Anda di halaman 1dari 20

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PASIEN PPOK STABIL

DI POLI PARU RSUD ARIFIN ACHMAD PROVINSI RIAU


DENGAN MENGGUNAKAN KUESIONER SGRQ

Muthmainnah
Tuti Restuastuti
Sri Melati Munir
Muthmainnah_Aisyah@yahoo.com

ABSTRACT

Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) is one of disease that


have high morbidity and mortality, even in developingor developed country. One
of negative effect of COPD is becoming low in quality of patients’ life because
this disease has a chronic and irreversible characters. This research was
conducted to know about quality of COPD patients’ life at Poli Paru RSUD Arifin
Ahmad of Riau Province, included about patients’ characteristic based on age,
sex, occupation, education level, smoking status, and diagnosis level of COPD
patients. This research was conducted at Poli Paru RSUD Arifin Ahmad of Riau
Province, and the design of this research used cross sectional descriptive design.
The sample of this research was COPD patients that has fully achieved of
inclusion and exclusion criteria by using collecting consecutive sampling
technique with 64 respondents. The data was collected from SGRQ questionnaire.
Based on the analyzing of data, there were found that majority of COPD patients
contributed onsex (male) (80,28%), elderly (64,78%), primary educational level
(36,61%), smoker (61,97%), retired (25,35%), and new COPD diagnostic <3
years (60.56%). In general, the quality of COPD patients’ life is not good which
showed (61,97%).

Key word: COPD, the quality of life, SGRQ questionnaire.

PENDAHULUAN PPOK menduduki peringkat ke-5


Penyakit paru obstruktif sebagai 10 penyakit penyebab utama
kronik (PPOK) merupakan salah satu kematian di dunia dan di negara
dari penyakit yang tidak menular.1 berkembang PPOK ada di urutan ke-
PPOK memiliki tingkat morbiditas 6.3
dan mortalitas yang cukup tinggi, PPOK merupakan salah satu
baik di negara berkembang maupun penyebab gangguan pernafasan yang
di negara maju.2 Hal ini dapat dilihat semakin sering dijumpai.4 Salah satu
dalam penelitian yang dilakukan oleh dampak negatif PPOK adalah
Murray dan Lopez tahun 1997 yang penurunan kualitas hidup pasiennya.
menyatakan bahwa di negara maju Hal ini dikarenakan PPOK penyakit

JOM FK Volume 2 No. 2 Oktober 2015 1


paru kronik, progresif nonreversibel. kualitas hidup yang tidak baik.
Salah satu gejala PPOK yaitu sesak Pasien lansia yang berumur 60-70
nafas, akibat sesak nafas yang sering tahun memiliki kualitas hidup
terjadi penderita menjadi panik, sebesar 34% dan pasien dewasa
cemas dan frustasi sehingga menunjukkan kualitas hidup baik
penderita mengurangi aktifitas untuk sebesar 24,3%.7
menghindari sesak nafas yang Berdasakan hasil data rekam
menyebabkan penderita tidak aktif. medis di Rumah Sakit Umum Daerah
Penderita akan jatuh dalam dekondisi (RSUD) Arifin Achmad Provinsi
fisik yaitu keadaan merugikan akibat Riau tahun 2014 didapatkan jumlah
aktifitas yang rendah dan dapat kasus lama PPOK pada 1 Januari –
mempengaruhi sistem 31 Desember 2014 sebanyak 650
muskuloskletal, respirasi, orang dengan rata – rata tiap
kardiovaskular dan lainnya. kunjungan perbulannya adalah 54
Kemampuan penderita untuk orang. PPOK di Unit Rawat Jalan
aktivitas fisik juga menurun. Paru RSUD Arifin Achmad Provinsi
Keadaan ini menyebabkan kapasitas Riau termasuk 5 penyakit terbesar
fungsional menjadi menurun dari 15 penyakit paru yang
sehingga kualitas hidup juga terbanyak.
menurun.6 Penderita PPOK juga Berdasarkan penjabaran
sering mengalami PPOK eksaserbasi diatas mengenai perkiraan jumlah
akut yang akan memperburuk PPOK yang terus meningkat disertai
keadaan penderitanya. dampak PPOK terhadap kualitas
Salah satu alat ukur yang hidup pasien PPOK serta belum
digunakan untuk melihat kualitas adanya penelitian tentang gambaran
hidup pasien PPOK dengan kualitas hidup PPOK di poli paru
menggunakan Saint George’s RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau
Respiratory Questionnaire (SGRQ) sehingga peneliti tertarik untuk
yang sudah diakui dalam dunia meneliti Gambaran Kualitas Hidup
medis. SGRQ berisi pertanyaan PPOK stabil di poli paru RSUD
mengenai gejala, aktivitas serta Arifin Achmad Provinsi Riau dengan
dampak penyakit PPOK.5,7 menggunakan kuesioner SGRQ.
Berdasarkan hasil penelitian
tahun 2011 di RS Paru Batu dan METODE PENELITIAN
RSU DR. Saiful Anwar Malang Jawa Jenis penelitian yang
Timur tentang hubungan antara digunakan adalah penelitian
efikasi diri dengan kualitas hidup deskriptif dengan pendekatan cross
PPOK dalam konteks asuhan sectional yang bertujuan untuk
keperawatan menunjukkan bahwa 84 menggambarkan kualitas hidup
responden sebesar 29,8% memiliki pasien PPOK Stabil di Poli Paru
kualitas hidup yang baik, sedangkan RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau
sisanya sebesar 70,2% memiliki

