
4. Kelainan Neuromuskular
5. Hipertensi
c) Terapi pengganti
yaitu pada LFG kurang dari 15 ml/menit. Terapi tersebut dapat berupa
1. Pengkajian Keperawatan
1) Anamnesa
a. Identitas (Data Biografi)
a) Nama:
b) Umur:
c) Jenis kelamin:
d) Agama:
e) Pendidikan: Mempengaruhi pengetahuan tentang penyakit
f) Pekerjaan:Menentukan kemungkinan terpapar pada faktor
penyebab.
g) Suku/ ras:
h) Penanggung biaya:
b. Riwayat sakit dan Kesehatan
a) Keluhan utama: keluhan utama yang didapat biasanya
bervariasi, mulai dari urine output sedikit sampai tidak dapat
BAK, gelisah sampai penurunan kesadaran, tidak selera makan
(anoreksi), mual, muntah, mulut terasa kering, rasa lelah, napas
berbau (ureum), dan gatal pada kulit
b) Riwayat kesehatan sekarang: kaji onset penurunan urine output,
penurunan kesadaran, perubahan pola napas, kelemahan fisik,
adanya perubahan kulit, adanya napas berbau amonia, dan
perubahan pemenuhan nutrisi. Kaji sudah ke mana saja klien
meminta pertolongan untuk mengatasi masalahnya dan
mendapat pengobatan apa.
c) Riwayat penyakit dahulu: kaji adanya riwayat penyakit gagal
ginjal akut, infeksi saluran kemih, payah jantung, penggunaan
obat-obat nefrotoksik, Benign Prostatic Hyperplasia, dan
prostatektomi. Kaji adanya riwayat penyakit batu saluran kemih,
infeksi sistem perkemihan yang berulang, penyakit diabetes
melitus, dan penyakit hipertensi pada masa sebelumnya yang
menjadi predisposisi penyebab. Penting untuk dikaji mengenai
riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu dan adanya riwayat
alergi terhadap jenis obat kemudian dokumentasikan.
d) Riwayat Psikososial: adanya perubahan fungsi struktur tubuh
dan adanya tindakan dialisis akan menyebabkan penderita
mengalami gangguan pada gambaran diri. Lamanya perawatan,
banyaknya biaya perawatan dan pengobatan menyebabkan
pasien mengalami kecemasan, gangguan konsep diri
(gambaran diri) dan gangguan peran pada keluarga (self
esteem).
ADL
a. Aktivitas/istirahat
Gejala: Kelelahan ekstrem, kelemahan, malaise.
Gangguan tidur (insomnia/gelisah atau
somnolen)
Tanda: Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan
rentang gerak.
b. Sirkulasi
Gejala: Riwayat hipertensi lama atau berat.
Palpitasi: nyeri dada (angina).
Tanda: Hipertensi; DVJ, nadi kuat, edema jaringan umum
dan pitting pada kaki, telapak, tangan.
Disritmia jantung.
Nadi lemah halus, hipotensi ortostatik menunjukkan
hipovolemia, yang jarang pada penyakit tahap akhir.
Friction rub perikardial (respons terhadap akumulasi
sisa).
Pucat; kulit coklat kehijauan, kuning.
Kecenderungan perdarahan.
c. Integritas Ego
Gejala: Faktor stress, contoh finansial, hubungan, dan
sebagainya.
Perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada
kekuatan.
Tanda: Menolak, ansietas, takut, marah, mudah
terangsang, perubahan kepribadian.
d. Eliminasi
Gejala: Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (gagal
tahap lanjut).
Abdomen kembung, diare, atau konstipasi.
Tanda: Perubahan warna urine, contoh kuning pekat,
merah, coklat, berawan.
Oliguria, dapat menjadi anuria.
e. Makanan/Cairan
Gejala: Peningkatan berat badan cepat (edema), penurunan
berat badan (malnutrisi).
Anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa
metalik tak sedap pada mulut (pernapasan
amonia).
Penggunaan diuretik.
Tanda: Distensi abdomen/asites, pembesaran hati (tahap
akhir).
Perubahan turgor kulit/kelembaban.
Edema (umum, tergantung).
Ulserasi gusi, perdarahan gusi/lidah.
Penurunan otot, penurunan lemak subkutan,
penampilan tak bertenaga.
f. Neurosensori
Gejala: Sakit kepala, penglihatan kabur.
Kram otot/kejang; sindrom “kaki gelisah”;
kebas rasa terbakar pada telapak kaki.
Kebas/kesemutan dan kelemahan, khususnya
ekstremitas bawah (neuropati perifer).
