Anda di halaman 1dari 7

BAB 1 : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan

karakakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan

kesehatan, kemajuan teknologi dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus

tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan tetap terjangkau oleh

masyarakat agar tetap terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Rumah

sakit berkewajiban untuk memberikan pelayanan yang aman, bermutu, anti

diskriminasi, dan efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan


(1)
standar pelayanan rumah sakit. Hak pasien untuk memperoleh keamanan dan

keselamatan selama dalam perawatan di rumah sakit juga menjadi kewajiban yang

harus di penuhi oleh rumah sakit. (2)

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 11 Tahun 2017 tentang

Keselamatan Pasien telah menjelaskan bahwa setiap fasilitas pelayanan kesehatan

harus menyelenggarakan keselamatan pasien, melalui sistem pelayanan yang

menerapkan standar keselamatan pasien, sasaran keselamatan pasien, dan langkah

menuju keselamatan pasien. Selain itu, dalam meningkatkan upaya keselamatan

pasien, pemerintah memberikan jaminan perlindungan hukum terhadap semua

komponen yang terlibat dalam keselamatan pasien, baik pasien itu sendiri dan

sumber daya manusia di rumah sakit. (3)

Rumah sakit memiliki berbagai sumber daya yang kompleks, antara lain

tenaga medis dan non medis yang siap memberikan pelayanan pada pasien, alat dan

teknologi canggih, serta obat-obatan. Keberagaman sumber daya tersebut jika tidak

dikelola dengan baik dapat menimbulkan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD). KTD

1
2

merupakan suatu bentuk kegagalan dalam pelayanan kesehatan yang berorientasi

pada keselamatan pasien. (4)

Fokus terhadap keselamatan pasien ini didorong oleh masih tingginya insiden

keselamatan pasien berupa Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di RS secara global

maupun nasional. Pada tahun 2000 IOM (Institusi of Medicine) di Amerika Serikat

menerbitkan 2 laporan tentang angka KTD. Ditemukan angka KTD sebesar 2,9% dan

3,7% dengan angka kematian 6,6% dan 13,6%. Dengan data ini kemudian dihitung

dari jumlah pasien rawat inap di RS Amerika Serikat sbesar 33,6 juta per tahun

didapat angka kematian pasien rawat inap akibat KTD diseluruh Amerika Serikat

berkisar 44.000 s/d 98.000 per tahun. Sebagai perbandingan angka lalu lintas pada

tahun tersebut hanyalah 43.458. (Kohn at al., 2000) laporan WHO dari hasil

penelitian pada rumah sakit di Amerika, Inggris, Denmark dan Australia menemukan

KTD di rumah sakit sebesar 3,2%-16,6%.(5)

Tahun 2001 dalam laporan FDA Safety, Thomas Maria R, et al menemukan

bahwa yang menjadi penyebab terjadinya kesalahan obat adalah : komunikasi (19%),

pemberian label (20%), nama pasien yang membingungkan (13%), faktor manusia

(42%), dan disain kemasan (20,6%). Adapun kesalahan yang berhubungan dengan :

kurangnya pengetahuan (12,3%), kurangnya kinerja (13,2%), kelelahan (0,3%),

kesalahan kecepatan infuse (7%), dan kesalahan dalam menyiapkan obat (7%).

Sedangkah menurut jenis kesalahan yang paling banyak adalah salah obat (22%),

over dosis (17%), salah rute obat (8%), salah teknik (7%) dan kesalahan dalam

moniitoring (7%).(6)

Di negara berkembang insiden keselamatan pasien jauh lebih serius

dibandingkan dengan negara industri. Studi yang dilakukan WHO pada tahun 2006

pada 8 negara di negara berkembang menyatakan bahwa Insiden Keselamatan Pasien


3

(IKP) terjadi pada 2,5%-18,4% dari 15.548 rekam medis di 26 rumah sakit, 83%

diantaranya dapat dicegah, 30%nya berhubungan dengan kematian dan 34%

berkaitan dengan kesalahan terapeutik pada situasi klinik yang relatif tidak

kompleks. Laporan WHO pada studi yang melibatkan 11.379 pasien rawat inap di 58

rumah sakit di Argentina, Colombia, Costa Rica, Mexico and Peru oleh IBEAS (The

Latin American Studi of Events) mengatakan bahwa IKP terjadi pada 10% dari

admisi akibat pelayanan kesehatan. Risiko IKP meningkat dua kali lipat. (7)

Isu keselamatan pasien di Indonesia mulai dibahas pada tahun 2000, diikuti

dengan studi pertama di 15 rumah sakit dengan 4500 rekam medis. Hasilnya

menunjukkan bahwa angka KTD sangat bervariasi, yaitu 8,0% hingga 98,2% untuk

kesalahan diagnosis dan 4,1% hingga 91,6% untuk kesalahan pengobatan. Sejak itu,

bukti-bukti keselamatan pasien di Indonesia pun merebak.(8)

Pada tahun 2007 KKPRS (Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit)

melaporkan insiden keselamatan pasien yang terjadi dalam periode September 2006-

Agustus 2007 berjumlah 145 insiden yang terdiri dari KTD 46,2%, KNC 47,6% dan

lain-lain 6,2%. Laporan ini berasal dari 9 provinsi yaitu DKI Jakarta yang menempati

urutan tertinggi yaitu 37,9%, Jawa Tengah 15,9%, Yogyakarta 1,8%, Jawa Timur

11,7%, Sumatera Selatan 6,9%, Jawa Barat 2,8%, Bali 1,4%, Aceh 0,7%, dan

terakhir Sulawesi Selatan 0,7%.(9)

Data KTD rumah sakit Indonesia sampai februari 2016 mencapai 289

laporan. KTD terbanyak terjadi pada laki-laki umur >30-65 tahun. Terbanyak

jenisnya berupa 69 kejadian (43,67%) Kejadian Nyaris Cidera (KNC), pada pasien

rawat inap, berbentuk salah pemberian obat (29,25%), pasien jatuh (23,4%), batal

operasi (14,3%), dan kesalahan identifikasi pasien (11%). (4)


4

Kinerja perawat sangat berperan dalam pelayanan keperawatan di rumah

sakit. Perawat sebagai tenaga profesional bertanggungjawab untuk memberikan

pelayanan keperawatan sesuai kompetensi dan kewenangan yang dimiliki secara

mandiri maupun bekerjasama dengan anggota tim kesehatan lain. Perawat sebagai

pemberi pelayanan kesehatan berkontribusi terhadap terjadinya kesalahan yang

mengancam keselamatan pasien. Perawat merupakan tenaga kesehatan dengan

jumlah terbanyak di rumah sakit, pelayanan terlama (24 jam secara terus-menerus)

dan tersering berinteraksi pada pasien dengan berbagai prosedur dan berbagai

tindakan perawat. (10)

Kinerja perawat dalam lingkup penerapan keselamatan pasien berhubungan

erat dengan upaya untuk mencegah dampak KTD terhadap pasien yaitu kematian dan

ketidakmampuan yang menetap.data di Indonesia tentang KTD apalagi KNC masih

langkah, namun dilain pihak terjadi peningkatan tuduhan “mal praktek” yang belum

tentu sesuai dengan pembuktian akhir. Insiden pelanggaran patient safety 28,3%

dilakukan oleh perawat. Perawat dapat berpartisipasi aktif dalam mewujudkan

patient safety. Kerja keras perawat tidak dapat mencapai level optimal jika tidak

didukung dengan sarana prasarana, menajemen rumah sakit dan tenaga kesehatan

lainnya. (11)

Rumah sakit Bhayangkara Padang merupakan rumah sakit tipe D dan juga

satu-satunya rumah sakit Polri di Sumatera Barat yang memberikan pelayanan

kesehatan kepada anggota Polri, PNS serta keluarga, dan masyarakat di wilayah

hukum Polda Sumatera Barat. Rumah Sakit Bhayangkara ini telah menjalankan

operasional pelayanannya kepada masyarakat lebih kurang 39 tahun.

Meskipun secara umum penerapan program patient safety di ruang rawat

inap RS Bhayangkara Padang telah ditetapkan dengan baik, akan tetapi masih di
5

dapatkan insiden keselamatan pasien. Data yang diperoleh dari Rumah sakit

Bahayangkara Padang didapatkan angka infeksi nosokomial pada bulan januari-

agustus 2018 sebanyak 3104 pasien rawat inap dengan phlebitis 15 orang (4,8%).

Diketahui juga IDO (Infeksi Daerah Operasi) secara keseluruhan terkoreksi

mencapai (6,6%) yaitu bedah orthopedi dengan angka insiden (5,8%) dan bedah

obgyn dengan angka insiden (0,8%). Angka ini melebihi standar yang telah

ditetapkan oleh Kemenkes RI No 129 Tahun 2008 yang diperbolehkan yaitu <1,5%

terjadi di rumah sakit.

Berdasarkan wawancara studi awal yang dilakukan kepada salah seorang tim

panitia Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) rumah sakit Bhayangkara insiden

phlebitis yang terjadi umumnya disebabkan karena teknik pemasangan inpus yang

salah serta ditemukan petugas yang tidak melakukan dressing atau perawatan luka

infus yang seharusnya dilakukan setiap hari. Wawancara yang dilakukan kepada dua

orang perawat di ruang rawat inap mengakui bahwa hambatan dalam penerapan

patient safety oleh perawat di ruang rawat inap adalah belum optimalnya supervisi

dan promosi keselamatan pasien oleh kepala ruang dan kerjasama antar unit belum

berjalan dengan baik.

Penelitian terkait dengan topik yang peneliti tetapkan yaitu penerapan patient

safety di ruang rawat inap RSUD Dr. Zainoel Abidin (Yusuf, 2016). Hasil penelitian

mengemukakan bahwa penerapan patient safety di ruang rawat inap kelas III RSUD

Zainoel Abidin Banda Aceh sudah pada kategori baik (50,8%).

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Analisis Peran Perawat Dalam Penerapan

Patient Safety di Ruang Rawat Inap RS Bhayangkara Padang Tahun 2018”


6

1.2 Perumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah “bagaimana Peran Perawat

Dalam Penerapan Patient Safety di Ruang Rawat Inap RS Bhayangkara Padang

Tahun 2018?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum


Untuk menganalisis Peran Perawat Dalam Penerapan Patient Safety di Ruang

Rawat Inap RS Bhayangkara Padang Tahun 2018

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Untuk menganalisis komponen input yang meliputi, Kebijakan, Sumber Daya

Manusia, Dana dan Sarana/Prasarana yang mendukung untuk penerapan

patient safety oleh perawat di ruang rawat inap RS Bhayangkara Padang

tahun 2018.

2. Untuk menganalisis komponen process yang meliputi kepemimpinan,

komunikasi, kerjasama tim, pencatatan dan pelaporan serta monitoring dan

evaluasi mengenai Peran Perawat di Ruang Rawat Inap RS Bhayangkara

Padang Dalam Penerapan Patient Safety Tahun 2018

3. Untuk menganalisis komponen output yaitu terlaksananya penerapan patient

safety oleh perawat di ruang rawat inap RS Bhayangkara Padang dengan

ditekannya resiko infeksi nosokomial.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Rumah Sakit Bhayangkara Padang, penelitian ini diharapkan dapat

memberikan informasi atau masukan mengenai peran perawat di ruang rawat

inap RS bhayangkara padang dalam penerapan patient safety . Penelitian ini


7

juga diharapkan dapat menjadi bahan untuk pengambilan keputusan dalam

peningkatan kualitas sumber daya yang dimiliki terkhususnya mengenai

patient safety.

2. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas, penelitian ini

diharapkan dapat menjadi bahan referensi dan bahan bacaan bagi FKM

Unand mengenai hal-hal yang terkait dengan peran perawat di ruang rawat

inap dalam penerapan patient safety

3. Bagi peneliti, diharapkan melalui penelitian ini peneliti dapat

mengaplikasikan ilmu dan teori yang telah di dapatkan di bangku perkuliahan

dan juga menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti tentang peran

perawat di ruang rawat inap RS bhayangkara padang dalam penerapan patient

safety.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah analisis Peran Perawat Dalam Penerapan

Patient Safety di Ruang Rawat Inap RS Bhayangkara Padang Tahun 2018 dengan

menggunakan metode penelitian kualitatif dengan dengan pendekatan system, yaitu

dilihat dari komponen input yang meliputi kebijakan, sumber daya manusia, dana

dan sarana/prasarana pendukung. Dilihat dari komponen process yang meliputi,

kepemimpinan, kerjasama tim, komunikasi, pencatatan dan pelaporan serta

monitoring dan evaluasi dalam penerapan patient safety oleh perawat di ruang rawat

inap. Terakhir hasilnya yaitu terlaksananya penerapan patient safety oleh perawat di

ruang rawat inap RS Bhayangkara Padang dengan ditekannya risiko infeksi

nosokomial

Anda mungkin juga menyukai