JOM FK Volume 2 No. 2 Oktober 2015 2


dengan menggunakan kuesioner penyakit yang dialami. Gejala
SGRQ. tersebut termasuk sesak nafas,
Lokasi atau tempat dilakukan frekuensi, dan beratnya gejala yang
penelitian ini adalah di Poli Paru dialami.
Rumah Sakit Umum Daerah Arifin 2. Masalah aktivitas dan dampak
Akhmad Provinsi Riau. Penelitian sosial
dimulai dari bulan Maret – April Pada bagian ini menilai aspek
2015 psikososial yang meliputi aktivitas,
Alat pengumpulan data pada dampak psikologi dan sosial yang
penelitian ini menggunakan adalah: dialami pasien sejak 1 bulan terakhir.
a. Lembar ini berisi tentang Pertanyaan tentang sesak nafas yang
karekteristik demografi pasien, mengganggu aktivitas sehari- hari
yang berisi mengenai usia, jenis responden. Ada 16 pertanyaan
kelamin, status pendidikan, status (nomor 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 36,
merokok, pekerjaan serta lamanya 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, dan 44).
didiagnosis PPOK. Lembar Pertanyaan tentang gangguan funsi
pertanyaan ini berisi 6 pertanyaan psikososial meliputi ( perubahan
yang diisi dengan jawaban singkat mood, cemas, dan depresi)
dan tanda cheklist (√) pada sedangkan pertanyaan akibat
jawaban yang dipilih pasien. penyakit PPOK pertanyaan (nomor
b. Instrumen untuk menilai kualitas 9, 10, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 24,
hidup pasien PPOK dengan 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34,
menggunakan kuesioner SGRQ. 35, 45, 46, 47, 48, 49, dan 50).
Pada penelitian ini peneliti Penghitungan skor responden
mengadopsi dari penelitian yang adalah dengan mengumpulkan semua
telah dilakukan sebelumnya oleh butir pertanyaan yang telah diisi
Ika Setyo R. tahun 2011. dimana masing – masing alternatif
Pertanyaan yang diajukan sesuai jawaban responden pada SGRQ
dengan keluhan yang dialami 1 memiliki bobot masing – masing.
bulan terakhir, dimana Total skor responden responden
pertanyaannya terbagi atas 2 dihitung secara manual. Skor yang
bagian yaitu : paling tinggi adalah 100 dan yang
1. Masalah Fisik paling rendah 0. Semakin tinggi nilai
Pada bagian ini akan menilai SGRQ menunjukkan semakin buruk
mengenai ingatan pasien tentang kualitas hidup pasien PPOK.7
keluhan dan gejala penyakit 1 bulan Populasi pada penelitian ini
terakhir. Ada 8 pertanyaan mengenai adalah semua pasien penyakit paru
gejala penyakit yang ada pada obstruktif kronik di Poli Paru
pertanyaan (nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau.
dan 8). Tujuan pertanyaannya adalah Sampel penelitian adalah
untuk menilai pernyatan responden pasien PPOK stabil yang telah
mengenai gejala dan keluhan memenuhi kriteria inklusi dan

JOM FK Volume 2 No. 2 Oktober 2015 3


eksklusi dengan pengambilan sampel a. Responden didiagnosis PPOK
menggunakan teknik consecutive b. Lama menderita PPOK minimal 1
sampling. Perkiraan besar sampel bulan yang lalu
menurut Sastroasmoro dan Ismael c. Keadaan compos mentis
(2002) adalah : d. Dapat berkomunikasi verbal
𝑧𝛼 2 𝑃𝑄 dengan baik
𝑛 = , catatan: 𝑄 = 1 − 𝑃
𝑑2 e. Mampu membaca dan menulis
(1,96)2 × 0.79 × 0.21 f. Bersedia menjadi responden dan
=
(0,1)2 kooperatif
= 63,7 Adapun kriteria eksklusi
~ 64 adalah pasien PPOK yang sedang
Keterangan: mengalami ketidaknyamanan fisik
 Proporsi penyakit atau keadaan yang berat seperti sesak napas dan
yang akan dicari, P = 0,79 demam tinggi sehingga tidak
 Tingkat ketetapan absolut yang memungkinkan responen mengikiti
dikehendaki, d = 0,1 penelitian.
 Tingkat kemaknaan, α = 95 % → Variabel penelitian ini terdiri
Zα = 1,96 dari kualitas hidup pasien PPOK,
Untuk mengantisipasi umur, jenis kelamin, pendidikan,
kemungkinan sampel yang drop pekerjaan, status merokok, serta
out,maka perlu menambahkan lamanya pasien menderita PPOK.
jumlah sampel agar sampel tetap Data dikumpulkan adalah
terpenuhi dengan rumus sebagai data primer yang dikumpulkan
berikut7 : dengan cara membagikan kuesioner
n kepada responden yang terdiri
𝑛′ =
(1 − 𝑓) lembar dataan isian yang berisi
64 karakteristik demografi dan
𝑛′ =
(1 − 0,1) kuesioner SGRQ.
Hal yang pertama dilakukan
= 71, 11 peneliti, akan memberikan
~ penjelasan tentang cara pengisian
= 71 kuesioner, tujuan pengisian
Keterangan : kuesioner dan petunjuk pemilihan
n’ : Jumlah sampel yang akan jawaban terhadap pertanyaan yang
diteliti diajukan kepada responden. Jika ada
n : Jumlah sampel yang pertanyaan yang kurang dimengerti
dihitung maka responden dapat menanyakan
f : Perkiraan proporsi drop out langsung kepada peneliti, dan setelah
Maka besar sampel pada penelitian kuesioner selesai diisi langsung
ini adalah 71 orang dikembalikan kepada peniliti.
Adapun kriteria inklusi pada Responden yang tidak
penelitian ini adalah : memungkinkan untuk melakukan

JOM FK Volume 2 No. 2 Oktober 2015 4


pengisian kuesioner secara mandiri disajikan atau ditampilkan hanya
akan dibantu oleh responden. dalam bentuk kelompok yang
Pengolahan data dilakukan berhubungan dengan penelitian ini.
secara komputerisasi dengan proses Penelitian ini dinyatakan
editing, dan skoring SGRQ pada telah lulus uji kaji etik oleh Unit
pasien penyakit paru obstruktif Etika Penelitian Kedokteran dan
kronik yang menjalani rawat jalan di Kesehatan Fakultas Kedokteran
RSUD Arifin Ahmad Provinsi Riau Universitas Riau dengan
dengan menggunakan kuesioner dikeluarkannya surat keterangan
SGRQ dan hasil penelitian akan lolos kaji etik (nomor:
disajikan dalam bentuk tabel-tabel 50/UN19.1.28/UEPKK/2015) pada
yang dimasukkan kedalam tabel tanggal 5 Maret 2015, dimana Unit
distribusi frekuensi dan grafik. Etika Penelitian Kedokteran dan
Penelitian ini dilakasanakan Kesehatan Fakultas Kedokteran
dengan mempertimbangkan etika Universitas Riau telah menyetujui
penelitian dengan cara memberikan protokol penelitian yang diajukan.
perlindungan kepadaresponden yang
menjadi subyek dalam penelitian ini. HASIL PENELITIAN
Upaya ini dilakukan untuk mencegah Pengambilan data data telah
timbulnya masalah etik yang dapat dilakukan pada pasien PPOK di Poli
tejadi selama proses penelitian Paru RSUD Arifin Achmad Provinsi
berlangsung dengan menerapkan Riau. Jumlah responden yang didapat
prinsip etika riset penelitian yaitu pada penelitian ini yaitu berjumlah
beneficent, prinsip menghargai 71 responden. Distribusi karekteristik
matabat manusia dan prinsip sosio-demografis responden dapat
mendapatkan keadilan dilihat pada tabel 4.1
6
(Hamid,2007).
Informed consent adalah
lembar persetujuan untuk menjadi
responden pada saat dilaksanakan
penelitian yang diberikan kepada
seluruh pasien yang bersedia untuk
menjadi responden dalam penelitian
ini. Kemudian Pasien dapat menolak
untuk ikut berpartipasi dalam
penelitian ini dan penulis tidak akan
memaksa karena menghormati hak
dari pasien tersebut.
Kerahasiaan informasi yang
telah dikumpulkan dari pasien yang
menjadi responden dalam penelitian
ini dijaga oleh peneliti. Data yang

JOM FK Volume 2 No. 2 Oktober 2015 5


Tabel 4.1 Distribusi kerekteristik responden Pasien PPOK yang rawat jalan
di Poli Paru RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau (n=71)
Karekteristik Sosio – Demografis Jumlah
N %
Jenis kelamin
Perempuan 14 19,71
Laki-laki 57 80,28
Kelompok usia
Dewasa 25 35,21
Lansia 46 64,78
Tingkat Pendidikan
Tidak sekolah 0 0
SD 26 36,61
SMP 17 23,94
SMA 14 19,71
PT/AKADEMI 14 19,71
Status merokok
Merokok 44 61,97
Tidak merokok 27 38,02
Pekerjaan
Tidak bekerja 8 11,26%
Pensiun 18 25,35%
IRT 11 15,49%
Petani 14 19,71%
Wiraswasta 17 23,94%
PNS/TNI/POLRI 3 5,63%
Lama menderita PPOK
Baru (< 3 tahun) 43 60,56
Lama (> 3 tahun) 28 39,43

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat berjumlah 25 responden (35,21%) .


disimpulkan bahwa karakteristik Sebanyak 26 responden dengan
responden yaitu sebagian besar tingkat pendidikan SD (36,61%), dan
responden berjenis kelamin laki-laki 17 responden dengan tingkat
yaitu sebanyak 57 responden pendidikan SMP (23,94%) dan
(80,28%) sedangkan sisanya 14 responden yang memiliki tingkat
responden (19,71%) berjenis kelamin pendidikan SMA dan perguruan
perempuan. Usia responden yang tinggi masing-masing jumlahnya
paling besar adalah kelompok usia yaitu 14 responden (19,71%).
lansia (> 60 tahun) berjumlah 46 Dari tabel 4.1 dapat dilihat
responden (64,78%) sedangkan juga bahwa sebanyak 44 responden
kelompok usia dewasa (40-60) (61,97%) berstatus merokok sedang

JOM FK Volume 2 No. 2 Oktober 2015 6


sisanya sebanyak 27 responden Mayoritas responden menderita
(38,02%) tidak merokok. Sebagian PPOK dalam waktu kurang dari 3
besar responden berasal dari tahun (baru) berjumlah 43 responden
kalangan tidak pensiun yaitu (60,56%) dan sisanya sebanyak 28
berjumlah 18 responden (25,38%), (39,43%) responden lebih dari 3
wiraswasta berjumlah 17 respoden tahun (lama) menderita PPOK.
(23,94%), petani berjumlah 14
responden (19,71%), IRT berjumlah 4.1 Gambaran kualitas hidup
12 responden (15,49%), responden Gambaran kualitas hidup
yang tidak bekerja ada 8 responden pasien PPOK di Poli Paru RSUD
(11,26%) dan paling sedikit Arifin Achmad Provinsi Riau dapat
memiliki pekerjaan sebagai PNS di lihat pada tabel 4.2.
yaitu 3 responden (5,63%).

Tabel 4.2 Gambaran kualitas hidup pasien PPOK di Poli Paru RSUD Arifin
Achmad Provinsi Riau (n=71)

Kualitas hidup Jumlah


N %
Baik 27 38,02

Tidak baik 44 61,97

Berdasarkan tabel 4.2 dapat 4.2 Distribusi kualitas hidup


disimpulkan bahwa sebagian besar berdasarkan jenis kelamin pada
pasien PPOK di Poli Paru RSUD pasien PPOK di Poli Paru RSUD
Arifin Achmad Provinsi Riau Arifin Achmad Provinsi Riau
memiliki kualitas hidup yang tidak (n=71)
baik (61,97%). Kualitas hidup pasien PPOK
berdasarkan jenis kelamin dapat
dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3 Distribusi kualitas hidup berdasarkan jenis kelamin pada pasien
PPOK di Poli Paru RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau (n=71)

Jenis kelamin Kualitas hidup Total


Baik Tidak baik
N % N % N %
Laki-laki 19 33,33 38 66,66 57 100
Perempuan 8 57,14 6 42,85 14 100

Berdasarkan tabel 4.3 jenis kelamin, didapatkan bahwa


distribusi kualitas hidup berdasarkan responden yang memiliki kualitas

JOM FK Volume 2 No. 2 Oktober 2015 7


hidup dalam kategori baik pada jenis pasien PPOK di Poli Paru RSUD
kelamin laki-laki sebanyak 19 Arifin Achmad Provinsi Riau (n=
responden (33,33%) dan pada jenis 71)
kelamin perempuan sebanyak 8 Kualitas hidup pasien PPOK
responden (57,14%). berdasarkan kelompok usia dapat
4.3 Distribusi kualitas hidup dilihat pada tabel 4.4.
berdasarkan kelompok usia pada

Tabel 4.4 Distribusi kualitas hidup berdasarkan kelompok usia pada pasien
PPOK di Poli Paru RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau (n=71)

Kelompok usia Kualitas hidup Total


Baik Tidak baik
N % N % N %
Lansia 11 23,91 35 76,08 46 100
Dewasa 16 64 9 36 25 100
4.4 Distribusi kualitas hidup
Berdasarkan tabel 4.4 berdasarkan tingkat pendidikan
memperlihatkan bahwa sebanyak 11 pada pasien PPOK di Poli Paru
responden (23,91%) memiliki RSUD Arifin Achmad Provinsi
kualitas hidup yang baik, sedangkan Riau (n=71)
pada kelompok usia dewasa Kualitas hidup pasien PPOK
sebanyak 16 responden (4%) berdasarkan tingkat pendidikan dapat
memiliki kualitas hidup yang baik. dilihat pada tabel 4.5.

Tabel 4.5 Distribusi kualitas hidup berdasarkan tingkat pendidikan pada


pasien PPOK di Poli Paru RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau
(n=71)
Tingkat Kualitas hidup Total
pendidikan Baik Tidak baik
N % N % N %
SD 5 19,23 21 80,76 26 100
SMP 7 41,17 10 58,82 17 100
SMA 6 42,85 8 57,14 14 100
Perguruan tinggi 9 64,28 5 33,33 14 100

Berdasarkan tabel 4.5 sejumlah 6 responden (42,85%)


memperlihatkan bahwa responden memiliki kualitas hidup yang baik,
yang berpendidikan terakhir pada tingkat SMP responden
perguruan tinggi sebanyak 9 (41,17%) dengan kualitas hidup yang
respoden (64,28%) memiliki kualitas baik, dan pada tingkat SD sejumlah
hidup yang baik, pada tingkat SMA

JOM FK Volume 2 No. 2 Oktober 2015 8


responden (19,23%) dengan kualitas Arifin Achmad Provinsi Riau
hidup yang baik. (n=71)
4.5 Distribusi kualitas hidup Kualitas hidup pasien PPOK
berdasarkan status merokok pada berdasarkan status merokok dapat
pasien PPOK di Poli Paru RSUD dilihat pada tabel 4.6

Tabel 4.6 Distribusi kualitas hidup berdasarkan status merokok pada


pasien PPOK di Poli Paru RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau
(n=71)
Status merokok Kualitas hidup Total
Baik Tidak baik
N % N % N %
Merokok 12 27,72 32 72,72 44 100
Tidak merokok 15 55,55 12 44,44 27 100

Berdasarkan tabel 4.6 dapat 4.6 Distribusi kualitas hidup


dilihat sejumlah 12 responden berdasarkan pekerjaan pada
(27,72%) yang berstatus merokok pasien PPOK di Poli Paru RSUD
memiliki kualitas hidup yang baik, Arifin Achmad Provinsi Riau
dan responden yang tidak merokok (n=71)
sejumlah 15 responden (55,55%) Kualitas hidup pasien PPOK
responden memiliki kualitas hidup berdasarkan pekerjaan dapat dilihat
yang baik. pada tabel 4.7.

Tabel 4.7 Distribusi kualitas hidup berdasarkan pekerjaan pada pasien


PPOK di Poli Paru RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau (n=71)
Pekerjaan Kualitas hidup Total
Baik Tidak baik
N % N % N %
Tidak bekerja 1 12,5% 7 87,5% 8 100
Pensiun 9 50% 9 50% 18 100
IRT 6 54,54% 5 45,45% 11 100
Petani 3 21,42% 11 78,57% 14 100
Wiraswasta 7 41,17% 10 58,82% 17 100
PNS/TNI/POLRI 2 66,66% 1 33,33% 3 100

Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat wiraswasta ada 7 responden


responden yang memililki kualitas (41,17%), IRT ada 6 responden
hidup yang baik berdasarkan (54,54%), petani ada 3 responden
pekerjaan mayoritas responden (21,42%) dan pada kelompok
merupakan kalangan pensiunan yaitu PNS/TNI/POLRI ada 2 responden
sebanyak 9 responden (50%), (66,66%) dan pada responden yang

JOM FK Volume 2 No. 2 Oktober 2015 9


tidak bekerja yang memiliki kualitas Paru RSUD Arifin Achmad
hidup baik ada 1 responden (12,5%). Provinsi Riau (n=71)
4.7 Distribusi kualitas hidup Kualitas hidup pasien PPOK
berdasarkan lama menderita berdasarkan lama menderita PPOK
PPOK pada pasien PPOK di Poli dapat dilihat pada tabel 4.8

Tabel 4.8 Distribusi kualitas hidup berdasarkan lama menderita PPOK


pada pasien PPOK di Poli Paru RSUD Arifin Achmad Provinsi
Riau (n=71)
Lama menderita Kualitas hidup Total
PPOK Baik Tidak baik
N % N % N %
Lama 6 21,42% 22 78,57% 28 100
Baru 21 48,83% 22 51,16% 43 100

Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat perempuan, sehingga angka kejadian


bahwa responden yang baru PPOK lebih banyak terjadi pada laki-
menderita PPOK sejumlah 21 laki dibandingkan perempuan. Hal
responden (48,83%) memiliki ini sesuai dengan hasil penelitian
kualitas hidup yang baik dan yang dilakukan Sidabutar dkk di
responden yang lama menderita RSUP H. Adam Malik Medan tahun
PPOK sejumlah 6 responden 2012 bahwa mayoritas pasien PPOK
(21,42%) memilki kualitas hidup adalah laki-laki sejumlah 86,4%.19
yang baik. Penelitian yang dilakukan Nugraha
tahun 2014 di RSUP Dr.Ario
PEMBAHASAN Wirawan Selatiga tahun 2010 dari
5.1 Jenis kelamin total 40 orang pasien PPOK di
Berdasarkan hasil dari dapatkan sepenuhnya yaitu 40 orang
penelitian ini memperlihatkan bahwa (100%) berjenis kelamin laki-laki.20
dari 71 orang pasien PPOK sebagian Data dari SUSENAS (Survei
besar responden berjenis kelamin Sosial Ekonomi Nasional) di
laki-laki sejumlah 57 orang (80,28%) Indonesia menunjukkan bahwa 64%
. Hasil penelitian terebut penduduk Indonesia yang berjenis
memperlihatkan bahwa lebih dari kelamin laki-laki adalah perokok dan
50% responden berjenis kelamin hanya 4,5% perempuan perokok
laki-laki. Dari 57 responden laki-laki pada tahun 2004. Tidak semua
tersebut sebanyak 44 responden perokok akan berkembang menjadi
adalah merokok. Merokok PPOK tetapi sebanyak 20 - 25%
merupakan faktor risiko terbesar perokok akan berisiko menderita
terjadinya PPOK. Laki-laki lebih PPOK.21
banyak merokok dibandingkan

JOM FK Volume 2 No. 2 Oktober 2015 10


5.2 Usia bernapas. Akibat dari kerusakan pada
Sebagian besar kelompok jaringan paru akan terjadi obstruksi
usia dalam penelitian ini adalah bronkus kecil yang mengalami
kelompok usia lansia yaitu 64,78%. penutupan atau obstruksi awal fase
Dari hasil wawancara dengan ekspirasi, udara mudah masuk
beberapa pasien mereka menyatakan kedalam alveolus dan terjadilah
lamanya mereka merokok rata-rata penumpukan udara.22
lebih dari 10 tahun, ini merupakan Dalam penelitian yang
waktu yang sangat lama sehingga dilakukan oleh Octaria tahun 2010 di
rokok yang mereka konsumsi dapat RSUD Dr.Moewardi Surakarta
berdampak negatif bagi tubuh mayoritas pasien PPOK merupakan
mereka. PPOK merupakan penyakit usia > 60 tahun sebesar 62,9%.23
kronis, yaitu penyakit yang 5.3 Tingkat pendidikan
membutuhkan waktu yang cukup Berdasarkan data yang
lama, tidak terjadi secara tiba-tiba diperoleh dari penelitian ini
atau spontan. Awal gejala PPOK didapatkan mayoritas tingkat
bersifat asimptomatis, sehingga pendidikan responden adalah SD
banyak pasiennnya belum yaitu sebesar 36,61%. Dalam hal ini
memeriksakan diri ke pelayanan mungkin tingkat pendidikan
kesehatan, tetapi ketika gejala berpengaruh terhadap pengetahuan
penyakit semakin parah, pasien baru tentang bahaya merokok bagi
memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan. Seseorang yang memiliki
kesehatan. Usia lansia sudah tingkat pendidikan yang baik
mengalami proses penuaan, sebagian besar mengetahui dampak
penurunan fungsi dan penuruanan dari merokok bagi kesehatan
daya tahan tubuh dan dengan adanya sehingga dapat menghindarkan diri
riwayat merokok pada pasiennya dari merokok.
sehingga angka kejadian PPOK lebih Hal ini sesuai dengan
banyak pada usia lansia. penelitian yang dilakukan Rini di RS
Faktor risiko untuk terkena Paru Batu dan RSU. DR Saiful
PPOK meningkat seiring dengan Anwar Malang Jawa Timur, bahwa
bertambahnya usia. Sistem proporsi tertinggi PPOK
kardiorespirasi pada usia di atas 50 berpendidikan SD yaitu sebesar
tahun akan mengalami penurunan 53,6%.7
daya tahan. Penurunan ini terjadi 5.4 Status merokok
karena pada organ paru, jantung dan Berdasarkan data yang
pembuluh darah mulai menurun didapatkan dari penelitian ini
fungsinya.21 Fungsi paru mengalami menunjukkan bahwa sebesar 61,97%
kemunduran dengan semakin responden adalah perokok. Perilaku
bertambahnya usia yang disebabkan merokok pada sebagian responden
elastisitas jaringan paru dan dinding sudah dimulai ketika mereka masih
dada makin berkurang sehingga sulit kecil dan banyaknya batang rokok

JOM FK Volume 2 No. 2 Oktober 2015 11


yang mereka konsumsi ada yang menderita PPOK dibanding yang
sampai dua sampai tiga bungkus lainnya. Namun, ini karena jumlah
perhari, hal itu meningkat ketika pasien yang berkunjung ke Poli Paru
mereka memasuki dunia kerja. RSUD Arifin Achmad lebih banyak
Meningkatnya konsumsi rokok yang pensiun yaitu 18 responden.
tersebut bisa juga diakibatkan karena Hal ini sama dengan penelitian yang
faktor lingkungannya. Menurut dilakukan oleh Sidabutar dkk dari
oraganisasi kesehatan dunia (WHO) 110 pasien PPOK sebanyak 40 orang
menyebutkan bahwa 215 milyar (36,4%) adalah pensiunan.
batang rokok di konsumsi di Mayoritas responden yang
Indonesia setiap tahunnya. Indonesia memiliki kualitas hidup yang tidak
menempati urutan kelima diantara baik adalah responden yang bekerja
negara-negara dengan tingkat sebagai petani yang berjumlah 11
konsumsi tembakau tertinggi di responden (78,57%). Hal ini bisa
dunia. Semakin banyak batang rokok disebabkan karena faktor pekerjaan
yang dihisap dan semakin lama masa petani yang berhubungan erat dengan
waktu menjadi perokok dan semakin alergi dan hiperaktivitas bronkus,
besar risiko dapat mengalami pekerja yang bekerja di lingkungan
PPOK.28 yang berdebu dan berbahaya
Berdasarkan data dari terhadap paparan pestisida sebagai
penelitian Latin American Project for bahan kimia berpengaruh terhadap
Investigation of Obstructive Lung system saraf dan akan lebih berisiko
Disease (PLATINO) yang menderita PPOK. Faktor lain yang
menyebutkan bahwa PPOK lebih berpengaruh terhadap meningkatnya
tinggi pada perokok dan bekas resiko PPOK pada petani adalah
perokok dibanding bukan perokok kebiasaan merokok yang umumnya
usia lebih dari 40 tahun dibanding masih banyak dilakukan oleh
pada usia di bawah 40 tahun dan petani.29 Data laporan Riskesdas
prevalensi laki–laki lebih tinggi tahun 2010 menunnjukkan bahwa
dibanding perempuan (GOLD, menurut pekerjaan, prevalensi
11
2007). merokok paling banyak pada
Hasil penelitian ini sesuai nelayan/petani/buruh, diikuti oleh
dengan penelitian yang dilakukan wiraswasta dan pegawai.30
oleh Firdaus tahun 2014 bahwa Selain dari faktor resiko
sebesar 84,3% PPOK ada riwayat merokok yang menyebabkan PPOK,
merokok. beberapa pekerjaan ada yang dapat
5.5 Pekerjaan sebagai faktor resiko terjadinya
Dari hasil penelitian PPOK. Dalam penelitian yang
didapatkan mayoritas responden dilakukan Rahmatika tahun 2011
berasal dari kalangan pensiun yaitu beberapa pekerjaan yang berisiko
sebesar 25,35%. Dalam hal ini bukan terhadap kejadian PPOK antara lain
berarti pensinan lebih rentan untuk pekerja tambang emas, batu bara,

JOM FK Volume 2 No. 2 Oktober 2015 12


industri gelas dan keramik yang penderita akibat penyakit yang
terpapar debu silika, atau pekerja dideritanya serta dapat melihat
yang terpapar debu gandum dan sejauh mana dia dapat melakukan
asbes. Seseorang yang memiliki fungsinya dengan baik.
masalah kesehatan disfungsi paru Ketepatan dalam melakukan
akan semakin berisiko untuk pengukuran kualitas hidup
menderita PPOK jika terpapar bermanfaat untuk mengetahui proses
lingkungan diatas. Hal ini penyakitnya dengan demikian pasien
diakibatkan karena debu yang yang menderita PPOK perlu diteliti
dihirup dalam pekerjaan tersebut kualitas hidupnya.
akan mengendap dan dalam kurun Dalam penelitian ini untuk
waktu tertentu dapat menyebabkan menilai kualitas hidup pasien PPOK
kerusakan jaringan paru.24 digunakan kuesioner SGRQ dan
5.6 Lama menderita PPOK didapatkan hasil mayoritas
Berdasarkan distribusi lama responden memiliki kualitas hidup
menderita PPOK pada penelitian ini yang tidak baik sebanyak 61,97%
mayoritas responden ada pada sedangkan sisanya sebanyak 38,02%
kelompok baru (< 3 tahun) menderita memiliki kualitas hidup yang baik.
PPOK yaitu sebanyak 60,56%. Hal Hasil ini menunjukkan lebih dari
ini mungkin disebabkan karena 50% responden memiliki kualitas
PPOK bersifat asimptomatis pada hidup yang tidak baik. Hal ini
awal gejalanya sehingga sering mungkin disebabkan progresifitas
pasiennya mengabaikan gejala dari penyakit PPOK tersebut. PPOK
penyakitnya dan sewaktu gejala juga bersifat kronis dan irreversibel.
penyakitnya sudah mengganggu Pasien PPOK harus mendapatkan
kesehatan dan kegiatannya barulah pegobatan yang terus menerus dan
pasien memeriksakan kesehatannya sering kali pasien PPOK mengalami
ke pelayanan kesehatan. Berdasarkan eksaserbasi akut dari penyakitnya
kondisi tersebut diagnosis penyakit sehingga semua kondisi tersebut
PPOK menjadi terlambat. dapat menurunkan kualitas hidup
Hasil penelitian ini sama pasiennya. Hal ini juga didapatkan
dengan penelitian yang dilakukan dalam penelitian yang dilakukan Rini
Rini tahun 2011 bahwa mayoritas bahwa sebanyak 70,2% penderita
responden baru menderita PPOK PPOK memilki kualitas hidup yang
sejumlah 57,1%. tidak baik, dan sisanya 29,8%
5.7 Gambaran kualitas hidup memilki kualitas hidup yang baik.7
pasien PPOK Salah satu hal yang
Kualitas hidup pasien PPOK berpengaruh terhadap kualitas hidup
sangatlah penting untuk diketahui. seseorang adalah karekteristik.
Hal ini karena dengan mengetahui Karakteristik seseorang bisa
kualitas hidup pasien PPOK dapat berpengaruh terhadap pola dan
menggambarkan suatu beban kualitas kehidupan seseorang.

JOM FK Volume 2 No. 2 Oktober 2015 13


Karakteristik dapat dilihat dari fungsi tubuhnya serta sering
beberapa sudut pandang misalnya mengalami keterbatasan dalam
yang pertama jenis kelamin, dalam melakukan kegiatan berdasarkan
penelitian ini menunjukkan bahwa kondisi tubuhnya. Dampak dari hal
penderita PPOK lebih banyak pada tersebut berimbas terhadap
laki-laki dan jumlah penderita PPOK penurunan kualitas hidupnya. Hasil
yang tidak baik pada laki-laki ada serupa juga dapat ditemukan dalam
66,66%. Hal ini dapat diakibatkan penelitian yang dilakukan Ferrer
prevalensi merokok yang lebih tahun 2002 bahwa kualitas hidup
banyak pada laki-laki dibandingkan semakin buruk dengan bertambahnya
perempuan. Faktor lain bisa juga usia. Hal ini disebabkan banyak
karena tugas laki-laki sebagai kepala diantara pasien PPOK yang sudah
keluarga yang menyebabkan ia tua menderita penyakit kronis
bekerja didalam maupun di luar degeneratif lainnya, sehingga dapat
rumah yang sering kontak dengan menurunkan fungsi tubuhnya yang
faktor risiko PPOK, seperti petani, berdampak semakin tidak baiklah
pekerja tambang dan lain sebagainya. kualitas hidupnya.26
Dalam penelitian yang Karekteristik lainnya adalah
dilakukan oleh Katsura tahun 20017 tingkat pendidikan. Dalam penelitian
bahwa terdapat perbedaan jenis ini mayoritas responden memiliki
kelamin pada laki-laki dan tingkat pendidikan terakhir adalah
perempuan dalam hubungan kualitas SD. Jumlah responden yang
hidup. Dimana laki-laki memiliki kualitas hidup yang tidak
menunjukkan kualitas hidup yang baik dari tingkat SD sejumlah
lebih buruk dibandingkan dengan 80,76%. Pendidikan bagi seseorang
perempuan. Hal ini dapat dilihat dari dapat berpengaruh terhadap
pengelolaan dampak dari PPOK dan pengembangan kemampuan
kemampuan dalam melakukan kognitifnya. Sehingga seseorang
kegiatan laki-laki cenderung lebih memili tingkat pendidikan yang lebih
buruk dibandingkan perempuan. tinggi dapat memoivasi dirinya untuk
Kemudian kualitas hidup yang buruk memiliki tingkat kehidupan yang
pada perempuan hal itu bisa saja dari lebih baik.
dampak dari PPOK tersebut.25 Berdasarkan penelitian yang
Berdasarkan usia penderita dilakukan Rini tahun 2011
PPOK, mayoritas dalam penelitian menunjukkan tidak ada hubungannya
ini merupakan responden yang sudah antara kualitas hidup dengan tingkat
lansia, dan kualitas hidup yang tidak pendidikan penderita PPOK.7 Hal
baik ada sekitar 76,08% dan sisanya yang sama juga diungkapkan Ferrer
sebanyak 36% menunjukkan kualitas tahun 2002 bahwa tidak ada
hidup yang tidak baik pada usia hubungannya antara tingkat
dewasa. Usia lansia sudah pedidikan dengan kualitas hidup
mengalami penurunan dari fungsi- penderita PPOK.26 Menurut Rini

JOM FK Volume 2 No. 2 Oktober 2015 14


tahun 2011 hubungan tingkat rendah dibandingkan orang yang
pendidikan dan kualitas hidup dapat masih memiliki pekerjaan. Orang-
diartikan semakin tinggi tingkat orang yang tidak bekerja melaporkan
pendidikan seseorang tidak hari-hari sakit lebih banyak
menjamin kualitas hidup yang lebih dibandingkan orang yang bekerja.27
baik.7 Karekteristik terakhir yang
Berdasarkan kualitas hidup dilihat dari pasien PPOK adalah
pasien PPOK yang ditinjau dari lamanya menderita PPOK.
karekteristik status merokok. Hasil Berdasarkan hasil penelitian ini,
penelitian ini menunjukkan mayoritas responden baru menderita
mayoritas pasien PPOK merokok. PPOK dalam kurun waktu < 3 tahun.
Kualitas hidup yang tidak baik pada Jumlah responden yang memilki
pasien PPOK yang merokok kualitas hidup yang tidak baik antara
sejumlah 72,72%. Pasien PPOK responden yang lama menderita
memiliki resiko penurunan kualitas PPOK maupun yang baru
hidup sebesar 2,702 lebih besar dari menunjukkan angka yang sama yaitu
pada pasien PPOK yang tidak 22 orang dengan persentasinya yang
merokok berdasarkan penelitian yang lama 78,57% dan yang baru 51,16%.
dilakukan Rini tahun 2011. Dalam penelitian yang dilakukan
Hubungan antar rokok oleh Rini menyebutkan tidak ada
dengan PPOK menunjukkan hubungan antara lamanya menderita
hubungan dose respone. Hubungan PPOK dengan kualitas hidup, artinya
ini dapat dilihat dari indeks antara pasien PPOK yang lama dan
Brinkman, yaitu jumlah konsumsi yang baru memiliki kemampuan
batang rokok perhari dikalikan dari yang sama untuk memiliki kualitas
jumlah lamanya merokok dalam hidup yang sesuai diharapkan dalam
tahun sebanding dengan resiko mengelola PPOK.
terjadinya PPOK.5
Kualitas hidup pasien PPOK KESIMPULAN
berdasarkan karekteristik pekerjaan Berdasarkan penelitian
menunjukkan mayoritas pasien mengenai gambaran kualitas hidup
adalah pensiunan dan yang memiliki pasien PPOK di Poli Paru RSUD
kualitas hidup yang tidak baik ada Arifin Achmad Provinsi Riau dengan
50%. Dalam penelitian yang menggunakan kuesioner SGRQ
dilakukan oleh Rini menyebutkan dapat disimpulkan hasil yaitu:
tidak ada hubungan antara kualitas 1. Karakteristik pasien Penyakit
hidup dengan pekerjaan.7 Menurut Paru Obstruktif Kronik di Poli Paru
Zahran tahun 2005 bahwa orang RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau.
yang sudah pensiun, menganggur a. Berdasarkan jenis kelamin
kurang atau lebih 1 tahun, atau orang responden, responden
yang sudah tidak mampu bekerja terbanyak berjenis kelamin
memiliki kualitas hidup yang lebih

JOM FK Volume 2 No. 2 Oktober 2015 15


laki-laki yaitu sebanyak 57 kualitas hidup dalam kategori
responden (80,28%). baik sebanyak 27 responden
b. Berdasarkan kelompok usia, (38,02%) dan sisanya 44
usia responden paling banyak responden (61,97%) memiliki
adalah kelompok usia lansia kualitas hidup dalam kategori
yaitu 46 responden (64,78%). tidak baik.
c. Berdasarkan tingkat
pendidikan responden paling SARAN
banyak berasal dari tingkat Berdasarkan penelitian yang telah
SD yaitu sebanyak 26 dilakukan maka peneliti
responden (36,61%) dan menyarankan :
paling sedikit berasal dari 1. Rumah Sakit Umum Daerah
tingkat SMA dan PT yang (RSUD) Arifin Achmad
masing-masing berjumlah 14 Provinsi Riau
responden (19,71%). RSUD Arifin Achmad dapat
d. Berdasarkan status merokok menyediakan layanan
responden paling banyak konseling bagi pasien PPOK
adalah merokok yaitu agar dapat mendiskusikan
sebanyak 44 responden tentang masalah-masalah atau
(61,97%). kegiatan-kegiatan yang dapat
e. Berdasarkan pekerjaan dilakukan pasien PPOK
responden yang paling sehingga dapat meningkatkan
banyak adalah pensiun yaitu kualitas hidupnya.
sebesar 18 responden 2. Peneliti lain
(25,35%) dan yang paling Bagi peneliti selanjutnya agar
sedikit adalah yang bekerja dapat melakukan penelitian
sebagai PNS/TNI/POLRI lebih lanjut mengenai
yaitu sebanyak 3 responden analasis faktor risiko yang
(5,63%) mempengaruhi kualitas hidup
f. Berdasarkan lama menderita pasien PPOK , analisis faktor
PPOK responden yang paling risiko terhadap komplikasi
banyak merupakan PPOK PPOK dan hubungan status
yang baru (< 3 tahun) gizi dengan peningkatan
sebanyak 43 responden kualitas hidup pasien PPOK.
(60,56%) dan sisanya UCAPAN TERIMA KASIH
sebanyak 28 responden Penulis mengucapkan
(39,43%) adalah pasien terimakasih yang sebesar-besarnya
PPOK yang lama. kepada drg. Tuti Restuastuti, M.Kes
2. Pasien Penyakit Paru dan dr. Sri Melati Munir, Sp. P(K)
Obstruktif Kronik di Poli selaku dosen Pembimbing, Fifia
Paru RSUD Arifin Achmad Chandra, SKM, MKM dan dr.
Provinsi Riau memiliki Azizman Saad, Sp.P(K) selaku dosen

JOM FK Volume 2 No. 2 Oktober 2015 16


Penguji dan drg. Rita Endriani selaku penatalaksaan di Indonesia;
supervisi yang telah memberikan 2003:1-3. [online]. Tersedia
waktu, bimbingan, ilmu, nasehat dan pada :
http://www.klikpdpi.com/kon
motivasi selama penyusunan skripsi
sensus/konsensus-
sehingga skripsi ini dapat ppok/ppok.pdf.
diselesaikan.
6. Chapter II.pdf - USU
DAFTAR PUSTAKA Institutional Repository –
1. Khotimah S. Latihan Universitas Sumatera Utara.
endurance meningkatkan Medan;2011. Dapat diakses
kualitas hidup lebih baik dari pada :
pada latihan pernafasan pada http://repository.usu.ac.id/bits
pasien PPOK di B4 tream/123456789/22854/4/ch
Yogyakarta. Sport and fitness apter%2011.pdf
journal; Juni 2013. 1(1):20-
32
7. Rini Ika.S. Hubungan antara
efikasi diri dengan kualitas
2. Oemiati R. Kajian hidup pasien penyakit paru
epidemiologis penyakit paru obstruktif kronik dalam
obstruktif kronik (PPOK). konteks asuhan keperawatan
Abstrak jurnal. National di RS Paru Batu dan RSU
institute of health research DR.Saiful Anwar Malang
and development, ministry of Jawa Timur. [Tesis]. Depok :
health of Republic of Universitas Indonesia; 2011.
Indonesia; Juni 2013. 23(2) [online]. Tersedia pada :
http://lib.ui.ac.id/file?file=dig
3. Murray CJC, Lopez AD. ital/20281442-
Mortality by cause for eight T%20Ika%20Setyo%20Rini.
regionns of the world global pdf.
burden disease study. The
lancet 1997: 349;p.1269-1276 8. Sherwood, L. Fisiologi
manusia dari sel ke sistem
4. Ikalius, Yunus F, Suradi, edisi 6. Diterjemahkan oleh
Rachma N. Perubahan Pendit, B. U. Penebit buku
kualitas hidup dan kapasitas kedokteran EGC. Jakarta;
fungsional penderita penyakit 2009. Hal 500-501
paru obstruktif kronis setelah
rehabilitasi paru. Maj kedokt 9. Faiz, O. At a glance anatomi.
Indon. Desember 2007; Penerbit Erlangga. Jakarta;
57(12) 2005. Hal 13

5. Perhimpunan Dokter Paru 10. Lungpictures.org. lung


Indonesia. Penyakit paru anatomy.
obstritif kronik (PPOK), http://lungpictures.org/Lung-
pedoman diagnosis dan Anatomy-Pictures.php.

JOM FK Volume 2 No. 2 Oktober 2015 17


http://www.Eprint.undip.ac.id
/.../FATHIA_KHAIRANI_G
11. Global strategi for diagnosis,
2A009079_BAB_2_KTI.pdf.
management, and prevention
of chronic obstructive
pulmonary disease. Global 17. Marta N A. Identifikasi
initiative for chronic bakteri pada sputum pasien
obstructive lung disease PPOK eksaserbasi akut di
(GOLD); 2006. RSUD Arifin Achmad
http://www.goldcopd.com/upl Provinsi Riau. [Skripsi].
oads/users/files/GOLD_Repo Pekanbaru : Universitas Riau;
rt_2014_Oct30.pdf. 2014.

12. Price, A. S & Wilson, L. M. 18. Forde Y. ST GEORGE’S


Patofisiologi konsep klinis RESPIRATORY
proses – proses penyakit edisi QUESTIONNAIRE
6. Diterjemahkan oleh Pendit, MANUAL. St. George’s
B. U et all. Penerbit buku University of London; June
kedokteran EGC. Jakarta; 2009.
2006. Hal 784
19. Sidabutar P, Rasmaliah,
13. Djojodibroto, D. R. Hiswani. Karekteristik
Respirologi (respiratory penderita penyakit paru
medicine). Penerbit buku
obstruktif kronik yang di
kedoteran EGC. Jakarta;
2009. Hal 121 rawat inap di RSUP H. Adam
Malik Medan tahun 2012.
Medan : FKM USU;2012
14. Departemen kesehatan. Riset
kesehatan dasar
(RISKESDAS); 2013 20. Nugraha Ika. Hubungan
[online]. Tersedia pada : derajat berat merokok
www.depkes.go.id/resources/ berdasarkan indeks Brinkman
download/.../Hasil%20Riskes dengan derajat berat PPOK.
das%202013.pdf Surakarta : Akper Patria
Husada Surakarta;2010
15. Supriyadi, M. Faktor genetik
penyakit paru obstructif 21. Firdausi. Hubungan derajat
kronik. jurnal. CDK-207; obstruksi paru dengan
2013. 40(8) kualitas hidup dengan
penderita PPOK di RSUD
DR.Soedarso Pontianak
16. Khairani F. Bab 2 Penyakit
[naskah publikasi]. Pontianak
paru obstruktif kronik.
: Fakultas Kedokteran
[Laporan akhir hasil
Universitas
penelitian karya tulis ilmiah].
Tanjungpura;2014.
Semarang : Universitas
Diponegoro; 2013.

JOM FK Volume 2 No. 2 Oktober 2015 18


22. Oktavia, W. Faktor faktor United States 1993-2002.
yang mempengaruhi kualitas Survailance summarize.
hidup penderita Penyakit Paru Devision of Adult and
Obstriksi Kronis (PPOK) di community health, national
RSUD Arifin Achmad. center for chronic disease
Pekanbaru: Program Studi prevention and
Ilmu Keperawatan promotion;Oct 2005. 54(SS-
Universitas Riau;2012. 4)

28. Suradi. Pengaruh rokok pada


23. Octaria P. Hubungan antara penyakit paru obstruktif
derajat merokok dengan kronik (PPOK) tinjauan
kejadian PPOK [skripsi]. patogensis, klinis dan sosial.
Surakarta : Fakultas Surakarta : pidato
Kedokteran Sebelas Maret pengukuhan guru besar
Surakarta;2010 Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas
Maret;2007
24. Rahmatika. Karekteristik
penderita penyakit paru
obstruktif kronik yang 29. Mahawati E. Instrumen
dirawat inap di RSUD Aceh deteksi dini paparan kronis
Tamiang tahun 2007-2008 pestisida dalam pengendalian
[skripsi]. Medan : Fakultas faktor risiko PPOK (penyakit
Kesehatan Masyarakat paru obstruktif kronik) pada
Universitas Sumatra petani di kecamatan Gubug,
Utara;2010 Tangguharjo dan Tegowanu
kabupaten Grobogan [laporan
akhir penelitian disertasi
25. Katsura, et al. Gender- dokror]. Semarang :
Ascociated difference of Universitas Dian
dyspnoue and health-related Nuswantoro;2014
quality of life in patiens with
chronics obstruktif 30. Tim depkes RI. Keputusan
pulmonary disease. 2007. menteri kesehatan RI nomor
12(3):427-32 1022/Menkes/SK/XI/2008
tentang pedoman
26. Ferrer, et al. Interpretation of pengendalian penyakit paru
quality of life scores from the obstrutif kronik (PPOK).
St.Gorge’s Respiratory Jakarta : Ditjen pengendalian
Quationnaire. Eur Respir penyakit dan penyehatan
J;2002. 19(3):405-13 lingkungan-direktorat
pengendalian penyakit tidak
menular;2008.
27. Zahran, et al. Health related
quality of life survailance

JOM FK Volume 2 No. 2 Oktober 2015 19


JOM FK Volume 2 No. 2 Oktober 2015 20

Anda mungkin juga menyukai