Tanda: Gangguan status mental, contoh penurunan lapang
perhatian, ketidakmampuan berkonsentrasi.
Kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat
kesadaran, stupor, koma.
Penurunan DTR.
Tanda Chvostek dan Trousseau positif.
Kejang, fasikulasi otot, aktivitas kejang.
Rambut tipis, kuku rapuh dan tipis.
g. Nyeri/Kenyamanan
Gejala: Nyeri panggul, sakit kepala; kram otot/nyeri kaki
(memburuk saat malam hari).
Tanda: Perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah.
h. Pernapasan
Gejala: Napas pendek; dispnea nocturnal paroksismal;
batuk dengan/tanpa sputum kental dan banyak.
Tanda: Takipnea, dispnea, peningkatan
frekuensi/kedalaman (pernapasan kussmaul).
Batuk produktif dengan sputum merah muda-encer
(edema paru).
i. Keamanan
Gejala: Kulit gatal.
Ada/berulangnya infeksi.
Tanda: Pruritus.
Demam (sepsis, dehidrasi); normotermia
dapat secara aktual terjadi peningkatan pada
pasien yang mengalami suhu tubuh lebih rendah
dari normal (efek GGK/depresi respons imun).
Petekie, area ekimosis pada kulit.
Fraktur tulang; deposit fosfat kalsium
(klasifikasi metastatik) pada kulit, jaringan lunak,
sendi, keterbatasan gerak sendi.
j. Seksualitas
Gejala: Penurunan libido; amenorea; infertilitas.
k. Interaksi Sosial
Gejala: Kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu
bekerja, mempertahankan fungsi peran biasanya
dalam keluarga.
l. Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala: Riwayat DM keluarga (risiko tinggi untuk gagal
ginjal), penyakit polikistik, nefritis herediter, kalkulus
urinaria, malignansi.
Riwayat terpajan pada toksin, contoh obat, racun
lingkungan.
Penggunaan antibiotik nefrotoksik saat ini/berulang.
m. Pertimbangan Rencana Pemulangan : DRG menunjukkan
rerata lama dirawat: 6,4 hari.
Memerlukan bantuan dalam obat, pengobatan, suplai,
transportasi, pemeliharaan rumah.
2) Pemeriksaan Fisik
Sistem Pernapasan :
Adanya gejala napas pendek, dyspnea nokturnal paroksismal,
batuk dengan/tanpa sputum kental. Dengan tanda-tanda tachipnoe,
pernafasan kusmaul, batuk produktif dengan sputum yang encer,
edema paru
Sistem Persyarafan:
Lethargy, apathy, kemampuan konsentrasi menurun, fatique,
gangguan mental. Adanya gejala sakit kepala, penglihatan kabur,
kejang, kesemutan dan kelemahan khususnya ekstremitas bawah
(neuropati perifer). Dengan tanda-tanda gangguan status mental
(penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan berkonsentrasi,
kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran, stupor,
koma).
Sistem Kardiovaskular:
Adanya gejala riwayat hipertensi lama atau berat, nyeri dada
(angina), gagal jantung kongestif, edema pulmoner, perikarditis.
Dengan tanda-tanda hipertensi, nadi kuat, edema jaringan umum dan
pitting pada kaki, telapak, tangan. Tanda lainnya pucat, kulit coklat
kehijauan, kuning, dan kecenderungan perdarahan, tampak lemah.
Sistem Hematologi:
Didapatkan tanda dan gejala gagal jantung kongestif, TD
meningkat, akral dingin, CRT > 3 detik, palpitasi nyeri dada dan
sesak nafas, gangguan irama jantung, edema penurunan perfusi
perifer sekunder dari penurunan curah jantung akibat hiperkalemi,
dan gangguan kondisi elektrikal otot ventrikel.
Pada sistem hematologi sering didapatkan adanya anemia.
Anemia sebagai akibat dari penurunan produksi eritropoetin, lesi
gastrointestinal uremik, penurunan usia sel darah merah, dan
kehilangan darah, biasanya dari saluran GI, kecenderungan
mengalami perdarahan sekunder dari trombositopenia.
Sistem Muskuloskeletal:
Ditemukan kelemahan fisik, mengalami kram otot,, nyeri pada
otot, dan keterbatasan gerak sendi.
Sistem Pencernaan:
Adanya anoreksia, mual,muntah, cegukan, rasa metalik tak
sedap pada mulut, ulserasi mukosa lambung, nyeri ulu hati, distensi
abdomen, konstipasi,stomatitis, penurunan berat badan, susah BAB,
feses keras, diare, tampak pucat dan lemah,
Sistem Reproduksi:
Gangguan seksual : libido, fertilisasi dan ereksi menurun pada
laki-laki akibat produksi testosterone dan spermatogenesis yang
menurun. Sebab lain juga dihubungkan dengan metabolic tertentu.
