Anda di halaman 1dari 21

KEPERAWATAN ANAK

DISUSUN OLEH :

MUSVIRA MUSTAFA

PO713201191120

2C

D.III KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR

TAHUN AJARAN 2020/2021


A. Imunisasi
a. Pengertian imunisasi
Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan
memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang
mewabah atau berbahaya bagi seseorang.Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti
kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan
kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari
penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya (Umar,2006).
Imunisasi adalah usaha memberikan kekebalan kepada bayi dan anak dengan
memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti bodi untuk
mencegah terhadap penyakit tertentu (Hidayat,2008).
Imunisasi adalah pemberian antigen untuk memicu imunitas seseorang sehingga
memiliki kemampuan untuk bertahan terhadap infeksi (Hinchliff, 1999).
Imunisasi biasanya lebih fokus diberikan kepada anak-anak karena sistem kekebalan
tubuh mereka masih belum sebaik orang dewasa, sehingga rentan terhadap serangan
penyakit berbahaya.Imunisasi tidak cukup hanya dilakukan satu kali, tetapi harus
dilakukan secara bertahap dan lengkap terhadap berbagai penyakit yang sangat
membahayakan kesehatan dan hidup anak (www.litbang.depkes.go.id).
b. Jenis-jenis Imunisasi
1. Imunisasi BCG
Kepanjangan BCG? Mungkin karena susah mengucapkannya makanya jarang
yang hafal kepanjangannya. Bacillus Calmette-Guerin.BCG adalah vaksin untuk
mencegah penyakit TBC, orang bilang flek paru. Meskipun BCG merupakan
vaksin yang paling banyak di gunakan di dunia (85% bayi menerima 1 dosis BCG
pada tahun 1993), tetapi perkiraan derajat proteksinya sangat bervariasi dan belum
ada penanda imunologis terhadap tuberculosis yang dapat dipercaya.
2. Imunisasi Hepatitis B
Imunisasi hepatitis B ini juga merupakan imunisasi yang diwajibkan, lebih dari
100 negara memasukkan vaksinasi ini dalam program nasionalnya.Jika
menyerang anak, penyakit yang disebabkan virus ini sulit disembuhkan.Bila sejak
lahir telah terinfeksi virud hepatitis B (VHB) dapat menyebabkan kelainan-
kelainan yang dibawanya terus hingga dewasa.Sangat mungkin terjadi sirosis atau
pengerutan hati.
Banyak jalan masuk virus hepatitis B ke tubuh si kecil.Yang potemsial melalui
jalan lahir. Cara lain melalui kontak dengan darah penderita, semisal transfusi
darah. Bisa juga melali alat-alat medis yang sebelumnya telah terkontaminasi
darah dari penderita hepatitis B, seperti jarum suntik yang tidak steril atau
peralatan yang ada di klinik gigi.Bahkan juga bisa lewat sikat gigi atau sisir
rambut yang digunakan antar anggota keluarga.
3. PolioImunisasi polio ada 2 macam, yang pertama oral polio vaccine atau yang
sering dilihat dimana mana yaitu vaksin tetes mulut. Sedangkan yang kedua
inactivated polio vaccine, ini yang disuntikkan. Kalo yang tetes mudah diberikan,
murah dan mendekati rute penyakit aslinya, sehingga banyak digunakan.Kalo
yang injeksi efek proteksi lebih baik tapi mahal dan tidak punya efek
epidemiologis. Selain itu saat ini MUI telah mengeluarkan fatwa agar pemakaian
vaksin polio injeksi hanya ditujukan pada penderita yang tidak boleh mendapat
vaksin polio tetes karena daya tahan tubuhnya lemah
Polio atau lengkapnya poliomelitis adalah suatu penyakit radang yang menyerang
saraf dan dapat menyebabkan lumpuh pada kedua kaki.Walaupun dapat sembuh,
penderita akan pincang seumur hidup karena virus ini membuat otot-otot lumpuh
dan tetap kecil.
Di wikipedia dijelaskan bahwa Polio sudah dikenal sejak zaman pra-
sejarah.Lukisan dinding di kuil-kuil Mesir kuno menggambarkan orang-orang
sehat dengan kaki layu yang berjalan dengan tongkat.Kaisar Romawi Claudius
terserang polio ketika masih kanak-kanak dan menjadi pincang seumur hidupnya.
Virus polio menyerang tanpa peringatan, merusak sistem saraf menimbulkan
kelumpuhan permanen, biasanya pada kaki.Sejumlah besar penderita meninggal
karena tidak dapat menggerakkan otot pernapasan. Ketika polio menyerang
Amerika selama dasawarsa seusai Perang Dunia II, penyakit itu disebut ‘momok
semua orang tua’, karena menjangkiti anak-anak terutama yang berumur di bawah
lima tahun. Di sana para orang tua tidak membiarkan anak mereka keluar rumah,
gedung-gedung bioskop dikunci, kolam renang, sekolah dan bahkan gereja tutup.
Virus polio menular secara langsung melalui percikan ludah penderita atau
makanan dan minuan yang dicemari.
Pencegahannya dengan dilakukan menelan vaksin polio 2 (dua) tetes setiap kali
sesuai dengan jadwal imunisasi.
4. DPT
Deskripsi Vaksin Jerap DPT adalah vaksin yang terdiri dari toksoid difteri dan
tetanus yang dimurnikan, serta bakteri pertusis yang telah diinaktivasi yang
teradsorbsi ke dalam 3 mg / ml Aluminium fosfat. Thimerosal 0,1 mg/ml
digunakan sebagai pengawet. Potensi vaksin per dosis tunggal sedikitnya 4 IU
pertussis, 30 IU difteri dan 60 IU tetanus.
5. Campak
Imunisasi campak, sebenarnya bayi sudah mendapatkan kekebalan campak dari
ibunya. Namun seiring bertambahnya usia, antibodi dari ibunya semakin menurun
sehingga butuh antibodi tambahan lewat pemberian vaksin campak
B. Cacingan
a. Pengertian cacingan
b. Terdapat tiga kelompok cacing yang dikenal dapat menginfeksi manusia, yaitu:
1. Platyhelminthes atau cacing pipih, terdiri dari:
o Trematode, misalnya Schistosima japonicum. Pada manusia umumnya hidup
dalam darah dan sering ditemukan di daerah tropis yang panas.
o Cestoda, misalnya Taenia solium, Taenia Saginata. Hidup dalam saluran
pencernaan manusia dan memakan makanan yang sudah tercerna sebagian
dalam usus manusia.
2. Acanthocephalins, yang umumnya menyerang sistem gastro-instestinal
(pencernaan) manusia.
3. Nematoda, yang dapat menyerang saluran gastro-intestinal, darah, sistem
limfatik, dan jaringan subkutan manusia. Contohnya adalah Wuchereria
bancrofti, Brugia malayi, Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura. Cacing ini
sering ditemukan pada hewan peliharaan, misalnya anjing dan kucing. Hewan
peliharaan tersebut kemudian dapat menularkan infeksi cacing pada manusia.
c. Penyebab Cacingan
Ada berbagai cara cacing menginfeksi manusia hingga akhirnya menyebabkan
seseorang mengalami cacingan, seperti:
 menyentuh objek yang memiliki telur cacing (terutama jika Anda tidak
mencuci tangan setelahnya)
 menyentuh tanah, mengonsumsi makanan atau cairan yang mengandung
telur cacing
 berjalan tanpa menggunakan alas kaki di atas tanah yang mengandung
cacing
 makan makanan mentah atau kurang matang yang mengandung cacingan

d. Gejala Cacingan
Gejala cacingan sangat beragam, bergantung pada jenis cacing yang menginfeksi.
Namun, beberapa hal berikut bisa menjadi pertanda adanya cacingan:
 menemukan cacing dalam feses atau saat buang air besar
 memiliki ruam kemerahan, gatal, dan berbentuk seperti cacing pada kulit
 mengalami diare atau sakit perut selama lebih dari dua minggu
 terkadang juga terdapat keluhan konstipasi/ sembelit
 perut yang terlihat bengkak atau mengalami perut kembung
 mengalami penurunan berat badan tanpa alasan yang jelaa
 gatal hebat pada area anus, terutama pada malam hari
 reaksi pada kulit, seperti ruam, biduran, dan reaksi alergi lainnya pada kuli
rasa gelisah dan kecemasan, timbul karena adanya iritasi akibat zat
beracun dan sisa metabolisme cacing kepada sistem saraf pusat manusia
 merasa lelah dan kurang tenaga
 nyeri sendi dan otot
 pada anak dapat timbul gejala tumbuh kembang yang terhambat dan
malnutrisi
 kaki gajah
 dan beberapa gejala lain

e. pengobatan Cacingan
Pengobatan yang dilakukan pada penderita cacingan umumnya dilakukan dengan
mengonsumsi obat cacing yang diminum selama satu hingga tiga hari. Penghuni
rumah yang sama dengan penderita cacingan bisa saja memerlukan konsumsi obat
cacing juga.
f. Pencegahan Cacingan
Sebagai tindakan untuk mencegah cacingan, perlu Anda perhatikan beberapa hal
berikut:
 Menjaga kebersihan dan membiasakan diri untuk mencuci tangan. Terutama
setelah menggunakan kamar kecil, sebelum makan, atau mempersiapkan
makanan. Bawalah cairan disinfektan yang dapat digunakan sepanjang hari.
 Cuci buah dan sayur hingga bersih sebelum dimasak.
 Masak makanan hingga matang. Perhatikan bahwa berbagai sumber protein
perlu suhu tertentu untuk mencapai kematangan masing-masing.
 Konsumsi air putih dalam kemasan atau air putih yang matang.
 Berikan obat cacing pada hewan peliharaan secara rutin, terutama untuk anjing
dan kucing.
 Buang kotoran hewan peliharaan di tempat sampah secepatnya. Gunakan
masker dan sarung tangan saat melakukan hal ini.
 Selalu gunakan alas kaki.
 Simpan alas kaki yang digunakan untuk aktivitas luar ruangan di luar rumah

