Oleh :
Aloysius Anggoro 196114004
Anandito Putra Kapindo 196114006
Paulus Sih Nugroho 196114034
Andreas Subagya Wahyu Pribadi 196114090
Semester II
2
sering kali semangat kematian dianggap sebagai awal dari segala bencana. Maka orang Sumba
berpikir bahwa perlu untuk mempersembahkan suatu ibadat kepada roh orang mati.
Dalam keyakinan Marapu telah menghasilkan beberapa praktek untuk konsekuensi hidup
berdampingan dengan adat dan kebiasaan orang Sumba. Contohnya seperti pola pemukiman dan
arsitektur Sumba, tempat ibadah dan pengorbanan serta penguburan upacara.
Dalam pola pemukiman, mereka membangun pemukiman di dataran tinggi Pulau Sumba
sebab mereka percaya bahwa Marapu itu tinggal di tempat yang tinggi. Mereka
membangun rumah yang dipagari dengan batu yang bertujuan untuk mencegah ancaman
dari musuh mereka.
Dalam tempat ibadah, sistem kepercayaan lokal Sumba terhadap Marapu pada dasarnya
dikategorikan animisme. Tempat ibadah, monumen pemujaan, dan properti sakral lainnya
diciptakan oleh para penyembah Marapu dengan tujuan untuk memuliakan arwah leluhur,
Marapu itu sendiri.
Upacara pengorbanan dan penguburan merupakan tanda dari kepercayaan Marapu.
Upacara pengorbanan orang Sumba dilakukan berdasarkan dua tujuan yaitu untuk
membangun hubungan yang harmonis dengan leluhur, dan untuk memperbaiki hubungan
yang rusak dengan roh leluhur. Ada kebutuhan untuk menyeimbangkan dunia manusia
dan dunia jahat. Maka akan menimbulkan akibat yaitu adanya kebutuhan untuk menjalin
komunikasi antara manusia dan roh leluhur, dan karena itu upacara pengorbanan orang
Sumba memainkan peran pertama. Upacara pengorbanan untuk memperbaiki hubungan
yang rusak antara manusia dan leluhur terutama karena ketidaktahuan manusia terhadap
adat setempat. Dalam upacara pengorbanan yang dipimpin ratu yang dianggap memiliki
kemampuan berkomunikasi dengan roh leluhur, ada jenis binatang yang diizinkan dalam
upacara pengorbanan Marapu adalah ayam jantan, babi, kerbau, dan kuda. Jika dalam
upacara pemakaman, orang Sumba memandang kematian sebagai awal dari kehidupan
setelah kematian. Mereka akan segera memasuki kehidupan baru setelah mereka
meninggal dan tinggal berdampingan dengan Marapu mereka. Ketika mereka meinggal
ada kebutuhan untuk melakukan upacara pemakaman sebagai cara berdoa dan
menghormati orang yang meninggal.
3
Kesimpulan dan Refleksi
Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Marapu adalah sistem kepercayaan lokal
orang Sumba yang dikhususkan untuk menghormati leluhur mereka. Marapu sebagai leluhur
tidak dianggap sebagai Tuhan, namun Marapu sudah terlalu dimuliakan dan disembah oleh para
pengikutnya.
Dalam kehidupan ini orang bebas memilih apa yang menjadi kepercayaan mereka seperti
halnya orang Sumba yang percaya pada kepercayaan Marapu dan contoh lainnya seperti di Jawa
terdapat kepercayaan Kejawen. Kepercayaan itu tentu menjadi pegangan hidup mereka.
Kepercayaan itu tentu boleh diikuti oleh siapa saja dan sebaiknya pula ketika seseorang memilih
kepercayaan itu maka perlu juga diimbangi dengan sikap yang baik atau beramal sesuatu
sehingga dapat berdampak baik dan tidak meresahkan atau merugikan bagi orang lain. Ketika
seseorang memiliki kepercayaan tertentu hendaknya benar-benar dihidupi dengan baik sehingga
tidak hanya sebagai status saja.
Kami juga sebagai orang yang beragama Katolik tentu menghargai kepercayaan-
kepercayaan yang ada terutama di Indonesia. Namun yang terpenting bagi kami adalah
bagaimana dapat menghargai dan menjaga keutuhan satu sama lain sehingga tetap terjalin
hubungan dalam hidup masyarakat.