Anda di halaman 1dari 91

ANALISIS MATERIAL

PIPA BAJA
DERMAGA SEBAKIS-2
Nomor Dokumen: 00A
Nomor Halaman
Struc-AWE-smd-05-2021
1 of 7

PEMBERI KERJA : DINAS PERHUBUNGAN


KONTRAKTOR :-
NAMA PROYEK : PEMBANGUNAN DERMAGA SEBAKIS
LOKASI : SEBAKIS
KONTRAK NO :-

DIBUAT DIPERIKSA DISETUJUI DIPERIKSA DISETUJUI


REV. TGL STATUS
AWE
ANALISIS MATERIAL
PIPA BAJA
DERMAGA SEBAKIS-2
Nomor Dokumen: 00A
Nomor Halaman
Struc-AWE-smd-05-2021
2 of 7

1. Pendahuluan
Laporan ini adalah laporan penyampaian dan penerjemahan hasil dari
pengujian yang telah dilakukan oleh PT. Sucofindo untuk proyek
pembangunan dermaga Sebakis-2.
Penerjemahan hasil ini mengacu pada beberapa dokumen sesuai
dengan acuan normative sebagai berikut:

a. SNI 8052 2014 Pipa Baja Untuk Pancang


b. ASTM A252-98-2002 Standard Specification for Welded and
Seamless Steel Pipe Piles
c. ASTM A370 inspection methods and definitions for mechanical test
of steel products.
d. ASTM A751: Chemical analyze test methods.
e. Dokumen (RKS DAN SFESIFIKASI TEKNIS DERMAGA SEBAKIS-2)
f. Dokumen Hasil Pengujian Sucofindo

2. Parameter Design sesuai dengan Dokumen (RKS Dan Sfesifikasi Teknis


Dermaga Sebakis-2
Pada parameter ini memberikan standar mutu pipa baja yang digunakan
ANALISIS MATERIAL
PIPA BAJA
DERMAGA SEBAKIS-2
Nomor Dokumen: 00A
Nomor Halaman
Struc-AWE-smd-05-2021
3 of 7

Dimana tertuang bahwa Pipa baja ini berdasarkan ASTM A252 dengan
grade SKK 400, tegangan leleh yang tertulis (yield strength) 240 MPa dan
Tegangan Ultimit (tensile strength) adalah 400 MPa dan nilai
perpanjangan material 18%.
ANALISIS MATERIAL
PIPA BAJA
DERMAGA SEBAKIS-2
Nomor Dokumen: 00A
Nomor Halaman
Struc-AWE-smd-05-2021
4 of 7

3. Dari hasil pengujian Sucofindo didapatkan dengan nilai material yang diuji
adalah sebagai berikut:

 Dari hasil pengujian ini pada benda uji dengan kode Plat Baja Coklat
(1) memiliki tegangan leleh 377 MPa dan tegangan ultimit 476 MPa
dan nilai perpanjangan material 25%.
 Dari hasil pengujian ini pada benda uji dengan kode Plat Baja Coklat
(2) memiliki tegangan leleh 391 MPa dan tegangan ultimit 482 MPa
dan nilai perpanjangan material 31.5%.
ANALISIS MATERIAL
PIPA BAJA
DERMAGA SEBAKIS-2
Nomor Dokumen: 00A
Nomor Halaman
Struc-AWE-smd-05-2021
5 of 7

4. Batasan sesuai dengan SNI 8052 2014 Pipa Baja Untuk Pancang
ANALISIS MATERIAL
PIPA BAJA
DERMAGA SEBAKIS-2
Nomor Dokumen: 00A
Nomor Halaman
Struc-AWE-smd-05-2021
6 of 7

5. Parameter acuan sesuai ASTM A252

6. Hasil Perbandingan
(Terlampir)
ANALISIS MATERIAL
PIPA BAJA
DERMAGA SEBAKIS-2
Nomor Dokumen: 00A
Nomor Halaman
Struc-AWE-smd-05-2021
7 of 7

7. Conclusion:
1. Dari hasil perbandingan antara hasil pengujian (PT. Sucofindo) dengan
2 benda uji, menyesuaikan kondisi batas minimum dari 3 acuan
normatif yaitu SNI 8052 2014 Pipa Baja Untuk Pancang, ASTM A252-
98-2002 Standard Specification for Welded and Seamless Steel Pipe
Piles dan Dokumen (RKS DAN SFESIFIKASI TEKNIS DERMAGA
SEBAKIS-2), terhadap kondisi minimum tegangan leleh material pada
benda uji tersebut di dapat dengan nominal > 240 MPa.
2. Dari hasil perbandingan antara hasil pengujian (PT. Sucofindo) dengan
2 benda uji, menyesuaikan kondisi batas minimum dari 3 acuan
normatif yaitu SNI 8052 2014 Pipa Baja Untuk Pancang, ASTM A252-
98-2002 Standard Specification for Welded and Seamless Steel Pipe
Piles dan Dokumen (RKS DAN SFESIFIKASI TEKNIS DERMAGA
SEBAKIS-2), terhadap kondisi minimum tegangan leleh material pada
benda uji tersebut di dapat dengan nominal > 400-415 MPa.
3. Dari hasil perbandingan antara hasil pengujian (PT. Sucofindo) dengan
2 benda uji, menyesuaikan kondisi batas minimum dari 3 acuan
normatif yaitu SNI 8052 2014 Pipa Baja Untuk Pancang, ASTM A252-
98-2002 Standard Specification for Welded and Seamless Steel Pipe
Piles dan Dokumen (RKS DAN SFESIFIKASI TEKNIS DERMAGA
SEBAKIS-2), terhadap regangan material pada benda uji tersebut di
dapat dengan nominal > 18-25%.

Tertanda

Ir. Aco Wahyudi Efendi, ST., MT


PENILAIAN KONDISI BATAS TEGANGAN YANG TERJADI PADA BENDA UJI 01 (Plat Baja Coklat-1)

Penilaian Penilaian Penilaian


Penilaian Kondisi Penilaian Kondisi
Tegangan Tegangan Tegangan Kondisi Penilaian Tegangan Kondisi Kondisi
Material Terhadap RKS Material Terhadap
Leleh Ultimit Leleh (Plat Material Kondisi Material Ultimit Material Material
Acuan Normatif Elongation DAN SFESIFIKASI RKS DAN
NO. (yield (tensile Baja Coklat- Terhadap Terhadap ASTM (Plat Baja Terhadap Terhadap
TEKNIS DERMAGA SFESIFIKASI TEKNIS
strength) strength) 1) SNI 8052 A252-98-2002 Coklat-1) SNI 8052 ASTM A252-
SEBAKIS DERMAGA SEBAKIS
2014 2014 98-2002
(MPa) (MPa) (%) (MPa) (MPa)
1 SNI 8052 2014 240.00 415.00 25.00 OK OK OK OK OK OK
2 ASTM A252-98-2002 240 415 25 OK OK OK OK OK OK
RKS DAN 377.00 476.00
3 SFESIFIKASI TEKNIS 240 400 18 OK OK OK OK OK OK
DERMAGA SEBAKIS

PENILAIAN KONDISI BATAS TEGANGAN YANG TERJADI PADA BENDA UJI 01 (Plat Baja Coklat-2)

Penilaian Penilaian Penilaian


Penilaian Kondisi Penilaian Kondisi
Tegangan Tegangan Tegangan Kondisi Penilaian Tegangan Kondisi Kondisi
Material Terhadap RKS Material Terhadap
Leleh Ultimit Leleh (Plat Material Kondisi Material Ultimit Material Material
Acuan Normatif Elongation DAN SFESIFIKASI RKS DAN
NO. (yield (tensile Baja Coklat- Terhadap Terhadap ASTM (Plat Baja Terhadap Terhadap
TEKNIS DERMAGA SFESIFIKASI TEKNIS
strength) strength) 2) SNI 8052 A252-98-2002 Coklat-2) SNI 8052 ASTM A252-
SEBAKIS DERMAGA SEBAKIS
2014 2014 98-2002
(MPa) (MPa) (%) (MPa) (MPa)
1 SNI 8052 2014 240.00 415.00 25.00 OK OK OK OK OK OK
2 ASTM A252-98-2002 240 415 25 OK OK OK OK OK OK
RKS DAN 391.00 482.00
3 SFESIFIKASI TEKNIS 240 400 18 OK OK OK OK OK OK
DERMAGA SEBAKIS
PENILAIAN KONDISI BATAS REGANGAN PADA BENDA UJI 01 (Plat Baja Coklat-1)

Penilaian
Penilaian Kondisi
Tegangan Tegangan Kondisi Penilaian
Elongation Material Terhadap RKS
Leleh Ultimit Material Kondisi Material
Acuan Normatif Elongation (Plat Baja DAN SFESIFIKASI
NO. (yield (tensile Terhadap Terhadap ASTM
Coklat-1) TEKNIS DERMAGA
strength) strength) SNI 8052 A252-98-2002
SEBAKIS
2014
(MPa) (MPa) (%) (%)
1 SNI 8052 2014 240.00 415.00 25.00 OK OK OK
2 ASTM A252-98-2002 240 415 25 OK OK OK
RKS DAN 25.00
3 SFESIFIKASI TEKNIS 240 400 18 OK OK OK
DERMAGA SEBAKIS

PENILAIAN KONDISI BATAS REGANGAN PADA BENDA UJI 01 (Plat Baja Coklat-2)

Penilaian
Penilaian Kondisi
Tegangan Tegangan Kondisi Penilaian
Elongation Material Terhadap RKS
Leleh Ultimit Material Kondisi Material
Acuan Normatif Elongation (Plat Baja DAN SFESIFIKASI
NO. (yield (tensile Terhadap Terhadap ASTM
Coklat-2) TEKNIS DERMAGA
strength) strength) SNI 8052 A252-98-2002
SEBAKIS
2014
(MPa) (MPa) (%) (%)
1 SNI 8052 2014 240.00 415.00 25.00 OK OK OK
2 ASTM A252-98-2002 240 415 25 OK OK OK
RKS DAN 31.50
3 SFESIFIKASI TEKNIS 240 400 18 OK OK OK
DERMAGA SEBAKIS
Designation: A 252 – 98 (Reapproved 2002)

Standard Specification for


Welded and Seamless Steel Pipe Piles1
This standard is issued under the fixed designation A 252; the number immediately following the designation indicates the year of
original adoption or, in the case of revision, the year of last revision. A number in parentheses indicates the year of last reapproval. A
superscript epsilon (e) indicates an editorial change since the last revision or reapproval.

1. Scope 3. Terminology
1.1 This specification covers nominal (average) wall steel 3.1 Definitions—Definitions of terms used in this specifica-
pipe piles of cylindrical shape and applies to pipe piles in tion shall be in accordance with Terminology A 941.
which the steel cylinder acts as a permanent load-carrying 3.1.1 defect—an imperfection of sufficient size or magni-
member, or as a shell to form cast-in-place concrete piles. tude to be cause for rejection.
1.2 The values stated in inch-pound units are to be regarded 3.1.2 imperfection—any discontinuity or irregularity found
as standard. The values given in parentheses are mathematical in the pipe.
conversions of the values in inch-pound units to values in SI
units. 4. Ordering Information
1.3 The text of this specification contains notes and foot- 4.1 Orders for material under this specification shall contain
notes that provide explanatory material. Such notes and foot- information concerning as many of the following items as are
notes, excluding those in tables and figures, do not contain any required to describe the desired material adequately:
mandatory requirements. 4.1.1 Quantity (feet or number of lengths),
1.4 The following precautionary caveat pertains only to the 4.1.2 Name of material (steel pipe piles),
test method portion, Section 16 of this specification. This 4.1.3 Method of manufacture (seamless or welded),
standard does not purport to address all of the safety problems, 4.1.4 Grade (Tables 1 and 2),
if any, associated with its use. It is the responsibility of the user 4.1.5 Size (outside diameter and nominal wall thickness),
of this standard to establish appropriate safety and health 4.1.6 Lengths (single random, double random, or uniform)
practices and determine the applicability of regulatory limita- (see Section 13),
tions prior to use. 4.1.7 End finish (Section 15), and
4.1.8 ASTM specification designation and year of issue,
2. Referenced Documents 4.1.9 Location of purchaser’s inspection (see 19.1), and
2.1 ASTM Standards: 4.1.10 Bar coding (see 22.2).
A 370 Test Methods and Definitions for Mechanical Testing
of Steel Products2 5. Materials and Manufacture
A 751 Test Methods, Practices, and Terminology for 5.1 The piles shall be made by the seamless, electric
Chemical Analysis of Steel Products2 resistance welded, flash welded, or fusion welded process. The
A 941 Terminology Relating to Steel, Stainless Steel, Re- seams of welded pipe piles shall be longitudinal, helical-butt,
lated Alloys, and Ferroalloys3 or helical-lap.
E 29 Practice for Using Significant Digits in Test Data to NOTE 1—For welded pipe piles, the weld should not fail when the
Determine Conformance with Specifications4 product is properly fabricated and installed and subjected to its intended
end use.

6. Process
1
This specification is under the jurisdiction of ASTM Committee A01 on Steel,
Stainless Steel, and Related Alloys and is the direct responsibility of Subcommittee 6.1 The steel shall be made by one or more of the following
A01.09 on Carbon Steel Tubular Products. processes: open-hearth, basic-oxygen, or electric-furnace.
Current edition approved Jan. 10, 1998. Published September 1998. Originally
published as A 252 – 44 T. Last previous edition A 252 – 96.
2
7. Chemical Composition
Annual Book of ASTM Standards, Vol 01.03.
3
Annual Book of ASTM Standards, Vol 01.01. 7.1 The steel shall contain no more than 0.050 % phospho-
4
Annual Book of ASTM Standards, Vol 14.02. rous.

Copyright © ASTM International, 100 Barr Harbor Drive, PO Box C700, West Conshohocken, PA 19428-2959, United States.

1
A 252 – 98 (2002)
TABLE 1 Tensile Requirements

NOTE—Where an ellipsis (...) appears in this table, there is no requirement.


Grade 1 Grade 2 Grade 3
Tensile strength, min, psi (MPa) 50 000 (345) 60 000 (415) 66 000 (455)
Yield point or yield strength, min, psi (MPa) 30 000 (205) 35 000 (240) 45 000 (310)
Basic minimum elongation for nominal wall thicknesses 5⁄16 in. (7.9 mm) or more:
Elongation in 8 in. (203.2 mm), min, % 18 14 ...
Elongation in 2 in. (50.8 mm), min, % 30 25 20
For nominal wall thicknesses less than 5⁄16 in. (7.9 mm), the deduction from 1.50A 1.25A 1.0A
the basic minimum elongation in 2 in. (50.08 mm) for each 1⁄32 - in. (0.8 mm)
decrease in nominal wall thickness below 5⁄16 in. (7.9 mm), in percentage points
A
Table 2 gives the computed minimum values:

TABLE 2 Calculated Minimum Elongation ValuesA


Nominal Wall Thickness Elongation in 2 in. (50.8 mm), min, %
in. mm Grade 1 Grade 2 Grade 3

5 16 or 0.312 7.9 30.00 25.00 20.00

9 32 or 0.281 7.1 28.50 23.75 19.00
14⁄ or 0.250 6.4 27.00 22.50 18.00
7⁄32 or 0.219 5.6 25.50 21.25 17.00
3⁄16 or 0.188 4.8 24.00 20.00 16.00
11⁄64 or 0.172 4.4 23.25 19.50 15.50
5⁄32 or 0.156 4.0 22.50 18.75 15.00
9⁄64 or 0.141 3.6 21.75 18.25 14.50
1⁄8 or 0.125 3.2 21.00 17.50 14.00
7⁄64 or 0.109 2.8 20.25 16.75 13.50
A
The above table gives the calculated minimum elongation values for various nominal wall thicknesses. Where the specified nominal wall thickness is intermediate to
those shown above, the minimum elongation value shall be determined as follows:
Grade
1 E = 48t + 15.00
2 E = 40t + 12.50
3 E = 32t + 10.00

where:
E = elongation in 2 in., %, and
t = specified nominal wall thickness, in.

8. Heat Analysis specified requirement, the lot shall be rejected or analyses of


8.1 Each heat analysis shall conform to the requirement two additional samples selected from the lot shall be made, and
specified in 7.1. When requested by the purchaser, the appli- each shall conform to the specified requirement.
cable heat analyses shall be reported to the purchaser ro the
purchaser’s representative. 10. Tensile Requirements
10.1 The material shall conform to the requirements as to
9. Product Analysis tensile properties prescribed in Tables 1 and 2.
9.1 Chemical analysis shall be in accordance with Test 10.2 The yield point shall be determined by the drop of the
Methods, Practices, and Terminology A 751. beam, by the halt in the gage of the testing machine, by the use
9.2 It shall be permissible for the purchaser to make product of dividers, or by other approved methods. When a definite
analyses using samples from lots of pipe piles as follows: yield point is not exhibited, the yield strength corresponding to
Pipe Size Outside Number of Samples and Size of Lot
a permanent offset of 0.2 % of the gage length of the specimen,
Diameter, in. (mm) or to a total extension of 0.5 % of the gage length under load
Under 14 (355.6) 2 from 200 pipe or fraction thereof shall be determined.
14 to 36, incl (355.6 2 from 100 pipe or fraction thereof
to 914)
Over 36 (914) 2 from 3000 ft (914 m) or fraction thereof 11. Weights Per Unit Length
The product analyses shall conform to the requirement in 11.1 The weights per unit length for various sizes of pipe
7.1. piles are listed in Table 3.
9.3 If the chemical compositions of both of the samples 11.2 For pipe pile sizes not listed in Table 3, the weight per
representing a lot fail to conform to the specified requirement, unit length shall be calculated as follows:
the lot shall be rejected or analyses of four additional samples W5 10.69~D 2 t!t (1)
selected from the lot shall be made, and each shall conform to
the specified requirement. If the chemical composition of only
where:
one of the samples representing a lot fails to conform to the

2
A 252 – 98 (2002)

W = weight per unit length, lb/ft, shown in Table X1.1 (see Appendix) for various nominal wall thicknesses.
D = specified outside diameter, in., and 13. Lengths
t = specified nominal wall thickness, in.
13.1 Pipe piles shall be furnished in single random lengths,
double random lengths, or in uniform lengths as specified in
12. Permissible Variations in Weights and Dimensions
the purchase order, in accordance with the following limits:
12.1 Weight—Each length of pipe pile shall be weighed Single random lengths 16 to 25 ft (4.88 to 7.62 mm), incl
separately and its weight shall not vary more than 15 % over or Double random lengths over 25 ft (7.62 m) with a minimum average
5 % under its theoretical weight, calculated using its length and of 35 ft (10.67 m)
Uniform lengths length as specified with a permissible varia-
its weight per unit length (see Section 11). tion of 61 in.
12.2 Outside Diameter—The outside diameter of pipe piles
13.2 Lengths that have been spliced at the mill by welding
shall not vary more than 61 % from the specified outside
shall be acceptable as the equivalent of unspliced lengths
diameter.
provided tension test specimens cut from sample splices
12.3 Wall Thickness—The wall thickness at any point shall
conform to the tensile strength requirements prescribed in
not be more than 12.5 % under the specified nominal wall
Tables 1 and 2. The welding bead shall not be removed for this
thickness.
test. Such specimens shall be made in accordance with the
NOTE 2—The minimum permissible wall thickness on inspection is provisions specified in Sections 16-18.

TABLE 3 Common Sizes and Weights Per Unit LengthA

Outside Diameter, in. Nominal Wall Thickness, Weight per Unit Lengths, Outside Diameter, in.B Nominal Wall Thickness, Weight per Unit Lengths,
in.B lb/ftC in.B lb/ftC
6 0.134 8.40 12 0.134 17.00
0.141 8.83 0.141 17.87
0.156 9.75 0.150 19.00
0.164 10.23 0.164 20.75
0.172 10.72 0.172 21.75
0.179 22.62
8 0.141 11.85 0.188 23.74
0.172 14.39 0.203 25.60
0.219 27.58
85⁄8 0.109 9.92 0.230 28.94
0.141 12.79 0.250 31.40
0.172 15.54 0.281 35.20
0.188 16.96 0.312 38.98
0.203 18.28
0.219 19.68 123⁄4 0.109 14.73
0.250 22.38 0.134 18.07
0.277 24.72 0.141 19.01
0.312 27.73 0.150 20.20
0.322 28.58 0.164 22.07
0.344 30.45 0.172 23.13
0.375 33.07 0.179 24.05
0.438 38.33 0.188 25.25
0.500 43.43 0.203 27.23
0.219 29.34
10 0.109 11.53 0.230 30.78
0.120 12.67 0.250 33.41
0.134 14.13 0.281 37.46
0.141 14.86 0.312 41.48
0.150 15.79 0.330 43.81
0.164 17.24 0.344 45.62
0.172 18.07 0.375 49.61
0.179 18.79 0.438 57.65
0.188 19.72 0.500 65.48
0.203 21.26
0.219 22.90 14 0.134 19.86
0.230 24.02 0.141 20.89
0.250 26.06 0.150 22.21
0.164 24.26
103⁄4 0.109 12.40 0.172 25.43
0.120 13.64 0.179 26.45
0.134 15.21 0.188 27.76
0.141 15.99 0.203 29.94
0.150 17.00 0.219 32.26
0.164 18.56 0.230 33.86
0.172 19.45 0.250 36.75
0.179 20.23 0.281 41.21
0.188 21.23 0.312 45.65
0.203 22.89 0.344 50.22
0.219 24.65 0.375 54.62

3
A 252 – 98 (2002)

TABLE 3 Continued
Outside Diameter, in. Nominal Wall Thickness, Weight per Unit Lengths, Outside Diameter, in.B Nominal Wall Thickness, Weight per Unit Lengths,
in.B lb/ftC in.B lb/ftC
0.230 25.87 0.438 63.50
0.250 28.06 0.469 67.84
0.279 31.23 0.500 72.16
0.307 34.27
0.344 38.27 16 0.134 22.73
0.141 23.90
0.150 25.42
0.164 27.76
16 0.172 29.10 20 0.188 31.78
0.179 30.27 0.219 46.31
0.250 52.78
0.188 30.61 0.281 59.23
0.203 34.28 0.312 65.66
0.219 36.95 0.344 72.28
0.230 38.77 0.375 78.67
0.250 42.09 0.438 91.59
0.281 47.22 0.469 97.92
0.312 52.32 0.500 104.23
0.344 57.57
0.375 62.64 22 0.172 40.13
0.438 72.86 0.188 43.84
0.469 77.87 0.219 50.99
0.500 82.85 0.250 58.13
0.281 65.24
18 0.141 26.92 0.312 72.34
0.172 32.78 0.375 86.69
0.188 35.80 0.438 100.96
0.219 41.63 0.469 107.95
0.230 43.69 0.500 114.92
0.250 47.44
0.281 53.23 24 0.172 43.81
0.312 58.99 0.188 47.86
0.344 64.93 0.219 55.67
0.375 70.65 0.250 63.47
0.438 82.23 0.281 71.25
0.469 87.89 0.312 79.01
0.500 93.54 0.375 94.71
0.438 110.32
20 0.141 29.93 0.469 117.98
0.172 36.46 0.500 125.62
A
Subject to agreement between the manufacturer and the purchaser, sizes and weights per unit length other than those listed shall be permitted.
B
1 in. = 25.4 mm
C
1 lb/ft = 1.49 kg/m.

14. Workmanship, Finish, and Appearance angle of 30 +5, −0°, measured from a line drawn perpendicular
14.1 The finished pipe piles shall be reasonably straight and to the axis of the pipe pile.
shall not contain imperfections in such number or of such
16. Number of Tests
character as to render the pipe unsuitable for pipe piles.
14.2 Surface imperfections having a depth not in excess of 16.1 One tension test shall be made on one length or
25 % of the specified nominal wall thickness shall be accept- fraction thereof of each size, or one piece of skelp representing
able. It shall be permissible to establish the depth of such each lot of 200 lengths or fraction thereof of each size.
imperfections by grinding or filing. 16.2 A retest shall be allowed if the percentage of elonga-
14.3 Surface imperfections having a depth in excess of 25 % tion of any test tension specimen is less than that prescribed in
of the specified nominal wall thickness shall be considered to Tables 1 and 2 and any part of the fracture is more than 3⁄4 in.
be defects. It shall be permissible for defects not deeper than (19 mm) from the center of the gage length for test specimens
331⁄3 % of the specified nominal wall thickness to be repaired having a 2–in. (50 mm) gage length, or is outside of the middle
by welding, provided that the defect is completely removed third of the gage length for test specimens having an 8–in. (200
prior to welding. mm) gage length, as indicated by scribe scratches marked on
the specimen before testing. A retest shall also be allowed if
15. Ends any part of the fracture is in an inside or outside surface
15.1 Pipe piles shall be furnished with plain ends. Unless imperfection.
otherwise specified, pipe piles shall have either flame–cut or 16.3 It shall be permissible to discard any test specimen that
machine–cut ends, with the burrs at the ends removed. Where shows defective machining or develops imperfections and
ends are specified to be beveled, they shall be beveled to an substitute another test specimen.