C. Infeksi jamur
Kandidiasis
a. Definisi dan etiologi
Candida merupakan jamur normal yang berada dalam mulut, usus dan organ
genitalia. Jamur ini tumbuh di daerah yang hangat dan basah. Hampir semua bayi,
anak dan orang dewasa mempunyai candida dalam jumlah sedikit dan tidak
menyebabkan gangguan apa-apa. Tetapi, kadang-kadang candida menjadi banyak
sehingga dapat terlihat dengan jelas dan menyebabkan gangguan.
1. gambaran klinis
Kandidiasis adalah infeksi oportunistik yang sangat umum pada orang dengan
HIV. Infeksi ini disebabkan oleh sejenis jamur yang umum, yang disebut
candida albicans. Jamur ini, semacam ragi yang ditemukan di tubuh
kebanyakan orang. Sistem kekebalan tubuh yang sehat dapat mengendalikan
jamur ini. Jamur ini bisa biasa menyebabkan penyakit pada mulut,
tenggorokan dan vagina. Infeksi oportunistik ini dapat terjadi beberapa bulan
atau tahun sebelum infeksi oportunistik lain yang lebih berat.
Pada mulut, penyakit ini disebut thrush. Bila infeksi menyebar lebih dalam
pada tenggorokan, penyakit yang timbul disebut esofagitis. Gejalanya adalah
gumpalan putih kecil seperti busa, atau bintik merah. Penyakit ini dapat
menyebabkan sakit tenggorokan, sulit menelan, mual, dan hilang nafsu makan.
1. Jenis-jenis kandidiasis
Kandidiasis oral ada beberapa jenis, yaitu:
a. Kandidiasis Pseudomembran Akut (oral thrush)
- Bercak putih kekuningan pada mukosa mulut dan lidah
- Bercak putih yang mudah diangkat
- Umumnya pada bayi
b. Kandidiasis Atropik Akut
Kandidiasis atropik akut adalah bentuk infeksi yang berkaitan dengan
pemakaian antibiotik dalam jangka waktu yang lama dengan tanda-
tanda klinis berupa lesi yang tampak sebagai stomatitis dengan dasar
kemerahan.
c. Kandidiasis Atropik Kronik
Tanda klinisnya berupa lesi yang tampak sebagai stomatitis yang
eritamatous dan asimptomatik, terbatas pada mukosa yang ditutupi
oleh basis gigi tiruan.
d. Kandidiasis Hiperplastik Kronik
Kandidiasis hiperplastik kronik (kandidiasis leukoplakia) sering
ditemukan pada mukosa bukal. Insidensi penyakit ini terutama
ditemukan pada individu perokok. Sel epitel mukosa mulut yang
terinfeksi cenderung mengalami transformasi kearah keganasan.
e. Kandidiasis Eritematosa
Kandidiasis eritematosa adalah bentuk yang tersering ditemukan pada
penderita yang terinfeksi HIV. Tidak jelas terlihat adanya bercak putih,
hanya tampak sebagai daerah kemerahan pada palatum dan dorsum
lidah.
Angular Cheilitis
Angular cheilitis biasanya tampak sebagai jejas disertai radang pada sudut
mulut dengan faktor predisposisi yaitu defisiensi vitamin B2.
1. Diagnosis
Pemeriksaan diagnostik pada kandidiasis yaitu :
a. Usapan mukosa mulut atau vagina
b. Kerokan kulit atau kuku andida albicans)
c. Sekret bronkhus (andida Trophicalis)
d. Urine
e. Darah
2. Terapi
Sistem kekebalan tubuh yang sehat dapat mengendalikan jamur ini. Sistem kekebalan
tubuh yang sehat dapat menjaga supaya kandida tetap seimbang. Mengobati
kandidasis tidak dapat memberantas raginya. Pengobatan akan mengendalikan jamur
agar tidak berlebihan. Pengobatan dapat lokal atau sitemik. Pengobatan lokal
diberikan pada tempat infeksi. Pengobatan sistemik mempengaruhi seluruh tubuh.
Banyak dokter lebih senang memakai pengobatan lokal dahulu. Ini menimbulkan
lebih sedikit efek samping di banding pengobatan sistemik. Juga resiko kandida
menjadi resistan terhadap obat lebih rendah. Obat-obatan yang dipakai untuk
memerangi kandida adalah obat antijamur. Hampir semua namanya diakhiri dengan ‘-
azol’. Obat tersebut termasuk klotrimazol, nistatin, flukonazol, dan itrakonazol.
Aktinomikosis
a. Definisi dan etiologi
Aktinomikosis adalah penyakit infeksi jamur kronik dengan nodulus-nodulus
supuratif, granulomatosa disertai sinus-sinus yang mengeluarkan eksudat purulen.
Aktinomikosis disebabkan oleh Actinomyces israelii.
1. Gambaran klinis
Aktinomikosis servikofasialis merupakan infeksi primer yang terjadi secara endogen,
karena adanya faktor predisposisi berupa trauma pada jaringan, misalnya setelah
pencabutan gigi. Mikroorganisme penyebab dapat menjalar ke jaringan lunak di sekitar
perkotinuitatum, terutama pada mandibula. Aktinomikosis servikofasialis menyebabkan
pembengkakan yang pada mulanya tidak khas pada bagian mandibula, namun dapat
berubah menjadi keras seperti papan dengan permukaan yang berbenjol (lampy jaw),
diikuti dengan pembentukan abses dan fistul ekstra oral. Bila infeksi mengenai otot yang
berperan dalam fungsi pengunyahan dapat menyebabkan gejala trismus. Diagnosis
laboratoris dilakukan dengan memeriksa pus dari lesi berupa granula aktinomikotik.
2. Diagnosis
Pemeriksaan pus dari lesi yang berupa granula aktinomikotik (sulfur granules)
3. Terapi
Aktinomikosis memiliki prognosis yang baik, obat penicilin masih merupakan terapi
untuk aktinomikosis.

A. Kriptokokosis
1. Definisi dan etiologi
Kriptokokosis disebabkan oleh jamur Cryptococcus neoforman. Jamur ini hidup di
tanah yang mengandung kotoran burung merpati. Jamur ini berkembang biak kemudian
membentuk tunas atau blastospora.
2. Gambaran klinis
Infeksi berupa inhalasi dan menyebabkan kriptokokosis paru dengan gejala klinik
yang tidak khas. Jamur secara hematogen dapat menjalar ke bagian tubuh lainnya,
termasuk mukosa mulut dengan gambaran klinis yang tidak khas (menyerupai lesi/ulkus).
3. Diagnosis
Ditemukan jamur penyebab di jaringan atau terisolasi dari bahan klinis yang aseptik
4. Terapi
Terapinya dengan menggunakan amfoterisin-B secara intravena.

B. Histoplasmosis
1. Definisi dan etiologi
Histoplasmosis adalah penyakit menular yang disebabkan karena menghirup spora
mikroskopik jamur Histoplasma capsulatum yang hidup di tanah yang mengandung
banyak nitrogen dan mengandung kotoran ayam dan kelelawar.