Pada wanita timbul gangguan menstruasi, gangguan ovulasi sampai
amenorea.
Sistem Endokrin: terjadi kelemahan, peningkatan glukosa darah,
polidipsi,poliuri, polifagia, tampak pucat,anemis.
Sistem Integumen: Pucat, hierpigmentasi, kulit bersisik, perubahan
rambut (kering), kuku tipis dan rapuh, pruritus, kristal uremik, kulit
kering & pecah, berlilin, memar.
Sistem perkemihan: tampak pucat, tidak mampu untuk berkemih,
nokturia, oliguria, anuria.
3) Pemeriksaan Medik
Studi darah menunjukkan kenaikan kadar nitrogen, kreatinin,
natrium, dan kalium urea; kadar pH dan bikarbonat turun; dan kadar
hemoglobik (Hb) dan hematokrit (HCT) rendah.
Uji pembersihan kreatinin menunjukkan deteriorasi perlahan-lahan
pada fungsi ginjal.
Biopsi ginjal memungkinkan identifikasi histologis pada patologi
mendasar.
Sinar-X pada ginjal atau abdomen, computed tomography scan
pada ginjal, magnetic resonance imaging, atau ultrasonografi
menunjukkan ukuran ginjal mengecil.
Gravitasi khusus urin menjadi tepat pada 1,010; urinanalisis bisa
menunjukkan proteinuria, glikosuria, eritrosit, leukosit, dan warna
lain, tergantung pada penyebabnya.
Studi Sinar-X meliputi radiografi ginjal-ureter-kandung kemih,
urografi ekskretorik, nefrotomografi, scan renal, dan arteriografi
renal.
(Lippincott Williams & Wilkins, 2008 Hal 510-511)
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan eliminasi urin b.d penyebab multiple
DS: klien mengeluh kesulitan BAK
DO: Penurunan frekuensi urine, oliguria (produksi urin sedikt
biasanya < 400 ml/hr, anuria/ketidakmampuan klien untuk berkemih,
pyuria, nokturia, BJ urin (konsentrasi plasma osmolar), adanya
proteinuria, dan hematuria.
b. Gangguan perfusi jaringan b.d gangguan aliran darah sekunder akibat
gagal ginjal.
DS: Klien mengeluh pucat, lemah
DO: Tampak pucat, sianosis, perubahan tekanan darah, adanya
edema.
c. Kekurangan volume cairan b.d perdarahan
DS: Klien mengeluh lemah dan pusing.
DO: Perubahan status mental, penurunan tekanan darah,membran
mukosa kering, kelelahan, terjadi perdarahan pada
gastrointestinal, pucat, tampak gelisah, Hb di bawah normal.
d. Kelebihan volume cairan b.d gangguan mekanisme regulator
sekunder akibat gagal ginjal, akut atau kronis.
DS: klien mengeluh mengalami kegelisahan, dan takut
DO: Adanya edema, dyspnea, perubahan tekanan darah,
tampak gelisah, pemasukan cairan berlebih dibanding pengeluaran.
e. Gangguan rasa nyaman: Nyeri b.d agen cedera biologis
DS: Klien mengeluh mengalami kelemahan, nyeri otot,dan kram
pada otot.
DO:Klien menunjukan ekspresi nyeri, perilaku distraksi: menangis,
meringis dan gelisah, wajah mengkerut, klien
memegang/melindungi daerah nyeri, pucat, perilaku
berlindung.tampak lemah.
f. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d mukus dalam jumlah yang
berlebihan.
DS: Klien mengeluh batuk disertai sputum yang kental dan sesak
napas
DO: dyspnea, pernapasan kussmaul, adanya sputum yang kental dan
liat.
g. Diare b.d proses inflamasi
DS: klien mengeluh mengalami kelemahan dan adanya
dorongan, sedikitnya tiga kali buang air besar cair per hari.
DO: tampak pucat, lemah, turgor buruk, kulit kering, feses lunak
dan cair, sedikitnya tiga kali buang air besar cair per hari. TTD: TD =
100/70 mmHg, Nadi = 104 x/mnt, RR 24x/mnt, suhu 37,5 0C
h. Kerusakan integritas kulit b.d inflamasi antara dermal-
epidermal/sekunder akibat: gagal ginjal.
DS: Klien mengeluh mengalami gatal-gatal, dan kulit kering
DO: klien tampak pucat, perubahan rambut dan kuku, pruritus,
kulit kering dan pecah, adanya memar.
i. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
ketidakmampuan untuk mencerna makanan.