4
A 252 – 98 (2002)
17. Retests shall be so conducted as not to interfere unnecessarily with the
17.1 If the results of the tension test representing any lot fail operation of the works.
to conform to the applicable requirements prescribed in Tables 20. Rejection
1 and 2, the lot shall be rejected or retested using two
additional lengths from the lot, with each such test being 20.1 It shall be permissible for the purchaser inspect the
required to conform to such specified requirements. pipe piles received from the manufacturer and reject any pipe
pile that does not meet the requirements of this specification
18. Test Specimens and Test Methods and the purchase order, based upon the applicable inspection
and test methods. The purchaser shall notify the manufacturer
18.1 The tension test specimens and test methods shall be in
of any pipe pile that has been rejected, and the disposition of
accordance with Test Methods and Definitions A 370, espe-
such pipe piles shall be subject to agreement between the
cially Annex A2.
manufacturer and the purchaser.
18.2 At the option of the manufacturer, the tension test
20.2 It shall be permissible for the purchaser to set aside any
specimens shall be longitudinal or transverse strip test speci-
pipe pile that is found in fabrication or installation within the
mens, with a gage length of 2 in. (50 mm) or 8 in. (200 mm),
scope of this specification to be unsuitable for the intended end
taken from the pipe or the skelp. Within their gage length,
use, based on the requirements of this specification. The
longitudinal strip test specimens shall be nominally 11⁄2 in. (38
purchaser shall notify the manufacturer of any pipe pile that
mm) wide, non-flattened, and with parallel sides.
has been set aside. Such pipe piles shall be subject to mutual
18.3 For welded pipe piles, the tension test specimens shall
investigation as to the nature and severity of the deficiency and
be taken as follows:
the forming or installation, or both, conditions involved. The
18.3.1 For longitudinal–seam pipe piles, any longitudinal
disposition of such pipe piles shall be subject to agreement
strip test specimens shall be taken from the pipe parallel to the
between the manufacturer and the purchaser.
pipe axis and 90° from the weld, or from the skelp at a
corresponding location and orientation, and any transverse 21. Certification
strip test specimens shall be taken from the pipe 90° to the pipe 21.1 Where specified in the purchase order, the manufac-
axis and 180° from the weld, or from the skelp at a correspond- turer shall furnish a certificate of compliance stating that the
ing location and orientation. pipe pile was manufactured, tested, and inspected in accor-
18.3.2 For helical-seam pipe piles, any longitudinal strip dance with the requirements of this specification (including
test specimens shall be taken from the pipe parallel to the pipe year date) and any requirements specified in the purchase
axis and at such a location that the center of the specimen is order, and was found to meet such requirements, and shall
located at least a quarter of the distance between adjacent weld furnish a test report containing the results of the applicable heat
convolutions, or from the skelp at a corresponding location and analyses, product analyses, and tension tests.
orientation; and transverse specimens shall be taken from the
pipe 90° to the pipe axis and at such a location that the center 22. Product Marking
of the specimen is located approximately half the distance 22.1 Each length of pipe pile shall be legibly marked by
between adjacent weld convolutions, or from the skelp at a stenciling, stamping, or rolling to show: the name or brand of
corresponding location and orientation. the manufacturer; the heat number; the process of manufacture
18.4 Specimens shall be tested at room temperature. (seamless, flash welded, fusion welded, or electric resistance
welded), the type of helical seam (helical-lap or helical-butt), if
19. Inspection applicable; the outside diameter, nominal wall thickness,
19.1 The inspector representing the purchaser shall have length, and weight per unit length; the specification designation
entry, at all times while work on the contract of the purchaser (year date not required); and the grade.
is being performed, to all parts of the manufacturer’s works 22.2 Bar Coding—In addition to the requirements in 22.1, it
that concern the manufacture of the material ordered. The shall be permissible for bar coding to be used as a supplemen-
manufacturer shall afford the inspector all reasonable facilities tary identification method; when a specific bar coding system
to satisfy the inspector that the material is being furnished in is specified in the purchase order, that system shall be used.
accordance with the requirements of this specification and any
other requirements specified in the purchase order. All tests and 23. Keywords
inspections shall be made at the place of manufacture prior to 23.1 seamless steel pipe; steel piles; steel pipe; welded steel
shipment, unless otherwise specified in the purchase order, and pipe

5
A 252 – 98 (2002)
APPENDIX

(Nonmandatory Information)

X1. Minimum Permissible Pipe Wall Thicknesses on Inspection

X1.1 See Table X1.1for minimum wall thicknesses.

TABLE X1.1 Table of Minimum Wall Thicknesses on Inspection for Nominal (Average) Pipe Wall Thicknesses

NOTE 1—The following equation, upon which this table is based, may be applied to calculate minimum wall thickness from nominal (average) wall
thickness:
tn 3 0.875 5 tm

where:
tn = nominal wall thickness, in., and
tm = minimum permissible wall thickness, in.

The wall thickness is expressed to three decimal places, with rounding being in accordance with Practice E 29.

NOTE 2—This table is a master table covering some of the nominal wall thicknesses available in the purchase of different classifications of pipe, but
it is not meant to imply that all of these nominal wall thicknesses are necessarily obtainable.
Nominal Wall Minimum Permissible Nominal Wall Minimum Permissible Nominal Wall Minimum Permissible
Thickness (tn), in.A Wall Thickness on Inspec- Thickness (tn), in.A Wall Thickness on Inspec- Thickness (tn), in.A Wall Thickness on Inspec-
tion tion tion
(tm), in.A (tm), in.A (tm), in.A
0.068 0.060 0.276 0.242 0.674 0.590
0.088 0.077 0.277 0.242 0.687 0.601
0.091 0.080 0.279 0.244 0.719 0.629
0.095 0.083 0.280 0.245 0.750 0.656
0.109 0.095 0.281 0.246 0.812 0.710
0.113 0.099 0.294 0.257 0.843 0.738
0.119 0.104 0.300 0.262 0.864 0.756
0.120 0.105 0.307 0.269 0.875 0.766
0.125 0.109 0.308 0.270 0.906 0.793
0.126 0.110 0.312 0.273 0.937 0.820
0.133 0.116 0.318 0.278 0.968 0.847
0.134 0.117 0.322 0.282 1.000 0.875
0.140 0.122 0.330 0.289 1.031 0.902
0.141 0.123 0.337 0.295 1.062 0.929
0.145 0.127 0.343 0.300 1.093 0.956
0.147 0.129 0.344 0.301 1.125 0.984
0.150 0.131 0.358 0.313 1.156 1.012
0.154 0.135 0.365 0.319 1.218 1.066
0.156 0.136 0.375 0.328 1.250 1.094
0.164 0.143 0.382 0.334 1.281 1.121
0.172 0.150 0.400 0.350 1.312 1.148
0.179 0.157 0.406 0.355 1.343 1.175
0.187 0.164 0.432 0.378 1.375 1.203
0.188 0.164 0.436 0.382 1.406 1.230
0.191 0.167 0.437 0.382 1.438 1.258
0.200 0.175 0.438 0.383 1.500 1.312
0.203 0.178 0.469 0.410 1.531 1.340
0.216 0.189 0.500 0.438 1.562 1.367
0.218 0.191 0.531 0.465 1.593 1.394
0.219 0.192 0.552 0.483 1.750 1.531
0.226 0.198 0.562 0.492 1.781 1.558
0.230 0.201 0.593 0.519 1.812 1.586
0.237 0.207 0.600 0.525 1.968 1.722
0.250 0.219 0.625 0.547 2.062 1.804
0.258 0.226 0.656 0.574 2.343 2.050
A
1 in. = 25.4 mm

ASTM International takes no position respecting the validity of any patent rights asserted in connection with any item mentioned
in this standard. Users of this standard are expressly advised that determination of the validity of any such patent rights, and the risk
of infringement of such rights, are entirely their own responsibility.

This standard is subject to revision at any time by the responsible technical committee and must be reviewed every five years and
if not revised, either reapproved or withdrawn. Your comments are invited either for revision of this standard or for additional standards
and should be addressed to ASTM International Headquarters. Your comments will receive careful consideration at a meeting of the
responsible technical committee, which you may attend. If you feel that your comments have not received a fair hearing you should
make your views known to the ASTM Committee on Standards, at the address shown below.

6
A 252 – 98 (2002)

This standard is copyrighted by ASTM International, 100 Barr Harbor Drive, PO Box C700, West Conshohocken, PA 19428-2959,
United States. Individual reprints (single or multiple copies) of this standard may be obtained by contacting ASTM at the above
address or at 610-832-9585 (phone), 610-832-9555 (fax), or service@astm.org (e-mail); or through the ASTM website
(www.astm.org).

7
STEEL PIPE PILES
ASTM A252
Cross 
Moment of  Radius of  Elastis  Plastis  Superficial 
Outside Diameter Wall Thickness Mass Section  Torsional Constans
Area Gyration Gyration Modulus Area
Area
M A I I Z S J C O
Inch mm Inch mm
kg/m Cm2 Cm4 Cm Cm Cm Cm4 Cm3 m2/m
6 5/8    168.3        0.157            4.0         16.2          20.6           697.1            5.8                82.8             108.0           1,394.2                 165.7                0.5
       0.236            6.0         24.0          30.6       1,008.7            5.7             119.9             158.1           2,017.4                 239.7                0.5
8 5/8    219.1        0.157            4.0         21.2          27.0       1,563.6            7.6             142.8             185.1           3,127.7                 285.5                0.7
       0.236            6.0         31.6          40.2       2,281.9            7.5             208.3             272.5           4,563.9                 416.6                0.7
       0.363            9.0         46.6          59.4       3,283.8            7.4             299.8             397.5           6,567.6                 599.5                0.7
10 3/4    273.0        0.157            4.0         26.5          33.8       3,058.2            9.5             224.0             289.5           6,116.5                 448.1                0.9
       0.236            6.0         39.5          50.3       4,487.1            9.4             328.7             427.6           8,974.2                 657.4                0.9
       0.363            9.0         58.6          74.6       6,510.6            9.3             477.0             627.5         13,021.1                 953.9                0.9
       0.472          12.0         77.2          98.4       8,396.1            9.2             615.7             818.0         16,792.3              1,230.2                0.9
12 3/4    323.9        0.236            6.0         47.0          59.9       7,565.3          11.2             467.3             606.1         15,130.6                 934.6                1.0
       0.363            9.0         69.9          89.0     11,034.7          11.1             581.6             892.1         22,068.4              1,363.2                1.0
       0.472          12.0         92.3        117.5     14,305.8          11.0             883.6          1,167.2         28,611.6              1,767.2                1.0
14    355.6        0.236            6.0         51.7          65.9     10,070.5          12.4             566.4             733.4         20,141.1              1,132.8                1.1
       0.363            9.0         76.9          98.0     14,725.9          12.3             828.2          1,081.4         29,451.7              1,656.5                1.1
       0.472          12.0       101.7        129.5     19,139.5          12.2          1,076.5          1,417.3         38,278.9              2,152.9                1.1
16    406.4        0.236            6.0         59.2          75.5     15,128.3          14.2             744.5             962.0         30,256.6              1,489.0                1.3
       0.363            9.0         88.2        112.4     22,192.6          14.1          1,092.2          1,421.6         44,385.2              2,184.3                1.3
       0.472          12.0       116.7        148.7     28,937.0          14.0          1,424.1          1,867.2         57,874.0              2,848.1                1.3
18    457.2        0.236            6.0         66.8          85.0     21,646.9          16.0             946.9          1,221.6         43,293.7              1,893.6                1.4
       0.363            9.0         99.5        126.7     31,834.1          15.8          1,392.6          1,808.2         63,668.2              2,785.1                1.4
       0.472          12.0       131.8        167.8     41,612.3          15.7          1,820.3          2,379.0         83,224.6              3,640.6                1.4
20    508.0        0.236            6.0         74.3          94.6     29,811.5          17.7          1,173.7          1,512.1         59,623.0              2,347.4                1.6
       0.363            9.0       110.7        141.1     43,928.4          17.6          1,729.5          2,241.3         87,856.7              3,458.9                1.6
       0.472          12.0       146.8        187.0     57,536.1          17.5          2,265.2          2,952.8       115,072.1              4,530.4                1.6
24    609.6        0.236            6.0         89.3        113.8     51,820.5          21.3          1,700.1          2,186.1       103,640.9              3,400.3                1.9
       0.363            9.0       133.3        169.8     76,587.1          21.2          2,512.7          3,246.7       153,174.2              5,025.4                1.9
       0.472          12.0       176.8        225.3   100,611.5          21.1          3,300.9          4,286.1       201,223.0              6,601.8                1.9
Chemical Composition
Pospor (P) 0.05% max
Mechanics Characteristic Grade1 Grade2 Grade3
Yield Strength min Psi 30000 35000 45000
Mpa 205 240 310
Kg/mm2 21.1 24.6 31.6
Tensile Strength min Psi 50000 60000 66000
Mpa 345 414 455
Kg/mm2 35.2 42.2 46.4
Elongation min
(Gauge Length 2 Inch) % 30 25 24

endangkoswara
“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
SNI 8052:2014

Badan Standardisasi Nasional


Pipa baja untuk pancang
Standar Nasional Indonesia

ICS 23.040.10
“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
© BSN 2014

Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau
seluruh isi dokumen ini dengan cara dan dalam bentuk apapun serta dilarang mendistribusikan
dokumen ini baik secara elektronik maupun tercetak tanpa izin tertulis dari BSN

BSN
Gd. Manggala Wanabakti
Blok IV, Lt. 3,4,7,10.
Telp. +6221-5747043
Fax. +6221-5747045
Email: dokinfo@bsn.go.id
www.bsn.go.id

Diterbitkan di Jakarta
SNI 8052:2014

“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
Daftar isi

Daftar isi.....................................................................................................................................i 
Prakata ..................................................................................................................................... ii 
1 Ruang lingkup .................................................................................................................... 1 
2 Acuan normatif................................................................................................................... 1 
3 Istilah dan definisi .............................................................................................................. 1 
4 Bahan baku........................................................................................................................ 2 
5 Syarat mutu ....................................................................................................................... 2 
6 Pengambilan contoh .......................................................................................................... 4 
7 Cara uji .............................................................................................................................. 5 
8 Syarat lulus uji ................................................................................................................... 7 
9 Uji ulang ............................................................................................................................. 7 
10 Pengemasan.................................................................................................................... 8 
11 Syarat penandaan ........................................................................................................... 8 
Bibliografi ................................................................................................................................. 9 
Lampiran A Ukuran umum dan berat per satuan panjang pipa ............................................. 10 
Lampiran B Tebal dinding pipa minimal yang diperbolehkan ................................................ 23 

Tabel 1 - Komposisi kimia unsur paduan pada pipa baja paduan untuk pancang .................. 2 
Tabel 2 – Sifat mekanik pipa baja untuk pancang ................................................................... 2 
Tabel 3 - A Hasil perhitungan nilai regangan minimum ............................................................ 3 
Tabel 4 – Jumlah pengambilan contoh uji pipa pancang......................................................... 5 
Tabel A.1 – Ukuran umum dan berat per satuan panjang pipa ............................................. 10 
Tabel B.1 - Tebal dinding pipa minimal yang diperbolehkan ................................................. 23 

Gambar 1 – Spesimen uji tarik ................................................................................................ 6 

© BSN 2014 i
SNI 8052:2014

“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
Prakata

Standar Nasional Indonesia (SNI) mengenai pipa baja untuk pancang disusun dengan tujuan
menjamin mutu produksi dalam rangka perlindungan konsumen dan peningkatan
penggunaan hasil produksi pipa dalam negeri, juga sekaligus menunjang perkembangan
industri dan menjamin peningkatan keterkaitan antara industri hulu dan hilir.

SNI Pipa pancang disusun dengan mengacu pada standar ASTM A 252 – 10, Standard
Specification for Welded and Seamless Steel Pipe Piles ke dalam Bahasa Indonesia, kecuali
penghilangan proses seamless dengan alasan tidak ada produksi pipa pancang dengan
proses seamless di Indonesia.

SNI ini dirumuskan oleh Panitia Teknis 77-01 Logam, Baja dan Produk Baja melalui
proses/prosedur perumusan standar dan terakhir dibahas dalam konsensus yang
diselenggarakan di Jakarta pada 20 Maret 2014 yang dihadiri oleh wakil para produsen,
konsumen, lembaga penelitian dan instansi terkait lainnya.

Lampiran A dari standar ini merupakan ukuran umum dan berat per satuan panjang pipa
baja untuk pancang.

Lampiran B dari standar ini hanya untuk informasi tambahan, lampiran tersebut mencakup
ketebalan dinding pipa minimal yang dibolehkan saat inspeksi.

© BSN 2014 ii
SNI 8052:2014

“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
Pipa baja untuk pancang

1 Ruang lingkup

Standar ini menetapkan acuan normatif, definisi, syarat mutu, cara uji, cara pengambilan
contoh, syarat lulus uji, pengemasan dan syarat penandaan pada pipa baja yang digunakan
untuk pipa pancang berbentuk silinder dan berperan sebagai penahan beban permanen,
atau sebagai selubung pancang beton.

2 Acuan normatif

Dokumen acuan berikut dibutuhkan untuk aplikasi standar ini. Untuk acuan yang
menunjukan tahun, hanya edisi yang disebutkan tahunnya yang digunakan. Untuk acuan
yang tidak menunjukan tahun, acuan yang digunakan adalah tahun edisi yang terakhir
(termasuk setiap amandemen).
SNI 0308, Cara uji komposisi kimia baja karbon
SNI 0371, Batang uji tarik untuk bahan logam
SNI 0408, Cara uji tarik untuk logam
ASTM A 370, Test Method and Definitions for Mechanical Testing of Steel Products
ASTM A 751, Test Methods, Practices and Terminology for Chemical Analysis of Steel
Products

3 Istilah dan definisi

3.1
pipa pancang
pipa baja dengan sambungan las (kampuh) melalui proses pembentukan dan pengelasan.
Proses pengelasan meliputi proses kampuh lurus lasan tahanan listrik (ERW), lasan busur
rendam (SAW) atau kampuh spiral busur rendam (SAW)

3.2
pipa baja untuk pancang
pipa baja untuk pancang pada standar ini terdiri dari 2 (dua) jenis, yaitu:
- pipa baja untuk pancang jenis baja karbon
- pipa baja untuk pancang jenis baja paduan

3.3
pipa baja karbon untuk pancang
pipa baja yang dibuat dari lembaran baja karbon canai panas dengan cara dilas tahanan
listrik (Electrical Resistance Welding-ERW) dan atau las busur rendam (Submerged Arc
Welding-SAW) baik dengan sambungan lurus (longitudinal) maupun sambungan melingkar
(helical)

3.4
pipa baja paduan untuk pancang
pipa baja yang dibuat dari lembaran baja paduan canai panas dengan cara dilas tahanan
listrik (Electrical Resistance Welding-ERW) dan atau las busur rendam (Submerged Arc
Welding-SAW) baik dengan sambungan lurus (longitudinal) maupun sambungan melingkar
(helical)

© BSN 2014 1 dari 23


SNI 8052:2014

“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
4 Bahan baku

Baja lembaran canai panas (Bj P) dalam bentuk gulungan (mother coil), pelat, atau skelp
(hasil slitting).

5 Syarat mutu

5.1 Komposisi kimia

5.1.1 Komposisi kimia bahan baku pipa baja karbon untuk pancang.
Bahan baku pipa baja karbon untuk pancang tidak boleh mengandung unsur fosfor (P) lebih
dari 0,050%.
5.1.2 Komposisi kimia bahan baku pipa baja paduan untuk pancang.
Bahan baku pipa baja paduan untuk pancang tidak boleh mengandung unsur fosfor (P) lebih
dari 0,050% dan dapat mengandung salah satu atau lebih unsur paduan seperti Tabel 1.

Tabel 1 - Komposisi kimia unsur paduan pada pipa baja paduan untuk pancang

Satuan : %
Unsur paduan
Cu Cr V Nb Ti Mo B Ni Co
0,4 0,3 0,1 0,06 0,05 0,08 0,0008 0,3 0,3
min min min min min min min min min

5.2 Sifat mekanik


Kuat tarik dan regangan pipa pancang harus memenuhi persyaratan seperti yang tercantum
pada Tabel 2 dan Tabel 3.

Tabel 2 – Sifat mekanik pipa baja untuk pancang

Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3


Kuat tarik, min, MPa 345 415 455
(psi) (50 000) (60 000) (66 000)
Kuat luluh, min, MPa 205 240 310
(psi) (30 000) (35 000) (45 000)
Nilai regangan (elongasi) minimum untuk tebal nominal
pipa 7,9 mm (5/16 inci) atau lebih:
- Nilai regangan pada panjang ukur 50,8 mm (2 inci), % 30 25 20
- Nilai regangan pada panjang ukur 203,2 mm (8 inci), % 18 14 -
Untuk tebal nominal pipa kurang dari 7,9 mm (5/16 inci),
dasar pengurangan nilai regangan minimum pada
panjang ukur 50,8 mm (2 inci) untuk setiap 0,8 mm (1/32 1,50A 1,25A 1,0A
inci), %
CATATAN:
A
Hasil perhitungan nilai regangan minimum yang lebih lanjut dijelaskan pada Tabel 3.

© BSN 2014 2 dari 23


SNI 8052:2014

“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
Tabel 3 - A Hasil perhitungan nilai regangan minimum

Tebal nominal pipa Regangan minimum pada 50,8 mm (2 in), %

mm inci Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3

7,9 5/16 atau 0,312 30,00 25,00 20,00

7,1 9/32 atau 0,281 28,50 23,75 19,00

6,4 ¼ atau 0,250 27,00 22,50 18,00

5,6 7/32 atau 0,219 25,20 21,25 17,00

4,8 3/16 atau 0,188 24,00 20,00 16,00

4,4 11/64 atau 0,172 23,26 19,50 15,50

4,0 5/32 atau 0,156 22,50 18,75 15,00

3,6 9/64 atau 0,141 21,75 18,25 14,50

3,2 1/8 atau 0,125 21,00 17,50 14,00

2,8 7/64 atau 0,109 20,25 16,75 13,50


CATATAN:
Tabel ini menunjukan nilai regangan minimum untuk berbagai ketebalan pipa. Dimana
tebal nominal pipa ditetapkan dan nilai regangan minimum harus merujuk pada
persamaan di bawah ini:
Kelas Persamaan

1 E = 48t + 15,00
2 E = 40t + 12,50
3 E = 32t + 10,00
Keterangan: E = Regangan minimum pada 50,8 mm (2 inci), %
t = Tebal nominal pipa yang ditetapkan, inci

5.3 Berat per satuan panjang pipa


Berat per satuan panjang pipa untuk berbagai jenis ukuran pipa baja untuk pancang tertulis
pada Tabel 4.

5.4 Toleransi
a. Toleransi berat setiap pipa pancang maksimum 15% di atas atau 5% di bawah berat
nominal. Sesuai dengan rumus pada Pasal 7.3, dihitung dengan menggunakan panjang
dan berat per unit batang, lihat Tabel A.1.
b. Toleransi diameter luar pipa pancang maksimum ± 1% dari diameter yang ditentukan.
c. Toleransi tebal dinding pada setiap bagian maksimum 12,5% di bawah tebal pipa
nominal yang ditentukan.

CATATAN: Tebal dinding pipa minimum yang diperbolehkan terlihat pada Tabel B.1 (lihat Lampiran
B) untuk berbagai tebal pipa nominal.

© BSN 2014 3 dari 23


SNI 8052:2014

“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
5.5 Panjang

a. Pipa baja untuk pancang dapat dipenuhi dengan single random length, double random
length atau dalam uniform length sesuai dengan batasan berikut:

Single random length 4,88 m s.d. 7,62 m (16 ft s.d. 25 ft),


Toleransi per pipa ± 25 mm (1 inci)
Double random length Di atas 7,62 m (25 ft) dengan rata-rata minimal 10,67 m
(35 ft), toleransi per pipa ± 25 mm (1 inci)

Uniform length Panjang dengan variasi yang diijinkan ± 25 mm (1 inci)

b. Panjang pipa yang membutuhkan penyambungan bahan baku dengan pengelasan pada
proses pembuatannya, dapat diterima sebagai ekivalensi dari panjang pipa tanpa
sambungan dengan syarat adanya spesimen uji tarik yang dipotong dari sampel
sambungan yang sesuai dengan ketentuan kuat tarik (tensile strength) yang disebutkan
pada Tabel 2 dan Tabel 3. Welding bead-nya harus tetap ada untuk pengujian ini.
Spesimen tersebut harus dibuat berdasarkan ketetapan yang tercantum dalam pasal
7.2.3.

5.6 Sifat tampak

5.6.1 Pipa harus lurus, dengan lubang yang merata dan sama besar serta ujung-ujungnya
harus bersudut tegak lurus terhadap sumbu pipa.

5.6.2 Permukaan pipa tidak boleh mengandung cacat seperti gores (scratch), penyok, atau
cacat lainnya yang merugikan pada penggunaan akhir.

5.7 Cacat permukaan


5.7.1 Cacat permukaan dengan kedalaman tidak lebih dari 25% dari tebal dinding nominal,
dapat diterima dan pada lokasi cacat tersebut dapat digerinda serta tidak perlu diperbaiki.
5.7.2 Apabila hasil pengerindaan menunjukan cacat permukaan dengan kedalaman lebih
dari 25% dari tebal dinding nominal, maka hal tersebut dinyatakan sebagai cacat dan tidak
dapat diterima. Cacat ini diijinkan untuk diperbaiki dengan pengelasan sepanjang kedalaman
cacat permukaannya tidak lebih dari 331/3% dari tebal dinding nominal.

5.8 Ujung pipa


Ujung pipa pancang dapat dibuat rata (plain ends) atau berbentuk bevel (bevel ends) dengan
sudut bevel 30° dengan toleransi antara +5° dan -0° serta diukur dari garis tegak lurus
terhadap poros dari pipa.

6 Pengambilan contoh

6.1 Pipa pancang yang akan diperiksa harus dikelompokkan sedemikian rupa sehingga
mudah diidentifikasi. Setiap kelompok harus terdiri dari satu macam kelas dan ukuran yang
sama.

6.2 Pengambilan contoh dilakukan oleh petugas yang berwenang.

6.3 Cara pengambilan contoh dilakukan secara acak seperti Tabel 4.

© BSN 2014 4 dari 23


SNI 8052:2014

“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
Tabel 4 – Jumlah pengambilan contoh uji pipa pancang

Diameter luar nominal pipa,


Jumlah sampel dan ukuran lot
mm (inci)

Di bawah 355,6 (14) 2 dari 200 pipa atau kelipatannya

355,6 s.d. 914 (14 s.d. 36) 2 dari 100 pipa atau kelipatannya

Di atas 914 (36) 2 dari 914 m (3000 ft) atau kelipatannya

7 Cara uji

7.1 Uji komposisi kimia

Uji komposisi kimia sesuai dengan SNI 0308 atau ASTM A751
.
7.2 Uji sifat mekanik

7.2.1 Spesimen uji tarik dan metode uji harus sesuai dengan Gambar 1.

7.2.2 Spesimen uji bisa longitudinal atau transversal, dengan panjang ukur (gauge length)
50 mm (2 inci) atau 200 mm (8 inci), diambil dari pipa atau dari slitted coil. Lebar panjang
ukur (gauge length) spesimen uji longitudinal harus berukuran 38 mm (1½ inci) dengan sisi
sejajar dan tidak flat.