2. Jenis-jenis histoplasmosis
Histoplasmosis bisa ditemukan dalam tiga bentuk, yaitu:
a. Histoplasmosis primer
Pada bentuk yang akut, gejala biasanya timbul dalam waktu 3-21 hari setelah
penderita menghisap spora jamur. Penderita akan merasakan sakit disertai demam dan
batuk. Gejala-gejala tersebut biasanya menghilang dalam waktu 2 minggu tanpa
pengobatan dan kadang bisa menetap sampai selama 6 minggu. Bentuk ini jarang bersifat
fatal.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil analisa biakan dari dahak, kelenjar getah
bening, sumsum tulang, hati, ulkus di mulut. Penderita infeksi akut histoplasmosis jarang
memerlukan terapi obat.
b. Histoplasmosis diseminata
Bentuk ini dalam keadaan normal tidak akan terjadi pada orang dewasa yang sehat.
Biasanya terjadi pada anak-anak dan penderita gangguan sistem kekebalan tubuh. Gejala-
gejalanya sangat lambat ataupun sangat cepat, akan bertambah buruk. Hati, limpa dan
kelenjar getah bening membesar. Kadang infeksi ini menyebabkan ulkus di mulut dan
saluran pencernaan. Dalam beberapa kasus, kelenjar adrenal mengalami gangguan
sehingga timbul penyakit Addison. Tanpa pengobatan, bentuk ini 90 % berakibat fatal.
Bahkan meskipun diobati, pada penderita AIDS bisa terjadi kematian. Infeksi diseminata
sering memberikan respon yang baik terhadap pengobatan dengan amfoterisin-B
intravena atau itrakonazol per oral.
c. Histoplasmosis kronis
Bentuk ini merupakan infeksi paru-paru yang timbul secara bertahap dalam waktu
beberapa minggu, menyebabkan batuk dan kesulitan bernafas. gejala-gejala lainnya adalah
penurunan berat badan, malaise dan demam ringan. Kebanyakan penderita akan pulih
tanpa pengobatan dalam waktu 2-6 bulan. Tetapi gangguan pernafasan bisa bertambah
buruk dan beberapa penderita mengalami batuk darah yang kadang-kadang jumlahnya
sangat banyak. Kerusakan paru-paru atau masuknya bakteri ke paru-paru pada akhirnya
bisa menyebabkan kematian.
Pada bentuk ini, itrakonazol maupun amfoterisin-B bisa memusnahkan jamur,
walaupun kerusakan yang disebabkan infeksi ini menetap dibawah jaringan parut.
Gangguan pernafasan yang mirip dengan yang disebabkan oleh penyakit paru obstruktif
biasanya bersifat menetap. Oleh karena itu, pengobatan harus dilakukan secepat mungkin
untuk memperkecil kerusakan paru-paru.

C. Fikomikosis
1. Etiologi
Fikomikosis disebabkan oleh jamur dari kelas Phycomycetes.
2. Jenis-jenis
Terdapat 2 bentuk fikomikosis, yaitu:
a. Fikomikosis viseralis
Merupakan fikomikosis sistemik yang disebabkan oleh jamur dari ordo Mucorales,
yaitu Mucor, Rhizopus dan Absidia.
Infeksinya terjadi secara inhalasi spora atau melalui alat pencernaan dan menyebar
secara hematogen ke otak dan organ dalam lainnya.
Gejala klinisnya tergantung pada lokalisasi kelainan dan faktor predisposisi seperti:
- Pemakaian antibiotik atau kortikosteroid dalam jangka waktu lama.
- Pemakaian antibiotik dengan dosis tinggi.
- Penyakit menahun khususnya DM yang tidak terkontrol.
Prognosisnya kurang baik, terutama bila infeksi telah sampai ke otak, mata dan sinus
di daerah kepala.
b. Fikomikosis subkutis
Fikomikosis subkutis disebut juga creeping granuloma. Fikomikosis jenis ini
disebabkan oleh Basidiobolus meristoporus.
Basidiobolus meristoporus adalah jamur yang hidup di dalam alat pencernaan
binatang pemakan serangga seperti kecoa, tokek, cicak, kadal dan kodok.
Infeksinya terjadi secara eksogen, namun mekanismenya belum diketahui secara pasti.
Gejala klinisnya tampak sebagai tumor di bawah kulit, berbatas tegas, kenyal dan tanpa
gejala radang, dan tidak menyebabkan keluhan sakit. Prognosisnya baik, kadang dapat
sembuh dengan sendirinya.
3. Diagnosis
Bahan pemeriksaan laboratoris berupa: suptum, cairan otak dan biopsi jaringan.
D. Rinofikomikosis enthomophtora
Rinofikomikosis enthomopora disebabkan oleh Enthomophtora coronata yaitu jamur
yang hidup saprofit di tanah yang mengandung humus. Infeksi melalui inhalasi spora yang
tersebar di udara.
Gambaran klinik berupa tumor berbatas tegas, kenyal dan terasa tidak sakit, yang
terletak di bawah mukosa hidung, di bawah kulit, sekitar hidung, sekitar mata, bibir atas
dan palatum. Umumnya menimbulkan keluhan gangguan menelan, penyumbatan saluran
pernapasan, dan lakrimasi.
E. Aspergilosis
1. Definisi dan etiologi
Aspergilosis merupakan infeksi yang terutama menyerang paru-paru. Aspergilosis
terjadi bila organisme Apergillus menyusup ke dalam jaringan yang lebih dalam, seperti
saluran telinga atau paru-paru, terutama pada penderita tuberkulosis atau bronkitis. Di
paru-paru bisa tumbuh aspergiloma (bola-bola jamur Aspergillus). Bola-bola ini terdiri
dari serabut jamur, serabut bekuan darah dan sel-sel darah putih yang tidak beraturan.
Bola-bola ini secara bertahap akan membesar dan merusak jaringan paru-paru. Pada
penderita gangguan sistem kekebalan, aspergilosis bisa menyebar melalui aliran darah
menuju ke otak dan ginjal.
2. Gambaran klinis
Aspergilosis pada saluran telinga menyebabkan gatal dan kadang-kadang nyeri.
Cairan dari telinga biasanya keluar selama tidur, sehingga meninggalkan bercak di bantal.
Aspergiloma di paru seringkali tidak menunjukkan gejala dan ditemukan pada
pemeriksaan roentgen dada. Aspergiloma bisa menyebabkan batuk darah berulang dan
perdarahan, meskipun jarang dan bisa berakibat fatal. Infeksi pada jaringan yang lebih
dalam menyebabkan demam, menggigil, syok, mengigau dan pembekuan darah. Bisa
terjadi gagal ginjal, gagal hati dan gangguan pernafasan. Kematian bisa terjadi dengan
cepat. Merupakan Infeksi yang jarang ditemukan pada penderita AIDS.
3. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya. Jika memungkinkan, bisa diambil
jaringan terinfeksi untuk dibuat biakan di laboratorium. Memerlukan waktu beberapa hari
untuk tumbuhnya jamur sehingga bisa diidentifikasi, tetapi pengobatan harus segera
diberikan karena penyakit ini bisa berakibat fatal.
4. Terapi
Aluminium asetat (larutan Burow) digunakan untuk membersihkan saluran telinga
yang terinfeksi. Aspergiloma biasanya diangkat melalui pembedahan. Obat anti jamur,
seperti amfoterisin-B, biasanya diberikan melalui infus.
Obat pilihan lainnya adalah ketokonazol dan itrakonazol yang diberikan per oral pada
infeksi jaringan yang lebih dalam.