DS: Klien mengeluh mual, muntah, nyeri saat makan karena
adanya stomatitis, nyeri ulu hati, rasa metalik tak sedap pada mulut,
kehilangan berat badan.
DO: anoreksia mual muntah, pernapasan amonia, adanya
stomatitis, kehilangan berat badan <85-90% dari berat badan
biasanya (data ini bisa saja tidak ada pada pasien dengan asites dan
edema): asupan nutrisi < 75% dari anjuran diit.
j. Intoleransi aktivitas b.d peningkatan kebutuhan metabolik sekunder
akibat gangguan endokrin/metabolic penyakit kronis: ginjal.
DS: Klien mengeluh merasa kelelahan, tidak mampu melakukan
aktivitas sendiri
DO: Ditemukan kelemahan otot, aktivitasnya dibantu, kejang
otot, keterbatasan gerak sendi, tampak pucat.
k. Konstipasi b.d faktor farmakologis: Antasida mengandung aluminium
DS: klien mengeluh seminggu tidak BAB, susah BAB, feses
bentuknya keras, sering menggunakan obat pencahar untuk BAB,
rasa tidak tuntas dari BAB, waktu untuk BAB lebih lama
DO: klien tampak mengedan, klien tampak kesulitan untuk
memulai dan menyelesaikan BAB, tampak meringis kesakitan pada
daerah rectum saat BAB.
l. Ketidakefektifan pola seksuallitas b.d libido sekunder akibat
penurunan produksi hormon.
DS : Klien mengeluh terlambat datang bulan
klien mengungkapkan secara verbal ketidakmampuan
mencapai kepuasan yang diinginkan
DO :
Pada pria : terlihat atrofi testis
Pada wanita : kehilangan rambut tubuh, amenorea
m. Perubahan proses pikir b.d perubahan fisiologis
DS: klien mengeluh mengalami kelelahan,merasa lesu, kemampuan
konsentrasi menurun, mengalami gangguan mental.
DO: klien tampak lesu (Lethargy), kelelahan (fatique), adanya edema,
disfungsi serebral, kemampuan dalam konsentrasi
menurun,mengalami gangguan mental.
n. Gangguan konsep diri (gambaran diri) b.d perubahan penampilan,
gaya hidup, peran, dan respons orang lain sekunder akibat penyakit
kronis.
DS: Klien mengeluh kulit kering dan pecah, tidak percaya diri,
tidak mampu bekerja/beraktivitas,
DO: klien tampak tidak mampu mempertahankan fungsi
perannya, kulit kering, rambut kering dan rapuh,kulit bersisik,menolak
untuk menyentuh atau melihat suatu bagian tubuh, menolak untuk
melihat ke cermin, tidak ada keinginan untuk mendiskusikan tentang
keterbatasan, peningkatan ketergantungan pada orang lain,
menangis, tampak putus asa, marah, menolak untuk berpartisipasi
dalam perawatan diri, bersikap bermusuhan terhadap kesehatan,
menarik diri dari kontak sosial.
o. Kecemasan b.d perubahan dalam status kesehatan
DS: Klien mengungkapkan rasa kuatirnya, klien mengatakan cemas,
tidak percaya diri
DO: Klien tampak gelisah, tremor, ,tidak dapat istirahat.
p. Kurang pengetahuan b.d kurang terpajannya informasi tentang
penyakit dan pengobatannya.
DS:Klien mengungkapkan permasalahannya, klien mengatakan
ketidaktahuannya tentang penyebab, tanda dan gejala serta
penanganannya.
DO: Klien bertanya dan meminta penjelasan tentang penyebab, tanda
dan gejala serta penanganannya, ketidakakuratan dalam
melakukan instruksi.
q. Resiko cedera b.d disfungsi sensorik
DS: klien mengeluh mengalami kelelahan,merasa lesu, kemampuan
konsentrasi menurun, mengalami gangguan mental.
DO: klien tampak lesu (Lethargy), kelelahan (fatique), adanya edema,
disfungsi serebral, kemampuan dalam konsentrasi
menurun,mengalami gangguan mental.
3. Perencanaan Keperawatan
1) Gangguan eliminasi urin b.d penyebab multiple
Goal: klien akan terbebas dari gangguan eliminasi urin selama
dalam perawatan.
Objektif: klien tidak akan mengalami penyebab multiple selama
dalam perawatan
Outcomes: Dalam waktu 1x24 jam perawatan, klien akan:
a. Mengungkapkan tidak kesulitan/ mampu berkemih
b. Berkemih dengan jumlah yang normal dan pola biasanya
c. Tidak adanya pus dalam urin, proteinuria,oliguria, tidak terjadi
nokturia
Intervensi:
a. Berikan privasi kepada pasien selama prosedur eliminasi.