7.2.3 Preparasi spesimen uji tarik sebagai berikut:

7.2.3.1 Pipa pancang sambungan las lurus (longitudinal – seam)


a. Spesimen uji arah longitudinal harus diambil dari:
- pipa, arahnya sejajar terhadap poros pipa dan 90° dari lasan
- skelp, pada lokasi dan arah yang sesuai.
b. Spesimen uji arah transversal harus diambil dari:
- pipa, 90° terhadap poros dan 180° dari lasan
- skelp, pada lokasi dan arah yang sesuai.

7.2.3.2 Pipa pancang sambungan las spiral (helical – seam)

a. Spesimen uji arah longitudinal harus diambil dari:


- pipa, arahnya sejajar dengan poros pipa dan pada suatu lokasi sehingga pusat
spesimen berada sedikitnya ¼ jarak antara lingkaran pengelasan yang berdekatan
- skelp, pada lokasi dan arah yang sesuai.
b. Spesimen uji arah transversal harus diambil dari:
- pipa, 90° terhadap poros pipa dan pada suatu lokasi sehingga pusat spesimen
berada kira-kira ½ jarak antara lingkaran pengelasan yang berdekatan
- skelp, pada lokasi dan arah yang sesuai.

7.2.4 Spesimen harus diuji pada temperatur ruangan.


7.2.5 Uji tarik dilakukan sesuai dengan SNI 0408 atau ASTM A370.

© BSN 2014 5 dari 23


SNI 8052:2014

“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
Panjang ukur (Gauge length) Panjang ukur (Gauge
Keterangan gambar 200 mm (8 inci) length) 50 mm (2 inci)
mm inci mm inci
Panjang ukur
G 200 ± 0,25 8,00 ± 0,01 50,0 ± 0,10 2,000 ± 0,005
(Gauge length)
+3 +⅛ +3 +⅛
W Lebar 40 1½ 40 1½
- 6 -¼ -6 -¼
T Tebal Tebal pipa
Radius bahu
R 13 ½ 13 ½
minimum
Panjang minimum
L 450 18 200 8
spesimen uji
Panjang bagian ukur
A minimum (Reduced 225 9 60 2¼
section)
Panjang grip
B 75 3 50 2
minimum
C Lebar grip, approx. 50 2 50 2

Gambar 1 – Spesimen uji tarik

7.3 Uji berat per satuan panjang

Uji berat dilakukan dengan menetapkan salah satu cara penimbangan atau menggunakan
perhitungan menggunakan rumus dibawah ini :

W = (D-t) x t x 0,02466

Keterangan:
W = berat per satuan panjang pipa (kg/m)
D = diameter aktual luar (mm)
t = tebal aktual dinding (mm)

Untuk uji dengan cara penimbangan dengan ketelitian 2 (dua) angka dibelakang koma,
dilakukan terhadap contoh uji dengan panjang tertentu dan dihitung dengan menggunakan
panjang dan berat per satuan panjang.

7.4 Pengukuran dimensi

© BSN 2014 6 dari 23


SNI 8052:2014

“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
7.4.1 Diameter luar pipa

Pengukuran diameter luar pipa dilakukan sebanyak 4 (empat) kali pembacaan di titik yang
berbeda untuk setiap 1 (satu) sampel. Pengukuran dilakukan pada jarak 2 (dua) meter dari
salah satu ujung pipa.

7.4.2 Tebal pipa


Pengukuran tebal pipa dilakukan sebanyak 2 (dua) kali pembacaan di titik yang berbeda
pada salah satu ujung penampang pipa.
7.4.3 Panjang pipa

Pengukuran panjang pipa dilakukan 3 (tiga) kali pembacaan.

7.4.4 Kedalaman cacat permukaan

Untuk melakukan pengukuran kedalaman cacat permukaan dapat dilakukan menggunakan


thickness-meter.

7.4.5 Sudut bevel ujung pipa

Untuk melakukan pengukuran sudut bevel ujung pipa dapat dilakukan dengan menggunakan
alat ukur sudut.

7.5 Uji sifat tampak


Pemeriksaan pada sifat tampak dan bentuk harus dilakukan pada setiap pipa secara visual.

8 Syarat lulus uji

8.1 Kelompok dinyatakan lulus uji apabila contoh yang diambil dari kelompok tersebut
memenuhi persyaratan pada Pasal 5.

8.2 Apabila sebagian syarat-syarat tidak dipenuhi, maka dapat dilakukan uji ulang sesuai
Pasal 9.1.

8.2.1 Apabila pada hasil uji ulang semua syarat mutu dipenuhi, maka kelompok produk
dinyatakan lulus uji.

8.2.2 Apabila hasil uji ulang terdapat syarat mutu tidak dipenuhi, maka kelompok produk
dinyatakan tidak lulus uji (tidak memenuhi syarat mutu).

9 Uji ulang

9.1 Apabila salah satu syarat pada Pasal 5 tidak dipenuhi, maka dapat dilakukan uji ulang
dengan jumlah contoh 2 (dua) kali jumlah contoh semula dari lot yang sama.

9.2 Apabila dalam uji ulang ini semua contoh benda uji memenuhi persyaratan Pasal 5,
maka contoh dinyatakan lulus uji, dan apabila salah satu persyaratan tidak dipenuhi maka
contoh dinyatakan tidak lulus uji.

9.3 Uji kuat tarik ulang diperbolehkan bila:


a. presentase regangan dari hasil uji kuat tarik tidak sesuai dengan Tabel 2 dan Tabel 3;

© BSN 2014 7 dari 23


SNI 8052:2014

“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
b. patahan spesimen uji dengan ukuran panjang ukur (gauge length) 50 mm (2 inci), lokasi
patahan melebihi 19 mm (¾ inci) dari tengah panjang ukur (gauge length); atau
c. patahan spesimen uji dengan ukuran panjang ukur (gauge length) 200 mm (8 inci),
lokasi patahan di luar ⅔ (duapertiga) dari tengah panjang ukur (gauge length);
d. patahan terjadi di area cacat permukaan baik pada permukaan dalam atau pada
permukaan luar spesimen uji.

9.4 Jika hasil uji kuat tarik yang mewakili tiap lot tidak sesuai dengan ketentuan yang
dijelaskan pada Tabel 2 dan Tabel 3, lot tersebut ditolak atau dapat diuji ulang dengan
menggunakan dua batang tambahan dari lot tersebut. Pengujian tersebut diperlukan untuk
menghasilkan kesesuaian dengan persyaratan uji kuat tarik yang diminta.

10 Pengemasan

Pipa-pipa yang diikat jadi satu, harus diikat dengan baik dengan steel strapping band.

11 Syarat penandaan

Semua pipa yang telah lulus uji harus diberi tanda yang tidak mudah hilang dengan
mencantumkan:
‐ Nama pabrik - Inisial/Logo/Merek pabrik pembuat
‐ Panjang
‐ Diameter atau ukuran
‐ Kelas
‐ Proses pengelasan (sambungan las lurus atau sambungan las spiral).

© BSN 2014 8 dari 23


SNI 8052:2014

“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
Bibliografi

ASTM A252-10, Standard specification for welded and seamless steel pipe piles
ASTM A370-11, Test method and definitions for mechanical testing of steel products
ASTM A 751, Test methods, practices and terminology for chemical analysis of steel
products
ASTM A 941, Terminology relating to steel, stainless steel, related alloys and ferroalloys
ASTM E 29, Practice for using significant digits in test data to determine conformance with
specifications.

© BSN 2014 9 dari 23


SNI 8052:2014

“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
Lampiran A
(normatif)
Ukuran umum dan berat per satuan panjang pipa

Tabel A.1 – Ukuran umum dan berat per satuan panjang pipa

Tebal dinding Berat per satuan


Penamaan Diameter luar nominal
pipa nominal panjang

(inci) mm (inci) mm kg/m


2 60,3 2 3/8 3,90 5,44
2 1/2 73,0 2 7/8 3,90 6,65
3 88,9 3 1/2 5,49 11,29
4 114,3 4 1/2 6,02 16,07
6 168,3 6 5/8 3,40 13,83
3,58 14,54
3,96 16,05
4,17 16,88
4,37 17,67
4,55 18,37
4,78 19,27
5,16 20,76
5,56 22,31
5,84 23,40
6,35 25,36
7,11 28,26
8,18 32,30
9,00 35,36
9,27 36,35
9,53 37,31
8 219,1 8 5/8 4,78 25,26
5,16 27,22
5,56 29,28
6,35 33,31
7,11 37,17
7,92 41,24
8,18 42,55
8,74 45,34
9,00 46,63
9,27 47,97
9,53 49,25
10,11 52,10
11,13 57,08

© BSN 2014 10 dari 23


SNI 8052:2014

“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
Tebal dinding Berat per satuan
Penamaan Diameter luar nominal
pipa nominal panjang

(inci) mm (inci) mm kg/m


12,70 64,64
10 273,05 10 3/4 4,78 31,62
5,16 34,09
5,56 36,68
5,84 38,48
6,35 41,76
7,11 46,63
7,80 51,02
7,92 51,78
8,18 53,43
8,38 54,69
8,74 56,97
9,00 58,60
9,27 60,30
9,53 61,93
10,11 65,55
10,31 66,80
11,13 71,89
12,00 77,25
12,70 81,54
12 323,9 12 3/4 4,55 35,83
4,78 37,62
5,16 40,56
5,56 43,65
5,84 45,81
6,35 49,73
7,11 55,54
7,80 60,80
7,92 61,71
8,18 63,69
8,38 65,20
8,74 67,93
9,00 69,89
9,27 71,92
9,53 73,88
10,11 78,23
10,31 79,73
11,13 85,84
12,00 92,30

© BSN 2014 11 dari 23


SNI 8052:2014

“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
Tebal dinding Berat per satuan
Penamaan Diameter luar nominal
pipa nominal panjang

(inci) mm (inci) mm kg/m


12,70 97,46
13,00 99,67
14,13 107,94
14 355,6 14 4,78 41,35
5,16 44,59
5,56 47,99
5,84 50,37
6,35 54,69
7,11 61,10
7,80 66,90
7,92 67,90
8,18 70,08
8,38 71,75
8,74 74,76
9,00 76,92
9,27 79,17
9,53 81,33
10,11 86,14
10,31 87,79
11,13 94,55
12,00 101,68
12,70 107,39
13,00 109,83
14,13 118,98
14,27 120,11
15,90 133,19
16 406,4 16 4,78 47,34
5,16 51,06
5,56 54,96
5,84 57,69
6,35 62,64
7,11 70,01
7,80 76,67
7,92 77,83
8,18 80,33
8,38 82,25
8,74 85,71
9,00 88,20
9,27 90,78

© BSN 2014 12 dari 23


SNI 8052:2014

“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
Tebal dinding Berat per satuan
Penamaan Diameter luar nominal
pipa nominal panjang

(inci) mm (inci) mm kg/m


9,53 93,27
10,11 98,80
10,31 100,70
11,13 108,49
12,00 116,71
12,70 123,30
13,00 126,12
14,13 136,68
14,27 137,99
15,90 153,11
18 457,2 18 4,78 53,33
5,16 57,52
5,56 61,92
5,84 65,00
6,35 70,60
7,11 78,92
7,80 86,44
7,92 87,75
8,18 90,58
8,38 92,75
8,74 96,66
9,00 99,47
9,27 102,40
9,53 105,21
10,11 111,47
10,31 113,62
11,13 122,43
12,00 131,74
12,70 139,21
13,00 142,40
14,13 154,39
14,27 155,87
15,90 173,03
20 508 20 4,78 59,32
5,16 63,98
5,56 68,89
5,84 72,32
6,35 78,55
7,11 87,82

© BSN 2014 13 dari 23


SNI 8052:2014

“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
Tebal dinding Berat per satuan
Penamaan Diameter luar nominal
pipa nominal panjang

(inci) mm (inci) mm kg/m


7,80 96,21
7,92 97,67
8,18 100,82
8,38 103,25
8,74 107,60
9,00 110,75
9,27 114,01
9,53 117,15
10,11 124,13
10,31 126,53
11,13 136,37
12,00 146,78
12,70 155,12
13,00 158,69
14,13 172,09
14,27 173,74
15,90 192,95
22 558,8 22 4,78 65,30
5,16 70,45
5,56 75,85
5,84 79,63
6,35 86,51
7,11 96,73
7,80 105,98
7,92 107,59
8,18 111,07
8,38 113,74
8,74 118,55
9,00 122,02
9,27 125,62
9,53 129,08
10,11 136,80
10,31 139,45
11,13 150,32
12,00 161,81
12,70 171,03
13,00 174,97
14,13 189,79
14,27 191,62

© BSN 2014 14 dari 23


SNI 8052:2014

“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
Tebal dinding Berat per satuan
Penamaan Diameter luar nominal
pipa nominal panjang

(inci) mm (inci) mm kg/m


15,90 212,87
24 609,6 24 7,9 117,22
8,7 128,92
9,5 140,59
10,3 152,22
11,1 163,83
11,9 175,40
12,7 186,94
14,3 209,93
15,9 232,79
17,5 255,52
19,1 278,13
20 290,79
20,6 299,21
22,2 321,57
26 660,4 26 7,9 127,12
8,7 139,82
9,5 152,49
10,3 165,12
11,1 177,73
11,9 190,30
12,7 202,85
14,3 227,84
15,9 252,70
17,5 277,44
19,1 302,06
20,6 325,02
22,2 349,38
23,8 373,63
28 711,2 28 7,9 137,01
8,7 150,72
9,5 164,39
10,3 178,03
11,1 191,64
11,9 205,21
12,7 218,76
14,3 245,75
15,9 272,62
17,5 299,37

© BSN 2014 15 dari 23


SNI 8052:2014

“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
Tebal dinding Berat per satuan
Penamaan Diameter luar nominal
pipa nominal panjang

(inci) mm (inci) mm kg/m


19,1 325,98
20,6 350,82
22,2 377,19
23,8 403,44
25,4 429,56
30 762 30 7,9 146,91
8,7 161,61
9,5 176,29
10,3 190,93
11,1 205,54
11,9 220,12
12,7 234,67
14,3 263,67
15,9 292,54
17,5 321,29
19,1 349,91
20,6 376,63
22,2 405,00
23,8 433,26
25,4 461,38
27,0 489,38
32 812,8 32 7,9 156,81
8,7 172,51
9,5 188,19
10,3 203,83
11,1 219,45
11,9 235,03
12,7 250,58
14,3 281,58
15,9 312,46
17,5 343,21
19,1 373,84
20,6 402,43
22,2 432,82
23,8 463,07
25,4 493,20
27,0 523,20
28,6 553,08
34 863,6 34 7,9 166,70

© BSN 2014 16 dari 23


SNI 8052:2014

“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
Tebal dinding Berat per satuan
Penamaan Diameter luar nominal
pipa nominal panjang

(inci) mm (inci) mm kg/m


8,7 183,41
9,5 200,09
10,3 216,74
11,1 233,35
11,9 249,93
12,7 266,49
14,3 299,50
15,9 332,38
17,5 365,13
19,1 397,76
20,6 428,24
22,2 460,63
23,8 492,89
25,4 525,02
27,0 557,03
28,6 588,91
30,2 620,66
36 914,4 36 7,9 176,60
8,7 194,31
9,5 211,99
10,3 229,64
11,1 247,26
11,9 264,84
12,7 282,40
14,3 317,41
15,9 352,30
17,5 387,06
19,1 421,69
20,6 454,05
22,2 488,44
23,8 522,70
25,4 556,84
27 590,85
28,6 624,73
30,2 658,49
31,8 692,12
38 965,2 38 7,9 186,50
8,7 205,21
9,5 223,89

© BSN 2014 17 dari 23


SNI 8052:2014

“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
Tebal dinding Berat per satuan
Penamaan Diameter luar nominal
pipa nominal panjang

(inci) mm (inci) mm kg/m


10,3 242,54
11,1 261,16
11,9 279,75
12,7 298,31
14,3 335,32
15,9 372,21
17,5 408,98
19,1 445,62
20,6 479,85
22,2 516,25
23,8 552,52
25,4 588,66
27,0 624,67
28,6 660,56
30,2 696,32
31,8 731,96
40 1016 40 7,9 196,39
8,7 216,11
9,5 235,79
10,3 255,45
11,1 275,07
11,9 294,66
12,7 314,22
14,3 353,24
15,9 392,13
17,5 430,90
19,1 469,55
20,6 505,66
22,2 544,06
23,8 582,33
25,4 620,48
27,0 658,50
28,6 696,39
30,2 734,16
31,8 771,80
42 1067 42 7,9 206,29
8,7 227,05
9,5 247,74
10,3 268,40

© BSN 2014 18 dari 23


SNI 8052:2014

“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
Tebal dinding Berat per satuan
Penamaan Diameter luar nominal
pipa nominal panjang

(inci) mm (inci) mm kg/m


11,1 289,03
11,9 309,62
12,7 330,19
14,3 371,22
15,9 412,13
17,5 452,91
19,1 493,57
20,6 531,57
22,2 571,98
23,8 612,26
25,4 652,42
27,0 692,45
28,6 732,36
30,2 772,14
31,8 811,79
44 1118 44 7,9 216,19
8,7 237,99
9,5 259,69
10,3 281,35
11,1 302,99
11,9 324,59
12,7 346,16
14,3 389,21
15,9 432,13
17,5 474,92
19,1 517,59
20,6 557,47
22,2 599,90
23,8 642,19
25,4 684,37
27,0 726,41
28,6 768,33
30,2 810,12
31,8 851,79
46 1168 46 7,9 226,08
8,7 248,72
9,5 271,40
10,3 294,05
11,1 316,67

© BSN 2014 19 dari 23


SNI 8052:2014

“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
Tebal dinding Berat per satuan
Penamaan Diameter luar nominal
pipa nominal panjang

(inci) mm (inci) mm kg/m


11,9 339,26
12,7 361,82
14,3 406,84
15,9 451,73
17,5 496,50
19,1 541,14
20,6 582,87
22,2 627,27
23,8 671,54
25,4 715,68
27,0 759,70
28,6 803,59
30,2 847,36
31,8 890,99
48 1219 48 7,9 235,94
8,7 259,66
9,5 283,35
10,3 307,01
11,1 330,63
11,9 354,23
12,7 377,79
14,3 424,82
15,9 471,73
17,5 518,51
19,1 565,16
20,6 608,78
22,2 655,19
23,8 701,47
25,4 747,63
27,0 793,66
28,6 839,56
30,2 885,34
31,8 930,99
50 1270 50 12 372,27
14 433,62
16 494,78
19 586,14
20 616,50
22 677,06

© BSN 2014 20 dari 23


SNI 8052:2014

“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
Tebal dinding Berat per satuan
Penamaan Diameter luar nominal
pipa nominal panjang

(inci) mm (inci) mm kg/m


25 767,54
52 1320,8 52 12 387,30
14 451,16
16 514,82
19 609,95
20 641,55
22 704,62
25 798,86
53 1346,2 53 12 394,82
14 459,93
16 524,84
19 621,85
20 654,08
22 718,40
25 814,52
54 1371,6 54 12 402,33
14 468,70
16 534,87
19 633,75
20 666,61
22 732,18
25 830,18
56 1422,4 56 12 417,37
14 486,24
16 554,91
19 657,55
20 691,66
22 759,75
25 861,50
58 1473,2 58 12 432,40
14 503,77
16 574,95
19 681,35
20 716,72
22 787,31
25 892,82
59 1498,6 59 12 439,91
14 512,54
16 584,97

© BSN 2014 21 dari 23


SNI 8052:2014

“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
Tebal dinding Berat per satuan
Penamaan Diameter luar nominal
pipa nominal panjang

(inci) mm (inci) mm kg/m


19 693,25
20 729,25
22 801,09
25 908,47
62 1574,8 62 12 462,46
14 538,85
16 615,04
19 728,95
20 766,83
22 842,43
25 955,45
64 1625,6 64 12 477,50
14 556,39
16 635,08
19 752,76
20 791,88
22 869,99
25 986,77
CATATAN:
Berat per satuan panjang pipa dihitung sebagai berikut:

W = (D-t) x t x 0,02466

Keterangan:
W = berat per satuan panjang pipa (kg/m)
D = diameter luar (mm)
t = nominal tebal dinding (mm)

© BSN 2014 22 dari 23


SNI 8052:2014

“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
Lampiran B
(Informatif)
Tebal dinding pipa minimal yang diperbolehkan

Tabel B.1 - Tebal dinding pipa minimal yang diperbolehkan


Tebal Tebal dinding Tebal Tebal dinding Tebal Tebal dinding
dinding pipa pipa minimum dinding pipa pipa minimum dinding pipa pipa minimum
nominal (tn), yang nominal (tn), yang nominal (tn), yang
inA diperbolehkan inA diperbolehkan inA diperbolehkan
(tm), inA (tm), inA (tm), inA
0,068 0,060 0,276 0,242 0,674 0,590
0,088 0,077 0,277 0,242 0,687 0,601
0,091 0,080 0,279 0,244 0,719 0,629
0,095 0,083 0,280 0,245 0,750 0,656
0,109 0,095 0,281 0,246 0,812 0,710
0,113 0,099 0,294 0,257 0,843 0,738
0,119 0,104 0,300 0,262 0,864 0,756
0,120 0,105 0,307 0,269 0,875 0,766
0,125 0,109 0,308 0,270 0,906 0,793
0,126 0,110 0,312 0,273 0,937 0,820
0,133 0,116 0,318 0,278 0,968 0,847
0,134 0,117 0,322 0,282 1,000 0,875
0,140 0,122 0,330 0,289 1,031 0,902
0,141 0,123 0,337 0,295 1,062 0,929
0,145 0,127 0,343 0,300 1,093 0,956
0, 147 0,129 0,344 0,301 1,125 0,984
0,150 0,131 0,358 0,313 1,156 1,012
0,154 0,135 0,365 0,319 1,218 1,066
0,156 0,136 0,375 0,328 1,250 1,094
0,164 0,143 0,382 0,334 1,281 1,121
0,172 0,150 0,400 0,350 1,312 1,148
0,179 0,157 0,406 0,355 1,343 1,175
0,187 0,164 0,432 0,378 1,375 1,203
0,188 0,164 0,436 0,382 1,406 1,230
0,191 0,167 0,437 0,382 1,438 1,258
0,200 0,175 0,438 0,383 1,500 1,312
0,203 0,178 0,469 0,410 1,531 1,340
0,216 0,189 0,500 0,438 1,562 1,367
0,218 0,191 0,531 0,465 1,593 1,394
0,219 0,192 0,552 0,438 1,750 1,531
0,226 0,198 0,562 0,492 1,781 1,558
0,230 0,201 0,593 0,519 1,812 1,586
0,237 0,207 0,600 0,525 1,968 1,722
0,250 0,219 0,625 0,547 2,062 1,804
0,258 0,226 0,656 0,574 2,343 2,050

© BSN 2014 23 dari 23


PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN
DINAS PERHUBUNGAN
Jl. Pageran Antasari Rt. 15 No. 44 Telp./Fax. (0556) 22834

KEGIATAN

PEMBANGUNAN DAN PENERBITAN IZIN PEMBANGUNAN DAN PENGOPERASIAN


PELABUHAN SUNGAI DAN DANAU

PEKERJAAN

PEMBANGUNAN PELABUHAN SEBAKIS

RENCANA KERJA SYARAT


(RKS)
DAFTAR ISI
BAB I
SYARAT -SYARAT TEKNIK UMUM 1
1. LINGKUP PEKERJAAN & ISTILAH ............................................................................................... 1
2. PENYEDIAAN TENAGA............................................................................................................... 2
3. PEMBUATAN RENCANA JADWAL PELAKSANAAN..................................................................... 5
4. PENYEDIAAN PERLENGKAPAN DAN PENJAGAAN KEAMANAN ................................................ 5
5. PENYEDIAAN PERALATAN........................................................................................................ 7
6. PENYEDIAAN BAHAN BANGUNAN........................................................................................... 7
7. PENINJAUAN LAPANGAN....................................................................................................... 10
8. MOBILISASI DAN DEMOBILISASI............................................................................................ 11
9. SURVEY DAN PEMERIKSAAN LOKASI ..................................................................................... 12
10. PERLINDUNGAN TERHADAP CUACA.................................................................................... 12
11. KESELAMATAN, KEAMANAN DAN PERLINDUNGAN TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP.......... 12
12. GANGGUAN TERHADAP LALU LINTAS DAN DAERAH SEKITARNYA YANG
BERDEKATAN ......................................................................................................................... 14
13. KERUSAKAN YANG HARUS DIHINDARI .............................................................................. 15
14. KEBERSIHAN LOKASI PROYEK ........................................................................................... 16
15. PEMBUATAN SHOP DRAWING ......................................................................................... 17
16. PEMBUATAN GAMBAR SESUAI PELAKSANAAN (ASBUILT DRAWING) DAN BUKU
PENGGUNAAN & PEMELIHARAAN BANGUNAN.................................................................... 17
17. PEMBENAHAN/PERBAIKAN KEMBALI.............................................................................. 18
18. PERATURAN/PERSYARATAN TEKNIK YANG MENGIKAT ................................................... 18
19. PENELITIAN DOKUMEN KONTRAK.................................................................................. 19

BAB II
SYARAT-SYARAT TEKNIK KHUSUS
1. UMUM ....................................................................................................................... 20
2. JENIS PEKERJAAN ....................................................................................................... 20
3. INSPEKSI PEKERJAAN ................................................................................................. 21

BAB III
PEKERJAAN PEMASANGAN BOLLARD
1. LINGKUP PEKERJAAN...................................................................................................... 26
2. TIPE & MATERIAL............................................................................................................ 26
3. PEMASANGAN ........................................................................................................... 26
4. PENGECATAN............................................................................................................. 27
5. PEMERIKSAAN FISIK BOLLARD................................................................................... 27
6. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN ........................................................................... 27
BAB IV
PEKERJAAN BETON DAN BESI TULANGAN
1. LINGKUP PEKERJAAN ................................................................................................. 29
2. KETENTUAN UMUM................................................................................................... 30
3. STANDAR RUJUKAN ................................................................................................... 31
4. BAHAN ....................................................................................................................... 33
5. PERSYARATAN KEAWETAN BETON............................................................................ 36
6. TRIAL - MIX................................................................................................................. 39
7. KUALITAS DAN PENCAMPURAN BETON .................................................................... 39
8. CETAKAN (BEKISTING)................................................................................................ 54
9. DETAIL PENULANGAN................................................................................................ 56
10. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN ........................................................................... 60

BAB V
PEKERJAAN TIANG PANCANG
1. LINGKUP PEKERJAAN ................................................................................................. 61
2. MATERIAL................................................................................................................... 62
3. PENGAJUAN KESIAPAN KERJA ................................................................................... 62
4. PEMANCANGAN TIANG ............................................................................................. 63
5. TIANG UJI DAN PENGUJIAN PEMBEBANAN DENGAN METODE PDA (PILE DRIVING
ANALYSIS) TEST.......................................................................................................... 67
6. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN ........................................................................... 68

BAB VI
PEKERJAAN PROTEKSI TIANG PANCANG BAJA PADA SPLASH ZONE
1. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN ........................................................................... 69
2. URAIAN ...................................................................................................................... 70
3. PEKERJAAN SEKSI LAIN YANG BERKAITAN DENGAN SEKSI INI .................................. 70
4. PENGAJUAN KESIAPAN KERJA ................................................................................... 70
5. STRAPPING DAN FASTENER ....................................................................................... 71
6. PELAKSANAAN PEKERJAAN........................................................................................ 71
7. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN ........................................................................... 72

BAB VII
PEKERJAAN BAJA
1. LINGKUP PEKERJAAN ................................................................................................. 73
2. PERSYARATAN UMUM............................................................................................... 73
3. MATERIAL................................................................................................................... 74
4. PELAKSANAAN ........................................................................................................... 74
5. PEMASANGAN ........................................................................................................... 75
BAB VIII
PEKERJAAN LAS
1. LINGKUP PEKERJAAN ................................................................................................. 76
2. MATERIAL................................................................................................................... 76
3. METODE PELAKSANAAN ............................................................................................ 77
4. PEMERIKSAAN HASIL PEKERJAAN.............................................................................. 78
5. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN ........................................................................... 79
BAB I
SYARAT -SYARAT TEKNIK UMUM

1. LINGKUP PEKERJAAN & ISTILAH


1. Lingkup pekerjaan yang menjadi tanggung jawab Kontraktor sesuai Surat Perjanjian
Pemborongan atas Pekerjaan: " PEKERJAAN PEMBANGUNAN DERMAGA SEBAKIS
2. Selain pekerjaan di atas yang merupakan pekerjaan pokok yang harus diselesaikan, Kontraktor
dituntut harus melaksanakan pekerjaan-pekerjaan pendukung yang diatur di dalam pasal-pasal
selanjutnya di dalam bab ini, yang terdiri atas :
a. Penyediaan tenaga
b. Pembuatan rencana jadwal pelaksanaan.
c. Penyediaan perlengkapan dan penjagaan keamanan.
d. Penyediaan peralatan.
e. Penyediaan bahan.
f. Laporan Progress Pekerjaan
g. Pembuatan shop drawing (Gambar Pelaksanaan).
h. Pembuatan Gambar Sesuai Pelaksanaan (As built Drawing).
i. Pembuatan Buku Penggunaan dan Pemeliharan Bangunan.
j. Pembenahan/Perbaikan kembali lingkungan Sekitar dan pembersihan lokasi.
3. Dokumen pelaksanaan yang terdiri dari surat perjanjian, Gambar-gambar kontrak, RKS dan
Berita-berita acara rapat selama pelaksanaan adalah merupakan satu kesatuan yang tak
terpisahkan dan dianggap saling melengkapi/mendukung. Dalam hal terjadi perbedaan terhadap
suatu hal diantara 2 atau lebih dokumen pelaksanaan, maka yang harus dipatuhi adalah
dokumen dengan tingkatan hukum
yang lebih tinggi dalam hirarkhi peraturan dokumen pelaksanaan sesuai yang diuraikan dalam
peraturan yang terkait. Dalam hal terdapat kekurangan penjelasan dalam spesifikasi teknik
terhadap bagian pekerjaan yang terdapat dalam gambar kontrak, maka Kontraktor harus
memahami bahwa bagian pekerjaan tersebut harus dilaksanakan berdasarkan spesifikasi
standar yang umum dilakukan berkaitan dengan bagian pekerjaan tersebut. Kontraktor harus
mengajukan proposal pelaksanaan yang disertai dengan shop drawing kepada Ppk Dinas
Perhubungan untuk mendapatkan persetujuan.
4. Dinas Perhubungan adalah Selaku Penyedia Jasa Badan Usaha Milik Negara yang berbadan
Hukum sebagai pemilik.
5. Direksi Teknis adalah yang ditunjuk untuk mengelola administrasi kontrak dan mengendalikan
langsung pekerjaan di lapangan
6. Konsultan Pengawas adalah lembaga berbadan hukum yang ditunjuk oleh Pemberi Tugas yang
bertugas untuk mengawasi dan mengendalikan kualitas, kuantitas dan waktu pelaksanaan
pekerjaan di lapangan.
7. Kontraktor adalah perusahaan yang memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan untuk
melaksanakan pekerjaan pemborongan dan mengikatkan diri kepada PemberiTugas melalui
Surat Perjanjian Pekerjaan Pemborongan antara Pemberi Tugas dan Perusahaan yang
bersangkutan.

2. PENYEDIAAN TENAGA
1. Selama masa pelaksanaan Kontraktor harus menyediakan tenaga inti yang cukup memadai
untuk proyek ini melalui persetujuan DINAS PERHUBUNGAN KAB. NUNUKAN atas rekomendasi
Konsultan Pengawas yang sekurang-kurangnya terdiri atas :
o 1 (satu) orang Project Manager (Sarjana Teknik Sipil, Ahli Bangunan Pelabuhan yang
berpengalaman sekurang-kurangnya 15 tahun di bidang pembangunanpelabuhan dengan
struktur tiang pancang, memiliki sertifikasi dibidang yang berkaitan dengan Teknik
Kepelabuhanan atau referensi kerja kepelabuhanan yang memadai.
o 1 (Satu) orang Site Engineer (Pelaksana), sarjana Teknik sipil yang berpengalaman di bidang
pembangunan pelabuhan masing-masing 10 tahun, memiliki sertifikasi dibidang yang
berkaitan dengan Teknik Kepelabuhanan atau referensi kerja yang memadai.
o 1 (Satu) orang Quality dan Quantity Engineer, sarjana teknik sipil masing-masing pengalaman
5 tahun di bidang Teknik pelabuhan, memiliki sertifikasi dibidang Teknik Sipil atau referensi
kerja yang memadai.
o 1 (Satu) orang tenaga administrasi & logistik di kantor proyek dengan pengalaman 5 tahun di
bidangnya.
o 1 (Satu) orang Draftman bila diperlukan untuk pembuatan shop drawing dan as built drawing.
o 1 (satu ) orang ahli listrik, berpengalaman 5 tahun dibidang instalasi penerangan luar.
o Salah satu dari Project Manager dan Site Engineer harus memiliki sertifikasi K3 (Keselamatan
Keamanan Kerja)/ memahami OHSAS 18001:1999 (Occupational Health and Safety
Management System – Specification Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja –
Persyaratan)
o Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah diterbitkannya SPMK (Surat Perintah Mulai Kerja),
Kontraktor sudah harus menyerahkan nama-nama tenaga yang akan ditugaskan di atas
lengkap dengan curiculum vitaenya, bagan organisasinya dan copy lampiran sertifikasi atau
referensi kerja.
2. Pada setiap tahap pekerjaan Konstruksi, Kontraktor harus menyediakan tenaga mandor, Kepala
Tukang, tukang dan pekerja yang cukup terampil serta cukup jumlahnya.
3. Kontraktor berkewajiban menambah/mengganti tenaga seperti yang dimaksud padabutir 1 & 2
di atas apabila diminta oleh Pengawas berdasarkan pertimbangan pertimbangan teknis yang
wajar.
4. Kecuali ditentukan lain dalam Kontrak, Kontraktor harus membuat pengaturannya sendiri dalam
hal pengangkatan semua staf dan tenaga kerja, lokal atau lainnya, dan mengenai pembayaran,
perumahan, makanan, transportasi dan pembayaran yang harus dikeluarkan termasuk
kompensasi yang harus menjadi haknya berdasarkan perundang-undangan Republik Indonesia
bilamana pekerjaan telah berakhir.
5. Kontraktor tidak boleh menawarkan pekerjaan kepada pegawai dari Pemberi Tugas selama masa
Kontrak dan setelahnya kecuali dengan seijin tertulis dari Pemberi Tugas.
6. Untuk mendapatkan tenaga Staf dan tenaga kerja pada umumnya, Kontraktor harus memberikan
prioritas utama kepada orang-orang yang tinggal atau berasal dari tempat lokasi proyek.
7. Kontraktor harus menyediakan dan memelihara pada lokasi proyek fasilitas pertolongan pertama
dalam kecelakaan yang memadai dan beberapa staf harus mampu melakukan tugas pertolongan
pertama, sesuai dengan keinginan DINAS PERHUBUNGAN KAB. NUNUKAN.
8. Kontraktor akan secepatnya melapor kepada DINAS PERHUBUNGAN KAB. NUNUKAN bila terjadi
peristiwa kecelakaan di lokasi proyek atau dimana saja yang berhubungan dengan Pekerjaan.
Kontraktor juga harus melaporkan kecelakaan tersebut kepada instansi yang berwenang apabila
laporan tersebut disyaratkan oleh undang-undang.

3. PEMBUATAN RENCANA JADWAL PELAKSANAAN


1. Kontraktor berkewajiban menyusun dan membuat jadwal pelaksanaan dalam bentuk network
planning dan curva S yang dilengkapi dengan barchart prestasi yang direncanakan berdasarkan
butir-butir komponen pekerjaan sesuai dengan penawarannya.
2. Pembuatan Rencana Jadwal Pelaksanaan ini harus diselesaikan oleh Kontraktor selambat-
lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum dimulainya pelaksanaan dilapangan pekerjaan. Penyelesaian
yang dimaksud ini sudah harus dalam arti telah mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas
dan Dinas Perhubungan
3. Bila selama waktu 7 (tujuh) hari setelah pelaksanaan pekerjaan dimulai Kontraktor belum dapat
menyelesaikan pembuatan jadwal pelaksanaan, maka Kontraktor harus dapat menyajikan
jadwal pelaksanaan sementara minimal untuk waktu 2 minggu pertama dan 2 minggu kedua
dari pelaksanaan pekerjaan.
4. Jadwal waktu pelaksanaan Seratus Dua puluh Hari (120) Kalender.

4. PENYEDIAAN PERLENGKAPAN DAN PENJAGAAN KEAMANAN


1. Kontraktor harus menyediakan/mendirikan barak kerja dan gudang penyimpanan alat dan bahan
bangunan untuk keperluan pekerjaan konstruksi yang kelayakannya akan dinilai oleh Konsultan
Pengawas dan DINAS PERHUBUNGAN KAB. NUNUKAN. Bila Konsultan Pengawas dan DINAS
PERHUBUNGAN KAB. NUNUKAN menilai barak/gudang tersebut kurang layak dengan alasan-
alasan teknis, maka Kontraktor harus melakukan perbaikan/penyempurnaan sesuai dengan
petunjuk Konsultan Pengawas dan DINAS PERHUBUNGAN KAB. NUNUKAN
2. Kontraktor harus menyediakan/mendirikan kantor (Direksi keet) yang dilengkapi
dengan :
o Meja rapat lengkap dengan tempat duduk dengan kapasitas Delapan (8) orang.
o Meja dan kursi kerja berlaci dan berkunci
o 1 set Dokumen Pelaksanaan.
o 1 set peraturan-peraturan dan standar (code) yang digunakan
Direksi keet tersebut harus dibangun dengan persyaratan sebagai berikut :
o Atap : Atap Seng Gelombang
o Plafon : Calciboard/Triplex (3 mm)
o Dinding : dinding Multiplex dengan rangka kayu meranti
o Pondasi : Pasangan pondasi Batu kali setempat untuk kolom & rolag batu bata sebagai frame
lantai.
o Lantai : tegel keramik
o Dilengkapi penerangan listrik yang cukup, kamar kecil (1,5 x 2 m) beserta
penyediaan air bersih dan saluran pembuangan air kotornya untuk keperluan Konsultan
Pengawas dan DINAS PERHUBUNGAN KAB. NUNUKAN serta tamu-tamu proyek. Sebelum Direksi
keet tersebut dibangun, Kontraktor harus mengajukan gambar lay out dan detail ke Konsultan
Pengawas dan DINAS PERHUBUNGAN KAB. NUNUKAN untuk mendapatkan persetujuan.
3. Kontraktor harus menyediakan air minum yang cukup di tempat pekerjaan baik di kantor direksi
maupun untuk para pekerja, kotak obat yang memadai untuk PPPK, serta perlengkapan-
perlengkapan keselamatan kerja. Bila terjadi kecelakaan di tempat pekerjaan, Kontraktor harus
segera mengambil tindakan penyelamatan. Biaya pengobatan dan lain-lain sepenuhnya menjadi
tanggung jawab Kontraktor (dalam hal ini Kontraktor diwajibkan mengikuti ASTEK).
4. Kontraktor harus menyediakan penerangan listrik yang cukup untuk mendukungpelaksanaan
pekerjaan khususnya pekerjaan di malam hari apabila di perlukan.
5. Kontraktor harus menyediakan sarana transportasi untuk mobilitas proyek.
6. Semua bangunan/material yang tersebut di dalam butir 2, di atas setelah selesainya pelaksanaan
menjadi milik proyek.
5. PENYEDIAAN PERALATAN
1. Kontraktor harus menyediakan peralatan yang memadai jumlahnya serta berfungsi dengan baik
yang macamnya sesuai dengan tahapan pelaksanaan masing-masing komponen konstruksi.
2. Konsultas Pengawas dan DINAS PERHUBUNGAN KAB. NUNUKAN dapat menghentikan
pelaksanaan
komponen konstruksi bila secara teknis peralatan yang dipergunakan Kontraktor dinilai tidak
memenuhi persyaratan baik jumlahnya maupun kelayakan fungsinya.
3. Guna kesempurnaan pelaksanaan konstruksi selama masa pelaksanaan Kontraktor harus
senantiasa menyediakan alat ukur theodolit dan water pass guna pengukuran dan pengontrolan
kebenarannya.
4. Untuk keperluan penetapan serta pengontrolan posisi-posisi titik di lapangan, Kontraktor harus
membuat satu titik referensi lokal (BM) ditempatkan pada posisi yang strategis permanen dan
harus mendapat persetujuan Konsultan Pengawas dan DINAS PERHUBUNGAN KAB. NUNUKAN.
6. PENYEDIAAN BAHAN BANGUNAN
1. Penyedia bahan bangunan meliputi semua jenis bahan bangunan yang dibutuhkan sesuai gambar
dan dokumen pelaksanaannya.
2. Kontraktor harus menyediakan bahan bangunan yang memenuhi persyaratan mutu dan
jumlah/volumenya sesuai dengan tahap-tahap pelaksanaan konstruksi sesuai dengan jadwal
pelaksanaan.
3. Mutu bahan
Semua bahan dan pengerjaan haruslah dari jenis yang sesuai yang diuraikan di dalam
Kontrak dan sesuai dengan perintah Konsultan Pengawas dan DINAS PERHUBUNGAN KAB.
NUNUKAN dan sewaktu-waktu dapat diuji jika Konsultan Pengawas dan DINAS PERHUBUNGAN
KAB. NUNUKAN memerintahkan di tempat pengambilan atau pembuatan bahan, atau dilokasi
atau di lain tempat yang ditentukan dalam Kontrak, atau di semua atau beberapa tempat
tersebut. Kontraktor harus memberikan bantuan peralatan, mesin, pekerja dan bahan-bahan
yang biasa yang diperlukan untuk pemeriksaan, pengukuran dan pengujian setiap pekerjaan dan
kualitas, berat atau banyaknya bahan yang digunakan dan harus menyediakan contoh-contoh
bahan sebelum disertakan kedalam Pekerjaan, untuk diuji sebagaimana dipilih dan diperlukan
oleh Konsultan Pengawas dan DINAS PERHUBUNGAN KAB. NUNUKAN.
4. Persyaratan mutu bahan bangunan yang harus dipenuhi oleh Kontraktor sekurangkurangnya
memenuhi uraian dibawah ini, kecuali diuraikan secara khusus langsung di dalam pasal-pasal
Spesifikasi Teknik Khusus mengenai persyaratan bahan dan pelaksanaan komponen konstruksi
yang berkaitan langsung dengan pekerjaan. Setiap penggunaan bahan galian sesuai Perda,
Kontraktor harus dapat menunjukkan bukti pembayaran retribusi golongan “C”.
5. Semua contoh-contoh harus disediakan oleh Kontraktor atas biayanya sendiri, bila penyediaan
tersebut dikehendaki dengan jelas dan ditentukan dalam Kontrak, tetapi bila tidak, maka atas
biaya DINAS PERHUBUNGAN KAB. NUNUKAN.
6. Kontraktor harus menjalin kerja sama dengan pihak sub Kontraktor/ sub penyedia jasa yang telah
disetujui DINAS PERHUBUNGAN KAB. NUNUKAN, Kontraktor harus menyediakan fasilitas
laboratorium beserta peralatannya untuk mendukung pengendalian mutu material dan
pelakanaan pekerjaan di lapangan.
7. Biaya untuk pembuatan setiap pengujian atas biaya Kontraktor apabila hal tersebut jelas-jelas
dikehendaki dan ditentukan di dalam Kontrak
8. Biaya untuk pengujian yang tidak ditentukan, dsb. Bila suatu pengujian diperintahkan oleh
Konsultan Pengawas dan dinas perhubungan kab. nunukan yang merupakan salah satu dari :
a. Tidak dimasukkan atau ditentukan demikian atau
b. (Dalam hal tersebut di atas) tidak diuraikan secara mendetail, atau
c. Walaupun dikehendaki atau ditentukan demikian oleh Konsultan Pengawas dan
DINAS PERHUBUNGAN KAB. NUNUKAN diperintahkan untuk melaksanakannya oleh seseorang
yang netral dan di suatu tempat lain di lokasi, atau tempat pembuatan atau di pabrik yang diuji,
maka biaya pengujian tersebut harus ditanggung oleh Kontraktor bila dari hasil pengujian
tersebut menunjukan bahwa pengerjaan dan bahan tidak sesuai dengan Persyaratan Kontrak
atau perintah Konsultan Pengawas dan DINAS PERHUBUNGAN KAB. NUNUKAN.
9. Pemeriksaan atas kegiatan. Konsultan Pengawas dan DINAS PERHUBUNGAN KAB. NUNUKAN dan
setiap orang yang diberi wewenang olehnya harus setiap saat diijinkan masuk ke tempat
Pekerjaan, dan ke setiap bengkel dan tempat-tempat dimana pekerjaan sedang dipersiapkan
atau darimana asal bahan, barang buatan pabrik atau mesin yang didapatkannya untuk
Pekerjaannya, dan Kontraktor harus menyediakan setiap fasilitas untuk dan atau segala bantuan
dalam mendapatkan hak untuk maksud tersebut.
7. PENINJAUAN LAPANGAN
Pemberi Tugas akan menyediakan untuk Kontraktor bersamaan dengan Dokumen Lelang juga
data-data yang berhubungan dengan kondisi lapangan yang diperoleh dari atau atas nama
Pemberi Tugas dari hasil penyelidikan yang dilaksanakan sehubungan dengan Pekerjaan. Pemberi
Tugas tidak bertanggung jawab terhadap keakuratan, kecukupan atau kelengkapan data-data
tersebut dan Kontrakor berkewajiban untuk memberi penilaian sendiri data-data tersebut.
Sebelum mengajukan penawaran, Kontraktor dianggap telah melakukan peninjauan dan
memeriksa lapangan serta daerah sekitarnya dan segala informasi yang didapat sehubungan
dengan pekerjaan dan meyakinkan sendiri sebelum mengajukan penawaran, antara lain meliputi
keadaan alam yang ada termasuk kondisi dibawah permukaan, kondisi hidrologi dan iklim, lingkup
dan kondisi dari pekerjaan dan bahan-bahan yang diperlukan untuk menyelesaikan Pekerjaan,
jalan-jalan masuk ke lokasi dan kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi dan semua
keadaan yang mungkin dapat mempengaruhi Penawaran.
Elevasi permukaan tanah yang diperlihatkan dalam Gambar-gambar didapat dari hasil survey yang
dilakukan dari waktu ke waktu atau dari informasi lain dan dapat berlainan. Ketepatan dari
evaluasi tanah tidak dijamin oleh Pemberi Tugas. Kontraktor dalam menentukan harga yang
dicantumkan dalam penawarannya harus memasukan semua variasi-variasi dan kemungkinan
variasi-variasi berikutnya.
Apabila Kontraktor lalai atau gagal dalam mendapatkan informasi yang berhubungan dengan hal-
hal yang dapat mempengaruhi pengadaan, konstruksi, penyelesaian dan pemeliharaan dari
Pekerjaan, maka ini tidak membebaskan Kontraktor dari segala beban kewajiban dan tanggung
jawab. Tidak dibenarkan mengajukan-tuntutan untuk penambahan biaya atau lain-lain terhadap
keadaan, janji atau garansi yang diberikan oleh DINAS PERHUBUNGAN KAB. NUNUKAN, atau pihak
manapun. Kontraktor tidak dibenarkan mengajukan pengeluaran-pengeluaran kompensasi atau
biaya tambahan yang mungkin terjadi selama masa pelaksanaan dari Kontrak, yang diakibatkan
atau ketidak tepatan, pernyataan-pernyataan yang salah atau kelalaian dalam Dokumen dokumen
Kontrak atau salah satu dari dokumen tersebut.
Kontraktor harus meyakinkan dirinya sebelum Penawaran dalam hal kebenaran dan kecukupan
dari penawaran untuk pekerjaan dan Semua biaya-biaya dan harga-harga yang dicantumkan
dalam Daftar Volume Pekerjaan, yang menjadi Harga Penawaran, meliputi seluruh kewajibannya
dalam Kontrak dan seluruh hal dan segala sesuatu yang perlu dalam pelaksanaan dan
pemeliharaan Pekerjaan, kecuali bila ditetapkan lain dalam kontrak.
8. MOBILISASI DAN DEMOBILISASI
1. Bila didalam harga penawaran tercamtum lumpsum untuk mobilisasi / demobilisasi, maka uraian
dibawah ini adalah penjelasan dari padanya: Tranport lokal alat-alat dan perlengkapan proyek
(dengan jumlah yang memadai), sampai proyek dan membawanya keluar setelah proyek selesai
2. Kontraktor diijinkan, apabila Konsultan Pengawas dan DINAS PERHUBUNGAN KAB. NUNUKAN
tidak berkeberatan, untuk setiap waktu dalam masa pelaksanaan mobilisasi untuk merubah,
atau memperbaiki susunan alat-alat perlengkapan dan instalasi-instalasi tersebut tanpa
mempengaruhi biaya lumpsum.
3. Dalam biaya lumpsum tersebut sudah harus termasuk biaya pembongkaran alat- alat,
perlengkapan dan bangunan-bangunan kerja lainnya sedemikian sehingga bekas alatalat,
perlengkapan dan bangunan-bangunan tersebut bersih kembali seperti semula.
4. Sebelum kegiatan ini dilakukan, Kontraktor harus mengajukan rencana mobilisasi kepada DINAS
PERHUBUNGAN KAB. NUNUKAN untuk diketahui dan disetujui.
9. SURVEY DAN PEMERIKSAAN LOKASI
1. Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor harus mengadakan survey dan atau pengukuran baik
di bagian laut maupun di darat pada lokasi bangunan untuk memastikan akurasi posisi
horizontal dan vertical semua titik-titik yang dianggap penting dalam kawasan bangunan.
2. Metode dan peralatan yang akan digunakan dalam pelaksanaan survei harus mendapatkan
persetujuan Konsultan Pengawas dan DINAS PERHUBUNGAN KAB. NUNUKAN selambat-
lambatnya 2 (dua) minggu sebelum pekerjaan dimulai.
3. Setelah pekerjaan dianggap selesai, maka Kontraktor atas biayanya sendiri, perlu pengukuran
kedalaman khususnya pada kawasan kolam pelabuhan. Penerimaan seluruh pekerjaan oleh
Konsultan Pengawas dan DINAS PERHUBUNGAN KAB. NUNUKAN akan didasarkan pada data
hasil pengukuran tersebut.
4. Dalam hal untuk kebutuhan pengajuan tagihan pekerjaan oleh Kontraktor, pengukuran hasil
pengerjaan menjadi kebutuhan dan tanggung jawab Kontraktor sendiri.
5. Peta bathimetri akhir setelah disetujui oleh Konsultan Pengawas dan DINAS PERHUBUNGAN
KAB. NUNUKAN harus menjadi bagian yang tak terpisahkan dari dokumen As built drawing
yang diserahkan Kontraktor kepada DINAS PERHUBUNGAN KAB. NUNUKAN.

10. PERLINDUNGAN TERHADAP CUACA


Kontraktor harus mengusahakan atas tanggungannya, langkah-langkah dan peralatan yang
perlu untuk melindungi pekerjaan/bahan yang digunakan agar tidak rusak mutunya karena
cuaca.
11. KESELAMATAN, KEAMANAN DAN PERLINDUNGAN TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP
1. Sepanjang pelaksanaan dan penyelesaian Pekerjaan serta perbaikan terhadap kesalahan
yang terjadi, Kontraktor harus :
a. Memperhatikan keamanan semua orang yang berada pada lokasi pekerjaan dan menjaga
lokasi pekerjaan (sepanjang berada da!am pengawasannya) serta pekerjaan "sepanjang
belum siap dan belum digunakan oleh Pemberi Tugas) secara tertib agar tidak
membahayakan orang-orang. b. Menyediakan dan memelihara atas biaya sendiri semua
lampu, penjagaan, pagar, tanda-tanda bahaya dan pengawasan, bilamana dan dimana
diperlukan atau diwajibkan oleh Konsultan Pengawas dan DINAS PERHUBUNGAN KAB.
NUNUKAN atau diharuskan oleh pejabat yang berwenang, untuk melindungi Pekerjaan
atau untuk keamanan dan kenyamanan publik atau lainnya.
c. Mengambil langkah-langkah yang tepat untuk menjaga lingkungan hidup di dalam maupun di luar
tempat dan menghindari kerusakan atau gangguan terhadap orang-orang atau harta benda
akibat pencemaran, kebisingan atau akibat-akibat lainnya yang timbul sebagai akibat dari
metode operasinya.
2. Kontraktor dalam hubungannya dengan pekerjaan akan menyediakan dan memelihara atas biaya
sendiri semua pelampung atau tanda-tanda lainnya, lampu, sinyal, penjagaan, pagar atau
petugas jaga bila dan dimana perlu seperti
yang dikehendaki oleh pihak yang mewakili Konsultan Pengawas dan DINAS PERHUBUNGAN
KAB. NUNUKAN atau petugas yang diberi kuasa untuk melindungi Pekerjaan dan juga
menyediakan material-material yang berhubungan dengannya atau untuk memberi tanda yang
tepat bagi pekerjaan dibawah permukaan air atau tambatan bangunan terapung dan kapal
bantu milik Kontraktor atau bagi keselamatan dan kemudahan pelayanan atau kepentingan
umum atau lainnya. Kontraktor akan mengganti kerugian dan tidak akan mempersalahkan
Pemberi Tugas terhadap setiap kerusakan, kerugian atau cedera yang diakibatkan pada pihak
ketiga oleh kelalaian Kontraktor didalam melengkapi penyediaan lampu atau tanda-tanda
lainnya.

12. GANGGUAN TERHADAP LALU LINTAS DAN DAERAH SEKITARNYA YANG BERDEKATAN
1. Semua operasi yang diperlukan dalam pelaksanaan dan penyelesaian Pekerjaan dan perbaikan
terhadap kesalahan yang terjadi, yang berkenaan dengan pemenuhan persyaratan ijin Kontrak,
harus dilaksanakan tanpa menimbulkan hal hal yang tidak perlu dan tidak layak dengan
memperhatikan :
a. Kenyamanan masyarakat
b. Jalan masuk, penggunaan dan pemakaian jembatan dan jalan-jalan umum atau pribadi dan jalan
setapak yang masuk atau keluar dari lokasi proyek atau harta benda baik yang dimiliki oleh Pemberi
Tugas atau pihak lainnya. Kontraktor akan menghindarkan hal-hal yang berbahaya dan mengganti
kerugian pada Pemberi Tugas sehubungan dengan semua tuntutan, cara kerja, kerusakan, biaya,
denda, dan pengeluaran apapun yang timbul dari, atau ada hubungan dengan, semua
permasalahan sepanjang menjadi tanggung jawab Kontraktor .
2. Tanpa membatasi atau mengurangi dari ayat terdahulu, Kontraktor akan tunduk pada peraturan
Otorita Pelabuhan dan Jalan Raya (Perhubungan Laut, Pekerjaan Umum, Bina Marga, Pemerintah
Daerah, Muspida, dan lain-lain) serta mematuhi perintah-perintah yang diberikan oleh petugas
yang berwenang dan berkompeten dari instansi terkait dalam hal penggunaan pelabuhan, lalu
lintas air, jalan dan jembatan.
Pekerjaan yang dijalankan oleh Kontraktor harus dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak
mengganggu atau menghalangi atau membahayakan pada saat pemakaian dan pekerjaan dari
fasilitas pelabuhan yang ada termasuk lalu lintas air dan jalan-jalan trafik yang ada, jembatan-
jembatan yang dilalui, kecuali sejauh yang diijinkan oleh Konsultan Pengawas dan DINAS
PERHUBUNGAN KAB. NUNUKAN dalam hal pelaksanaan, penyelesaian dan pemeliharaan dari
Pekerjaan. Kontraktor harus menjamin bahwa instansi yang berwenang tidak dituntut kerugian
terhadap semua tindakan, gugatan, tuntutan, kerusakan, biaya, denda dan pengeluaran yang
timbul akibat dari pekerjaan yang dilaksanakan Sub- Kontraktor yang menimbulkan halangan atau
mempengaruhi lalu lintas air,
jembatan, dan jalan tersebut.
3. Kontraktor akan selalu memelihara jalan atau fasilitas umum lainnya agar tetap dalam kondisi
baik selama pelakasanaan.
13. KERUSAKAN YANG HARUS DIHINDARI
1. Kontraktor akan menggunakan segala cara yang wajar dalam menjaga jalan-jalan atau jembatan-
jembatan yang menghubungkan tempat atau semua jalur ke lokasi proyek dari kerusakan akibat
lalu lintas yang disebabkan oleh Kontraktor atau Sub-Kontraktor dan, secara khusus akan
menyeleksi jalur yang ada, memilih dan menggunakan kendaraan dan membatasi beban dan
mendistribusi beban itu
antara kendaraan sehingga kemacetan luar biasa yang tidak dapat dielakkan yang terjadi
dikarenakan pemindahan material, bangunan, peralatan Kontraktor atau Pekerjaan sementara dari
dan ke lokasi proyek dibatasi sebanyak mungkin, sehingga jalan-jalan dan jembatan-jembatan
terhindar dari kerusakan yang tidak perlu terjadi.
2. Kontraktor harus bertanggung jawab dan akan membayar biaya untuk memperkuat jembatan-
jembatan atau merubah atau memperbaiki setiap jalan atau semua jalur yang menghubungkannya
dengan lokasi proyek sebagai fasilitas bagi pergerakan peralatan Kontraktor atau Pekerjaan
sementara dan Kontraktor harus mengganti kerugian dan melindungi Pemberi Tugas terhadap
semua tuntutan akibat kerusakan setiap jalan atau jembatan akibat pengangkutan tersebut,
termasuk tuntutan yang mungkin ditujukan langsung kepada Pemberi Tugas, dan akan melakukan
negosiasi dan membayar semua tuntutan yang timbul semata-mata akibat kerusakan tersebut.
3. Diluar dari pada ayat 1, setiap kerusakan yang terjadi pada jembatan atau jalur penghubung atau
yang menghubungkannya dengan lokasi proyek yang ditimbulkan sebagai akibat dari pengangkutan
material atau bangunan, oleh Kontraktor harus diberitahukan kepada Konsultan Pengawas dan
DINAS PERHUBUNGAN KAB. NUNUKAN, secepatnya setelah menyadari adanya kerusakan tersebut
atau secepatnya setelah ia menerima tuntutan dari pihak berwenang yang berhak mengajukan
tuntutan. Berdasarkan peraturan atau perundang-undangan bila timbul kerusakan yang terjadi
sebagai akibat dari muatan material atau bangunan, maka Kontraktor diwajibkan untuk mengganti
segala kerugian kepada badan yang berwenang mengelola jalan dimana Pemberi Tugas tidak akan
bertanggung jawab terhadap semua biaya, denda atau pengeluaran yang berkenaan dengan hal
tersebut. Pada kasus lain Pemberi Tugas dapat mengajukan negosiasi dalam mencapai
penyelesaikan dan membayar semua biaya sehubungan dengan tuntutan, kelangsungan pekerjaan,
kerusakan, biaya, denda dan pengeluaran yang ada hubungannya dengan hal tersebut dan
membebaninya kemudian kepada Kontraktor.
4. Bila keadaan Pekerjaan sedemikian rupanya, sehingga Kontraktor harus menyediakan kapal
pengangkut, maka peraturan dalam pasal ini mengenai apa yang disebut "jalan" adalah pintu air,
dock, tanggul laut atau struktur lainnya yang ada hubungannya dengan jalur lalu lintas air dan
"kendaraan" termasuk kapal dan akan dirumuskan dengan peraturan-peraturan yang sesuai.
14. KEBERSIHAN LOKASI PROYEK
Selama pelaksanaan Pekerjaan Kontraktor harus menjaga agar lokasi proyek, bebas dari semua
halangan yang tidak perlu dan akan menyimpan atau menyisihkan setiap peralatan dan kelebihan
material milik Kontraktor dan membersihkan serta memindahkan segala rongsokan dan sampah
yang tidak perlu dari lokasi proyek.
15. PEMBUATAN SHOP DRAWING
1. Shop Drawing (Gambar Kerja) harus dibuat oleh Kontraktor sebelum suatu komponen konstruksi
dilaksanakan .
2. Shop drawing harus sudah mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas dan DINAS
PERHUBUNGAN KAB. NUNUKAN sebelum elemen konstruksi yang bersangkutan dilaksanakan.

16. PEMBUATAN GAMBAR SESUAI PELAKSANAAN (ASBUILT DRAWING) DAN BUKU


PENGGUNAAN & PEMELIHARAAN BANGUNAN
1. Sebelum Penyerahan Pekerjaan ke-I, Kontraktor sudah harus menyelesaikan gambar sesuai
pelaksanaan yang terdiri atas:
a. Gambar Rancangan Pelaksanaan yang tidak mengalami perubahan dalam pelaksanaannya.
b. Shop Drawing sebagai penjelasan detail maupun yang berupa gambar - gambar perubahan.
2. Penyelesaian yang dimaksud pada ayat 1 di atas harus diartikan telah memperoleh persetujuan
Konsultan Pengawas dan DINAS PERHUBUNGAN KAB. NUNUKAN
setelah dilakukan pemeriksaan secara teliti.
3. Gambar sesuai pelaksanaan dan buku penggunaan & pemeliharaan bangunan merupakan bagian
pekerjaan yang harus diserahkan pada saat Penyerahan ke I. Kekurangan dalam hal ini akan
berakibat Penyerahan Pekerjaan ke I tidak dapat dilakukan.
17. PEMBENAHAN/PERBAIKAN KEMBALI
1. Pembenahan / perbaikan kembali yang harus dilaksanakan Kontraktor meliputi :
a. Komponen-komponen pekerjaan pokok/konstruksi yang pada masa pemeliharnan mengalami
kerusakan atau dijumpai kekurang-sempurnaan pelaksanaan
b. Komponen-komponen konstruksi lainnya atau keadaan lingkungan di luar pekerjaan pokok yang
mengalami kerusakan akibat pelaksanaan konstruksi (misalnya : jalan, halaman dan lain
sebagainya).
2. Pembenahan lapangan yang berupa pembersihan lokasi dari bahan-bahan sisa- sisa pelaksanaan
harus dilaksanakan sebelum masa kontrak berakhir.
18. PERATURAN/PERSYARATAN TEKNIK YANG MENGIKAT
Peraturan-Peraturan Teknik yang perlu diikuti adalah:
a. Peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh Pemerintah RI yang terkait dengan
pembangunan/pengembangan kepelabuhanan.
b. Peraturan-peraturan yang disebutkan di dalam Gambar dan RKS
c. Peraturan Perburuhan di Indonesia (tentang Pengerahan Tenaga Kerja)
d. Peraturan-peraturan Pemerintah/Perda setempat.
e. Persyaratan Teknik Pada Gambar/RKS Yang Harus Diikuti :
1. Bila terdapat perbedaan antara gambar rencana dengan gambar detail maka gambar detail yang
diikuti.
2. Bila skala gambar tidak sesuai dengan angka ukuran, maka ukuran dengan angka yang diikuti,
kecuali bila terjadi kesalahan penulisan angka tersebut yang jelas akan menyebabkan ketidak
sempurnaan /
ketidak sesuaian konstruksi, harus mendapatkan keputusan Konsultan Pengawas dan DINAS
PERHUBUNGAN KAB. NUNUKAN lebih dahulu.
3. RKS dan Gambar saling melengkapi bila di dalam gambar menyebutkan lengkap sedang RKS tidak,
maka gambar yang harus diikuti, demikian juga sebaliknya.
4. Yang dimaksud dengan RKS dan Gambar di atas adalah RKS dan gambar setelah mendapatkan
perubahan/penyempurnaan di dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan.
5. Bila dalam gambar terdapat kekurangan notasi ukuran, namun tercantum ukuran skala gambar,
maka ukuran berdasarkan skala gambar dapat dipergunakan.

19. PENELITIAN DOKUMEN KONTRAK


1. Kontraktor berkewajiban meneliti kembali seluruh dokumen pelaksanaan secara seksama dan
bertanggung jawab. Bila di dalam penelitian tersebut dijumpai gambar atau persyaratan
pelaksanaan yang tidak memenuhi syarat teknis yang bila dilaksanakan dapat menimbulkan
kerusakan konstruksi atau kegagalan struktur, maka Kontraktor wajib melaporkannya kepada
Konsultan Pengawas dan DINAS PERHUBUNGAN KAB. NUNUKAN secara tertulis, dan
menangguhkan pelaksanaannya sampai memperoleh keputusan yang pasti dari Konsultan
Pengawas dan DINAS PERHUBUNGAN KAB. NUNUKAN.
2. Bila akibat kekurang telitian Kontraktor dalam melakukan pemeriksaan Dokumen kontrak
tersebut, terjadi ketidak sempurnaan konstruksi atau kegagalan struktur bangunan maka
Kontraktor harus melaksanakan pembongkaran terhadap konstruksi yang sudah dilaksanakan
tersebut dan memperbaiki/melaksanakannya kembali setelah memperoleh keputusan Konsultan
Pengawas dan DINAS PERHUBUNGAN KAB. NUNUKAN tanpa ganti rugi apapun dari pihak-pihak
lain.

BAB II
SYARAT-SYARAT TEKNIK KHUSUS
1. UMUM
1. Yang dimaksud syarat-syarat teknik khusus adalah ketentuan-ketentuan teknis khusus yang
dipersyaratkan dalam pelaksanaan dan berkaitan langsung dengan penyelesaian pekerjaan sesuai
kontrak pekerjaan Dermaga Multipurpose.
2. Ketentuan khusus ini berlaku baik bilamana jenis pekerjaan yang diuraikan ini ada dipergunakan
dalam pekerjaan menurut gambar ataupun ditentukan dalam pasal pasal spesifikasi teknik ini
ataupun dokumen kontrak lainnya ataupun bilamana atas persetujuan Konsultan Pengawas dan
DINAS PERHUBUNGAN KAB. NUNUKAN harus dipergunakan sebagai bentuk alternatif dalam
menyelesaikan seluruh pekerjaan menurut kontrak.
2. JENIS PEKERJAAN
Untuk menyamakan pemahaman/pengertian tentang jenis-jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan
pada pengembangan pelabuhan DINAS PERHUBUNGAN KAB. NUNUKAN, maka perlu dijelaskan
pengertian dari jenis-jenis pekerjaan tersebut sebagaimana uraian berikut:
1. Pembangunan Dermaga Sebakis (Panjang 25,5 m ; Lebar 18 meter) Yang termasuk lingkup
pekerjaan dermaga antara lain sebagai berikut :
A. Pembangunan Struktur Bawah Dermaga
B. Pembangunan Struktur Atas Dermaga
Dari item-item pekerjaan tersebut di atas, selanjutnya disusun spesifikasi teknik yang berkaitan
dengan jenis-jenis pekerjaan sebagai berikut:
1. Pekerjaan Pemasangan Bollard
2. Pekerjaan Beton dan Tulangan
3. Pekerjaan Tiang Pancang
4. Pekerjaan Proteksi Tiang Pancang Baja
5. Pekerjaan Baja
6. Pekerjaan Las
7. Pekerjaan Penerangan

3. INSPEKSI PEKERJAAN
Konsultan Pengawas dan DINAS PERHUBUNGAN KAB. NUNUKAN dapat melakukan inspeksi setiap
waktu pada seluruh pekerjaan yang dilaksanakan oleh Kontraktor dan sub kontraktor.
Kontraktor harus memberikan dukungan sepenuhnya kepada Konsultan Pengawas dan DINAS
PERHUBUNGAN KAB. NUNUKAN untuk melakukan inspeksi.

BAB III
PEKERJAAN PEMASANGAN BOLLARD
1. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan yang tercakup dalam bab IV spesifikasi teknik ini meliputi kelengkapan peralatan
konstruksi, tenaga kerja, alat-alat, bahan material, perlengkapan dan penyelenggaraan yang
berkaitan dengan pekerjaan pemasangan bollard (peralatan tambat kapal) pada tempat-tempat
yang ditunjukan dalam gambar rencana.
2. TIPE & MATERIAL
1. Bollard yang digunakan merupakan Bollard dengan kapasitas 25 ton.
2. Sebelum melakukan pemesanan bollard, Kontraktor harus mengajukan usulan tipe dan
spesifikasi bitt termasuk baut, mur dan ring kepada Direksi Teknis.
3. Sebelum bahan Bollard termasuk baut, mur dan ring didatangkan ke lokasi pekerjaan, Kontraktor
harus melaksanakan pengujian fisik bollrad termasuk angker baut, mur dan ring sesuai standar yang
disebutkan dalam spesifikasi ini yang disaksikan oleh Direksi Teknis. Penerimaan material bollard
untuk digunakan termasuk angker baut, mur dan ring oleh Direksi Teknis didasarkan pada hasil
pengujian tersebut.
4. Bahan utama Bollard merupakan bahan Besi Baja
5. Angker baut, mur, ring dan semua kelengkapannya harus memenuhi standar JIS G 3101 (Rolled
steel for general structures, SS 41); JIS B 0205 (Standar M Screw), JIS B 1181 (Hexagon Nut) dan JIS
G4303/JIS G4315 (Stainless steel).
3. PEMASANGAN
1. Paling lambat tiga minggu sebelum pelaksanaan pemasangan bitt, Kontraktor harus
menyampaikan usulan yang berisi metode pelaksanaan, peralatan yang digunakan,
formasi jalannya pekerjaan pemasangan bollard dan lain-lainnya serta jadwal

penyelesaian pekerjaan, kepada Direksi Teknis untuk mendapatkan persetujuan dilengkapi dengan
shop drawing dan data material lainnya kepada Direksi Teknis.
2. Hal-hal mengenai dimensi, ukuran, detail dan posisi pemasangan harus sesuai dengan gambar
pelaksanaan.

4. PENGECATAN
1. Pembersihan permukaan bollard dilakukan dengan sikat baja sebelum dilakukan pengecatan.
2. Permukaan bollard yang terbuka harus dicat dengan cat anti karat dan cat akhir yang dilakukan
dengan bahan coaltar epoxy dengan ketebalan 120 mikron sesuai dengan JIS K5623 atau standar
resmi.
5. PEMERIKSAAN FISIK BOLLARD
Pemeriksaan permukaan bollard dilakukan untuk mengecek adanya cacat, kehalusan permukaan
dan bentuk. Toleransi ukuran ± 2,5 mm.
6. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN
6.1 Pengukuran
Pengukuran untuk pembayaran pekerjaan bitt didasarkan pada jumlah bollard yang terpasang
berdasarkan gambar rencana dan dokumen kontrak.
6.2 Pembayaran
Pembayaran didasarkan pada volume hasil pengukuran dalam satuan unit (buah)dan tidak melebihi
volume yang tercantum dalam gambar kontrak. Nilai pembayaran diperoleh dari perkalian volume
tersebut dengan harga satuan kontrak setiap buahnya dan harus dianggap sudah termasuk semua
kompensasi untuk penyediaan tenaga kerja, material, peralatan, sarana-konstruksi, alat bantu dan
sebagainya untuk menghasilkan pekerjaan yang lengkap memenuhi syarat

dengan teknik pelaksanaan terbaik dan sepenuhnya sesuai dengan semua ketentuan tersebut
didalam spesifikasi ini.

BAB IV
PEKERJAAN BETON DAN BESI TULANGAN
1. LINGKUP PEKERJAAN
1) Pekerjaan yang disyaratkan dalam bab ini harus mencakup seluruh pelaksanaan pekerjaan beton
yang meliputi kelengkapan peralatan konstruksi, tenaga kerja, alatalat, bahan material, pengujian,
perlengkapan, termasuk tulangan, struktur pracetak dan komposit sesuai dengan spesifikasi dan
sesuai dengan garis, elevasi, kelandaian dan dimensi yang ditunjukkan dalam gambar rencana, dan
sebagaimana yang diperlukan oleh Direksi Teknis.
2) Metode pelaksanaan menggunakan beton cor di tempat (insitu) yang meliputi pekerjaan:
(1) Isi tiang pancang
(2) Pile cap (kepala tiang pancang)
(3) Balok
(4) Pelat
(5) Dudukan/Balok fender
(6) Pekerjaan Curb Concrete
(7) Pekerjaan lainnya yang terkait
3) Mutu beton yang akan digunakan pada masing-masing bagian dari pekerjaan dalam kontrak
haruslah seperti yang ditunjukkan dalam gambar rencana atau seksi lain yang berhubungan dengan
spesifikasi ini, atau sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Teknis. Beton yang digunakan dalam
kontrak haruslah mutu beton berikut ini:

(1) Beton cor insitu untuk diisi ke dalam tiang pancang, poer, balok, cap mooring dolphin dan trestle
conveyor menggunakan K400 (f’c =35 MPa), menggunakan silica fume, dan super plasticizer sesuai
dengan gambar rencana dan petunjuk direksi teknis.
2. KETENTUAN UMUM
1) Diberitahukan kepada Kontraktor bahwa pekerjaan beton di lingkungan laut merupakan
pekerjaan khusus dan perlu mendapatkan perhatian yang tinggi. Untuk itu terhitung 30 hari
sebelum melaksanakan pembetonan, Kontraktor harus menyampaikan proposal pekerjaan beton
secara detail mulai dari pengadaan material beton hingga pemeliharaan beton pasca pengecoran
(curing) kepada Direksi Teknis untuk mendapatkan persetujuan. 2) Dalam hal Kontraktor ingin
membeli agregat dari sumber lain seperti dari pabrik atau supplier, Kontraktor harus menyerahkan
kepada Direksi Teknis untuk mendapatkan persetujuan, hasil uji, data dan informasi lainnya
sehubungan dengan sifat-sifat fisik dan kimiawi serta mutu agregat yang akan dibeli dan dipakai
sekurang-kurangnya tiga puluh (30) hari sebelum agregat itu digunakan.
3) Semua biaya yang timbul dari pembuatan atau pembelian agregat beton harus sudah
dimasukkan dalam harga satuan dalam kontrak per meter kubik yang disebutkan pada masing-
masing item untuk beton dalam Daftar Kuantitas dan Harga.
4) Syarat dari SNI 03-2847-2002 harus diterapkan sepenuhnya pada semua pekerjaan beton yang
dilaksankan dalam kontrak ini, kecuali bila terdapat pertentangan dengan ketentuan dalam
spesifikasi ini, dalam hal ini ketentuan dalam spesifikasi ini harus dipakai.
5) Jika ada bagian-bagian yang dalam pelaksanaanya tidak memenuhi spesifikasi ini, maka
Kontraktor harus memperbaikinya sehingga memenuhi seluruh spesifikasi ini. Metode
dan material untuk perbaikan harus diuji terlebih dahulu dan disaksikan oleh Direksi Teknis. Setelah
disetujui oleh Direksi Teknis barulah perbaikan dilaksanakan atas biaya kontraktor.
3. STANDAR RUJUKAN
1) SNI 03- 2847-2002, Tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung
2) SNI S-05-1989-F, Standar spesifikasi bahan bangunan bagian A (bahan bangunan
bukan besi/baja).
3) SNI S-05-1989-F, Standar spesifikasi bahan bangunan bagian B (bahan bangunan dari besi/baja).
4) SNI 03 2492 1991, Metode pengambilan benda uji beton inti
5) SNI 03-1726-1989, Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk rumah dan gedung.
6) SNI 03-1727-1989-F, Tata cara perencanaan pembebanan untuk rumah dan gedung.
7) SNI 03-1974-1990, Metode pengujian kuat tekan beton.
8) JIS A 1106 (1999), Method of test for flexural strength of concrete,
9) SNI 03-2458-1991, Metode pengujian pengambilan contoh untuk campuran beton segar.
10) SNI 03-2492-1991, Metode pembuatan dan perawatan benda uji beton di laboratorium.
11) SNI 03-2834-1992, Tata cara pembuatan rencana campuran beton normal.
12) SNI 03-3403-1991-03, Metode pengujian kuat tekan beton inti pemboran.
13) SNI 03-3403-1994, Metode pengujian kuat tekan beton inti.
14) SNI 03-4433-1997, Spesifikasi beton siap pakai.
15) SNI 03-4810-1998, Metode pembuatan dan perawatan benda uji di lapangan.
16) SNI 07-0722-1989, Baja canai panas untuk konstruksi umum.
17) SNI 07-3014-1992, Baja untuk keperluan rekayasa umum.
18) SNI 07-3015-1992, Baja canai panas untuk konstruksi dengan pengelasan.
19) SNI 15-2049-1994, Semen portland.
20) Pd T-14-2003, Pedoman Konstruksi dan bangunan-Perencanaan perkerasan jalanbeton semen-
21) ASTM A 184M, Standar spesifikasi untuk anyaman batang baja ulir yang difabrikasi untuk
tulangan beton bertulang.
22) ASTM A 242M, Standar spesifikasi untuk baja struktural campuran rendah mutu tinggi.
23) ASTM A 36M-94, Standar spesifikasi untuk baja karbon stuktural.
24) ASTM A 496-94, Standar spesifikasi untuk kawat baja untuk beton bertulang.
25) ASTM A 615M, Standar spesifikasi untuk tulangan baja ulir dan polos gilas untuk beton
bertulang
26) ASTM C78, Test method for flexural strength of concrete (Using simple beam with three-point
loading)
27) ASTM A 616M-96a, Standar spesifikasi untuk rel baja ulir dan polos untuk, bertulang termasuk
keperluan tambahan S1.
28) ASTM A 617M, Standar spesifikasi untuk serat baja ulir dan polos untuk beton bertulang.
29) ASTM A 645M-96a, Standar spesifikasi untuk baja gilas ulir and polos - Tulangan baja untuk
beton bertulang.
30) ASTM A 82, Standar spesifikasi untuk kawat tulangan polos untuk penulangan beton.
31) ASTM C 1017, Standar spesifikasi untuk bahan tambahan kimiawi untuk menghasilkan
beton dengan kelecakan yang tinggi.
32) ASTM C 109, Metode uji kuat tekan untuk mortar semen hidrolis.
33) ASTM C 109-93, Standar metode uji kuat tekan mortar semen hidrolis (menggunakan
benda uji kubus 50 mm).
34) ASTM C 31-91, Standar praktis untuk pembuatan dan pemeliharaan benda uji beton
di lapangan.
35) ASTM C 33-93, Standar spesifikasi untuk agregat beton.
36) ASTM C 39-93a, Standar metode uji untuk kuat tekan benda uji silinder beton.
37) ASTM C 42-90, Standar metode pengambilan dan uji beton inti dan pemotongan
balok beton.
38) ASTM C 494, Standar spesifikasi bahan tambahan kimiawi untuk beton.
39) ASTM C 595, Standar spesifikasi semen blended hidrolis.
40) ASTM C 685, Standar spesifikasi untuk beton yang dibuat melalui penakaran volume
dan pencampuran menerus.
41) ASTM C 94-94, Standar spesifikasi untuk beton jadi.

4. BAHAN
4.1. Pengujian bahan
1) Sertifikat pengujian semen, agregat dan baja tulangan hendaknya diajukan kepada direksi untuk
memperoleh ijin penggunaan.
2) Pengawas lapangan berhak memerintahkan diadakan pengujian pada setiap bahan yang
digunakan pada pelaksanaan konstruksi beton untuk menentukan apakah bahan tersebut
mempunyai mutu sesuai dengan mutu yang telah ditetapkan. Pelaksanaan pengujian dilaksanakan
oleh Kontraktor atas biaya sendiri.
3) Pengujian bahan dan pengujian beton dilakukan secara rutin dan harus dibuat sesuai dengan tata
cara-tata cara yang terdapat pada pasal 7.
4) Jika selama pelaksanan konstruksi, material mengalami perubahan, maka contoh dari tipe
material harus diajukan kepada Direksi Teknis untuk memperoleh ijin penggunaannya.
5) Laporan lengkap pengujian bahan dan pengujian beton harus tersedia untuk pemeriksaan selama
pekerjaan berlangsung dan pada masa 2 tahun setelah selesainya pembangunan.
4.2. Semen
1) Semen harus memenuhi ketentuan SNI 15-2049-1994, Semen portland.
2) “Spesifikasi semen blended hidrolis” (ASTM C 595 ), kecuali tipe S dan SA yang tidak
diperuntukkan sebagai unsur pengikat utama struktur beton.
3) Semen yang digunakan pada pekerjaan konstruksi harus sesuai dengan semen yang digunakan
pada perancangan proporsi campuran.
4) Semen yang digunakan harus merupakan Semen Dalam Negeri
4.3. Agregat
1) Agregat untuk beton harus memenuhi “Spesifikasi agregat untuk beton” (ASTM C 33).
2) Ukuran maksimum nominal agregat kasar harus tidak melebihi:
(1) 1/5 jarak terkecil antara sisi-sisi cetakan, ataupun
(2) 1/3 ketebalan pelat lantai, ataupun
(3) 3/4 jarak bersih minimum antara tulangan-tulangan atau kawat-kawat, bundel tulangan.
4.4. Air
1) Air yang digunakan pada campuran beton harus bersih dan bebas dari bahanbahan merusak
yang mengandung oli, asam, alkali, garam, bahan organik, atau bahan-bahan lainnya yang
merugikan terhadap beton atau tulangan.
2) Air pencampur yang digunakan termasuk air bebas yang terkandung dalam agregat, tidak boleh
mengandung ion klorida dalam jumlah yang membahayakan.
3) Air yang tidak dapat diminum tidak boleh digunakan pada beton, kecuali ketentuan berikut
terpenuhi:
(1) Pemilihan proporsi campuran beton harus didasarkan pada campuran beton yang menggunakan
air dari sumber yang sama.
(2) Hasil pengujian pada umur 7 dan 28 hari pada kubus uji mortar yang dibuat dari adukan dengan
air yang tidak dapat diminum harus mempunyai kekuatan sekurang-kurangnya sama dengan 90%
dari kekuatan benda uji yang dibuat dengan air yang dapat diminum. Perbandingan uji kekuatan
tersebut harus dilakukan pada adukan serupa, terkecuali pada air pencampur, yang dibuat dan diuji
sesuai dengan “Metode uji kuat tekan untuk mortar semenhidrolis (Menggunakan spesimen kubus
dengan ukuran sisi 50 mm)” (ASTM C 109 ).
4.5. Baja tulangan
1) Baja tulangan yang digunakan harus tulangan ulir. Baja tulangan harus memenuhi salah satu
ketentuan berikut:
(1) “Spesifikasi untuk batang baja billet ulir dan polos untuk penulangan beton” (ASTM A615M).
(2) “Spesifikasi untuk batang baja axle ulir dan polos untuk penulangan beton” (ASTM A 617M).
(3) “Spesifikasi untuk baja ulir dan polos low-alloy untuk penulangan beton” (ASTM A706M).
(4) “Spesifikasi untuk baja karbon struktural” (ASTM A 36M).
4.6. Bahan tambahan
1) Bahan tambahan yang digunakan pada beton harus diuji/dicoba dilaboratorium dan mendapat
persetujuan terlebih dahulu dari Direksi Teknis.
2) Untuk keseluruhan pekerjaan, bahan tambahan yang digunakan harus mampu secara konsisten
menghasilkan komposisi dan kinerja yang sama dengan yang dihasilkan oleh produk yang
digunakan dalam menentukan proporsi campuran beton.
3) Kalsium klorida atau bahan tambahan yang mengandung klorida tidak boleh digunakan.
4) Bahan tambahan pembentuk gelembung udara harus memenuhi SNI 03-2496- 1991, Spesifikasi
bahan tambahan pembentuk gelembung untuk beton.
5) Bahan tambahan pengurang air, penghambat reaksi hidrasi beton, pemercepat reaksi hidrasi
beton, gabungan pengurang air dan penghambat reaksi hidrasi beton dan gabungan pengurang air
dan pemercepat reaksi hidrasi beton harus memenuhi “Spesifikasi bahan tambahan kimiawi untuk
beton” (ASTM C 494) atau “Spesifikasi untuk bahan tambahan kimiawi untuk menghasilkan beton
dengan kelecakan yang tinggi " (ASTM C 1017).
4.7. Penyimpanan Bahan-Bahan
1) Bahan semen dan agregat harus disimpan sedemikian rupa untuk mencegah kerusakan, atau
intrusi bahan yang mengganggu.
2) Setiap bahan yang telah terganggu atau terkontaminasi tidak boleh digunakan untuk pembuatan
beton.
5. PERSYARATAN KEAWETAN BETON
5.1. Rasio air - semen
Rasio air-semen yang disyaratkan pada Tabel 1 dan Tabel 2 harus dihitung menggunakan berat
semen, sesuai dengan ASTM C 150, ASTM C 595 M, atau ASTM C 845.
5.2. Pengaruh Lingkungan
Beton yang akan mengalami pengaruh lingkungan seperti yang diberikan pada Tabel 1 harus
memenuhi rasio air-semen dan persyaratan kuat tekan karakteristik beton yang ditetapkan pada
tabel tersebut. Tabel 5. 1 Persyaratan untuk pengaruh lingkungan khusus
5.3. Pengaruh Lingkungan yang Mengandung Sulfat
Beton yang dipengaruhi oleh lingkungan yang mengandung sulfat yang terdapat dalam larutan atau
tanah harus memenuhi persyaratan pada Tabel 5.2, atau harus terbuat dari semen tahan sulfat dan
mempunyai rasio air-semen maksimum dan kuat tekan minimum sesuai dengan Tabel 5.2. 1)
Kalsium klorida sebagai bahan tambahan tidak boleh digunakan pada beton yang
dipengaruhi oleh lingkungan sulfat yang bersifat berat hingga sangat berat, seperti yang ditetapkan
pada Tabel 5.2 Tabel 5. 2 Persyaratan untuk beton yang dipengaruhi oleh lingkungan Yang
mengandung sulfat

5.4. Perlindungan Tulangan Terhadap Korosi


Untuk perlindungan tulangan di dalam beton terhadap korosi, konsentrasi ion klorida maksimum
yang dapat larut dalam air pada beton keras umur 28 hingga 42 hari tidak boleh melebihi batasan
yang diberikan pada Tabel 3. Bila dilakukan pengujian untuk menentukan kandungan ion klorida
yang dapat larut dalam air, prosedur uji harus sesuai dengan ASTM C1218. Tabel 5. 3 Kandungan
ion klorida maksimum untuk perlindungan baja tulangan Terhadap korosi
6. TRIAL - MIX
Kontraktor harus melakukan trial-mix untuk memperoleh komposisi campuran. Pelaksanaan trial
dilaksanakan atas beban Kontraktor dan disaksikan oleh Direksi Teknis. Trial-mix menggunakan
material yang akan dipakai dan dilaksanakan atas persetujuan Direksi Teknis. Hasil trial-mix yang
telah disetujui oleh Direksi Teknis akan menjadi rujukan campuran beton yang digunakan pada saat
pelaksanaan.
7. KUALITAS DAN PENCAMPURAN BETON
7.1. Umum
(1) Beton harus dirancang sedemikian hingga menghasilkan kuat tekan rata-rata seperti yang
disebutkan dalam 7.3 (2) dan juga harus memenuhi kriteria keawetan seperti yang terdapat dalam
pasal 5.
(2) Ketentuan untuk nilai f’c harus didasarkan pada uji silinder berdiameter 15 cm dan tinggi 30 cm
yang diuji pada umur 28 hari.
(3) Kecuali ditentukan lain, maka penentuan nilai f'c harus didasarkan pada pengujian beton yang
telah berumur 28 hari.
(4) Perencanaan perkerasan kaku mensyaratkan penggunaan kuat lentur sehingga, uji laboratorium
harus dilakukan sesuai dengan JIS A 1106 (1999), Method of test for flexural strength of concrete,
untuk menentukan hubungan antara kuat lentur dan f’c
(5) Uji kuat tekan dan kuat lentur beton digunakan sebagai dasar penerimaan beton untuk
perkerasan kaku.
7.2. Pemilihan proporsi campuran beton
1) Proporsi material untuk campuran beton harus ditentukan untuk menghasilkan sifat-sifat:
(1) Kelecakan dan konsistensi yang menjadikan beton mudah dicor ke dalam cetakan dan ke celah
di sekeliling tulangan dengan berbagai kondisi pelaksanaan pengecoran yang harus dilakukan,
tanpa terjadinya segregasi atau bleeding yang berlebih. (2) Ketahanan terhadap pengaruh
lingkungan seperti yang disyaratkan dalam pasal 5. (3) Sesuai dengan persyaratan uji kekuatan 7.6.
2) Untuk setiap campuran beton yang berbeda, baik dari aspek material yang digunakan ataupun
proporsi campurannya, harus dilakukan pengujian.
3) Proporsi beton, termasuk rasio air-semen, dapat ditetapkan sesuai dengan 7.3 atau sebagai
alternatif 7.4 dan harus memenuhi ketentuan pasal 5.

7.3. Perancangan proporsi campuran berdasarkan pengalaman lapangan dan/atau hasil


campuran uji
1) Deviasi standar
(1) Nilai deviasi standar dapat diperoleh jika fasilitas produksi beton mempunyai catatan hasil uji.
Data hasil uji yang akan dijadikan sebagai data acuan untuk perhitungan deviasi standar harus:
(a) Mewakili jenis material, prosedur pengendalian mutu dan kondisi yang serupa dengan yang
diharapkan, dan perubahan-perubahan pada material ataupun proporsi campuran dalam data
pengujian tidak perlu dibuat lebih ketat dari yang digunakan pada pekerjaan yang akan dilakukan.

(b) Mewakili beton yang diperlukan untuk memenuhi kekuatan yang disyaratkan atau kuat tekan f'c
pada kisaran 7 MPa dari yang ditentukan
untuk pekerjaan yang akan dilakukan.
(c) Terdiri dari sekurang-kurangnya 30 contoh pengujian berurutan atau dua kelompok pengujian
berurutan yang jumlahnya sekurang-kurangnya 30 contoh pengujian .
(2) Jika fasilitas produksi beton tidak mempunyai catatan hasil uji yang memenuhi 7.3 (1(1), tetapi
mempunyai catatan uji dari pengujian sebanyak
15 contoh sampai 29 contoh secara berurutan, maka deviasi standar ditentukan sebagai hasil
perkalian antara nilai deviasi standar yang dihitung dan faktor modifikasi pada Tabel 4. Agar dapat
diterima, maka catatan hasil pengujian yang digunakan harus memenuhi persyaratan (a) dan (b)
dari
7.3(1(1)), dan hanya mewakili catatan tunggal dari pengujian-pengujian yang berurutan dalam
periode waktu tidak kurang dari 45 hari kalender.
2) Kuat rata-rata perlu
(1) Kuat tekan rata-rata perlu f'cr yang digunakan sebagai dasar pemilihan proporsi campuran
beton harus diambil sebagai nilai terbesar dari persamaan 1 atau persamaan 2 dengan nilai deviasi
standar sesuai dengan
7.3(1(1)) atau 7.3(1(2)).
Tabel 5. 4 Faktor modifikasi untuk deviasi standar jika jumlah pengujian Kurang dari 30 contoh
(2) Bila fasilitas produksi beton tidak mempunyai catatan hasil uji lapangan untuk perhitungan
deviasi standar yang memenuhi ketentuan pada 7.3(1(1))
atau 7.3(1(2)), maka kuat rata-rata perlu f'cr harus ditetapkan berdasarkan
Tabel 5 dan pencatatan data kuat rata-rata harus sesuai dengan persyaratan
pada 7.3(3).
Tabel 5. 5 Kuat tekan rata-rata perlu jika data tidak tersedia Untuk menetapkan deviasi standar
3) Pencatatan data kuat rata-rata Catatan proporsi campuran beton yang diusulkan untuk
menghasilkan kuat tekan
rata-rata yang sama atau lebih besar daripada kuat tekan rata-rata perlu (lihat
7.3(2)) harus terdiri dari satu catatan hasil uji lapangan, beberapa catatan hasil uji kuat tekan, atau
hasil uji campuran percobaan.

(1) Bila catatan uji dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa proporsi campuran beton yang
diusulkan akan menghasilkan nilai kuat rata-rata perlu f’cr (lihat
7.3(2)), maka catatan tersebut harus mewakili material dan kondisi yang mirip dengan kondisi
dimana campuran tersebut akan digunakan. Perubahan pada material, kondisi, dan proporsi dari
catatan tersebut tidak perlu dibuat lebih ketat dari yang akan dihadapi pada pekerjaan yang akan
dilakukan.
(2) Untuk tujuan pencatatan potensial kuat rata-rata, catatan hasil uji yang kurang dari 30 contoh
tetapi tidak kurang dari 10 contoh pengujian secara berurutan dapat diterima selama catatan
pengujian tersebut mencakup periode waktu tidak kurang dari 45 hari. Proporsi campuran beton
yang
diperlukan dapat ditentukan melalui interpolasi kuat tekan dan proporsi dari dua atau lebih contoh
uji yang masing-masing memenuhi persyaratan pada butir ini.
(3) Jika tidak tersedia catatan hasil uji yang memenuhi kriteria, maka proporsi campuran beton yang
diperoleh dari campuran percobaan yang memenuhi batasan-batasan berikut dapat digunakan:
(a) Kombinasi bahan yang digunakan harus sama dengan yang digunakan pada pekerjaan yang akan
dilakukan.
(b) Campuran percobaan yang memiliki proporsi campuran dan konsistensi yang diperlukan untuk
pekerjaan yang akan dilakukan harus dibuat menggunakan sekurang-kurangnya tiga jenis rasio air-
semen atau kandungan semen yang berbeda-beda untuk menghasilkan suatu kisaran kuat tekan
beton yang mencakup kuat rata-rata perlu f’cr .
(c) Campuran uji harus direncanakan untuk menghasilkan kelecakan dengan kisaran ± 20 mm dari
nilai maksimum yang diizinkan, dan untuk beton
dengan bahan tambahan penambah udara, kisaran kandungan udaranya dibatasi ± 0,5% dari
kandungan udara maksimum yang diizinkan.
(d) Untuk setiap rasio air-semen atau kadar semen, sekurang-kurangnya harus dibuat tiga buah
contoh silinder uji untuk masing-masing umur uji
3, 7, 14, 28 hari dan dirawat sesuai dengan SNI 03-2492-1991, Metode pembuatan dan perawatan
benda uji beton di laboratorium. Silinder harus diuji pada umur setiap umur 3,7,14, dan 28 hari
yang digunakan untuk penentuan f'c.
(e) Dari hasil uji contoh silinder tersebut harus diplot kurva yang memperlihatkan hubungan antara
rasio air-semen atau kadar semen terhadap kuat tekan pada umur uji yang ditetapkan.
(f) Rasio air-semen maksimum atau kadar semen minimum untuk beton yang akan digunakan pada
pekerjaan yang akan dilakukan harus seperti yang diperlihatkan pada kurva untuk menghasilkan
kuat rata-rata yang
disyaratkan oleh 7.3(2).
7.4. Evaluasi dan penerimaan beton
1) Beton harus diuji dengan ketentuan 7.3. Teknisi pengujian lapangan yang memenuhi kualifikasi
harus melakukan pengujian beton segar di lokasi konstruksi, menyiapkan contoh-contoh uji
silinder yang diperlukan dan mencatat suhu beton segar pada saat menyiapkan contoh uji untuk
pengujian kuat tekan. Teknisi laboratorium yang mempunyai kualifikasi harus melakukan semua
pengujian-pengujian laboratorium yang disyaratkan.
2) Frekuensi pengujian
(1) Pengujian kekuatan masing-masing mutu beton yang dicor setiap harinya haruslah dari satu set
benda contoh uji per hari, atau tidak kurang dari satu

set contoh uji untuk setiap 120 m3 beton, atau tidak kurang dari satu set benda contoh uji untuk
setiap 500 m2 luasan permukaan lantai. Satu set contoh uji terdiri atas 3 buah silinder benda uji
untuk masing-masing umur uji 3,7,14 dan 28 hari.
(2) Pada suatu pekerjaan pengecoran, jika volume total adalah sedemikian hingga frekuensi
pengujian yang disyaratkan oleh 7.4.1 hanya akan menghasilkan jumlah uji kekuatan beton kurang
dari 5 untuk suatu mutu beton, maka satu set contoh uji harus diambil dari paling sedikit 5 adukan
yang dipilih secara acak atau dari masing-masing adukan bilamana jumlah adukan yang digunakan
adalah kurang dari lima. (3) Suatu uji kuat tekan harus merupakan nilai kuat tekan rata-rata dari
tiga contoh uji silinder yang berasal dari adukan beton yang sama dan diuji pada umur beton 3,7,14,
dan 28 hari yang ditetapkan untuk penentuan f’c . 3) Benda uji yang dirawat di laboratorium
(1) Contoh untuk uji kuat tekan harus diambil menurut SNI 03-2458-1991, Metode pengujian dan
pengambilan contoh untuk campuran beton segar.Beton segar (fresh concrete) yang akan dijadikan
benda uji diambil dari truk mixer jika menggunakan bucket untuk mengecor atau dari ujung pompa.
(2) Benda uji silinder yang digunakan untuk uji kuat tekan harus dibentuk dan dirawat di
laboratorium menurut SNI 03-4810-1998, Metode pembuatan dan perawatan benda uji di
lapangan dan diuji menurut SNI 03-1974-1990, Metode pengujian kuat tekan beton.
(3) Kuat tekan suatu mutu beton dapat dikategorikan memenuhi syarat jika Setiap nilai rata-rata
dari tiga benda uji kuat tekan yang berurutan mempunyai nilai yang sama atau lebih besar dari f'c .
4) Perawatan benda uji di lapangan

(1) Jika diminta oleh Direksi Teknis, maka hasil uji kuat tekan benda uji silinder yang dirawat di
lapangan harus disiapkan.
(2) Perawatan benda uji di lapangan harus mengikuti SNI 03-4810-1998, Metode pembuatan dan
perawatan benda uji di lapangan.
(3) Benda-benda uji silinder yang dirawat di lapangan harus dicor pada waktu yang bersamaan dan
diambil dari contoh adukan beton yang sama dengan yang digunakan untuk uji di laboratorium.
5) Ketentuan sifat-sifat Campuran
(1) Seluruh beton yang digunakan dalam pekerjaan harus memenuhi kuat tekan dan “slump” yang
dibutuhkan seperti yang disyaratkan dalam Tabel 6 atau yang disetujui oleh Direksi Teknis.
Tabel 5. 6 Ketentuan sifat campuran
(2) Bilamana pengujian beton berumur 7 hari menghasilkan kuat beton dibawah kekuatan yang
disyaratkan dalam Tabel 6 maka Kontraktor tidak diperkenankan mengecor beton lebih lanjut
sampai penyebab dari hasil yang rendah tersebut diketahui dengan pasti dan sampai telah diambil
tindakan-tindakan yang menjamin bahwa produksi beton memenuhi
ketentuan yang disyaratkan dalam Spesifikasi. Kuat tekan beton berumur 28 hari yang tidak
memenuhi ketentuan yang disyaratkan harus dipandang M u t u B e t o n Kuat Tekan Karakteristik
Min. (MPa) Kuat lentur (MPa) Benda Uji Slinder 15cm x 30cm Benda uji 15cmx15cmx60cm 7 hari
(0.72x f’c) 28 hari (f’c) 28 hari ( ft = 0.8x √ f’c) K400 24,37 33,80 4,65 K250 15,23 21,15 3,68

tidak sebagai pekerjaan yang tidak dapat diterima dan pekerjaan tersebut harus diperbaiki.
Kekuatan beton dianggap lebih kecil dari yang diisyaratkan bilamana hasil pengujian serangkaian
benda uji dari suatu bagian pekerjaan yang dipertanyakan lebih kecil dari kuat tekan karakteristik
yang diperoleh
dari rumus yang diuraikan dalam Pasal.7.3.(2)
(3) Direksi Teknis dapat pula menghentikan pekerjaan dan/atau memerintahkan Kontraktor
mengambil tindakan perbaikan untuk meningkatkan mutu campuran atas dasar hasil pengujian
kuat tekan beton berumur 3 hari. Dalam keadaan demikian, Kontraktor harus segera menghentikan
pengecoran beton yang dipertanyakan. Tetapi dapat menunggu sampai hasil pengujian kuat tekan
beton berumur 7 hari diperoleh, sebelum menerapkan tindakan perbaikan, pada waktu tersebut
Direksi Teknis akan menelah kedua hasil pengujian yang berumur 3 hari dan 7 hari, dan dapat
segera
memerintahkan tindakan perbaikan yang dipandang perlu.
6) Penyelidikan untuk hasil uji kuat tekan beton yang rendah (1) Jika suatu uji kuat benda uji silinder
yang dirawat di laboratorium menghasilkan nilai di bawah f’c, maka Kontraktor atas biaya sendiri
harus
melakukan uji contoh beton uji yang diambil dari daerah yang dipermasalahkan sesuai SNI 03-2492-
1991, Metode pengambilan benda uji beton inti dan SNI 03-3403-1994, Metode pengujian kuat
tekan beton inti.Pada uji contoh beton inti tersebut harus diambil paling sedikit tiga bendauji untuk
setiap uji kuat tekan yang mempunyai nilai 3,5 MPa di bawah nilaipersyaratan f’c .(2) Bila beton
pada struktur berada dalam kondisi kering selama masa layan,maka benda uji beton inti harus
dibuat kering udara (pada temperatur 15 °C

hingga 25 °C, kelembaban relatif kurang dari 60%) selama 7 hari sebelum pengujian, dan harus diuji
dalam kondisi kering. Bila beton pada struktur berada pada keadaan sangat basah selama masa
layan, maka beton inti harus direndam dalam air sekurang-kurangnya 40 jam dan harus diuji dalam
kondisi basah.
(3) Beton pada daerah yang diwakili oleh uji beton inti harus dianggap cukup secara struktur jika
kuat tekan rata-rata dari tiga beton inti adalah minimal sama dengan 85% f’c .Tambahan pengujian
beton inti yang diambil dari lokasi yang memperlihatkan hasil kekuatan beton inti yang tidak
beraturan diperbolehkan.
(4) Bila kriteria 7.3 tidak dipenuhi dan bila tahanan struktur masih meragukan, maka Direksi Teknis
mengharuskan Kontraktor untuk melakukan pengujian lapangan tahanan struktur beton untuk
bagian-bagian struktur yang bermasalah tersebut, dan Kontraktor atas biaya sendiri harus
melakukan analisis untuk menjamin bahwa tahanan struktur dalam memikul beban masih dalam
batas yang aman, dan jika tidak aman maka Kontraktor dengan biaya sendiri harus melakukan
perkuatan sehingga struktur pelabuhan tetap berfungsi sesuai dengan analisa perencanaan awal.
7.5. Persiapan sebelum Pengecoran
Persiapan sebelum pengecoran beton meliputi hal berikut:
1) Semua peralatan untuk pencampuran dan pengangkutan beton harus bersih.
2) Semua sampah atau kotoran dan air harus dihilangkan dari cetakan yang akan diisi beton.
3) Cetakan harus dilapisi zat pelumas permukaan sehingga mudah dibongkar.
4) Tulangan harus benar-benar bersih dari lapisan yang mengganggu.

5) Semua kotoran dan bagian permukaan yang dapat lepas atau yang kualitasnya kurang baik harus
dibersihkan sebelum pengecoran lanjutan dilakukan pada permukaan beton yang telah mengeras.
7.6. Pencampuran
1) Semua bahan beton harus diaduk secara seksama dan harus dituangkan seluruhnya sebelum
pencampur diisi kembali.
2) Beton siap pakai harus dicampur dan diantarkan sesuai persyaratan SNI 03-4433- 1997,
Spesifikasi beton siap pakai atau ”Spesifikasi untuk beton yang dibuat melalui penakaran volume
dan pencampuran menerus” (ASTM C 685).
3) Adukan beton yang dicampur di lapangan harus dibuat sebagai berikut:
(1) Pencampuran harus dilakukan dengan menggunakan jenis pencampur yang telah disetujui.
(2) Mesin pencampur harus diputar dengan kecepatan yang disarankan oleh pabrik pembuat.
(3) Pencampuran harus dilakukan secara terus menerus selama sekurangkurangnya 1½ menit
setelah semua bahan berada dalam wadah pencampur,kecuali bila dapat diperlihatkan bahwa
waktu yang lebih singkat dapatmemenuhi persyaratan uji keseragaman campuran SNI 03-4433-
1997,Spesifikasi beton siap pakai.
(4) Pengolahan, penakaran, dan pencampuran bahan harus memenuhi SNI 03-4433-1997,
Spesifikasi beton siap pakai.
(5) Catatan rinci harus disimpan dengan data-data yang meliputi:
(a) jumlah adukan yang dihasilkan;
(b) proporsi bahan yang digunakan;
(c) perkiraan lokasi pengecoran pada struktur;
(d) tanggal dan waktu pencampuran dan pengecoran.

7.7. Pengantaran
1) Beton harus diantarkan dari tempat pencampuran ke lokasi pengecoran dengan cara-cara yang
dapat mencegah terjadinya pemisahan (segregasi) atau hilangnya bahan.
2) Peralatan pengantar harus mampu mengantarkan beton ke tempat pengecoran tanpa
pemisahan bahan dan tanpa sela yang dapat mengakibatan hilangnya plastisitas campuran.
7.8. Pengecoran
1) Kontraktor harus memberitahukan Direksi Teknis secara tertulis paling sedikit 24jam sebelum
memulai setiap pengecoran beton, atau ketika meneruskanpengecoran beton bilamana
pengecoran beton telah ditunda lebih dari 24 jam.Pemberitahuan harus meliputi lokasi, kondisi
pekerjaan, mutu beton dan tanggal serta waktu pencampuran beton.
2) Direksi Teknis akan memberi tanda terima atas pemberitahuan tersebut dan akan memeriksa
acuan, dan tulangan dan dapat mengeluarkan persetujuan tertulis maupun tidak untuk memulai
pelaksanaan pekerjaan seperti yang direncanakan. Kontraktor tidak boleh melaksanakan
pengecoran beton tanpa
persetujuan tertulis dari Direksi Teknis. 3) Beton harus dicor sedekat mungkin pada posisi akhirnya
untuk menghindari terjadinya segregasi akibat penanganan kembali atau segregasi akibat
pengaliran.
4) Pengecoran beton harus dilakukan dengan kecepatan sedemikian hingga beton selama
pengecoran tersebut tetap dalam keadaan plastis dan dengan mudah dapat mengisi ruang di antara
tulangan.

5) Beton yang telah mengeras sebagian atau beton yang telah terkontaminasi oleh bahan lain tidak
boleh digunakan untuk pengecoran.
6) Beton yang ditambah air lagi atau beton yang telah dicampur ulang setelahpengikatan awal tidak
boleh digunakan.
7) Setelah dimulainya pengecoran, maka pengecoran tersebut harus dilakukansecara menerus
hingga mengisi secara penuh panel atau penampang sampai batasnya, atau sambungan yang
ditetapkan.
8) Permukaan atas cetakan vertikal secara umum harus datar.Pada pengecoran beton insitu,
bidang-bidang beton lama yang akan disambung dengan beton yang akan dicor, harus terlebih
dahulu dikasarkan, dibersihkan dari bahan-bahan yang lepas dan rapuh dan telah disiram dengan
air hingga jenuh. Sesaat sebelum pengecoran beton baru ini, bidang-bidang kontak beton lama
harus disapu
dengan adukan semen dengan campuran yang sesuai dengan betonnya.
9) Pada pengecoran beton insitu, jika diperlukan siar pelaksanaan, maka sambungan harus dibuat
pada daerah momen nol dan teratur sesuai SNI 03 – 2847 – 2002.
10) Semua beton harus dipadatkan secara menyeluruh dengan menggunakan peralatan yang sesuai
selama pengecoran dan harus diupayakan mengisisekeliling tulangan dan seluruh celah dan masuk
ke semua sudut cetakan. Untuk itu Kontraktor harus melaksanakan :\

(1) Pemadatan beton dengan penggetar mekanis dari dalam atau dari luar yang telah disetujui.
Bilamana diperlukan, dan bilamana disetujui oleh DireksiTeknis, penggetaran harus disertai
penusukan secara manual dengan alat yang cocok untuk menjamin pemadatan yang tepat dan
memadai. Penggetar tidak boleh digunakan untuk memindahkan campuran beton dari satu titik ke
titik lain di dalam cetakan.
(2) Pemadatan beton dilakukan hati-hati pada waktu pemadatan untuk menentukan bahwa semua
sudut dan di antara dan sekitar besi tulangan benar-benar diisi tanpa pemindahaan kerangka
penulangan, dan setiap rongga udara dan gelembung udara terisi.
(3) Penggetar harus dibatasi waktu penggunaannya, sehingga menghasilkan pemadatan yang
diperlukan tanpa menyebabkan terjadinya segresi padaagregat.
(4) Alat penggetar mekanis dari luar harus mampu menghasilkan sekurangkurangnya 5000 putaran
per menit dengan berat efektif 0,25 kg, dan bolehdiletakkan di atas acuan supaya dapat
menghasilkan getaran yang merata.
(5) Alat penggetar mekanis yang digerakkan dari dalam harus dari jenis pulsating (berdenyut) dan
harus mampu menghasilkan sekurang-kurangnya 5000 putaran per menit.
(6) Setiap alat penggetar mekanis dari dalam harus dimasukkan ke dalam beton basah secara
vertikal sedemikian hingga dapat melakukan penetrasi sampai ke dasar beton yang baru dicor, dan
menghasilkan kepadatan pada seluruh kedalaman pada bagian tersebut. Alat penggetar kemudian
harus ditarik pelan-pelan dan dimasukkan kembali pada posisi lain tidak lebih dari 45 cm jaraknya.
Alat penggetar tidak boleh berada pada suatu titik leih dari 30 detik, juga tidak boleh digunakan
untuk memindah campuran beton kelokasi lain, serta tidak boleh menyentuh tulangan beton.
(7) Jumlah alat penggetar mekanis dari dalam diberikan dalam Tabel 7.
Tabel 5. 7 Jumlah minimum alat penggetar mekanis dari dalam
Kecepatan Pengecoran Beton (m3/ jam) Jumlah Alat
4 2 8 3 12 4 16 5 20 6
7.9. Permukaan (Pekerjaan Akhir Khusus)
Permukaan yang terekspos harus diselesaikan dengan pekerjaan akhir atau seperti yang
diperintahkan oleh Direksi Teknis. Segera setelah pengecoran beton, bagianatas pelat, kerb,
permukaan trotoar dan permukaan horizontal lainnya harus diselesaikan (finishing) secara manual
sampai halus dan rata dengan menggerakkan perata kayu secara memanjang dan melintang atau
dengan cara lain yang cocok, kemudian harus digaru dengan mistar bersudut untuk memberikan
bentuk serta
ketinggian yan diperlukan, sebelum beton mulai mengeras.
7.10. Perawatan beton
1) Beton pracetak harus dalam kondisi seluruh bagiannya terendam air dengan suhu tidak
melampaui 250 C untuk sekurang-kurangnya selama 7 hari setelah pengecoran. Air yang digunakan
adalah air yang setera untuk air minum. Pengukuran suhu air perendaman dilakukan setiap jam dari
jam 8.00 hingga
18.00 WITA dan dilaporkan secara tertulis 2) Beton cor ditempat harus dirawat dan dalam kondisi
lembab dengan tidak melampaui suhu 250 C untuk sekurang-kurangnya selama 7 hari setelah

pengecoran. Pengukuran suhu permukaan beton dilakukan setiap jam dari jam 8.00 hingga 18.00
WITA dan dilaporkan secara tertulis.
7.11. Persyaratan cuaca panas
Selama cuaca panas, perhatian harus lebih diberikan pada bahan dasar, cara produksi, penanganan,
pengecoran, perlindungan, dan perawatan untuk mencegah terjadinya temperatur beton atau
penguapan air yang berlebihan yang dapat memberi pengaruh negatif pada mutu beton yang
dihasilkan atau pada kemampuan layan komponen atau struktur.

8. CETAKAN (BEKISTING)
8.1. Perencanaan Cetakan
1) Pembuatan komponen betpn pracetak harus menggunakan pelat baja.
2) Komponen beton pracetak harus dicor/dicetak di atas lantai kerja yang kokoh dengan tanah
dasar yang dipadatkan lebih dahulu agar menghasilkan komponen pbeon pracetak yang baik dan
prismatis.
3) Cetakan harus menghasilkan struktur akhir yang memenuhi bentuk, garis, dan dimensi
komponen struktur seperti yang disyaratkan pada gambar rencana dan spesifikasi.
4) Cetakan harus mantap dan cukup rapat untuk mencegah kebocoran mortar.
5) Cetakan harus diperkaku atau diikat dengan baik untuk mempertahankan posisi dan bentuknya.
6) Cetakan dan tumpuannya harus direncanakan sedemikian hingga tidak merusak struktur yang
dipasang sebelumnya.
7) Perencanaan cetakan harus menyertakan pertimbangan faktor-faktor berikut:

(1) Kecepatan dan metode pengecoran beton.


(2) Beban selama konstruksi, termasuk beban-beban vertikal, horisontal, dan tumbukan.
8) Seluruh cetakan untuk elemen beton pracetak dan beton cor di tempat hanya dapat digunakan
setelah mendapatkan persetujuan dari direksi pada Shop Drawing yang diajukan Kontraktor.
8.2. Pembongkaran cetakan dan penopang, serta penopangan kembali
1) Pembongkaran cetakan
Cetakan harus dibongkar dengan cara-cara yang tidak mengurangi keamanan dan kemampuan
layan struktur. Beton yang akan dipengaruhi oleh pembongkaran cetakan harus memiliki kekuatan
cukup sehingga tidak akan rusak oleh operasi pembongkaran.
2) Pembongkaran penopang dan penopangan kembali
Sebelum dimulainya pekerjaan konstruksi, Kontraktor harus membuat prosedur dan jadwal untuk
pembongkaran penopang dan pemasangan kembali penopang dan untuk penghitungan beban-
beban yang disalurkan ke struktur selama pelaksanaan pembongkaran tersebut.
(a) Analisis struktur dan data kekuatan beton yang dipakai dalam perencanaan
dan pembongkaran cetakan dan penopang harus diserahkan oleh Kontraktor kepada pengawas
lapangan apabila diminta.
(b) Tidak boleh ada beban konstruksi yang bertumpu pada, juga tidak boleh ada penopang
dibongkar dari, suatu bagian struktur yang sedang dibangun kecuali apabila bagian dari struktur
tersebut bersama-sama dengan cetakan dan penopang yang tersisa memiliki kekuatan yang
memadai untuk
menopang berat sendirinya dan beban yang ditumpukan kepadanya.
(c) Kekuatan yang memadai tersebut harus ditunjukkan melalui analisis struktur dengan
memperhatikan beban yang diusulkan, kekuatan sistem cetakan dan

penopang, serta data kekuatan beton. Data kekuatan beton harus didasarkan pada pengujian
silinder beton yang dirawat di lokasi konstruksi, atau bilamana disetujui pengawas lapangan,
didasarkan pada prosedur lainnya untuk mengevaluasi kekuatan beton.
3) Beban konstruksi yang melebihi kombinasi beban mati tambahan ditambah beban hidup tidak
boleh ditopang oleh bagian struktur yang sedang dibangun tanpa penopang, kecuali ika analisis
menunjukkan bahwa bagian struktur yang dimaksud memiliki kekuatan yang cukup untuk memikul
beban tambahan tersebut.
9. DETAIL PENULANGAN
10.1 Kait standar
Pembengkokan tulangan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
1) Bengkokan 180° ditambah perpanjangan 4db, tapi tidak kurang dari 60 mm, pada ujung bebas
kait.
2) Bengkokan 90° ditambah perpanjangan 12db pada ujung bebas kait.
3) Untuk sengkang dan kait pengikat:
(a) Batang D-16 dan yang lebih kecil, bengkokan 90° ditambah perpanjangan 6db pada ujung bebas
kait, atau
(b) Batang D-19, D-22, dan D-25, bengkokan 90° ditambah perpanjangan 12db pada ujung bebas
kait, atau
(c) Batang D-25 dan yang lebih kecil, bengkokan 135° ditambah perpanjangan 6db pada ujung
bebas kait.
10.2 Diameter bengkokan minimum
1) Diameter bengkokan yang diukur pada bagian dalam batang tulangan tidak boleh kurang dari
nilai dalam Tabel 6. Ketentuan ini tidak berlaku untuk sengkang dan sengkang ikat dengan ukuran
D-10 hingga D-16.
2) Diameter dalam dari bengkokan untuk sengkang dan sengkang ikat tidak boleh kurang dari 4db
untuk batang D-16 dan yang lebih kecil. Untuk batang yanglebih besar daripada D- 16, diameter
bengkokan harus memenuhi Tabel 6.
3) Diameter dalam untuk bengkokan jaring kawat baja las (polos atau ulir) yang digunakan untuk
sengkang dan sengkang ikat tidak boleh kurang dari 4db untuk kawat ulir yang lebih besar dari D7
dan 2db untuk kawat lainnya. Bengkokan dengan diameter dalam kurang dari 8db tidak boleh
berada kurang dari 4db dari persilangan las yang terdekat.
Tabel 5. 8 Diameter bengkokan minimum
10.3 Cara pembengkokan
1) Semua tulangan harus dibengkokkan dalam keadaan dingin.
2) Tulangan yang sebagian sudah tertanam di dalam beton tidak boleh dibengkokkan dilapangan.
3) Bengkokan atau tekukan yang tidak ditunjukkan pada Gambar atau Gambar Kerja Akhir (Final
Shop Drawing) atau tidak memenuhi Spesifikasi 10.1 dan
10.2. tidak diijinkan dalam pekerjaan
4) Batangan tulangan dengan diameter 19 mm dan yang lebih besar harus dibengkokkan dengan
mesin pembengkok.
5) Bilamana terjadi kesalahan dalam membengkokkan baja tulangan, batang tulangan tidak boleh
dibengkokkan kembali atau diluruskan. Harus diperbaiki dengan mengganti seluruh batang tersebut
dengan batang baru yang dibengkokkan dengan benar dan sesuai dengan bentuk dan dimensi yang
disyaratkan.
6) Kontraktor harus menyediakan fasilitas di tempat kerja untuk pemotongan dan pembengkokan
tulangan, baik jika melakukan pemesanan tulangan yang telah dibengkokkan maupun tidak, dan
harus menyediakan persediaan (stok) batang yang cukup di tempat, untuk pembengkokan
sebagaimana yang diperlukan.
10.4 Kondisi permukaan baja tulangan
1) Pada saat beton dicor, tulangan harus bebas dari lumpur, minyak, atau segala jenis zat pelapis
bukan logam yang dapat mengurangi kapasitas lekatan
2) Tulangan yang mengandung karat, kulit giling (mill scale), atau gabungan keduanya, tidak boleh
dipergunakan.
3) Panjang batang, ketebalan dan bengkokan yang melebihi atau kurang dari toleransi pembuatan
yang disyaratkan dalam Spesifikasi, tidak boleh digunakan.
10.5 Batasan spasi tulangan
1) Jarak bersih antara tulangan sejajar dalam lapis yang sama, tidak boleh kurang dari db ataupun
25 mm.
2) Bila tulangan sejajar tersebut diletakkan dalam dua lapis atau lebih, tulangan pada lapis atas
harus diletakkan tepat di atas tulangan di bawahnya dengan spasi bersih antar lapisan tidak boleh
kurang dari 25 mm.
3) Pada komponen struktur tekan yang diberi tulangan spiral atau sengkang pengikat, jarak bersih
antar tulangan longitudinal tidak boleh kurang dari 1,5db ataupun 40 mm.
4) Pembatasan jarak bersih antar batang tulangan ini juga berlaku untuk jarak bersih antara suatu
sambungan lewatan dengan sambungan lewatan lainnya atau dengan batang tulangan yang
berdekatan.
5) Bundel tulangan:
(1) Kumpulan dari tulangan sejajar yang diikat dalam satu bundel sehingga bekerja dalam satu
kesatuan tidak boleh terdiri lebih dari empat tulangan per bundel.
(2) Bundel tulangan harus dilingkupi oleh sengkang atau sengkang pengikat.
(3) Masing-masing batang tulangan yang terdapat dalam satu bundel tulangan yang berakhir dalam
bentang komponen struktur lentur harus diakhiri pada titik-titik yang berlainan, paling sedikit
dengan jarak 40db secara berselang.
(4) Jika pembatasan jarak dan selimut beton minimum didasarkan pada diameter tulangan db,
maka satu unit bundel tulangan harus diperhitungkan sebagai tulangan tunggal dengan diameter
yang didapat dari luas ekuivalen penampang gabungan.
10.6 Pelindung beton untuk tulangan
Pada beton bertulang, tinggi selimut beton yang harus disediakan untuk tulangan adalah 75 mm.
Tabel 5. 9 Toleransi untuk tinggi selimut beton
10.7 Sambungan
Sambungan lewatan minimal harus 60 cm atau 40db.
10. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN
11.1 Pengukuran
Pengukuran untuk pembayaran pekerjaan beton harus didasarkan pada volume beton yang
terpasang jadi dalam m3 dan memenuhi ketentuan dalam spesifikasi.
11.2 Pembayaran
Pembayaran harus didasarkan pada jumlah volume (m3) terhitung berdasarkan hasil pengukuran
bersama dengan Direksi dikalikan dengan harga satuan yang telah mengandung biaya tidak
langsung. Dalam pembayaran tersebut dianggap sudah termasuk semua kompensasi untuk
penyediaan tenaga kerja, material, peralatan, sarana-konstruksi, alat bantu dan sebagainya untuk
menghasilkan
pekerjaan yang lengkap memenuhi syarat dengan teknik pelaksanaan terbaik dan sepenuhnya
sesuai dengan semua ketentuan tersebut didalam spesifikasi ini.

BAB V
PEKERJAAN TIANG PANCANG
1. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan yang tercakup dalam bab ini meliputi kelengkapan peralatan konstruksi,tenaga kerja,
bahan, perlengkapan dan penyelenggaraan lainnya yang berkaitan dengan pekerjaan konstruksi
tiang pancang baja (Steel Pipe) untuk Dermaga Multipurpose pada lokasi yang ditunjukkan dalam
gambar rencana dan sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Teknis.
2. MATERIAL
Pipa baja yang digunakan adalah Spiral Welded Steel Pipe dan harus memenuhi seluruh persyaratan
yang termuat dalam ASTM A 252 dan sesuai dengan gambar. Pipa baja yang digunakan harus
memiliki karakteristik :
Tabel 5. 10 Karakteristik Pipa Baja
Grade
(ASTM A 252)
Yield Strength
(MPa)
Tensile strength
(MPa)
Elongation %
SKK 400 240 400 18
Pada bagian atas pipa baja yang berhubungan dengan pile cap diisi beton sesuai dengan gambar
rencana. Pipa baja harus mempunyai garis tengah sebagaimana yang ditunjukkan dalam gambar
rencana. Pipa baja harus mempunyai kekuatan yang cukup untuk dipancang dengan metode yang
ditentukan tanpa distorsi. Tiang pancang baja harus dilindungi terhadap karat dengan katodik
protection. Jika diperlukan maka Kontraktorharus memperlihatkan pengujian material tiang
pancang yang disaksikan oleh Direksi Teknis. Pengujian dilaksanakan atas biaya Kontraktor.

3. PENGAJUAN KESIAPAN KERJA


Paling lambat dua minggu sebelum memulai suatu pekerjaan pemancangan, Kontraktor harus
mengajukan kepada Direksi Teknis hal-hal sebagai berikut :
a. Program yang terinci untuk pekerjaan pemancangan.
b. Rincian metode yang diusulkan untuk pemancangan atau penurunan tiang bersama dengan
peralatan yang akan digunakan.

c. Perhitungan rancangan, termasuk rumus penumbukan, yang menunjukkan kapasitas tiang


pancang bilamana penumbukan menggunakan peralatan yang diusulkan oleh Kontraktor.
d. Usulan untuk pengujian tiang pancang. Usulan ini mencakup metode beban, pengukuran beban
dan penurunan serta penyajian data yang diusulkan. Persetujuan tertulis dari Direksi Teknis untuk
pengajuan tersebut diatas harus diperoleh terlebih dahulu sebelum memulai setiap pekerjaan
pemancangan.

4. PEMANCANGAN TIANG
4.1 Metode
Tiang pancang dapat dipancang dengan setiap jenis palu, asalkan tiang pancang tersebut dapat
menembus masuk pada ke dalaman yang telah ditentukan atau mencapai daya dukung yang telah
ditentukan, tanpa kerusakan. Kepala tiang pancang baja harus dilindungi dengan bantalan topi atau
mandrel Palu, topi baja, bantalan topi katrol dan tiang pancang harus mempunyai sumbu yang
sama dan harus terletak dengan tepat satu diatas lainnya. Tiang pancang termasuk tiang pancang
miring harus dipancang secara sentris dan diarahkan dan dijaga dalam posisi yang tepat. Semua
pekerjaan pemancangan harus dihadiri oleh Direksi Teknis dan palu pancang tidak boleh diganti dan
dipindahkan dari kepala tiang pancang tanpa pesetujuan dari Direksi Teknis. Tiang Pancang harus
dipancang sampai kedalaman yang memiliki N-SPT> 60 dan menembus sedalam 2D. Bilamana
ketentuan rancangan tidak dapat dipenuhi, maka Direksi Teknis dapat memerintahkan untuk
menambah jumlah tiang pancang dalam kelompok tersebut sehingga beban yang dapat didukung
setiap tiang pancang tidak melampaui kapasitas daya dukung yang aman, atau Direksi Teknis dapat
mengubah rancangan bangunan bawah jetty atau trestle bilamana dianggap perlu.

Alat pancang yang digunakan dapat dari jenis gravitasi, uap, atau diesel. Berat palu harus dua kali
berat tiang. Tinggi jatuh palu tidak boleh melampaui 2,5 meter atau sebagaimana yang
diperintahkan oleh Direksi Teknis. Alat pancang dengan jenis gravitasi, uap atau diesel yang
disetujui, harus mampu memasukkan tiang pancang tidak kurang dari 3 mm untuk setiap pukulan
pada 15 cm dari akhir pemancangan dengan daya dukung yang diinginkan sebagaimana yang
ditentukan dari rumus pamancangan yang disetujui, yang digunakan oleh Kontraktor. Energi total
alat tiang pancang tidak
boleh kurang dari 970 kgm per pukulan. Penumbukan dengan tinggi jatuh yang lebih kecil dari 1,2
m harus digunakan bilamana terdapat dalam kondisi berikut :
Terdapat lapisan tanah keras dekat permukaan tanah yang harus ditembus pada saat awal
pemancangan untuk tiang pancang yang panjang.
Terdapat lapisan tanah lunak yang dalam sedemikian hingga penetrasi yang dalam terjadi pada
setiap penumbukan.
Tiang pancang diperkirakan sekonyong-konyongnya akan mendapat penolakan akibat batu atau
tanah yang benar-benar tak dapat ditembus lainnya. Bilamana serangkaian penumbukan tiang
pancang untuk 10 kali pukulan terakhir telah mencapai hasil yang memenuhi ketentuan,
penumbukan tulangan harus dilaksanakan dengan hati-hati, dan pemancangan yang terus menerus
setelah tiang pancang hampir berhenti penetrasi harus dicegah, terutama jika digunakan palu
berukuran sedang. Suatu catatan pemancangan yang lengkap harus dilakukan.

Setiap perubahan yang mendadak dari kecepatan penetrasi yang tidak dapat dianggap sebagai
perubahan biasa dari sifat alamiah tanah harus dicatat dan penyebabnya harus dapat diketahui, bila
memungkinkan, sebelum pemancangan dilanjutkan.
Tidak diperkenankan memancang tiang pancang dalam jarak 6 m dari beton yang berumur kurang
dari 7 hari.Bilamana pemancangan dengan menggunakan
palu yang memenuhi ketentuan minimum, tidak dapat memenuhi spesifikasi, maka Kontraktor
harus menyediakan palu yang lebih besar atas biaya sendiri.
4.2 Penghantar Tiang Pancang (Leads)
Pengahantar tiang pancang harus dibuat sedemikian hingga dapat memberikan kebebasan
bergerak untuk palu dan penghantar ini harus diperkaku dengan tali atau palang yang kaku agar
dapat memegang tiang pancang selama pemancangan. Penghantar tiang pancang, sebaiknya
mempunyai panjang yang cukup sehingga penggunaan bantalan topi tiang pancang panjang tidak
diperlukan. Penghantar tiang pancang miring sebaiknya digunakan untuk pemancangan tiang
pancang miring.
4.3 Bantalan Topi Tiang Pancang Panjang (Followers)
Pemancangan tiang pancang dengan bantalan topi tiang pancang panjang sedapat mungkin harus
dihindari, dan hanya akan dilakukan dengan persetujuan terlulis dari Direksi Teknis.
4.4 Perpanjangan Tiang Pancang
Perpanjangan tiang pancang baja harus dilakukan dengan pengelasan. Pengelasan harus dikerjakan
sedemikian rupa hingga kekuatan penampang baja semula dapat ditingkatkan. Sambungan harus
dirancang dan dilaksanakan dengan cara sedemikian hingga dapat menjaga alinyemen dan posisi
yang benar pada ruas-ruas tiang pancang.