F. Parakoksidioidomikosis (South American Blastomycosis)


1. Definisi dan etiologi
Jamur penyebab adalah Paracoccidioides brasiliensis. Penyakit ini hanya ditemukan
di Amerika Selatan.
2. Gambaran klinis
Lesi primer terjadi di paru, akibat infeksi yang terjadi karena inhalasi spora jamur
penyebab. Dari paru dapat menyebar secara hematogen/limfogen ke organ dalam lainnya,
seperti limpa, hati, saluran cerna, mukosa mulut, tulang dan otak.
3. Diagnosis
Dilakukan dengan pemeriksaan dahak, nanah dan biopsi jaringan.
4. Terapi
Pengobatan yang digunakan berupa amfoterisin-B intravena, sulfa, dan mikonazol.
G. Rinospoidiosis
Rinospoidiosis disebabkan oleh Rhinosporidium seeberi yaitu jamur yang diduga
hidup di dalam air. Banyak ditemukan di Indian dan Srilanka. Infeksi terjadi secara
eksogen, mekanismenya belum diketahui.
Gambaran klinik tampak sebagai polip bertangkai yang mudah berdarah, pada
mukosa mata, hidung, faring, mungkin juga mukosa uretra dan telapak kaki. Diagnosa
ditegakkan dengan memeriksa jaringan polip yaitu pemeriksaan langsung dan pemeriksaan
histopatologi.

H. Sporotrikhosis
Jamur penyebab yaitu Sporotrichum schenkii yang hidup di alam bebas, seperti tanah,
tumbuh-tumbuhan dan kayu busuk. Penyakit ini ditemukan kosmopolit dan terutama
ditemukan pada pekerja kebun. Cara infeksi berupa trauma tusukan duri dari potongan
kayu.
Secara klinis terdapat pada kulit atau jaringan di bawah kulit dan kelenjar limfe,
jarang menyebar ke mukosa, organ-organ dalam dan tulang. Kelainan dapat mengenai
hidung, faring dan mulut. Lesi dalam mulut tampak sebagai ulkus yang tidak khas, mirip
dengan lesi yang disebabkan oleh penyakit lain.

I. Kromomikosis
1. Definisi dan etiologi
Kromomikosis adalah infeksi jamur kronis pada kulit dan subkutan, yang berbentuk
noduli verukosa.
Penyakit ini disebabkan oleh jamur golongan dermatiaceae, yaitu jamur yang berwarna
gelap. Ada beberapa jenis, yaitu Cladosporium carionii, Phialophora verrucosa,
Fonsecae perdrosoi, H. compactum.

2. Gambaran klinis
Kromomikosis pada umumnya terdapat di daerah tropis dan subtropis, terutama
mengenai orang dewasa antara 30-50 tahun, pria lebih sering dari pada wanita. Sebagian
besar kasus umumnya berhubungan dengan pekerjaan, terutama di daerah pedesaan seperti
petani dan pencari kayu di hutan.
Jamur hidup sebagai saprofit di tanah dan pada tumbuh-tumbuhan yang merupakan
habitat alaminya. Spora masuk ke kulit melalui trauma, seperti tertusuk duri atau tergores.
Tidak pernah dilaporkan penularan dari manusia ke manusia atau dari hewan ke manusia.
Lesi dimulai sebagai papula kecil yang gatal, lalu berkembanglambat membentuk
plakat dengan tepi yang meninggi, batas tidak beraturan atau sebagai noduli dengan
permukaan kasar dan verukosa. Perabaan keras, kering, kasar, dan tidak sakit. Warnanya
coklat, merah, ungu. Setelah beberapa bulan dan tahun, akan timbul lesi baru. Beberapa
lesi mengalami fusi membentuk noduli kasar, verukosa seperti kembang kol.
Ada dua bentuk, yaitu kromomikosis kutan dan sistemik, meskipun manifestasi pada
organ visera jarang. Perjalanan penyakit sangat lambat, yakni antara 4 sampai 15 tahun.
Keadaan umum penderita tetap baik. Lokalisasi infeksi terutama pada bagian tubuh yang
terbuka, yaitu tungkai dan kaki.

D. Malaria
a. Defenisi

Kata “malaria” berasal dari bahasa Itali “ Mal” yang artinya buruk dan “Aria” yang artinya
udara. Sehingga malaria berarti udara buruk (bad air). Hal ini disebabkan karena malaria
terjadi secara musiman di daerah yang kotor dan banyak tumpukan air (koalisi (a) koalisi org
2001).

Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit (protozoa) dan genus
plasmodium, yang dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles. (Prabowo, 2004: 2)
Penyakit malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi protozoa dan genus
plasmodium masa tunas atau inkubasi penyakit dapat beberapa hari atau beberapa bulan.
(Dinas kesehatan DKI Jakarta)

Berdasarkan pengertian diatas penyakit malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh
infeksi protozoa dan genus plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles
yang masa inkubasi penyakit dapat beberapa hari sampai beberapa bulan.

WHO mencatat setiap tahunnya tidak kurang dari 1 hingga 2 juta penduduk
meninggal karena penyakit yang disebarluaskan nyamuk Anopheles. Penyakit malaria juga
dapat diakibatkan karena perubahan lingkungan sekitar seperti adanya  Pemanasan global
yang terjadi saat ini mengakibatkan penyebaran penyakit parasitik yang ditularkan melalui
nyamuk dan serangga lainnya semakin mengganas. Perubahan temperatur, kelembaban nisbi,
dan curah hujan yang ekstrim mengakibatkan nyamuk lebih sering bertelur sehingga vector
sebagai penular penyakit pun bertambah dan sebagai dampak muncul berbagai penyakit,
diantaranya demam berdarah dan malaria.

B. ETIOLOGI

Penyakit malaria disebabkan oleh bibit penyakit yang hidup di dalam darah manusia.
Bibit penyakit tersebut termasuk binatang bersel satu, tergolong amuba yang disebut
Plasmodium. Kerja plasmodium adalah merusak sel-sel darah merah. Dengan perantara
nyamuk anopheles, plasodium masuk ke dalam darah manusian dan berkembang biak dengan
membelah diri.

Ada empat macam plasmodium yang menyebabkan malaria :

1). Falciparum, penyebab penyakit malaria tropika. Jenis malaria ini bisa menimbulkan
kematian.

2). Vivax, penyebab malaria tersiana. Penyakit ini sukar disembuhkan dan sulit kambuh.

3). Malaria, penyebab malaria quartana. Di Indonesia penyakit ini tidak banyak ditemukan.

4). Ovale, penyebab penyakit malaria Ovale. Tidak terdapat di Indonesia.

Penyebab lain terjadinya penyakit malaria, yaitu :

1. Parasit

Untuk kelangsungan hidupnya, parasit malaria memerlukan dua macam siklus kehidupan
yaitu:

- Siklus dalam tubuh manusia.


- Sikus dalam tubuh manusia juga disebut siklus aseksual, dan siklus ini terdiri dari :

2. Fase di luar sel darah merah

Siklus di luar sel darah merah berlangsung dalam hati. Pada Plasmodium vivax dan
Plasmodium ovale ada yang ditemukan dalam bentuk laten di dalam sel hati yang disebut
hipnosoit. Hipnosoit merupakan suatu fase dari siklus hidup parasit yang nantinya dapat
menyebabkan kumat/kambuh atau rekurensi (long term relapse).
Plasmodium vivax dapat kambuh berkali-kali bahkan sampai jangka waktu 3 – 4 tahun.
Sedangkan untuk Plasmodium ovale dapat kambuh sampai bertahun-tahun apabila
pengobatannya tidak dilakukan dengan baik. Setelah sel hati pecah akan keluar merozoit
yang masuk ke eritrosit (fase eritrositer)

3. Fase dalam sel darah merah

Fase hidup dalam sel darah merah / eritrositer terbagi dalam :

- Fase sisogoni yang menimbulkan demam


- Fase gametogoni yang menyebabkan seseorang menjadi sumber penularan penyakit
bagi nyamuk vektor malaria. Kambuh pada Plasmodium falciparum disebut
rekrudensi (short term relapse), karena siklus didalam sel darah merah masih
berlangsung sebagai akibat pengobatan yang tidak teratur. Merozoit sebagian besar
masuk ke eritrosit dan sebagian kecil siap untuk diisap oleh nyamuk vektor malaria.
Setelah masuk tubuh nyamuk vektor malaria, mengalami siklus sporogoni karena
menghasilkan sporozoit yaitu bentuk parasit yang sudah siap untuk ditularkan kepada
manusia.
- Fase seksual dalam tubuh nyamuk
Fase seksual ini biasa juga disebut fase sporogoni karena menghasilkan
sporozoit, yaitu bentuk parasit yang sudah siap untuk ditularkan oleh nyamuk kepada
manusia. Lama dan masa berlangsungnya fase ini disebut masa inkubasi ekstrinsik,
yang sangat dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban udara. Prinsip pengendalian
malaria, antara lain didasarkan pada fase ini yaitu dengan mengusahakan umur
nyamuk agar lebih pendek dari masa inkubasi ekstrinsik, sehingga fase sporogoni
tidak dapat berlangsung. Dengan demikian rantai penularan akan terputus

3. Nyamuk Anopheles

Penyakit malaria pada manusia ditularkan oleh nyamuk Anopheles vektor betina. Di
seluruh dunia terdapat sekitar 2000 spesies nyamuk Anopheles, 60 spesies diantaranya
diketahui sebagai vektor malaria. Di Indonesia terdapat sekitar 80 jenis nyamuk Anopheles,
22 spesies diantaranya telah terkonfirmasi sebagai vektor malaria. Sifat masing-masing
spesies berbeda-beda tergantung berbagai faktor seperti penyebaran geografis, iklim dan
tempat perkembangbiakannya. Semua nyamuk vektor malaria hidup sesuai dengan kondisi
ekologi setempat, contohnya nyamuk vektor malaria yang hidup di air payau (Anopheles
sundaicus dan Anopheles subpictus), di sawah (Anopheles aconitus) atau di mata air
(Anopheles balabacensis dan Anopheles maculatus). Nyamuk Anopheles hidup di daerah
iklim tropis dan subtropis, tetapi juga bias hidup di daerah yang beriklim sedang. Nyamuk ini
jarang ditemukan pada daerah dengan ketinggian lebih dari 2500 meter dari permukaan laut.
Tempat perkembangbiakannya bervariasi (tergantung spesiesnya) dan dapat dibagi menjadi
tiga ekosistem yaitu pantai, hutan dan pegunungan. Biasanya nyamuk Anopheles betina
vektor menggigit manusia pada malam hari atau sejak senja hingga subuh. Jarak terbang
(flight range) antara 0,5 – 3 km dari tempat perkembangbiakannya. Jika ada angin yang
bertiup kencang, dapat terbawa sejauh 20 – 30 km. Nyamuk Anopheles juga dapat terbawa
pesawat terbang, kapal laut atau angkutan lainnya dan menyebarkan malaria ke daerah yang
semula tidak terdapat kasus malaria. Umur nyamuk Anopheles dewasa dialam bebas belum
banyak diketahui, tetapi di laboratorium dapat mencapai 3 -5 minggu. Nyamuk Anopheles
mengalami metamorfosis sempurna. Telur yang diletakkan nyamuk betina diatas permukaan
air akan menetas menjadi larva, melakukan pergantian kulit (sebanyak 4 kali) kemudian
tumbuh menjadi pupa dan menjadi nyamuk dewasa. Waktu yang dibutuhkan untuk
perkembangan (sejak telur menjadi dewasa) bervariasi antara 2 – 5 minggu tergantung
spesies, makanan yang tersedia, suhu dan kelembaban udara.

4. Manusia yang rentan terhadap infeksi malaria

Secara alami penduduk di suatu daerah endemis malaria ada yang mudah dan ada
yang tidak mudah terinfeksi malaria, meskipun gejala klinisnya ringan. Perpindahan
penduduk dari dan ke daerah endemis malaria hingga kini masih menimbulkan masalah.
Sejak dulu, telah diketahui bahwa wabah penyakit ini sering terjadi di daerah-daerah
pemukiman baru, seperti di daerah perkebunan dan transmigrasi. Hal ini terjadi karena
pekerja yang datang dari daerah lain belum mempunyai kekebalan sehingga rentan terinfeksi.

5. Lingkungan

Keadaan lingkungan berpengaruh terhadap keberadaan penyakit malaria di suatu


daerah. Adanya danau, air payau, genangan air di hutan, persawahan, tambak ikan,
pembukaan hutan dan pertambangan di suatu daerah akan meningkatkan kemungkinan
timbulnya penyakit malaria karena tempat-tempat tersebut merupakan tempat
perkembangbiakan nyamuk vektor malaria.

6. Iklim

Suhu dan curah hujan di suatu daerah berperan penting dalam penularan penyakit
malaria. Biasanya penularan malaria lebih tinggi pada musim kemarau dengan sedikit hujan
dibandingkan pada musim hujan. Pada saat musim kemarau dengan sedikit hujan, genangan
air yang terbentuk merupakan tempat yang ideal sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk
vektor malaria. Dengan bertambahnya tempat perkembangbiakan nyamuk, populasi nyamuk
vektor malaria juga bertambah sehingga kemungkinan terjadinya transmisi meningkat.

C. PATOFISIOLOGI

Ada 4 patologi yang terjadi pada malaria, yaitu demam, anemia, imunopatologi dan
anoksia jaringan, yang disebabkan oleh perlengketan eritrosit yang terinfeksi pada endotel
kapiler.

Demam paroksimal berbeda untuk keempat spesies tergantung dari lama


manutaskizonnya. Serangan demam disebabkan pecahnya eritrosit sewaktu fase skizogom
eritrositik dan masuknya merozoit kedalam sirkulasi darah. Demam mengakibatkan
terjadinya vasoaktif yang diproduksi oleh parasit. Setelah merozoit masuk dan menginfeksi
eritrosit yang baru, demam turun dengan cepat sehingga penderita merasa kepanasan dan
berkeringat banyak. Anemia disebabkan oleh destruksi eritrosit yang berlebihan, hemolisis
autoimun dan gangguan eritropoesis. Diduga terdapat toksin malaria yang disebabkan
gangguan fungsi eritrosit dan sebagian eritrosit pecah saat melalui limpa dan keluarlah
parasit. Splenomegali disebabkan oleh adanya peningkatan jumlah eritrosit yang ter infeksi
parasit sehingga terjadi aktivitas system RES untuk memfagositosis eritrosit baik yang
terifeksi maupun yang tidak. Kelainan patologik pembuluh darah kapiler disebabkan karena
eritrosit yang terinfeksi menjadi kaku dan lengket, perjalanannya dalam kapiler terganggu
sehingga mekat pada endotel kapiler, timbul hipoksia atau anoriksia jaringan. Juga terjadi
gangguan integritas kapiler sehingga terjadi pembesaran plasma. Monosit atau makrofag
merupakan partisipan selalu terpenting dalam fagositosis eritrosit yang terinfeksi.

D. PENULARAN DAN PENYEBARAN

Penularan penyakit malaria dari orang yang sakit kepada orang sehat, sebagian besar
melalui gigitan nyamuk. Bibit penyakit malaria dalam darah manusia dapat terhisap oleh
nyamuk, berkembang biak di dalam tubuh nyamuk, dan ditularkan kembali kepada orang
sehat yang digigit nyamuk tersebut.

Jenis-jenis vektor (perantara) malaria yaitu :

- Anopheles Sundaicus, nyamuk perantara malaria di daerah pantai.

- Anopheles Aconitus, nyamuk perantara malaria daerah persawahan.

- Anopheles Maculatus, nyamuk perantara malaria daerah perkebunan, kehutanan dan


pegunungan.

Cara penularan penyakit malaria dapat di bedakan menjadi dua macam yaitu :

a. Penularan secara alamiah (natural infection)

Malaria ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Nyamuk ini jumlahnya kurang lebih ada
80 jenis dan dari 80 jenis itu, hanya kurang lebih 16 jenis yang menjadi vector penyebar
malaria di Indonesia. Penularan secara alamiah terjadi melalui gigitan nyamuk Anopheles
betina yang telah terinfeksi oleh Plasmodium. Sebagian besar spesies menggigit pada senja
dan menjelang malam hari. Beberapa vector mempunyai waktu puncak menggigit pada
tengah malam dan menjelang pajar. Setelah nyamuk Anopheles betina mengisap darah yang
mengandung parasit pada stadium seksual (gametosit), gamet jantan dan betina bersatu
membentuk ookinet di perut nyamuk yang kemudian menembus di dinding perut nyamuk dan
membentuk kista pada lapisan luar dimana ribuan sporozoit dibentuk. Sporozoit-sporozoit
tersebut siap untuk ditularkan. Pada saat menggigit manusia, parasit malaria yang ada dalam
tubuh nyamuk masuk ke dalam darah manusia sehingga manusia tersebut terinfeksi lalu
menjadi sakit.

b. Penularan tidak alamiah (not natural infection)

a). Malaria bawaan

Terjadi pada bayi yang baru lahir karena ibunya menderita malaria. Penularannya
terjadi melalui tali pusat atau plasenta (transplasental)

b). Secara mekanik

Penularan terjadi melalui transfusi darah melalui jarum suntik.

E. GEJALA KLINIS DAN MASA INKUBASI MALARIA


Keluhan dan tanda klinis, merupakan petunjuk yang penting dalam diagnosa malaria.
Gejala klinis ini dipengaruhi oleh jenis/ strain Plasmodium imunitas tubuh dan jumlah parasit
yang menginfeksi. Waktu mulai terjadinya infeksi sampai timbulnya gejala klinis dikenal
sebagai waktu inkubasi, sedangkan waktu antara terjadinya infeksi sampai ditemukannya
parasit dalam darah disebut periode prepaten.

1. Gejala klinis

Gejala klasik malaria yang umum terdiri dari tiga stadium (trias malaria), yaitu:

a. Periode dingin.

Mulai dari menggigil, kulit dingin dan kering, penderita sering membungkus diri
dengan selimut dan pada saat menggigil sering seluruh badan bergetar dan gigi saling
terantuk, pucat sampai sianosis seperti orang kedinginan. Periode ini berlangsung 15 menit
sampai 1 jam diikuti dengan meningkatnya temperatur.

b. Periode panas.

Penderita berwajah merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan panas badan tetap
tinggi dapat mencapai 400C atau lebih, respirasi meningkat, nyeri kepala, terkadang muntah-
muntah, dan syok. Periode ini lebih lama dari fase dingin, dapat sampai dua jam atau lebih
diikuti dengan keadaan berkeringat.

Demam disebabkan oleh pecahnya entrosit matang yang berisi skizon yang
mengandung merozoit memasuki sirkulasi darah. Pada plasmodium falcifarumnterval demam
tidak jelas (setiap 24-48 jam). Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale interval demam
terjadi setiap 48 jam dan Plasmodium malariae setiap 72 jam. Stadium ini berlangsung 2-4
jam.

c. Periode berkeringat.

Mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh, sampai basah, temperatur turun, lelah, dan
sering tertidur. Bila penderita bangun akan merasa sehat dan dapat melaksanakan pekerjaan
seperti biasa. Di daerah dengan tingkat endemisitas malaria tinggi, sering kali orang dewasa
tidak menunjukkan gejala klinis meskipun darahnya mengandung parasit malaria. Hal ini
merupakan imunitas yang terjadi akibat infeksi yang berulang-ulang. Limpa penderita
biasanya membesar pada serangan pertama yang berat/ setelah beberapa kali serangan dalam
waktu yang lama. Bila dilakukan pengobatan secara baik maka limpa akan berangsur-
berangsur mengecil. Keluhan pertama malaria adalah demam, menggigil, dan dapat disertai
sakit kepala, mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal. Untuk penderita tersangka
malaria berat, dapat disertai satu atau lebih gejala berikut: gangguan kesadaran dalam
berbagai derajat, kejang-kejang, panas sangat tinggi, mata atau tubuh kuning, perdarahan di
hidung, gusi atau saluran pencernaan, nafas cepat, muntah terus-menerus, tidak dapat makan
minum, warna air seni seperti the tua sampai kehitaman serta jumlah air seni kurang sampai
tidak ada.

2. Masa inkubasi

Masa inkubasi dapat terjadi pada :

a. Masa inkubasi pada manusia (intrinsik)

Masa inkubasi bervariasi pada masing-masing Plasmodium. Masa inkubasi pada


inokulasi darah lebih pendek dari infeksi sporozoid. Secara umum masa inkubasi
Plasmodium falsiparum adalah 9 sampai 14 hari, Plasmodium vivax adalah 12 sampai 17
hari, Plasmodium ovale adalah 16 sampai 18 hari, sedangkan Plasmodium malariae bisa 18
sampai 40 hari. Infeksi melalui transfusi darah, masa inkubasinya tergantung pada jumlah
parasit yang masuk dan biasanya bisa sampai kira-kira 2 bulan.

b. Masa inkubasi pada nyamuk (ekstrinsik)

Setelah darah masuk kedalam usus nyamuk maka protein eritrosit akan dicerna oeleh
enzim tripsin kemudian oleh enzim aminopeptidase dan selanjutnya karboksipeptidase,
sedangkan komponen karbohidrat akan dicerna oleh glikosidase. Gametosit yang matang
dalam darah akan segera keluar dari eritrosit selanjutnya akan mengalami proses pematangan
dalam usus nyamuk untuk menjadi gamet (melalui fase gametogenesis). Adapun masa
inkubasi atau lamanya stadium sporogoni pada nyamuk adalah Plasmodium vivax 8-10 hari,
Plasmodium palsifarum 9-10 hari, Plasmodium ovale 12-14 hari dan Plasmodium malariae
14-16 hari.

Anda mungkin juga menyukai