Anda di halaman 1dari 4

Ringkasan Artikel Kepercayaan Marapu

Mata Kuliah : Ilmu Sosial dan Kajian Budaya Dasar


Dosen Pengampu: Dr. Yustinus Tri Subagya

Oleh :
Aloysius Anggoro 196114004
Anandito Putra Kapindo 196114006
Paulus Sih Nugroho 196114034
Andreas Subagya Wahyu Pribadi 196114090

Semester II

FAKULTAS FILSAFAT KEILAHIAN


UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2020
Marapu
Marapu adalah suatu sistem kepercayaan lokal yang dianut oleh para pengikut yang
menetap di Sumba Barat dan Sumba Timur. Keyakinan akan kepercayaan Marapu masih ada
bagi masyarakat asli Sumba dan kepercayaan itu hidup berdampingan dengan agama resmi yang
ada di Indonesia. Itu dulu dibawa ke Tanah Sumba oleh seorang misionaris Belanda JJ van
Alphen pada tahun 1881 Masehi. Agama yang dominan di Sumba adalah agama Kristen, yang
kemudian menghasilkan suatu konsep yang unik di kalangan orang Sumba sendiri.
Kata "Marapu" sendiri bisa diartikan sebagai "agama / kepercayaan" dan "leluhur." Hal
ini adalah konsekuensi logis dari asal mula kepercayaan Marapu, di mana orang Sumba lebih
memuliakan leluhur mereka. Akibatnya, akan sulit untuk membedakan dengan jelas penggunaan
"Marapu" sebagai kepercayaan, dan "Marapu" sebagai leluhur.
Dalam konsep Ilahi, Marapu berasal dari kata “ma” yang berarti partikel nominasi seperti
“siapa” atau “yang,” dan “rappu” yang berarti dihormati, dimuliakan, dan disembah. Oleh karena
itu, kata "Marapu" berarti "orang yang dihormati / dimuliakan / disembah." Keyakinan akan
Marapu dikategorikan ke dalam kepercayaan kuno. Marapu memiliki sifat memuliakan roh
leluhur, untuk percaya dalam keberadaan roh mati, dan untuk merangkul fetisisme atau yang
dimaksud sebagai keyakinan pada kekuatan magis yang ada pada benda mati.
Dalam konsep Dewa tertinggi mereka disebut Pande Peku Tamu - Pande Yura Ngara
yang secara harafiah adalah dia nama yang tidak diketahui. Dalam konsep itu, tidak ada
kesenjangan antara dewa tertinggi dan manusia (Marapu). Saat Marapu memutuskan untuk
menetap di bumi, jarak antara dewa tertinggi dan manusia menjadi lebih terlihat. Ini juga berarti
bahwa ada perbedaan yang jelas antara Tuhan (yang tertinggi dewa) dan manusia (Marapu).
Akibatnya, komunikasi antara manusia saat ini dan Tuhan hanya bisa dibangun dengan dimediasi
oleh Marapu. Dengan kata lain, manusia memohon dari Tuhan melalui Marapu, dan melalui
keyakinan Marapu, Tuhan memberikan jawaban atas kehendak manusia.
Dalam konteks kepercayaan, orang Sumba percaya pada roh orang mati yang menetap di
lokasi-lokasi tertentu. Kepercayaan akan roh orang mati adalah kebutuhan orang Sumba akan
kejahatan dan malapetaka pencegahan serta sumber kemakmuran. Roh orang mati terkadang
dianggap bijaksana karena kemampuannya menghadirkan keselamatan dna kemakmuran. Namun

2
sering kali semangat kematian dianggap sebagai awal dari segala bencana. Maka orang Sumba
berpikir bahwa perlu untuk mempersembahkan suatu ibadat kepada roh orang mati.
Dalam keyakinan Marapu telah menghasilkan beberapa praktek untuk konsekuensi hidup
berdampingan dengan adat dan kebiasaan orang Sumba. Contohnya seperti pola pemukiman dan
arsitektur Sumba, tempat ibadah dan pengorbanan serta penguburan upacara.
 Dalam pola pemukiman, mereka membangun pemukiman di dataran tinggi Pulau Sumba
sebab mereka percaya bahwa Marapu itu tinggal di tempat yang tinggi. Mereka
membangun rumah yang dipagari dengan batu yang bertujuan untuk mencegah ancaman
dari musuh mereka.
 Dalam tempat ibadah, sistem kepercayaan lokal Sumba terhadap Marapu pada dasarnya
dikategorikan animisme. Tempat ibadah, monumen pemujaan, dan properti sakral lainnya
diciptakan oleh para penyembah Marapu dengan tujuan untuk memuliakan arwah leluhur,
Marapu itu sendiri.
 Upacara pengorbanan dan penguburan merupakan tanda dari kepercayaan Marapu.
Upacara pengorbanan orang Sumba dilakukan berdasarkan dua tujuan yaitu untuk
membangun hubungan yang harmonis dengan leluhur, dan untuk memperbaiki hubungan
yang rusak dengan roh leluhur. Ada kebutuhan untuk menyeimbangkan dunia manusia
dan dunia jahat. Maka akan menimbulkan akibat yaitu adanya kebutuhan untuk menjalin
komunikasi antara manusia dan roh leluhur, dan karena itu upacara pengorbanan orang
Sumba memainkan peran pertama. Upacara pengorbanan untuk memperbaiki hubungan
yang rusak antara manusia dan leluhur terutama karena ketidaktahuan manusia terhadap
adat setempat. Dalam upacara pengorbanan yang dipimpin ratu yang dianggap memiliki
kemampuan berkomunikasi dengan roh leluhur, ada jenis binatang yang diizinkan dalam
upacara pengorbanan Marapu adalah ayam jantan, babi, kerbau, dan kuda. Jika dalam
upacara pemakaman, orang Sumba memandang kematian sebagai awal dari kehidupan
setelah kematian. Mereka akan segera memasuki kehidupan baru setelah mereka
meninggal dan tinggal berdampingan dengan Marapu mereka. Ketika mereka meinggal
ada kebutuhan untuk melakukan upacara pemakaman sebagai cara berdoa dan
menghormati orang yang meninggal.

3
Kesimpulan dan Refleksi
Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Marapu adalah sistem kepercayaan lokal
orang Sumba yang dikhususkan untuk menghormati leluhur mereka. Marapu sebagai leluhur
tidak dianggap sebagai Tuhan, namun Marapu sudah terlalu dimuliakan dan disembah oleh para
pengikutnya.
Dalam kehidupan ini orang bebas memilih apa yang menjadi kepercayaan mereka seperti
halnya orang Sumba yang percaya pada kepercayaan Marapu dan contoh lainnya seperti di Jawa
terdapat kepercayaan Kejawen. Kepercayaan itu tentu menjadi pegangan hidup mereka.
Kepercayaan itu tentu boleh diikuti oleh siapa saja dan sebaiknya pula ketika seseorang memilih
kepercayaan itu maka perlu juga diimbangi dengan sikap yang baik atau beramal sesuatu
sehingga dapat berdampak baik dan tidak meresahkan atau merugikan bagi orang lain. Ketika
seseorang memiliki kepercayaan tertentu hendaknya benar-benar dihidupi dengan baik sehingga
tidak hanya sebagai status saja.
Kami juga sebagai orang yang beragama Katolik tentu menghargai kepercayaan-
kepercayaan yang ada terutama di Indonesia. Namun yang terpenting bagi kami adalah
bagaimana dapat menghargai dan menjaga keutuhan satu sama lain sehingga tetap terjalin
hubungan dalam hidup masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai