Anda di halaman 1dari 16

REFERAT

GANGGUAN KEPRIBADIAN NARSISISTIK

ANDREAS ADE MAHENDRA

I4061192029

STASE ILMU KESEHATAN JIWA

RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SUNGAI BANGKONG

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

2021

1
LEMBAR PERSETUJUAN

Telah disetujui referat dengan judul:

GANGGUAN KEPRIBADIAN NARSISISTIK

Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelasaikan

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa

Pontianak, 31 Agustus 2021


Pembimbing Penulis

dr. Silvia Erfan, Sp.KJ Andreas Ade Mahendra

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam menjalani kehidupannya sejak kecil, remaja, dewasa hingga lanjut usia,
seseorang mempunyai kecenderungan atau kebiasaan menggunakan suatu pola yang
relative serupa dalam menyikapi masalah yang dihadapi. Bila diperhatikan, cara atau
metode penyelesaian itu tampak sebagai sesuatu yang terpola teretentu dan dapat
ditengarai sebagai ciri atau tanda untuk mengenal orang itu. Fenomena ini dikenal
sebagai karakter atau kepribadian.1
Kepribadian merupakan totalitas dari ciri perilaku dan emosi yang merupakan
karakter atau ciri seseorang dalam kehidupan sehari-hari dalam kondisi yang biasa,
dan bersifatnya stabil dan dapat diramalkan. Saat terjadi perbedaan pola relasi dan
adapatasi yang bersifat maladaptif akan terbentuk gangguan kepribadian yang
mengarah pada terjadi disfungsi dalam hubungan keluarga, pekerjaan, dan fungsi
sosial. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan kepribadian
yaitu konstitusi (genetic, tempramen), perkembangan, dan pengalaman hidup
(lingkungan keluarga, dan lingkungan budaya.1
Gangguan kepribadian narsisistik adalah pola kebesaran, kebutuhan akan rasa
kagum, dan kurangnya empati. Gangguan ini diklasifikasikan dalam model dimensi
"Gangguan Kepribadian." Gangguan kepribadian narsisistik sangat komorbid dengan
gangguan lain dalam kesehatan mental. Orang dengan Gangguan kepribadian
narsisistik sering kali mengalami gangguan dalam mempertahankan pekerjaan dan
hubungan. Gangguan kepribadian narsisistik sangat lazim di masyarakat.2
Menurut DSM IV-TR prevalensinya 2-16% dari pengunjung klinik dan kurang
dari 1% dalam rerata penduduk. Pada umumnya ia mempunyai suatu rasa omnipotent,
kebesaran diri (grandiosity), kecantikan dan bakat yang dinyatakan terhadap anak
anaknya, sehingga seringkali anak anak mereka juga sering memperkembangkan
gangguan ini kelak.1

3
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk menambah pengetahuan pembaca
mengenai definisi, epidemiologi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, kriteria
diagnosis, diagnosis banding, tatalaksana dan prognosis gangguan kepribadian
narsisistik. Penulisan ini juga sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
kepaniteraan klinik stase ilmu kesehatan jiwa.
1.3 Metode Penulisan
Referat ini disusun berdasarkan studi kepustakaan dengan merujuk ke berbagai
literatur.
1.4 Manfaat Penulisan
Referat ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan tentang
gangguan kepribadian narsisistik.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Terdapat pola rasa kebesaran diri atau merasa dirinya sangat penting (dalam
fantasi atau perilaku), kebutuhan untuk dikagumi atau disanjung, kurang mampu
berempati. Bersifat pervasive, berawal sejak usia dewasa muda dan nyata dalam
pelbagai konteks.1

2.2 Epidemiologi
Menurut DSM IV-TR prevalensinya 2-16% dari pengunjung klinik dan
kurang dari 1% dalam rerata penduduk. Pada umumnya ia mempunyai suatu rasa
omnipotent, kebesaran diri (grandiosity), kecantikan dan bakat yang dinyatakan
terhadap anak anaknya, sehingga seringkali anak anak mereka juga sering
memperkembangkan gangguan ini kelak. Orang dengan Gangguan Kepribadian
ini sering menyatakan dirinya sangat penting (self importance), sangat khusus,
dan menuntut pelayanan khusus. Ia sering merasa dirinya “berhak istimewa”. Ia
tidak bisa menerma kritikan dan sering marah bila dikritik. Ia sangat menonjolkan
“caranya” sendiri, sangat ambisius untuk menjadi terkenal dan kaya. Hubungan
interpersonalnya rapuh, seringkali bersifat eksploitatif (habis manis sepah
dibuang). Sering tidak menurut aturan yang berlaku, tidak mampu berempati, dan
bila ia menunjukkan simpati hal itu pura pura belaka untuk mendapat keuntungan
pribadi. Harga dirinya rapuh sehingga sering menderita depresi. Ia tidak sanggup
menghadapi stress, khususnya dalam hubungan interpersonal, penolakan dan
kehilangan, dan justru hal hal inilah yang sering timbul sebagai akibat dari sifat
gangguan kepribadiannya. Ia sangat sulit gangguan kepribadiannya. Ia sangat sulit
menerima proses penuaan karena ia sangat menilai tinggi kecantikan, kekuatan
dan segala hal yang berhubungan dengan citea orang muda yang biasanya sangat

5
kuat dipegangnya, akibatnya ia sangat rentan terhadap krisis usia menengah dan
usia lanjut.1
2.3 Etiologi
Etiologi gangguan kepribadian narsisistik beragam. Beberapa penelitian telah
menyatakan kecenderungan genetik terhadap gangguan tersebut. Ciri-ciri seperti
agresi, berkurangnya toleransi terhadap tekanan, dan regulasi disfungsional afek
yang menonjol pada orang dengan gangguan kepribadian narsisistik. Pengalaman
perkembangan, negatif di kehidupan, ditolak sebagai seorang anak, dan ego yang
rapuh selama masa kanak-kanak mungkin telah berkontribusi terhadap terjadinya
gangguan kepribadian narsisistik di masa dewasa.3 Sebaliknya, pujian yang
berlebihan, termasuk keyakinan bahwa seorang anak mungkin memiliki
kemampuan luar biasa, juga dapat menyebabkan gangguan kepribadian
narsisistik.

2.4 Psikopatologi
Hingga sekarang, terdapat beberapa penelitian yang mencari hubungan antara
faktor psikologi dan neurobiologi dengan gambaran klinis gangguan kepribadian
narsisistik. Penelitian tersebut bertujuan untuk menilai abnormalitas struktur otak
pada pasien gangguan kepribadian narsisistik dan membandingkan volume grey
matter pada pasien gangguan kepribadian narsisistik menggunakan voxel-based
morphometry. Hipotesis utama mengenai perbedaan volume grey matter dengan
karakteristik pasien gangguan kepribadian narsisistik adalah kurangnya empati.
Gangguan empati dengan tegas dianggap sebagai karakteristik pasien gangguan
kepribadian narsisistik. Pada metaanalisis tentang fungsional neuroimaging
menyorot bilateral insula anterior, korteks singulata anterior dan medial, dan area
motor suplemen yang merepresentasikan jaringan yang aktif saat proses empati.
Dalam penelitian ini semakin kecil volume grey matter insula bilateral
menunjukkan adanya gangguan empati. 12

6
Ada penelitian terbatas yang dilakukan dengan neuroimaging pada orang yang
didiagnosis dengan gangguan kepribadian narsisistik. Sebuah studi morfometri
berbasis voxel (VBM) yang dilakukan di Jerman dengan ukuran sampel kecil
menunjukkan kelainan gray matter di daerah prefrontal dan insular. Morfometri
berbasis voxel lainnya dan studi pencitraan tensor difus (DTI) yang dilakukan di
Jerman menunjukkan kelainan grey matter di korteks cingulate anterior dan
prefrontal kanan. Ada juga kelainan yang terdeteksi pada white matter lobus
frontal.4

2.5 Diagnosis
Ciri-ciri narsisistik mungkin sangat umum pada remaja dan tidak selalu
menunjukkan bahwa individu tersebut akan terus memiliki gangguan kepribadian
narsisistik. Individu dengan gangguan kepribadian narsisistik mungkin memiliki
kesulitan khusus menyesuaikan diri dengan timbulnya keterbatasan fisik dan
aktivitas yang melekat dalam proses penuaan. 50-75% kasus Gg. Kepribadian
Narsisistik diderita oleh laki laki.5
Diagnosis gangguan kepribadian narsisistik sebagai gangguan kepribadian
lainnya memerlukan evaluasi jangka panjang. Perlu berhati-hati untuk tidak
terburu-buru mengambil kesimpulan karena gangguan kepribadian narsisistik
dapat memicu kontratransferensi. Evaluasi yang cermat dari berbagai aspek
kehidupan seseorang dan pemahaman tentang perkembangan masa kanak-kanak
seseorang dapat membantu dalam evaluasi dan diagnosis gangguan kepribadian
narsisistik.4
Wawancara psikiatri standar sering digunakan untuk membuat diagnosis
gangguan kepribadian. Wawancara klinis terstruktur Otto Kernberg, yang dibuat
pada tahun 1981, terus mengalami revisi dan restrukturisasi sebagai wawancara
klinis terstruktur untuk gangguan kepribadian. Versi saat ini adalah wawancara
diagnostik semi-terstruktur dengan pertanyaan yang berfokus pada kepribadian,
pertahanan, hubungan objek, dan keterampilan mengatasi masalah. Wawancara

7
ini berfokus pada hubungan interpersonal. Versi saat ini dilindungi hak cipta oleh
Personality Institute di The Weill Cornell Institute. Wawancara didasarkan pada
prinsip-prinsip psikodinamik dan diharapkan dapat digunakan oleh orang-orang
yang telah memiliki pelatihan sebelumnya dalam pekerjaan psikoanalisis.6
Instrumen lain dapat mengukur tingkat keparahan gangguan kepribadian
narsisistik, seperti five-factor narcissistic inventory yang melihat lima aspek
kepribadian umum. Ada sekitar 148 pertanyaan yang diajukan pada ukuran
tersebut. Ukuran lain yang mungkin berguna adalah Narcissistic Personality
Inventory.7
Kriteria diagnosis:1
a. Secara berlebih merasa dirinya sangat penting (misalnya melebihkan bakat
atau prestasinya, mengharap dikenal sebagai orang yang superior)
b. Berpreokupasi dengan fantasi tentang sukses, kekuasaan, kehebatan,
kecantikan atau kekasih ideal
c. Merasa dirinya sebagai orang special dan unik yang hanya dapat
dimengerti oleh atau perlu berhubungan dengan orang lain atau institusi
yang special atau berkedudukan lebih tinggi
d. Membutuhkan pemujaan berlebihan
e. Merasa dirinya “mempunyai hak istimewa” (misalnya menuntut agar ia
mendapat perlakuan khusus, atau orang lain harus menurut kehendaknya)
f. Dalam hubungan interpersonal bersifat eksploitatif, menggunakan ornag
lain untuk kepentingan dirinya.
g. Kurang atau tidak mampu berempati; tidak mau mengenal atau
beridentifikasi dengan perasaan atau kebutuhan orang lain
h. Sering iri hati pada orang lain, atau merasa bahwa orang lain iri hati
terhadapnya
i. Bersikap sombong

2.6 Diagnosis Banding

8
Gangguan Kepribadian Ambang, Historinik dan Antisosial sering menyertai
Gangguan Kepribadian Narsisistik. Orang dengan Gangguan Kepribadian
Narsisistik biasanya kurang cemas dibandingkan Gangguan Kepribadian
Ambang, Gangguan Kepribadian Antisosial sering ada riwayat pelanggaran
hukum.1
Diagnosis banding terdekat adalah gangguan kepribadian cluster B lainnya,
termasuk gangguan kepribadian antisosial, gangguan kepribadian histrionik, dan
gangguan kepribadian ambang. Disebutkan bahwa orang dengan gangguan
kepribadian narsisistik tidak menunjukkan tanda-tanda impulsif dan merusak diri
sendiri yang terkait dengan gangguan kepribadian ambang. Demikian pula,
respons emosional yang jelas dikaitkan dengan gangguan kepribadian histrionik.
gangguan kepribadian narsisistik paling mirip dengan gangguan kepribadian
antisosial dengan kurangnya empati dan pesona yang dangkal. Namun, orang
dengan gangguan kepribadian antisosial akan menunjukkan kurangnya moral
dibandingkan dengan orang dengan gangguan kepribadian narsisistik dan
memiliki diagnosis gangguan perilaku di masa lalu.3

2.7 Terapi
Tidak ada pengobatan farmakologis atau psikologis standar telah ditetapkan
untuk orang-orang dengan gangguan kepribadian narsisistik. Biasanya gangguan
kepribadian narsisistik disertai dengan gangguan mood lainnya. Setelah diagnosis
ditegakkan, penting untuk mendiskusikan diagnosis karena beberapa tantangan
yang sebagian besar akan hadir di masa depan. Sama pentingnya untuk mengobati
gejala gangguan afektif yang terjadi bersamaan.8
Kohut dan Kernberg telah berfokus pada terapi jangka panjang dan
mengeksplorasi hubungan antara terapis dan pasien, yang terus menjadi
pengobatan yang mapan untuk orang dengan gangguan kepribadian narsisistik.
Psikoterapi psikodinamik berfokus pada pertahanan pasien selama sesi terapi.

9
Banyak terapis telah menganjurkan terapi berkelanjutan untuk pasien dengan
diagnosis gangguan kepribadian narsisistik.9
Terapi yang berfokus pada transferensi dua kali seminggu terapi psikoanalitik
yang berfokus pada ekspresi emosi pribadi terhadap terapis. Mengingat bahwa
orang dengan gangguan kepribadian narsisistik sering dapat terprovokasi oleh
persepsi mereka saat diperlakukan oleh orang lain, emosi mereka sendiri terhadap
orang lain sangat penting. Terapi yang berfokus pada skema relatif baru dan
berfokus pada bentuk alternatif terapi kognitif-perilaku, termasuk mengaktifkan
indera emosional.10
a. Psikoterapi. Sukar karena pasien harus membuang narsismenya agar bisa
maju. Terapi psikoanalitik dianjurkan namun masih diperlukan riset yang
banyak untuk memvalidasi diagnosis dan menentukan terapi mana yang
terbaik. Dapat juga digunakan terapi kelompok agar pasien belajar
bagaimana berbagi dengan orang lain dan belajar berempati terhadap
orang lain.1
b. Farmakoterapi. Litium bila pasien menunjukkan gejolak mood. Obat anti
depresan khususnya SSRI bila ada gejala depresi karena mereka sering
tidak sanggup menerima penolakan. Banyak pasien medapatkan terapi
untuk meredakan gejala, termasuk kecemasan, depresi, labilitas suasana
hati, psikosis sementara, dan masalah kontrol impuls. Antidepresan,
termasuk inhibitor reuptake serotonin selektif dan inhibitor reuptake
serotonin-norepinefrin, telah digunakan. Risperidone, antipsikotik, telah
menunjukkan manfaat pada beberapa pasien. Beberapa pasien diberikan
penstabil suasana hati seperti lamotrigin.1

2.8 Prognosis
Prognosis bergantung pada adanya gangguan komorbiditas dan tingkat fungsi
pasien. Agresi sering berhubungan langsung dengan tingkat keparahan penyakit;

10
sebaliknya, semakin agresif pasien muncul, semakin parah gangguan
kepribadiannya.3

2.9 Ego-sintonik dan Ego-distonik


Egosyntonik menunjukkan bahwa ekspresi sifat gangguan kepribadian selaras
dengan konsep diri dan tujuan seseorang tanpa menimbulkan tekanan yang
meningkat atau saling menyalahkan. Misalnya, orang dengan gangguan
kepribadian mungkin kurang memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi sifat
bermasalah mereka, sehingga mereka menganggap sifat disfungsional mereka
tidak menyebabkan gangguan. Lebih lanjut, orang dengan ciri kepribadian yang
agak patologis (misalnya, narsisme, psikopati) mungkin secara strategis
mengekspresikan karakteristik yang tidak diinginkan secara sosial (misalnya,
ketergantungan; intimidasi; rasa malu) untuk mencapai tujuan interpersonal atau
membuat kesan yang diinginkan. Ego-distonik menunjukkan bahwa ekspresi sifat
gangguan kepribadian yang tidak konsisten dengan konsep diri dan tujuan
seseorang dan disertai dengan tekanan yang meningkat atau saling menyalahkan.
Memang, gangguan kepribadian dan sifat yang relevan dengan gangguan
kepribadian tentu saja menyebabkan masalah orang, dan umumnya, orang dengan
gangguan kepribadian memiliki wawasan tentang sifat mereka. Oleh karena itu,
memahami bagaimana orang-orang dengan gangguan kepribadian atau ciri-ciri
yang relevan memandang "ekspresi" (yaitu, perilaku terselubung dan terbuka
prototipikal) dari sifat-sifat ini sangat penting.11
2.10 Psikodinamik
Psikodinamik ialah suatu pendekatan konseptual yang memandang proses
mental sebagai gerakan dan interaksi kuantitas energy psikik yang berlangsung
intraindividual dan interindividual. Berkaitan dengan definisi tersebut dalam
memperhatikan psikodinamika, kita akan mempelajari struktur (kepribadian),
kekuatan (dorongan, drive, libido, instincts) gerakan (movement, aksi)

11
pertumbuhan, dan perkembangan, serta tentang maksud dan tujuan fenomena
psikologik yang ada pada seseorang.1
Dalam mempelajari struktur kepribadian, tidak akan terlepas dan akan
bertumpang tindih dengan pertumbuhan dan perkembangannya, serta dengan
gerakan dari kekuatan. Struktur kepribadian seseorang terdiri dari tiga komponen
yaitu id, ego dan superego. Id (naluri, drive, instinct), telah ada sejak individu
dilahirkan ke dunia ini. Selain mempunyai struktur , id juga mempunyai kekuatan
berupa dorongan. Dorongan ini merupakan dorongan untuk memenuhi kebutuhan
biologis manusia, antara lain bernapas, lapar, seks. 1
Dalam perkembangannya sebagian dari id akan mengalami diferensiasi
menjadi ego. Ego terbentuk karena pertentangan antara id dan lingkungan yang
tidak selalu dapat memenuhi kebutuhannya. Ego menganut prinsip realitas,
dimana kebutuhan atau dorongan dapat ditunda sesuai dengan realitas yang ada.
Superego terbentuk dari hasil absorbs dan pengambilan nilai-nilai norma dalam
kultur, agama, hal kebaikan yang ditanamkan oleh orang tua. 1
Ketiga elemen struktur kepribadian tersebut saling berinteraksi dengan
kandungan energy psikis yang terdistribusi secara merata sesuai tingkat
perkembangan individu. Bila terjadi konflik diantaranya, individu akan
mengalami ketegangan, ketidakpuasan, kecemasan dan atau gejala psikologik
lainnya. 1
Kini psikodinamik didefinisikan sebagai suatu pendekatan dalam psikiatri,
untuk mendiagnosis dan memberikan terapi, yang dicirikan oleh cara berpikir
baik mengenai pasien maupun klinikusnya, yang didalamnya termasuk konflik
nirsadar, deficit dan distorsi struktur intrapsikik, serta relasi obyek internal. Hal
ini berguna dalam menganalisis pasien serta merencanakan tatalaksana yang
komperhensif.1

12
BAB III

KESIMPULAN

Gangguan kepribadian narsisistik adalah gangguan kepribadian yang


dikarakteristikkan dengan merasa diri sendiri besar, merasa diri spesial, kurangnya
empati, di balik itu pasien tersebut memiliki harga diri yang rapuh dan rentan
terhadap kritikan minor, sehingga mempengaruhi fungsi kehidupannya, terutama
relasi intrapersonal dan interpersonal. Orang dengan gangguan kepribadian narsisistik
diterapi sesuai dengan gejala yang muncul pada pasien.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Elvira SD, Hadisukanto G. Buku Ajar Psikiatri. Edisi Ketiga. Jakarta: Badan
Penerbit FKUI; 2017
2. Dixon-Gordon KL, Whalen DJ, Layden BK, Chapman AL. A Systematic
Review of Personality Disorders and Health Outcomes. Can Psychol. 2015
May;56(2):168-190. 
3. Mitra P, Fluyau D. Narcissistic Personality Disorder. [Updated 2021 May 18].
In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021
Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK556001/
4. Nenadic I, Güllmar D, Dietzek M, Langbein K, Steinke J, Gaser C. Brain
structure in narcissistic personality disorder: a VBM and DTI pilot
study. Psychiatry Res. 2015 Feb 28;231(2):184-6
5. American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders. 5th Ed. Arlington, VA: American Psychiatric Association;
2013.
6. Hörz-Sagstetter S, Caligor E, Preti E, Stern BL, De Panfilis C, Clarkin JF.
Clinician-Guided Assessment of Personality Using the Structural Interview
and the Structured Interview of Personality Organization (STIPO). J Pers
Assess. 2018 Jan-Feb;100(1):30-42.
7. Vater A, Schröder-Abé M, Ritter K, Renneberg B, Schulze L, Bosson JK,
Roepke S. The Narcissistic Personality Inventory: a useful tool for assessing
pathological narcissism? Evidence from patients with Narcissistic Personality
Disorder. J Pers Assess. 2013;95(3):301-8.
8. Ellison WD, Levy KN, Cain NM, Ansell EB, Pincus AL. The impact of
pathological narcissism on psychotherapy utilization, initial symptom
severity, and early-treatment symptom change: a naturalistic investigation. J
Pers Assess. 2013;95(3):291-300.

14
9. Kernberg OF. An overview of the treatment of severe narcissistic
pathology. Int J Psychoanal. 2014 Oct;95(5):865-88.
10. Dieckmann E, Behary W. [Schema Therapy: An Approach for Treating
Narcissistic Personality Disorder]. Fortschr Neurol Psychiatr. 2015
Aug;83(8):463-77
11. Hart W, Gregory K. Tortoriello, Kyle R. Are personality disorder traits ego-
syntonic or ego-dystonic? Revisiting the issue by considering functionality,
Journal of Research in Personality. 2018;76:124-8.
12. Schulze L, Dziobek I, Vater A, Heekeren HR, Bajbouj M, Renneberg B,
Heuser I, Roepke S. Gray matter abnormalities in patients with narcissistic
personality disorder. J Psychiatr Res. 2013 Oct;47(10):1363-9.

15
16

Anda mungkin juga menyukai