4.5 Tiang Pancang yang Naik


Bilamana tiang pancang mungkin naik akibat naiknya dasar tanah, maka elevasi kepala tiang
pancang harus diukur dalam interval waktu dimana tiang pancang yang berdekatan sedang
dipancang. Tiang pancang yang naik sebagai akibat pemancangan tiang pancang yang berdekatan,
harus dipancang kembali sampai kedalaman atau ketahanan semula.
4.6 Pemancangan Dengan Pancar Air (Water Jet)
Pemancangan dengan pancar air tidak diizinkan.
4.7 Catatan Pemancangan (Calendering)
Sebuah catatan yang detil dan akurat tentang pemancangan harus disimpan oleh Direksi Teknis dan
Kontraktor harus membantu Direksi Teknis dalam penyimpanan catatan ini yang meliputi berikut
ini: jumlah tiang pancang, posisi, jenis, ukuran, panjang aktual, tanggal pemancangan, panjang
dalam pile cap, penetrasi pada saat penumbukan terakhir, energi pukulan palu, panjang
perpanjangan, panjang pemotongan dan panjang akhir yang dapat dibayar.
4.8 Rumus Dinamis untuk Pekerjaan Kapasitas Tiang Pancang
Kapasitas daya dukung tiang pancang harus diperkirakan dengan menggunakan rumus dinamis
(Hiley). Kontraktor dapat mengajukan rumus lain untuk mendapatkan persetujuan dari Direksi
Teknis.
= + ( + + )/2 × + +
Dimana :
Pu : Kapasitas daya dukung batas (ton)
Pa : Kapasitas daya dukung yang diijinkan (ton)
ef : Efisiensi palu
ef = 1,00 untuk palu diesel

ef = 0,75 untuk palu yang dijatuhkan dengan tali dan gesekan katrol
W : Berat palu atau ram (ton)
Wp : Berat tiang pancang (ton)
n : Koefisien restitusi
n = 0,25 untuk tiang pancang beton
H : Tinggi jatuh palu (m)
H = 2 H’ untuk palu diesel (H’ = tinggi jatuh ram)
S : Penetrasi tiang pancang pada saat penumbukan terakhir, atau “set” (m)
C1 : Tekanan sementara yang diijinkan untuk kepala tiang dan pur (m)
C2 : Tekanan sementara yang diijinkan untuk deformasi elastic dari batang tiangpancang (m)
C3 : Tekanan sementara yang diijinkan untuk gempa pada lapangan (m)
N : Faktor Keamanan Nilai C1 + C2 + C3 harus diukur selama pemancangan

5. TIANG UJI DAN PENGUJIAN PEMBEBANAN DENGAN METODE PDA (PILE DRIVING
ANALYSIS) TEST
5.1 Tiang Uji
Pelaksanan pengujian tiang uji adalah langkah paling awal dari pemancangan tiang. Kontraktor
harus melaksanakan tiang uji yang bertujuan untuk menguji dan menentukan metode
pemancangan dan seluruh alat yang digunakan. Jumlah tiang uji minimal 1 untuk setiap struktur
jetty dan trestle. Semua
pengujian tiang uji harus dilaksanakan dengan pengawasan Direksi Teknik. Setelah mendapat
persetujuan dari Direksi Teknik, pemancangan tiang uji harus

dilanjutkan sampai diperintahkan untuk dihentikan. Pemancangan tiang pancang uji melampaui
kedalaman yang telah ditentukan diperlukan untuk menunjukkan bahwa daya dukung tiang
pancang masih terus meningkat. Kontraktor selanjutnya harus melengkapi sisa tiang pancang dalam
struktur yang belum diselesaikan.
Berdasarkan hasil tiang uji yang telah disetujui oleh Direksi Teknis, Kontraktor menetapkan metode
pemancangan beserta seluruh alat yang digunakan dan melanjutkan pemancangan tiang-tiang
berikutnya.
5.2 Pengujian Pembebanan dengan Metode PDA (Pile Driving Analysis) Test
Kontraktor harus melaksanakan pengujian pembebanan pada tiang pancang dengan metode PDA
Test untuk mengetahui dengan pasti daya dukung tiang pancang setiap struktur jetty dan trestle.
Kontraktor harus melengkapi dan melaksanakan tiang uji pada lokasi yang ditentukan oleh Direksi
Teknis. Jumlah tiang pancang yang diuji pembebanannya dengan metode PDA test adalah 2 untuk
setiap struktur jetty dan trestle. Tiang uji dapat menjadi bagian dari pekerjaan yang permanen.
Pengujian dengan metode PDA test harus dilakukan dengan cara yang disetujui oleh Direksi Teknis
dan dilaksanakan dengan pengawasan Direksi Teknis.
6. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN
6.1 Pengukuran
Pengukuran untuk pembayaran pekerjaan tiang pancang harus didasarkan pada panjang total tiang
terpasang dalam meter sebagaimana tampak pada gambar pelaksanaan. Untuk itu Kontraktor
harus memperhitungkan dalam penawarannya kemungkinan adanya kelebihan-kelebihan panjang
tiang yang harus terbuang.
Pembayaran hanya didasarkan pada jumlah meter panjang total terpasang maksimum sebagaimana
tercantum dalam gambar kontrak dan panjang sebenarnya apabila kurang dari ukuran dalam
gambar. Panjang kelebihan tidak akan dibayar. Harga diperoleh dari perkalian volume tersebut
dengan harga satuan kontrak setiap meter dan harus dianggap sudah termasuk semua kompensasi
untuk penyediaan tenaga kerja, material, peralatan, Sarana-konstruksi, alat bantu dan sebagainya
untuk menghasilkan pekerjaan yang lengkap memenuhi syarat dengan teknik pelaksanaan terbaik
dan sepenuhnya sesuai dengan semua ketentuan tersebut didalam spesifikasi ini.

BAB VI
PEKERJAAN PROTEKSI TIANG PANCANG BAJA
PADA SPLASH ZONE
1. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN
Pekerjaan yang tercakup dalam bab ini meliputi kelengkapan peralatan konstruksi, tenaga kerja,
bahan, perlengkapan dan penyelenggaraan lainnya yang berkaitan dengan pekerjaan proteksi tiang
pancang baja pada splash zone untuk Dermaga Multipurpose pada lokasi yang ditunjukkan dalam
gambar rencana dan sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Teknis.
2. URAIAN
Pekerjaan yang disyaratkan dalam sesi ini harus mencakup pelaksanaan perlindungan terhadap
korosi untuk struktur baja dan tiang pancang baja yang terletak pada daerah pasang dan terciprat
air (splash zone). Bahan serta metode pelaksanaannya yang dipergunakan harus disetujui oleh
Pemberi Tugas/Konsultan Pengawas. Pekerjaan ini harus meliputi pula penyiapan peralatan kerja
untuk pelaksanaan pelapisan anti korosi pada tiang pancang di daerah pasang dan terciprat air,
pelaksanaan lapis
perlindungan, sesuai dengan petunjuk dari sistem pelaksanaan pelapisan dari bahan dan spesifikasi
bahan yang akan dipakai dan diajukan oleh Kontraktor. Mutu bahan pelapisan anti korosi tiang
pancang di daerah pasang dan terciprat air yang akan digunakan pada masing-masing bagian dari
pekerjaan dalam Kontrak haruslah seperti yang ditunjukkan dalam Gambar atau seksi lain yang
berhubungan dengan spesifikasi ini, atau sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
3. PEKERJAAN SEKSI LAIN YANG BERKAITAN DENGAN SEKSI INI
a. Tiang Pancang
4. PENGAJUAN KESIAPAN KERJA
a. Kontraktor harus mengirimkan contoh dari seluruh bahan yang hendak digunakan dengan data
pengujian yang memenuhi seluruh sifat bahan yang disyaratkan dalam Spesifikasi Umum.
b. Kontraktor harus mengirimkan jenis dan metode pelaksanaan yang diusulkan untuk digunakan 30
hari sebelum pekerjaan pelapisan anti korosi ini digunakan atau menyerahkan brosur untuk
dievaluasi dan atas petunjuk Pemberi Tugas/Konsultan Pengawas untuk dimulai pekerjaan ini.

c. Kontraktor harus segera menyerahkan secara tertulis hasil dari seluruh pengujian pengendalian
mutu yang disyaratkan sedemikian hingga data tersebut selalu tersedia atau bila diperlukan oleh
Pemberi Tugas/Konsultan Pengawas.
d. Kontraktor harus memberitahu Pemberi Tugas/Konsultan Pengawas secara tertulis paling sedikit
24 jam sebelum tanggal rencana mulai melakukan pekerjaan lapis perlindungan dengan
menggunakan material anti korosi tersebut, seperti yang disyaratkan dalam spesifikasi umum.
5. STRAPPING DAN FASTENER
Material yang digunakan untuk strapping harus mempunyai ketahanan yang bagus terhadap sinar
ultraviolet dan memiliki kekuatan tarik yang bagus pada aplikasi jangka panjang. Straping yang akan
mengalami kelembaban relatif 100% tersebut harus menggunakan material dengan low moisture
absorption rate 0.08%. Strapping juga harus mempunyai ketahannan yang bagus terhadap
kandungan unsur-unsur yang ada di air laut, oli, minyak dan hidrokarbon lainnya. Material yang
dipergunakan untuk Strapping harus mempunyai kekuatan tarik minimal 250 lbs/113.4
kgs.Fasteners yang digunakan harus dibuat dari acetal dengan cooper/berylium ”double lock” non-
corrodible buckle mechanism.
6. PELAKSANAAN PEKERJAAN
Berikut ini langkah kerja untuk melakukan proteksi karat :
1). Persiapan Permukaan
Permukaan yang akan diberikan perlindungan harus dibersihkan dengan alat dan metode yang
sesuai. Pembersihan tersebut dapat menggunakan peralatan manual dengan tangan (hammer, wire
brush) atau bisa juga dilakukan dengan Power Tools seperti drivern rotary poer tools. Jika
dibutuhkan, peralatan water blasting dapat digunakan.
Permukaan yang akan diberi perlindungan harus :
a. Bersih sesuai standar SSPC SP2/3
b. Bebas dari tumbuhan laut
c. Bebas dari kerusakan dan coating yang rusak
d. Bebas dari karat yang dapat mengelupas.
e. Karat yang masih melekat kuat tidak harus dibersihkan
f. Permukaan tersebut harus dibuat halus, tidak diijinkan adanya permukaan yang tajam. Setelah
semua tumbuhan laut, karat yang mengelupas, dan coating yang rusak dibersihkan, selanjutnya
dilakukan pengecekan terhadap permukaan yang seharusnya tidak ada permukaan yang tajam
pada lokasi dimana perlindungan akan diberikan.
2). Pilling Tape
Material ini tersusun atas petrolatum tape yang diformulasi khusus untuk aplikasi bawah air atau
aplikasi pada daerah yang basah. Apabila material ini dipergunakan dengan tegangan tarik yang
cukup, maka material ini akan menyingkirkan air dan membuat sebuah permukaan yang tahan air.
7. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN
7.1 Pengukuran
Pengukuran untuk pembayaran pekerjaan proteksi tiang pancang harus didasarkan pada luas
proteksi tiang yang terpasang dalam meter persegi sebagaimana tampak
pada gambar pelaksanaan. Untuk itu Kontraktor harus memperhitungkan dalam penawarannya
kemungkinan adanya kelebihan-kelebihan panjang tiang yang harus terbuang.
7.2 Pembayaran
Pembayaran hanya didasarkan pada luas terpasang dalam satuan meter persegi sebagaimana
tercantum dalam gambar kontrak dan panjang sebenarnya apabila kurang dari ukuran dalam
gambar. Panjang kelebihan tidak akan dibayar. Harga diperoleh dari perkalian volume tersebut
dengan harga satuan kontrak setiap meter dan harus dianggap sudah termasuk semua kompensasi
untuk penyediaan
tenaga kerja, material, peralatan, Sarana-konstruksi, alat bantu dan sebagainya untuk menghasilkan
pekerjaan yang lengkap memenuhi syarat dengan teknikpelaksanaan terbaik dan sepenuhnya
sesuai dengan semua ketentuan tersebut didalam spesifikasi ini.

BAB VII
PEKERJAAN BAJA
1. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan yang tercakup dalam bab spesifikasi teknik ini meliputi kelengkapan peralatan konstruksi,
tenaga kerja, alat-alat, bahan material, perlengkapan dan penyelenggaraan yang berkaitan dengan
pekerjaan baja seperti yang ditunjukkan dalam gambar rencana.
2. PERSYARATAN UMUM
Semua bagian konstruksi baja adalah baja profil yang dilas di bengkel kerja dan disambung dengan
baut atau las di lokasi.

Semua pekerja harus yang ahli dibidangnya, yang dapat melakukan pekerjaan dengan ketelitian
tinggi agar semua bagian konstruksi baja dapat secara pas disambung pada saat pemasangan di
lokasi.
3. MATERIAL
1. Material baja
Semua material baja harus mendapatkan sertifikat dari pabriknya setelah melalui tes, untuk
mendapatkan persetujuan Direksi untuk dipakai.Semua baja yang dipakai harus baru, permukaan
rata, bersudut rapi tidak rusakkarena benturan, bebas dari cacat, retak dan cacat-cacat lainnya.
4. PELAKSANAAN
1. Gambar Kerja
Kontraktor harus menyiapkan gambar kerja yang berisi semua informasi untuk fabrikasi di bengkel,
yang mencakup lokasi, tipe, ukuran dan semua lubang baut dan las serta elektrode yang digunakan
dan urutan pengelasan. Semua itu harus dikontrol untuk meminimalkan tegangan kontraksi dan
penyimpangan. Gambar harus diserahkan kepada Direksi untuk mendapatkan persetujuan tidak
kurang dari 10 hari sebelum dilakukan fabrikasi di bengkel. Kontraktor tidak boleh memulai
pekerjaan di bengkel sebelum gambar disetujui oleh Direksi. Semua perintah dan pengarahan yang
dituliskan dalam gambar tidak boleh diubah kecuali mendapatkan persetujuan secara tertulis.
Persetujuan dari Direksi terhadap gambar kerja hanya terhadap kebutuhan umum desain.
Persetujuan tidak dilakukan terhadap ukuran rinci atau ketepatan yang benar, Kontraktor harus
memeriksa sendiri dan bertanggung jawab atas kesesuaiannya terhadap semua sambungan.

Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi 2 set gambar kerja. Setelah disetujui, 1 set gambar
diserahkan kembali kepada Kontraktor, satu disimpan oleh Direksi. Apabila gambar tersebut
disetujui, maka pekerjaan di bengkel dapat segera dimulai. Apabila gambar disetujui dengan
perbaikan, maka Kontraktor harus memperbaiki kekurangannya dan diserahkan kembali kepada
Direksi untuk mendapatkan persetujuan. Tetapi pekerjaan di bengkel dapat dimulai sambil
menunggu persetujuan.
Apabila gambar ditolak karena banyak sekali kekurangan, maka Kontraktor harus memperbaiki dan
menyerahkan kembali kepada Direksi untuk diperiksa dan disetujui. Kontraktor tidak boleh
memulai pekerjaan di bengkel sampai diperolehnya persetujuan atas gambar kerja.
5. PEMASANGAN
Semua pekerjaan struktur baja harus dipasang oleh ahli yang berpengalaman memasang pekerjaan
baja. Semua peralatan yang diperlukan untuk keselamatan pengangkatan struktur baja harus
disediakan.
Kontraktor harus yakin akan ketelitian semua ukuran dan harus bertanggung jawab atas penyetelan
yang benar, ketinggian dan kecocokan semua bagian dari pekerjaan baja. Semua bagian struktur
baja harus benar-benar terpasang tanpa tegangan yang berlebih dari setiap bagian dan setelah
dipasang pada tempatnya maka harus diikat secara kuat. Semua kolom dan sebagainya harus
berdiri tegak dan harus ditopang dengan benar sampai pengikatan akhir.

BAB VIII
PEKERJAAN LAS
1. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan yang tercakup dalam bab spesifikasi teknik ini meliputi kelengkapan peralatan konstruksi,
tenaga kerja, alat-alat, bahan material, perlengkapan dan penyelenggaraan yang berkaitan dengan
pekerjaan pengelasan pada penyambungan tiang-tiang pancang seperti yang ditunjukkan dalam
gambar rencana.
2. MATERIAL
Penyambungan tiang-tiang pipa baja harus dilakukan dengan jenis las busur listrik (arc welding).
Pemanasan dilakukan dengan busur listrik nyala antara elektroda yang dilapis dan bahan yang akan
disambung. Elektroda yang digunakan harus memilki kuat tarik 495 MPa (70 ksi) dan tegangan leleh
415 MPa serta memiliki metalurgi yang serupa dengan baja yang akan dilas.
3. METODE PELAKSANAAN
1. Cara pelaksanaan pengelasan harus memenuhi persyaratan BS 1856 atau JIS Z 3801 dan Z 3841.
Paling lambat tiga minggu sebelum pelaksanaan pengelasan, Kontraktor harus menyampaikan
usulan yang berisi metode pengelasan untuk penyambungan tiang di darat ataupun di laut,
peralatan yang digunakan, formasi jalannya pengelasan dan lain-lainnya serta jadwal penyelesaian
pekerjaan, kepada Direksi Teknis untuk mendapatkan persetujuan.
2. Sebagian besar penyambungan pipa dilaksanakan di laut dengan posisi pengelasan horizontal
(mendatar) oleh karena itu Semua pekerjaan las harus dikerjakan oleh tukang-tukang las yang
berpengalaman yang minimal memiliki sertifikat 2G, yaitu klasifikasi khusus pengelasan dengan
arah horizontal.
3. Kontraktor harus memberikan daftar kepada Direksi Teknis mengenai tukang-tukang yang
dipekerjakan, nama-nama mereka, pengalaman kerja dan keterangan-keterangan lain yang
diperlukan dua minggu sebelum pengelasan di mulai. Daftar ini harus mendapat persetujuan
Direksi Teknis.
4. Tempat pembuatan las lengkung, peralatan-peralatan dan kelengkapan- kelengkapannya harus
dipakai sesuai persyaratan BS 638 atau JIS C 9301.
5. Selama pelaksanaan, seluruh permukaan yang akan dilas dan daerah-daerah sekitamya harus
dibersihkan dari karat, cat, bahan-bahan sisa (slag) dan kotoran-kotoran lain dan harus dikeringkan
dahulu.
6. Selama pengelasan berlangsung, bahan-bahan yang akan dilas harus dipegang kuat-kuat dalam
posisi yang benar dengan cara pengelasan "jig" atau "tack". Penggunaan tack welding harus
dibatasi sampai se-minimum mungkin. Pengelasan pada las tumpul harus dihentikan dengan hati-
hati dan teliti dan lubang antara bagian-bagian yang dilas harus dibuat tepat seperti dalam gambar.

7. Selama pengelasan, pemberian bahan las dan kecepatannya harus sedemikian sehingga las
berbentuk V seluruhnya akan terisi dengan bahan-bahan isi. Kekurangan bahan isi untuk las harus
dicegah dan pelaksanaan harus hati-hati, seperti masuknya slag ke dalam las, ketidaksempurnaan
las dan retak-retak.
8. Pengelasan tidak boleh dilakukan pada waktu hujan atau hujan angin (storm), kecuali pengelasan
dengan cara "pengelasan di dalam air".
9. Bagian yang telah selesai dilas harus bersih dari goresan-goresan, lekukan-lekukan, sisa-sisa
bahan dan cacat-cacat lain yang ada selama pelaksanaan. Pekerjaan perbaikan tidak boleh lebih
pendek dari 5 cm.
10. Semua pengelasan harus mencapai sudut-sudut dari bagian-bagian yang dilas. Jika menurut
pandangan Direksi Teknis bagian-bagian yang dilas mempunyai kesalahan-kesalahan geometrik
yang akan menimbulkan penumpukan tegangan atau tidak tepatnya letak las (notch effect),
Kontraktor harus memperbaikinya dengan
mengikir. Perbaikan dengan cara mengulangi las di atasnya, tidak diijinkan. Jika untuk memperbaiki
kesalahan tersebut diatas dianggap perlu menambah las, maka pelaksanaannya harus mendapat
persetujuan Direksi Teknis.
11. Setelah pekerjaan pengelasan selesai, dilanjutkan dengan pengcoatingan dan diberi kode (nama
welder dan nomor urut peneglasan pada ujung pipa bagian dalam).
4. PEMERIKSAAN HASIL PEKERJAAN
1. Untuk mengetahui kualitas/mutu pengelasan pipa maka pekerjaan las harus diperiksa atau
disaksikan oleh Direksi Teknis yang ditunjuknya sesuai dengan persyaratan dalam JIS Z 3146 dan
harus mencakup tapi tidak terbatas pada pemeriksaan visual, tes ultrasonic dan tes radiografik.
2. Pada dasarnya test ultrasonic bertujuan untuk mengetahui hasil pengelasannya terhadap cacat,
lubang, retak serta rongga (porous).
3. Pengawasan visual harus tetap dilakukan meskipun pemeriksaan lain dijalankan juga.
Pemeriksaan visual mencakup pengecekan pemasangan sambungan yang dilas, apakah sudah lurus
dan mengikuti persyaratan pekerjaan las mengenai sudut-sudut lekukan, permukaan-permukaan
bagian yang dilas dan bagian-bagian yang terbuka. Direksi Teknis dapat memerintahkan setiap
sambungan las untuk diperiksa dan dites dengan cara radiografik yang disetujui, jika tes seperti
tersebut diatas dianggap perlu olehnya. Dalam hal ini, Kontraktor harus mempersiapkan segala
sesuatunya agar tes bisa dilaksanakan.
4. Kontraktor harus bertanggung jawab untuk memperbaiki las yang tidak memenuhi syarat seperti
pos, tumpang tindih (overlap), miring, kelebihan atau kurang tebalnya ukuran las.
5. Kalau dari hasil test ultrasonic ditemukan adanya porous maupun retak pada jalur pengelasan,
maka sambungan pipa tersebut harus diperbaiki dengan cara jalur pengelasan yang mengalami
cacat digrenda sampai kedalamaman yang disyaratkan oleh Direksi Teknis, setelah kondisinya
bersih, maka baru bisa diperbaiki lagi dengan pengelasan ulang.
5. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN
5.1 Pengukuran
Pengukuran untuk pembayaran pekerjaan las harus didasarkan pada volume las yang terpasang jadi
dalam satuan m’ dan memenuhi ketentuan dalam spesifikasi.
5.2 Pembayaran
Pembayaran harus didasarkan pada jumlah volume (m3) terhitung berdasarkan hasil pengukuran
bersama dengan Direksi Teknis dikalikan dengan harga satuan yang telah mengandung biaya tidak
langsung. Dalam pembayaran tersebut dianggap sudah termasuk semua kompensasi untuk
penyediaan tenaga kerja, material, peralatan, sarana-konstruksi, alat bantu dan sebagainya untuk
menghasilkan pekerjaan yang lengkap memenuhi syarat dengan teknik pelaksanaan terbaik dan
sepenuhnya sesuai dengan semua ketentuan tersebut didalam spesifikasi ini.
BAB IX
PEKERJAAN BRONJONG

Untuk melaksanakan kegiatan pembangunan ini, maka semua bahan dan material harus memenuhi
standart mutu dan kualitas sesuai dengan ketentuan yang berlaku, kebutuhan bahan dasar yang
dimaksud adalah :

1. Kawat Bronjong

Kawat bronjong harus kawat besi galvanis dan keras serta fleksibel dengan Ǿ kawat 4mm dan
memenuhi standar PUBI – 1982. Grid kawat dari bronjong berukuran 100mm x 120mm (lubang).
Ukuran batu yang akan diisi dalam bronjong harus lebih besar dari ukuran lubang bronjong
minimum Ǿ 15 cm dengan berat jenis lebih dari 2,5.Konstruksi Bronjong dilapangan disesuaikan
dengan gambar kerja dan persetujuan PPK/ Wakil Sah PPK. Setiap kotak bronjong harus diikat/
disambung satu sama lain dengan kawat yang sama

PEKERJAAN PASANGAN BRONJONG

1. Lakukan pemasangan patok dan benang untuk menandakan daerah penggalian untuk
pemasangan bronjong berdasarkan dimensi jaring dan disain. Termasuk tempat ruangan
untuk pemadatan merial pada bagian luar penenpatan bronjong, dianjurkan lebar tempat 500
mm diukur dari bagian bawah area bronjong. Pastikan kemiringan yang tepat dibuat
2. pada saat penggalian, paling tidak 1:2 (45º). Seandainya dibutuhkan gunakan penopang dan
lembaran papan untuk penahan. Pastikan daerah penggalian selalu kering dengan
menggunakan pompa air listrik dan generator.
3. Selama penggalian, letakkan jaring bronjong pada pinggir slope dan mulai pembentukan
jaring. Biasanya jaring bronjong dikirim dalam bentuk memanjang (seperti ditunjukkkan pada
gambar), dan dengan ukuran lebar x tinggi yaitu 1000 x 500. Bungkus jaring hingga berbentuk
kotak dan ikatkan bersama bagian tepinya menggunakan kawat yang telah digavanisir d= 3
mm, jepit dan ikatkan serta dipotong dengan menggunakan tang.
4. Selama penggalian, letakkan jaring bronjong pada pinggir slope dan mulai pembentukan
jaring. Biasanya jaring bronjong dikirim dalam bentuk memanjang (seperti ditunjukkkan pada
gambar), dan dengan ukuran lebar x tinggi yaitu 1000 x 500. Bungkus jaring hingga berbentuk
kotak dan ikatkan bersama bagian tepinya menggunakan kawat yang telah digavanisir d= 3
mm, jepit dan ikatkan serta dipotong dengan menggunakan tang.
5. Lanjutkan perletakan dan pengisian jaring bronjong dan tumpukan dan ikatkan semua sesuai
dengan gambar. Semakin banyak dinding bagian dalam di dapat, maka bronjong semakin
kuat, karena itu maka setiap bronjong harus diikatkan secara bersama-sama dengan
sebelumnya secara sejajar. Bronjong yang diletakkan diatas untuk setiap susunan harus
dihubungkan juga dengan yang lainnya. Seandainya bronjong mempunyai bentuk memanjang
sisi bagian baah jaring harus dipasang daya tahan dan memperkuat struktur.
6. Rongga antara bagian belakang dinding bronjong dengan kemiringan bekas galian harus
ditimbun kembali dan dilakukan pemadatan dengan menggunakan material berukuran 0-
150mm. Seandainya menggunakan tamper, yaitu alat yang paling sesuai digunakan untuk
memadatkan material, tuangkan material setebal 40 cm disekeliling bronjong.
7. Ketika struktur bronjong telah selesai, pastikan semua celah disekeliling bronjong ditimbun
kembali dan dipadatkan dengan baik dan semua sambungan diikatkan dengan baik

Anda mungkin juga menyukai