R/ Tindakan ini mencegah terhambatnya eliminasi.
b. Segera berespons terhadap panggilan pasien, tempatkan pasien
di tempat tidur di samping kamar mandi, dan pakaikan pakaian
yang mudah dilepas.
R/ Tindakan ini mengurangi keterlambatan dan kesukaran
dalam berkemih.
c. Peringatkan pasien dan anggota keluarga atau pasangan akan
tanda dan gejala penuhnya kandung kemih: gelisah, berkeringat
dan menggigil.
R/ Pendidikan kesehatan yang adekuat akan meningkatkan
kemampuan pasien dan anggota keluarga untuk
mempertahankan tingkat kesehatan dan mencegah pasien dari
tindakan membahayakan diri.
d. Ajarkan kepada pasien dan anggota keluarga atau pasangan
tentang teknik kateterisasi yang akan digunakan dirumah; berikan
waktu untuk mendemonstrasikan kembali hingga prosedur dapat
dilakukan dengan baik.
R/ Pengetahuan tentang prosedur dan rasionalnya akan
menurunkan ansietas dan meningkatkan kenyamanan.
Demonstrasi dapat dilakukan dalam beberapa sesi hingga pasien
dan anggota keluarga dapat melakukannya secara mandiri.
e. Motivasi pasien untuk mengungkapkan perasaan dan keluhannya
tentang masalah perkemihan.
R/ Mendengar aktif menunjukkan respek kepada pasien;
pengungkapan secara bebas dapat mengetahui ketakutan pasien.
Intervensi:
a. Beri kesempatan pasien mendiskusikan alasan untuk tidak
makan.
R/ Untuk membantu mengkaji penyebab gangguan
makan.
b. Sajikan makanan yang membutuhkan sedikit dikerat atau
dikunyah.
R/ Untuk membantu mencegah malingering pada saat
makan.
c. Perhatikan adanya mual/muntah.
R/ Gejala yang menyertai akumulasi toksin endogen yang
dapat mengubah/menurunkan pemasukan dan memerlukan
intervensi.
d. Ciptakan lingkungan yang menyenangkan pada waktu makan.
R/ Untuk meningkatkan nafsu makan pasien.
e. Letakkan kudapan di sisi tempat tidur pasien.
R/ Untuk memberikan pengendalian pasien pada waktu
makan.
f. Berikan perawatan mulut sering.
R/ Menurunkan ketidaknyamanan stomatitis oral dan rasa
tidak disukai dalam mulut, yang dapat mempengaruhi masukan
makanan.
g. Tingkatkan kunjungan oleh orang terdekat selama makan.
R/ Memberikan pengalihan dan meningkatkan aspek
social makan.
h. Berikan antimietik, contoh proklorperazin (Compazine).
R/ Menurunkan stimulasi pada pusat muntah.
i. Observasi dan catat asupan pasien (cair dan padat)
R/ Untuk mengkaji zat gizi yang dikonsumsi dan suplemen
yang diperlukan.
4. Pelaksanaan Keperawatan
Tindakan keperawatan dilakukan dengan mengacu pada rencana
tindakan/ intervensi keperawatan yang telah ditetapkan/ dibuat.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan untuk menilai apakah masalah
keperawatan telah teratasi, tidak teratasi atau teratasi sebagian dengan
mengacu pada kriteria hasil.
6. Pendidikan Pasien
Pemeliharaan kesehatan umum dapat menurunkan jumlah individu
yang menjadi insufisiensi. Sampai menjadi kegagalan ginjal. Perawatan
ditujukan kepada pengobatan masalah medis dengan sempurna dan
mengawasi status kesehatan orang pada waktu mengalami stress (infeksi,
kehamilan).
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta:
EGC
Carpenito. 2001. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan, Diagnosa
keperawatan dan masalah kolaboratif. Jakarta: EGC
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Aru W. Sudoyo dkk. 2006. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Prima Medika
Kasuari. 2002. Asuhan Keperawatan Sistem Pencernaan dan Kardiovaskuler Dengan
Pendekatan Patofisiology. Magelang. Poltekes Semarang PSIK Magelang
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Nanda. 2005. Nursing Diagnoses Definition dan Classification. Philadelpia
Rab, T. 2008. Agenda Gawat Darurat (Critical Care). Bandung: Penerbit PT Alumni
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta:
Prima Medika
Udjianti, WJ. 2010. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika