Anda di halaman 1dari 2

Rekomendasi Kebijakan

Kewenangan penetapan potensi perikanan dan jumlah tangkapan yang diperbolehkan


sebenarnya sudah tepat ditetapkan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan dengan mendasarkan
pada hasil kajian dari Komisi Nasional Pengkajian Sumber Daya Ikan. Kebijakan yang dibuat
harus memuat unsur penting yang menyangkut pengaturan penataan ruang dan zonasi
perikanan di Indonesia, sehingga kebijakan untuk mempertahankan hak Menteri Kelautan dan
Perikanan sebagai pihak yang berwenang dalam pengelolaan perizinan dan penetapan potensi
perikanan didukung oleh pengawasan Komisi Nasional Pengkajian Sumber Daya Ikan secara
bertahap dan dinamis merupakan keputusan yang tepat (Priyanta, 2021).
Kebijakan yang harus diatur agar Undang-Undang Nomor 11 tahun 2020 (Undang-undang
Cipta Kerja) Pasal 18, Pasal 19 dan 27 yang terkait dengan penetapan ruang dan zonasi
pengelolaan wilayah laut di Indonesia sering mengalami beberapa kendala dalam
menerapkannya, masalah tindak pidana IUU fishing yang dilakukan oleh warga negara asing
perlu dijalankan sesuai dengan aturan UNCLOS yang diawasi dengan ketat oleh pemerintah,
yaitu melalui penetapan jaminan (bond) untuk prompt release (pelepasan seketika). Dengan
adanya sistem seperti ini, coastal state (negara pantai) akan menerima sejumlah uang dari
pemilik kapal dengan nilai yang pantas. Nilai yang pantas tersebut merupakan akumulasi dari
nilai kapal yang ditangkap, nilai hasil tangkapan, nilai barang-barang selain hasil tangkapan
(alat tangkap atau benda-benda lainnya yang memiliki nilai valuasi tinggi), serta nilai denda
maksimal dari ketentuan hukum negara yang melakukan penangkapan (Ansari, 2020).
Kondisi stok ikan yang berada di status over-exploited diperburuk dengan dibukanya
akses penangkapan ikan oleh kapal asing di ZEE. Sedangkaan hingga saat ini, Pemerintah
Indonesia belum mengeluarkan pernyataan resmi mengenai surplus allowable catch. Surplus

allowable catch tidak dapat dihitung secara sederhana dengan formula stok ikan dikurangi
tingkat produksi (Kurniawan et al., 2020). Dengan demikian kepentingan nasional negara
Indonesia wajib dilibatkan dalam pertimbangan untuk menentukan surplus. Contoh yang
dapat dilihat yaitu hingga saat ini penduduk Indonesia masih banyak yang kelaparan dan
tingkat stunting masih tinggi. Salah satu solusi untuk dapat mengatasi permasalahan ini adalah
sumber daya ikan. Oleh karena itu, meskipun dari perhitungan stok ikan dikurangi tingkat
produksi terdapat selisih (surplus), selisih tersebut haruslah diperuntukkan bagi penyelesaian
permasalahan kelaparan dan stunting dan tidak untuk diberikan kepada negara lain. Menurut
Pasal 33 (3) UUD 1945 dimana nelayan Indonesia serta seluruh masyarakat Indonesia wajib
menjadi prioritas dalam mendapatkan manfaat dari sumber daya perikanan di ZEE Indonesia .

Referensi

Ansari, M. I. (2020). Omnibus Law Untuk Menata Regulasi Penanaman Modal. Jurnal Rechts
Vinding: Media Pembinaan Hukum Nasional, 9(1), 71.
Kurniawan, C., Widyarto, S., & Prakoso, L. Y. (2020). Implementasi Struktur Birokrasi Strategi
Pertahanan Laut Menghadapi Ancaman di Perairan Provinsi Sulawesi Tenggara. Strategi
Pertahanan Laut, 4(1).
Priyanta, M. (2021). Implikasi Konsep Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang Laut dalam
Pengelolaan Sumber Daya Kelautan Berkelanjutan. Jurnal Wawasan Yuridika, 5(1), 20–39.

Anda mungkin juga menyukai